Anda di halaman 1dari 61

PENGKAJIAN

SISTEM PERNAFASAN

Disusun oleh

Kelas Kelompok 2 (VII/B)

I Gede Werdhiadnya Adiguna PK 115 018 046

Kriswanto PK 115 016 050

Andri E PK 115 016 078

Murni Usman PK 115 016

Desak Putu Darmayanti PK 115 016 042

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ANGKATAN 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang PENGKAJIAN SISTEM
PERNAFASAN. Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
“KEGAWATDARURATAN SYSTEM II”. Tak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, motivasi, bimbingan,
arahan dan saran yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu diharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Palu, 22 September 2019

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
1) Definisi Sistem Pernafasan .................................................................. 3
2) Fisiologi Sistem Pernafasan ................................................................. 7
3) Konsep Dasar Pemeriksaan Sistem Pernafasan ................................... 11
4) Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 15

ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................... 22


BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 29
B. Saran ..................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 30


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Oksigen (O2) tidak bisa jauh-jauh dalam kehidupan manusia. Apabila

lebih dari 4 menit seseorang tidak mendapatkan oksigen maka akan

berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan pasien akan

meninggal dunia. Dalam tubuh manusia oksigen memiliki peranan yang

sangat penting, hampir semua proses dalam tubuh manusia membutuhkan

oksigen secara fungsional. Jika ketersediaan oksigen sedikit atau tidak ada

sama sekali dalam tubuh, maka tubuh akan mengalami gangguan dan

bahkan bisa menyebabkan kematian, karena oksigen salah satunya

dibutuhkan dalam proses pernafasan. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen

merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak bisa terlepas dari adanya

sistem pernafasan. Bila terdapat gangguan pada fungsional sistem

pernafasan, maka pemenuhan kebutuhan oksigen juga akan mengalami

gangguan. Gangguan sistem pernafasan ini bisa disebabkan karena adanya

peradangan maupun sumbatan pada saluran pernafasan. Jika saluran

pernafasan terganggu, maka oksigen yang didistribusikan darah akan

menurun.
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling banyak berinteraksi

dengan pasien daripada tenaga kesehatan yang lain, sehingga perawat harus

mengetahui gangguan yang ada pada kesehatan pasien. Gangguan tersebut

dapat dipaparkan seorang perawat dalam beberapa diagnose keperawatan

yang digunakan untuk membuat asuhan keperawatan pada klien selama di

rumah sakit. Oleh karena itu perawat harus bisa membuat asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernafasan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

sistem respirasi?

C. Tujuan

Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

sistem respirasi?

D. Manfaat

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada beberapa

diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan sistem

pernafasan.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAFASAN

Gambar 1. Proses Keperawatan

A. Pengkajian

Merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yang

dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan

klien meliputi:

1. Anamnesa

Anamnesa merupakan tekhnik memperoleh suatu informasi atau

data tentang kesehatan pasien melalui wawancara antara perawat

dengan petugas kesehatan dengan pasien atau orang lain yang


mengetahui kondisi pasien. Dalam anamnesa, informasi yang perlu

didapatkan adalah:

a. Biodata pasien

Biodata pasien yang perlu dikaji dalam anamnesa meliputi

nama pasien, umur pasien, jenis kelamin, usia, alamat lengkap,

pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, agama, suku bangsa.

b. Keluhan Utama

Dalam membuat riwayat keperawatan yang berhubungan

dengan gangguan sistem pernafasan, penting untuk mengetahui

tanda serta gejalanya. Termasuk dalam keluhan utama pada

gangguan sistem pernafasan yaitu batuk, sesak nafas dan nyeri

dada. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan sangat

mengganggu kondisi pasien yang mendorong pasien untuk

datang menemui layanan kesehatan.

c. Riwayat penyakit saat ini

Pengkajian riwayat penyakit saat ini pada sistem

pernafasan seperti menanyakan tentang riwayat penyakit sejak

timbulnya keluhan sehingga klien meminta pertolongan. Data

ini terdiri dari 4 komponen, antara lain: kronologi penyakit,

gambaran dan deskripsi keluhan utama, keluhan penyerta dan

usaha berobat.

d. Riwayat penyakit dahulu


Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah

dialami klien sebelumnya. Misalnya apakah klien pernah

dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah

mengalami sakit yang berat, dan sebagainya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan

sistem pernafasan meupakan hal yang mendukung keluhan

penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan

predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak nafas, batuk

dalam jangka waktu yang lama, dan batuk darah dari generasi

terdahulu.

f. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup

Perawat juga harus menanyakan situasi tempat kerja dan

lingkungannya. Kebiasaan sosial, kebiasaan dalam pola hidup

misalnya minum alcohol, atau obat tertentu.

2. Pengkajian fisik (Head to toe)

a. Inspeksi

Prosedur inspeksi yang harus dilakukan oleh perawat

adalah sebagai berikut (Irman Somantri, 2007):

1) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien

harus dalam keadaan duduk.

2) Data diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan

yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas sampai bawah

4) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan

kondisinya (skar, lesi, dan massa) dan gangguan tulang

belakang (kifosis, scoliosis, dan lordosis)

5) Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan

kesimetrisan pergerakan dada.

