Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPEAWATAN

PADA KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI

OLEH :

KELOMPOK 8

IREN HAUMASE S.0019.P.013

NELA CAHYA PRATIWI S.0019.P.015

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi tuhan yang telah menolong hambanya sehingga kami dapat
menyelesaikan ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI ini
dengan kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tepat pada waktunya.

Sebagai hamba tuhan yang tidak perna luput dari kesalahan dan kekurangan, penulis
menyadari sedalam-dalamnya bahwa apa yang penulis sajikan ini bukanlah merupakan suatu
bentuk penulisan sempurna, meskipun pada prinspinya penulis telah berupaya semaksimal
mungkin dengan segenap modal pengetahuan, pengelaman dan keterampilan yang dimiliki
untuk mewujudkan penulisan makalah ini sebagai penulisan yang sempurna.

Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis dapatkan, namun
berkat rahmat dan hidayahnya melalui hamba-hamba yang berhati mulia dengan niat tulus
dan ikhlas memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis, sehingga tantangan dan
hambatan yang penulis temukan dapat teratasi dengan baik. Untuk itu melalui kesempatan
ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk yang bermanfaat bagi penulis.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, penulis menyadari bahwa penulis makalah
ini kurang sempurna. Oleh karena itu, kritik yang membangun dan pembaca sangat penulis
harapkan. Terima kasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang
memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara lain
di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer. Kasus kedaruratan
psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang memerlukan
intervensi terapeutik segera, antara lain: (Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto,
2010)
a. Kondisi gaduh gelisah
b. Tindak kekerasan (violence)
c. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
d. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
e. Delirium Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian
(Gail w.Stuart,Keperawatan Jiwa,2007).
Pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, Keperawatan Jiwa &
Psikiatri, 2004) Gangguan bipolar, juga dikenal sebagai manik-depresif, adalah
gangguan otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa dalam suasana hati,
energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari.
Gejala gangguan bipolar dapat mengakibatkan hubungan yang dapat merusak,
pekerjaan atau kinerja sekolah, dan bahkan bunuh diri. Tapi gangguan bipolar dapat
diobati, dan orang-orang dengan penyakit ini dapat menyebabkan hidup produktif.
Gangguan bipolar sering berkembang pada remaja sebelum usia 25 tahun. Orang
dengan gangguan bipolar mungkin memiliki periode fungsi normal atau mendekati
normal antara episode.
B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi psikiatri ?


2. Apakah etiologi psikiatri ?
3. Apakah faktor resiko psikiatri ?
4. Bagaimana tanda dan gejala psikiatri ?
5. Bagaimana patofisiologi psikiatri ?
6. Bagaimana pemeriksaan fisik psikiatri ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang psikiatri ?
8. Bagaimana penatalaksanaan psikiatri ?
9. Apa saja komplikasi pada klien dengan psikiatri ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan psikiatri ?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah
pengetahuan kepada para pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu keperawatan
mengenai kegawatan psikiatri. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam
proses pembelajaran pada mata kuliah keperawatan gawatdarurat.
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
Gangguan bipolar atau gangguan bipolar afektif, dikenal sebagai gangguan manik
depresif, adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan kategori gangguan mood
didefinisikan oleh kehadiran satu atau lebih episode dari tingkat energi yang
abnormal, kognisi , dan suasana dengan atau tanpa satu atau lebih episode depresi.
Individu yang mengalami episode manic juga umumnya mengalami episode depresi,
atau gejala-gejala, atau keadaan campuran di mana kedua fitur mania dan depresi
yang hadir pada waktu yang sama. Gangguan bipolar adalah gangguan suasana di
mana perasaan, pikiran, perilaku, dan persepsi yang diubah dalam konteks episode
mania dan depresi. Sebelumnya dikenal sebagai manik depresi, gangguan bipolar
pernah berpikir untuk jarang terjadi pada anak muda. Namun, sekitar 20% dari orang
dewasa denggan gangguan bipolar mengalami gejala mulai pada masa remaja.
Poligenik investigasi menunjukkan bahwa gangguan ini adalah fenotipik yang
terpisah (dengan atau tanpa psikosis) dari gangguan schizoafektif dan skizofrenia.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe
klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan
gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. Gangguan bipolar
mendasari satu spektrum kutub dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi : 1.
Bipolar I (BP I) 2. Bipolar II (BP II) 3. Siklotimia (periode manic dan depresif yang
bergantian/naik-turun) 4. Depresi yang hebat Sedangkan berdasarkan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini bersifat
episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya
jelas terganggu, dan gangguan ini pada 5 waktu tertentu terdiri dari peninggian
suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan
pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan
aktivitas (depresi). Gejala yang khas adalah terdapat penyembuhan sempurna antar
episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-
rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut.
Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress
atau trauma mental lain.
B. Etiologi
Etiologi dari gangguan bipolar memang belum dapat diketahui secara pasti, dan tidak
ada penanda biologis (biological marker) yang objektif yang berhubungan secara pasti
dengan keadaan penyakit ini, tetapi diduga berkaitan dengan virus yang menyerang
otak. Serangan virus berlangsung semasa janin dalam kandungan atau di tahun
pertama sesudah lahir. Namun, baru 15-20 tahun kemudian mewujud menjadi bipolar.
Itu karena pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pinealis yang mengeluarkan hormon
yang dapat mencegah gangguan psikiatrik hebat sudah berkurang menjadi 50 persen.
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan
kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari
kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah
diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang
menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21)
berisiko rendah menderita gangguan bipolar. Tetapi penyebab dari gangguan bipolar
ini dapat dikatakan multifaktor Mencakup aspek biopsikososial. Secara biologis
dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres yang menyakitkan,
stres kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya. Jika
penyabab utamanya faktor sosial, stres akibat beratnya kehidupan yang
berkepanjangan, bisa jadi banyak penderita Bipolar di lingkungan kita. Meskipun
belum ada survei valid, namun faktanya penderita ganggunan jiwa, depresi, kasus
bunuh diri terus saja bertambah. Karena itu mereka yang bunuh diri kebanyakan
masuk kategori ganggunan kejiwaan yang belum diketahui.