6) Observasi tipe pernafasan seperti: pernafasan hidung,

diafragma serta pernafasan menggunakan otot bantu

pernafasan.

7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase

inspirasi dan ekspirasi. Normalnya adalah 1:2.

8) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter AP

dengan lateral. Rationya berkisar 1: 2 sampai 5: 7,

tergantung kondisi cairan tubuh pasien.

9) Kelainan bentuk dada, yang meliputi Barrel chest, Funnel

Chest, Pigeon Chest, Kyposkoliosis.

10) Observasi kesimetrisan pergerakan dada.

11) Observasi retraksi abnormal ruang intercostal selama

inspirasi, yang dapat mengindikasikan adanya obstruksi

jalan nafas.

b. Palpasi
Palpasi dimulai dengan memeriksa telapak tangan, jari,

leher, dada dan abdomen. Jari tabuh atau clubbing of finger bisa

didapatkan pada pasien dengan kanker paru, abses paru,

empisema dan bronkiektasis. Tekanan vena jugularis (JVP)

diperlukan untuk mengetahui tekanan pada atrium kanan.

Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan apakah trachea

tetap di tengah ataukah bergeser ke samping, apakah ada

penonjolan nodus limfe. Pemeriksaan palpasi dada akan

memberikan informasi tentang penonjolan di dinding dada,

nyeri tekan, gerakan pernafasan yang simetris, derajat ekspansi

dada, dan untuk menentukan taktil vocal fremitus. Pemeriksaan

gerak dada dilakukan dengan cara meletakkan kedua telapak

tangan secara simetris pada punggung. Kedua ibu jari diletakkan

di samping linea vertebralis, lalu pasien diminta inspirasi dalam.


Jika gerakan dada tidak simetris, jarak ibu jari kanan dan kiri

akan berbeda. (Darmanto, 2009)

c. Perkusi

Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi

pulmonary, organ yang ada disekitarnya, dan pengembangan

(ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis, yaitu

normal dan abnormal. (Muttaqin Arif, ____)

1) Suara Normal

Resonan (Sonor): dihasilkan pada jaringan paru normal

umumnya bergaung dan bernada rendah.

Dullness : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru

Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara

umumnya bersifat musical

2) Suara Abnormal

Hiperresonan : bergaung lebih rendah dan timbul pada

bagian paru yang abnormal berisi udara


Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat

didengar pada perkusi daerah paha, dimana seluruh

areanya berisi jaringan.

d. Auskultasi

Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna

mencakup mendengarkan suara napas normal dan suara napas

tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari

getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli

dan bersifat bersih.

1) Suara normal

Bronkial : suaranya terdengar keras, nyaring, dan

hembusannya lembut. Fase ekspirasinya lebih lama

daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara keduanya.

Bronkovesikular : gabungan suara napas bronkial dan

vesicular. Suaranya terdengar nyaring dan intensitasnnya

sedang. Inspirasi dan ekspirasi sama panjangnya.

Vesikular : terdengar lembut, halus, dan seperti angina

sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekaspirasi,

ekspirasi terdengar seperti tiupan.

2) Suara abnormal

Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi,

dengan karakter suara nyaring, musical, suara terus

menerus.
Ronchi : Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,

suaranya terdengar pelan, nyaring, dan suara mengorok

terus-menerus. Berhubungan dengan produksi sputum.

Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan

ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti

gesekan akibat dari inflamasi daerah pleura. Pasien akan

mengalami nyeri saat bernafas.

Crackles dibagi menjadi dua yaitu Crackles halus dan

kasar.

3. Pemeriksaan Diagnostik

Prosedur diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi

gangguan pada system pernapasan dibagi ke dalam 2 metode, yaitu:

a. Metode morfologis, di antaranya adalah teknik radiologi yang

meliputi radiografi dada rutin, Tomografi computer (CT Scan),

pencitraaan resonansi magnetic (MRI), ultrasound, angiografi

pembuluh paru dan pemindaian paru, endoskopi, pemeriksaan

biopsy dan sputum.

b. Metode fisiologis misalnya pengukuran gas darah dan uji fungsi

ventilasi

B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. Ketidakefektifan pola nafas


3. Gangguan pertukaran gas

4. Fungsi pernafasan, resiko ketidakefektifan

5. Disfungsi respon penyapihan ventilator

6. Risiko disfungsi respon penyapihan ventilator

7. Gangguan ventilasi spontan


C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas

Definisi Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran napas guna mempertahankan jalan

napas yang bersih

Factor yang 1. Lingkungan; merokok, menghisap asap rokok, perokok pasif

berubungan 2. Obstruksi jalan napas; terdapat benda asing dijalan napas, spasme jalan napas

3. Fisiologis; kelainan dan penyakit

Batasan karakteristik 1. Subjektif

Dispnea

2. Objektif

Suara napas tambahan

Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan

Batuk tidak ada atau tidak efektif

Sianosis
Kesulitan untuk berbicara

Penurunan suara napas

Ortopnea

Gelisah

Sputum berlebihan

Mata terbelalak

Alternative diagnosis 1. Resiko aspirasi

yang disarankan 2. Ketidakefektifan pola napas

3. Gangguan pertukaran gas

Kriteria Hasil NOC - Hasil NOC:

1. Pencegahan aspirasi; tindkaan personal untuk mencegah masuknya cairan atau partikel padat

kedalam paru

2. Status pernapasan: ventilasi; pergerakan udara yang masuk dan keluar ke dan dari paru

3. Status pernapasan: kepatenan jalan napas; jalur napas trakeobronkial bersih dan terbuka untuk
pertukaran gas

- Tujuan atau Kriteria evaluasi NOC

1. Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif yang dibuktikan oleh, pencegahan aspirasi, status

pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status pernapasan: kepatenan jalan napas

2. Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan napas, yang dibuktikan oleh indicator sebagai

berikut:gangguan eksterm, berat, sedang, ringan, tidak ada gangguan

- Pasien akan (NOC):

1. Batuk efektif

2. Mengeluarkan secret secara efektif

3. Mempunyai jalan napas yang paten

4. Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang jernih

5. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal

6. Mempunyai fungsi paru dalam batas normal

7. Mampu mendeskripsikan rencana untuk perawatan dirumah


Aktivitas Keperawatan1. Intervensi NIC

2. 1. Manajemen jalan napas; memfasilitasi kepatenan jalan napas

3. Pengisapan jalan napas; mengeluarkan secret jalan napas dengan cara memasukkan kateter pengisap

kedalam jalan napas oral atau trakea pasien

4. Kewaspadaan aspirasi; mencegah atau meminimalkan factor resiko pada pasien yang berisiko terhadap

aspirasi

5. Manajemen asma; mengidentifikasi, mengobati, dan mencegah reaksi inflamasi dijalan napas

Aktivitas Keperawatan 6. Pemantauan pernapasan; mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan

jalan napas dan pertukaran gas yang adekuat

7. Peningkatan batuk; meningkatkan inhalasi dalam pada pasien yang memiliki riwayat keturunan

intratoraksik dan kompresi parenkim paru yang mendasari untuk pengerahan tenaga dalam

menghembuskan udara

8. Pengaturan posisi; mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara sengaja untuk memfasilitasi

kesejahteraan fisiologis dan psikologis


9. Bantuan ventilasi; meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang memaksimakan pertukaran

oksigen dan karbondioksida dalam paru

1. Pengkajian

 Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:

 Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain

 Keefektifan obat resep

 Kecenderungan pada gas darah arteri jika tersedia

 Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan

 Factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak efektif, mucus kental, dan keletihan

 Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi

dan adanya suara napas tambahan

 Pengisapan jalan napas (nic):

 Tentukan pkebutuhan pengisapan oral atau trakeal

 Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik dan irama jantung sebelum, selama dan
setelah pengisapan

 Catat jenis dan jumlah sekrat yang dikumpulkan

2. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung

 Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan merokok didalam ruangan perawatan

 Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam

 Ajarkan pasien untuk mengganjal luka insisi saat batuk, kalau ada

 Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan sputum

 Pengisapan jalan napas (nic): instruksikan kepada pasien dan keluarga tentang cara melakukan

pengisapan, jika perlu

3. Aktivitas kolaboratif

 Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu

 Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan pendukung

 Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan instruksi


 Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer, dan perawatan paru lainnya sesuai protocol

 Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal

4. Aktivitas lain

 Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran secret

 Anjurkan penggunaan spirometer insentif

 Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi tempat tidur kesisi yang lainnya

setiap dua jam

 Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan dan control

diri

 Berikan pasien dukungan emosi

 Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal rongga dada

 pengisapan nasoparing atau oroparing setiap….

 Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea jika perlu

 Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan secret


 Singkirkan atau tangani factor penyebab, seperti nyeri, keletihan dan secret yang kental

Perawatan dirumah 1. Instruksikan pasien dan keluarga terlibat dalam perencanaan untuk perawatan dirumah

2. Kaji kondisi rumah untuk keberadaan factor allergen

3. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi cara menghindari allergen

Untuk bayi dan anak- 1. Beri penekanan kepada orangtua bahwa batuk sangat penting bagi anak-anak dan bahwa batuk tidak

anak harus diredakan dengan obat

2. Seimbangkan kebutuhan terhadap pembersihan jalan napas dengan kebutuhan untuk menghindari

keletihan

3. Biarkan anak memegang stetoskop dan mendengarkan buni napasnya sendiri

2. Ketidakefektifan pola nafas

Definisi inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.

Factor yang 1. Ansietas

berubungan 2. Posisi tubuh


3. Deformitas tulang

4. Deformitas dinding dada

5. Penurunan energi dan kelelahan

6. Hiperventilasi

7. Sindrom hipoventilasi

8. Kerusakan musculoskeletal

9. Imaturitas neurologis

10. Disfungsi neuromuscular

11. Obesitas

12. Nyeri

13. Kerusakan persepsi atau kognitif

14. Kelelahan otot-otot pernafasan

15. Cedera medulla spinalis


Patofisiologis

1. Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi,

inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.

2. Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak efektif, sekunder

akibat:

a. Penyakit system persarafan, misal: miastenia gravis

b. Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala

c. Cedera serebrovaskular (stroke)

d. Kuadriplegia

Terkait Pengobatan

1. Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

a. Efek sedative obat (sebutkan)

b. Anestesia, umum atau spinal

c. Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat (sebutkan)


d. Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)

Situasional (Personal, Lingkungan)

1. Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

a. Pembedahan atau trauma

b. Nyeri, takut, ansietas

c. Kelelahan

d. Gangguan persepsi/kognitif

2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah

3. Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap

4. Pajanan terhadap udara dingin, tertawa, menangis, allergen, asap.

Batasan karakteristik Mayor (harus ada)

- Perubahan frekuensi dan pola pernafasan

- Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)

Minor
- Ortopnea

- Takipnea

- Hiperpnea

- Hiperventilasi

- Pernafasan disritmik

- Pernafasan hati-hati

Menurut Wilkinson (2007) batasan karakteristik dari masalah keperawatan ketidakefektivan pola

napas, antara lain:

a. Dispnea

b. Napas pendek

c. Perubahan gerakan dada

d. Napas cuping hidung

e. Penggunaan otot-otot bantu pernapasan

Alternatif Diagnosa 1. Intoleran aktivitas


yang Disarankan 2. Pembersihan jalan napas, ketidak efektifan

3. Sindrom disuse, risiko

4. Pertukaran gas, gangguan

Kriteria Hasil NOC Kriteria Hasil NOC

- Memiliki frekuensi pernapasan dalam batas normal dibandingkan nilai dasar

- Mengekspresikan redanya pearsaan sesak napas

- Menyebutkan factor penyebab , berikut cara mencegah dan mengatasi

- Pola nafas efektif

- Bunyi nafas normal atau bersih

- TTV dalam batas normal

- Batuk berkurang

- Ekspansi paru mengembang

Tujuan Umum
- Pola nafas kembali efektif

Tujuan Khusus

- Tidak ada keluhan sesak napas

- Kecepatan respirasi normal

Usia dewasa 14 tahun atau lebih : < 11 atau > 24 kali per menit

Usia 5-14 : <15 atau >25

Usia 1-4 : <20 atau >30

Bayi : <25 atau >60

Aktivitas Keperawatan Intervensi NIC

1. Monitor suara nafas dan pergerakan ada secara teratur

2. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan

otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.

3. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.

4. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.


5. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

6. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.

Aktivitas Keperawatan Pengkajian

1. Pantau adanya pucat dan sianosis

2. Pantau efek obat pada status pernafasan

3. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga

4. Kaji kebutuhan insersi jalan napas

5. Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien yang terpasang ventilator

6. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan

7. Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu

8. Pantau pernafasan yang berbunyi, seperti mendengkur

9. Pantau pola pernafasan, seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, hipoventilasi

10. Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas dan lapar udara

Aktivitas Kolaboratif:
1. Konsultasi dengan ahli terapi pernafasan untuk memastikan keadekuatan fungsi ventilator mekanis

2. Laporkan perubahan sensori, bunyi napas. Pola pernafasan, nilai GDA, sputum jika perlu sesuai

protocol

3. Berikan obat (misalnya bronkodilator) sesuai dengan protocol

4. Berikan terapi nebulizer ultrasonic dan udara (oksigen) yang dilembabkan sesuai protocol

5. Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernafasan.

Aktifitas Lain:

1. Hubungkan dan dokumentasikan semua data pengkajian (misalnya suara napas, pola napas)

2. Bantu pasien untuk menggunakan spirometer insentif, jika perlu

3. Tenangkan pasien selama periode gawat napas

4. Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat napas

5. Untuk membantu memperlambat frekuensi pernafasan, bombing pasien menggunakan tekhnik

pernafasan bibir mecucu dan pernafasan terkontrol

6. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernafasan


7. Sinkronisasikan antar pola pernafasan klien dan kecepatan ventilasi

3. Gangguan pertukaran gas

Definisi Kelebihan dan kekurangan oksigen dan/ atau eliminasi karbondioksida di membrane kapiler-alveolar

Factor yang 1) Perubahan membran kapiler-alveolar

berubungan 2) Ketidakseimbangan perfusi-ventilasi

Alternatif diagnosa 1. Intoleran aktivitas

yang disarankan 2. Pembersihan jalan napas, ketidakefektifan

3. Pola npas, ketidak efektifan

4. Disfungsi respon penyepihan ventilator

5. Ventilasi spontan, gangguan

Batasan karakteristik Subyektif:

Dispnea, sakit pada saat bangun dan gangguan penglihatan

Obyektif:
Gas darah arteri tidak normal

pH arteri tidak normal

Ketidaknormalan frekuensi dan kedalaman pernapasan

Warna kulit tidak normal

Konfusi, Sianosis, Somnolen

Gelisah

Karbondioksida menurun

Diaforesis

Hiperkapnia

Hiperkarbia

Hipoksia dan Hipoksemia

Iritabilitas

Cuping hidung mengembang

Takikardi
Tujuan dan Kriteria Tujuan Umum :

Hasil NOC Mengatasi masalah gangguan pertukaran gas

Tujuan khusus NOC:

1. Gangguan pertukaran gas akan berkurang, yang dibuktikan oleh tidak terganggunya respon alergi,

sistemik, keseimbangan elektrolit dan asam basa

2. Pertukaran gas tidak akan terganggu

3. Ventilasi tidak akan terganggu

Kriteria Hasil:

1. Status Pernapasan: pertukaran gas: Pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk memertahankan

konsentrasi gas darah arteri

2. Status Pernapasan: ventilasi: Perpindahan udara masuk dan keluar dari paru-paru

Contoh: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, pasien mempunyai status

pernapasan: pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan:

1) Status neurologis dalam rentang yang diharapkan


2) Dispnea pada saat istirahat dan aktivitas tidak ada

3) PaO2, PaCO2, pH arteri dan SaO2 dalam batas normal

4) Tidak ada gelisah, sianosis, dan keletihan

Aktivitas Keperawatan Intervensi NIC

1. Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum

2. Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi

3. Pantau hasil gas darah (misal PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat, kemunduran tingkat

respirasi)

4. Pantau kadar elektrolit

5. Pantau status mental

6. Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen

7. Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut

8. Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas aktual/potensial

9. Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
10. Pantau status pernapasan dan oksigenasi

Pendidikan Untuk Pasien Dan Keluarga

1. Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, pengisap,spirometer)

2. Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi

3. Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan suatu tindakan dilakukan misal: terapi oksigen

4. Ajarkan teknik perawatan di rumah (pengobatan, aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala yang perlu

dilaporkan)

5. Ajarkan batuk efektif

Aktivitas Kolaboratif

1. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan penggunaan alat

bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien.

2. Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola napas, analisa gas
darah arteri,sputum,efek dari pengobatan)

3. Berikan obat yang diresepkan (misal: natrium bikarbonat) untuk mempertahankan kesiembangan asam-

basa

4. Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis

5. Berikan oksigen atau udara yang dilembabkan sesuai dengan keperluan

6. Berikan bronkodilator, aerosol, nebulasi

Aktivitas Lain

1. Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur untuk menurunkan ansietas dan

meningkatkan rasa kendali

2. Beri jaminan kepada pasien selama periode disstres atau cemas

3. Lakukan higiene mulut secara teratur

4. Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (misal mengurangi kecemasan, pengendalian

demam dan nyeri)


5. Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi dan megurangi dispnea

6. Masukkan jalan napas buatan melalui hidung atau nasofaring

7. Lakukan fisioterapi dada sesuai kebutuhan

8. Bersihkan sekret dengan suctioning atau batuk efektif

9. Rencanakan perawatan pasien yang menggunakan ventilator:

a. Meyakinkan keadekuatan pemberian oksigen dengan melaporkan ketidaknormalan gas darah arteri,

menggunakan ambubeg yang dilekatkan pada sumber oksigen di sisi bed dan melakukan

hiperoksigenasi sebelum melakukan pengisapan.

b. Meyakinkan keefektifan pola napas dengan megkaji sinkronisasi dan kemungkinan kebutuhan sedasi.

c. Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan melakukan pengisapan dan memertahankan selang

endotrakea atau pindahkan ke sisi tempat tidur.

d. Memantau komplikasi (pneumotoraks)

e. Memastikan ketepatan penempatan selang ET


4. Fungsi pernafasan, resiko ketidakefektifan

Definisi Keadaan dimana individu berisiko mengalami suatu ancaman pada jalannya udara yang melalui saluran

pernapasan dan pada pertukaran gas (O2-CO2) antara paru-paru dan sistem vaskular.

Ada beberapa diagnosa yang menyebabkan terjadinya perubahan fungsi pernafasan:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas :Suatu keadaan dimana individu mengalami suatu ancaman

yang nyata atau risiko pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.

2. Ketidakefektifan pola pernapasan: Keadaan dimana seorang individu mengalami kehilangan ventilasi

yang aktual atau risiko yang berhubungan dengan perubahan pola pernapasan.

3. Kerusakan pertukaran gas: Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan jalannya gas

(O2 dan CO2) yang aktual atau risiko antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.

4. Ketidakmampuan meneruskan ventilasi spontan: Suatu keadaan dimana individu tidak dapat

mempertahankan pernapasan yang adekuat untuk mendukung kehidupannya. Ini dilakukan karena

penurunan gas arteri, peningkatan kerja pernapasan, dan penurunan energi.

Factor yang Patofisiologis


berubungan 1. Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi, inflamasi, alergi,

merokok, penyakit jantung atau paru.

2. Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif, sekunder akibat:

Penyakit system persarafan, missal: miastenia gravis

Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala

Cedera serebrovaskular (stroke)

Kuadriplegia

Terkait Pengobatan

1. Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

Efek sedative obat (sebutkan)

Anestesia, umum atau spinal

2. Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat (sebutkan)

3. Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)

Situasional (Personal, Lingkungan)


1. Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

Pembedahan atau trauma

Nyeri, takut, ansietas

Kelelahan

Gangguan persepsi/kognitif

2. Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah

3. Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap

4. Pajanan terhadap udara dingin, tertawa, menangis, allergen, asap

Aktivitas Keperawatan 1. Tentukan faktor penyebab (nyeri, lemah, gangguan neuromuskular, kurangnya motivasi seperti nafas

dalam dan batuk, penurunan tingkat kesadaran, pengobatan, kelembapan yang tidak adekuat)

2. Hilangkan atau kurangi faktor penyebab jika memungkinkan

 Kaji adanya penurunan nyeri yang optimal dengan periode kelelahan atau depresi pernafasan yang

minimal.

 Koordinasikan program pemberian obat dengan aktivitas yang terencana.


 Pastikan kelembapan udara yang adekuat, sediakan humidifikasi tambahan, kecuali

dikontraindikasikan karena penyakit jantung.

 Variasikan posisi tempat tidur, dengan begitu posisi horizontal dan vertikal toraks akan berubah

secara bertahap.

 Dorong latihan nafas dalam dan batuk terkontrol lima kali per jam

 Ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spirometer intensif setiap jam pada saat

terjaga.

 Pastikan status hidrasi optimal

 Pastikan nutrisi pasien terpenuhi secara optimal

5. Disfungsi respon penyapihan ventilator

Definisi Ketidakmampuan untuk mengatur pada tekanan terendah dukungan ventilasi mekanik saat menjelang dan

memperpanjang proses penyapihan.

Factor yang Patofisiologis


berubungan 1. Berhubungan dengan kelemahan otot dan kelelahan, sekunder akibat:

Status hemodinamik yang tidak stabil

Penurunan tingkat kesadaran

Anemia

Infeksi

Ketidaknormalan metabolic atau asam-basa

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Proses penyakit yang parah

Penyakit pernafasan kronis

Penyakit multisystem

Penurunan nutrisi yang kronis

Kondisi yang lemah

2. Berhubungan dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas

Terkait Pengobatan
1. Berhubungan dengan obstruksi jalan napas

2. Berhubungan dengan kelemahan otot dan kelelahan, sekunder akibat sedasi, analgesik yang

berlebihan, dan nyeri yang tidak terkontrol

3. Berhubungan dengan nutrisi yang tidak adekuat

4. Berhubungan dengan ketergantungan pada ventilator yang lama

5. Berhubungan pada usaha penyapihan ventilator sebelumnya yang tidak berhasil

6. Berhubungan dengan proses penyapihan yang terlalu cepat

Situasional

1. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyapihan

2. Kebutuhan energy yang berlebihan

3. Dukungan social yang tidak adekuat

4. Lingkungan yang tidak aman

5. Keefektifan diri yang tidak adekuat

6. Kecemasan tingkat sedang hingga berat karena usaha bernafas


7. Rasa takut untuk lepas dari ventilator

8. Ketidakberdayaan

9. Keputusasaan

Batasan karakteristik Berat

1. Penurunan gas darah arteri dari batas normal.

2. Peningkatan frekuensi pernafasan secara significant dari batas normal

3. Peningkatan tekanan darah dari batas normal (20 mmHg).

4. Peningkatan denyut jantung dari batas normal (20x/menit)

5. Pernafasan abdomen paradoks

6. Adanya bunyi nafas, terdengar sekresi jalan nafas.

7. Sianosis

8. Penurunan tingkat kesadaran

9. Nafas dangkal.

Sedang
1. TD sedikit meningkat <20mmHg

2. Peningkatan frekuensi pernafasan<5 x/menit

3. Denyut nadi sedikit meningkat < 20x/menit

4. Pucat, sianosis

5. Kecemasan, diaporesis, mata melebar

Ringan

1. Hangat

2. Kegelisahan, kelelahan

3. Tidak nyaman untuk bernafas

Kriteria Hasil NOC 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

2. Status respirasi pertukaran gas, ventilasi, dan status tanda vital membaik ditandai dengan:

a. Status respirasi pertukaran gas:

 Staus neorologis dalam rentang normal


 Foto sinar-X dada dalam batas normal

 PaO2, PaCO2, pH arteri, dan SaO2 dalam batas normal

b. Status respirasi ventilasi:

 Tidak ada tanda gelisah, sianosis dan lemah

 Tidak ada penggunaan otot aksesorius pernapasan

 Tidak ada retraksi dada

 Tidak ada napas pendek dan dipsneu

c. Status tanda vital (sebutkan nilai 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada penyimpangan):

 Suhu

 Kecepatan nadi radial dan apikal

 Kecepatan pernapasan

 Tekanan sistol dan diastol

Aktivitas Keperawatan Intervensi NIC:

1. Weaning ventilasi mekanik


2. Kaji kesiapan pasien untuk penyapihan dengan mempertimbangkan indikator pernapasan:

 AGD stabil

 Volume tidal tidak dibantu < 5 ml/Kg BB ideal

 Kapasitas vital > 3 ml/Kg BB ideal

 RR spontan yang stabil < 30 x/menit

 Batuk cukup efektif untuk mengatasi sekresi

 Lamanya waktu menggunakan ventilator

 Tidak ada konstipasi atau diare

 Tidak ada demam atau infeksi

 Status nutrisi adekuat

 Istirahat dan tidur adekuat

 Hb dan Ht dalam batas normal

 TD normal untuk pasien


 Kesiapan psikologis dan emosi

 Cairan dan elektrolit seimbang

 Nadi dan irama jantung stabil

 Nyeri atau tingkat rasa nyaman dapat ditoleransi

3. Bantu pasien untuk membedakan pernapasan spontan dari pernapasan yang dialirkan oleh mesin

4. Lakukan proses penyapihan dengan:

 Cek alat untuk meyakinkan terpasang ke oksigen dan semua pengesetan benar

 Cek adanya suara napas dikedua paru

 Cek selang dari tertekuk

 Cek TTV dan pasien untuk indikator dari nontoleransi atau keletihan setiap 5-15 menit

 Jelaskan prosedur kepada pasien dan keluarga

 Ukur dan catat RR, HR, TD, irama EKG, bunyi paru, kapasitas vital, volume tidal, kekuatan inspirasi,

dan saturasi oksigen

 Posisikan pasien duduk saat penyapihan


 Mulai waktu penyapihan saat pasien telah beristirahat dan bangun serta sadar

 Temani pasien selama waktu penyapihan

5. Hubungkan kembali pasien dengan ventilator jika pasien masih belum toleran terhadap penyapihan

6. Risiko disfungsi respon penyapihan ventilator

Definisi Keadaan ketika individu beresiko untuk mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian terhadap dukungan

ventilator mekanik tingkat rendah selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik

dan atau psikologis terhadap penyapihan.

Factor yang Patofisiologis

berubungan 1. Berhubungan dengan obstruksi jalan napas

2. Berhubungan dengan kelemahan otot dan keletihan sekunder akibat :

Gangguan fungsi pernapasan

Anemia

Penurunan tingkat kesadaran


Infeksi

Abnormalitas metabolic dan asam basa

Ketidakseimbangan cairan / elektrolit

Status hemodinamik yang tidak stabil

Disritmia

Kekacaun mental

Demam

Proses penyakit yang berat

Penyakit multisystem

Tindakan yang berhubungan

1. Dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas

2. Dengan sedasi yang berlebihan, analgesia

3. Dengan nyeri tak terkontrol dan keletihan

4. Dengan ketidakadekuatan nutrisi


5. Dengan ketergantungan pada ventilator jangka panjang lebih dari 1 minggu

6. Dengan ketidakberhasilan upaya penyapihan sebelumnya dan terlalu cepat melakukan proses

penyapihan

Personal/ Lingkungan

1. Berhubungan dengan kelemahan otot dan keletihan sekunder

2. Berhubungan dengan deficit pengetahuan tentang proses penyapihan

3. Berhubungan dengan ansietas

4. Berhubungan dengan perasaan ketidakberdayaan dan putus asa

5. Berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak memadai

6. Berhubungan dengan ketidakpastian lingkungan ( bising, ruangan sibuk, dll)

7. Berhubungan dengan ketakutan terlepas dari ventilator

Kriteria Hasil NOC Tujuan umum

Pasien mampu aktip untuk berpartisipasi dalam proses penyapihan.


Tujuan khusus

Setelah dirawat nafas sesuai dengan irama ventilator, volume nafas adekuat, alarm tidak berbunyi

Kriteria Hasil (Linda Jual Carpenitto):

Individu akan:

1. Memperlihatkan kesediaan untuk memulai penyapihan

2. Memperlihatkan perilaku positif mengenai kemampuan untuk berhasil

Aktivitas Keperawatan Intervensi Keperawatan:

1. Kaji factor fisik dalam penyapihan (frekuensi jantung, irama stabil, TD, dan bunyi nafas jelas, demam,

status nutria dan kekuatan otot)

2. Meningkatkan laju dan kebutuhan oksigen7%, menentukan kesiapan psikologis

3. Jelaskan teknik penyapihan ventilator pada klien

4. Berikan periode tidur/istirahat tanpa diganggu

5. Evaluasi/catat kemajuan pasien

6. Kenalkan/ berikan dorongan untuk upaya pasien


7. Awasi respon terhadap aktivitas

8. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi

9. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemeriksaan laboratorim, foto dada dan AGD

7. Gangguanventilasi spontan

Definisi Penurunan simpanan energy yang mengakibatkan ketidakmampuan individu untuk mempertahankan

pernafasan yang adekuat untuk mendukung hidup

Factor yang Faktor – faktor metabolic (misalnyaalkalemia, hypokalemia, hipokloremia, hipofosfatema dan anemia)

berubungan Keletihan otot pernafasan

Batasan karakteristik Subyektif

Ketakutan dan dyspnea

Obyektif

Penurunan kerja sama

Penurunan SaO2
Penurunan PO2

Penurunan Volume Tidal

Peningkatan Frekuensi Jantung

Peningkatan laju metabolic

Peningkatan PCO2

Peningkatan kegelisahan

Peningkatan penggunaan otot bantu pernafasan

Alternatif diagnosa Pembersihan jalan napas, ketidakefektifan

yang disarankan Pola napas, ketidakefektifan

Disfungsi respon penyapihan ventilator

Pertukaran gas, gangguan

Kriteria Hasil NOC Kriteria hasil:

Pasien akan:

1. Mempunyai tingkat energy dan fungsi otot yang adekuat untuk mendapatkan pernafasan spontan
2. Menerima nutrisi adekuat sebelum, selama, dan setelah proses penyapihan dari ventilator

3. Mempunyai nilai gas darah dan saturasi oksigen dalam rentang yang berterima

4. Menunjukkan status neurologis yang adekuat untuk mempertahankan pernafasan spontan

Aktivitas Keperawatan Pengkajian

1. Untuk pasien yang membutuhkan jalan napas buatan: pantau letak slang, kaji pengembungan manset

setiap empat jam dan saat manset dikempiskan serta dipompa kembali

2. Ventilasi mekanik (NIC)

- Pantau adanya kegagalan pernafasan yang akan terjadi

- Pantau adanya penurunan volume ekshalasi dan peningkatan tekanan inspirasi pada pasien

- Pantau keefektifan ventilasi mekanik pada kondisi fisiologis dan psikologis pasien

- Pantau adanya efek yang merugikan dari ventilasi mekanik, infeksi, barotrauma, dan penurunan

curah jantung

- Pantau efek perubahan ventilator terhadap oksigenasi

- Pantau derajat pirau, kapasitas vital, daya inspirasi, dan kesiapan untuk penyapihan dari ventilasi
mekanik sesuai protocol institusi

3. Pemantauan Pernafasan (NIC)

- Catat lokasi trachea

- Auskultasi suara napas, catat area penurunan atau ketiadaan ventilasi, dan adanya suara napas

tambahan

- Tentukan kebutuhan pengisapan dengan mengauskultasi secara ronki basah halus dan ronki basah

kasar di jalan napas besar

- Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal

- Pantau adanya krepitasi, jika perlu

Penyuluhan untuk keluarga

1. Ajarkan pasien dan keluarga tentang proses penyapihan dan tujuannya, yang meliputi apa yang akan

dirasakan pasien selama prosesberjalan, partisipasi yang diperlukan dari pasien, dan alas an

pentingnya penyapihan dilakukan

2. Ventilasi Mekanik (NOC) : Ajarkan pasien dan keluarga tentang rasional dan sensasi yang akan
dirasakan yang berhubungan dengan penggunaan ventilator mekanik

Aktivitas Kolaboratif

1. Ventilasi Mekanik (NOC)

- Konsultasikan dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemilihan jenis ventilator

- Berikan agens pelumpuh otot, sedative, dan analgesik narkotik, jika diperlukan

Aktivitas lain

1. Lakukan tekhnik tertentu yang dapat menyenangkan pasien, jika perlu

2. Ventilasi mekanik (NIC)

- Lakukan pengaturan dan pemasangan ventilator

- Pastikan alarm ventilator aktif

- Sediakan media komunikasi untuk pasien

- Lakukan pengisapan, berdasarkan adanya suara napas tambahan atau peningkatan tekanan inspirasi

- Lakukan hygiene mulut secara rutin


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sistem pernafasan adalah salah satu sistem yang berperan vital dalam

tubuh manusia, sistem pernafasan berfungsi untuk pertukaran udara yang

mengandung oksigen dan karbondioksida, yang kemudian akan diteruskan

oleh sistem kardiovaskular untuk penyebarannya dalam tubuh. Sebagai

salah satu sistem yang sangat banyak perannya dalam tubuh, sistem

pernafasan harus dijaga agar tidak mengalami gangguan. Seorang perawat

yang merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi paling lama dengan

pasien harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan sistem pernafasan. Oleh karena itu perawat harus memahami

semua diagnosa yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan.

Proses keperawatan, atau yang dikenal dengan urutan pemberian

asuhan keperawatan terdiri dari proses pengkajian, diagnose keperawatan,

perencanaan atau intervensi, implementasi dan yang terakhir adalah

evaluasi. Asuhan keperawatan tidak dapat berjalan tanpa adanya keluhan

atau data-data dari pasien, sehingga sebelum proses pengkajian yang

dilakukan adalah anamnesa (wawancara) kepada klien agar didapatkan data

yang bisa digunakan untuk melakukan pengkajian. Pengkajian sistem

pernafasan meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostic,


pemeriksaan fisik sering disebut IPPA (Ispeksi, Palpasi, Perkusi dan

Auskultasi), keempat elemen ini harus dilaksanakan semua dan dengan

sistimatis agar tidak ada yang tertinggal. Pemeriksaan diagnostic yang

dilakukan adalah pemeriksaan morfologi dan fisiologinya, agar diketahui

secara jelas bagian mana yang mengalami gangguan, namun pemeriksaan

diagnostic membutuhkan aktivitas kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain.

B. Saran

1. Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan

mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem

pernafasan pada pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan

keperawatan pada klien tersebut.

2. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan

pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah

satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem

pernafasan.

3. Penyusunan makalah ini belum sempurna, untuk itu diperlukan

peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner & suddarth. (2001).Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 5.


Jakarta : EGC

Djojodibroto, darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern.2012.Buku Saku DIAGNOSIS


KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC
Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti,
S,Kep. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif._____. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi.


Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan


Praktik. Jakarta : EGC.

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Anda mungkin juga menyukai