C. Faktor Resiko

1. Ras Tidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi kecenderungan
terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para klinisi
menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada populasi
Afrika-Amerika.
2. Jenis Kelamin Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun
rapid-cycling bipolar disorder (gangguan bipolar dengan 4 atau lebih episode dalam
setahun) lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih tinggi
wanita daripada pria.
3. Usia Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup besar.
Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50 tahun,
dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15 – 19 tahun,
dan rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20 – 24 tahun. Sebagian penderita
yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang mungkin juga mengalami gangguan
bipolar dan baru berkembang mengalami episode manic yang pertama saat usia
mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki riwayat keluarga yang juga
menderita gangguan bipolar. Sebagian besar penderita dengan onset manic pada usia
lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap adanya gangguan neurologis
seperti penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, meliputi genetik, biokimiawi, psikodinamik dan lingkungan.
4. Genetik Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama.
Bukti yang mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan bipolar
terdapat 7 beberapa bentuk, antara lain : Hubungan keluarga inti dengan orang yang
menderita BP I diperkirakan 7 kali lebih sering mengalami BP I dibandingkan
populasi umum. Perlu digaris-bawahi, keturunan dari orang tua yang menderita
gangguan bipolar memiliki kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain.
Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 – 90 % menderita BP
I dari saudara kembar yang identik.
5. Biokimiawi Multipel jalur biokimiawi mungkin berperan pada gangguan bipolar,
hal ini yang menyebabkan sulitnya mendeteksi suatu abnormalitas tertentu.Beberapa
neurotransmitter berhubungan dengan gangguan ini, sebagian besar didasrkan pada
respon pasien terhadap agen-agen psikoaktif. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa
terdapat kaitan antara glutamat dengan gangguan bipolar dan depresi berat. Studi
postmortem dari lobus frontal dengan kedua gangguan menunjukkan peningkatan
level glutamat. Obat tekanan darah reserpin, yang menghabiskan/mendeplesikan
katekolamin pada saraf terminal telah tercatat menyebabkan depresi. Ini berpedoman
pada hipotesis katekolamin yang berpegang pada peningkatan epinefrin dan
norepinefrin menyebabkan manic dan penurunan epinefrin dan norepinefrin
menyebabkan depresi. Obat-obatan seperti kokain, yang juga bekerja pada sistem
neurotransmitter ini mengeksaserbasi terjadinya manic. Agen lain yang dapat
mengeksaserbasi manic termasuk L-dopa, yang menginhibisi reuptake dopamin dan
serotonin. Gangguan dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalamus-
pituitari-adrenal, menggangu homeostasis dan menimbulkan respon stres yang juga
berperan pada gambaran klinis gangguan bipolar. Antidepresan trisiklik dapat memicu
terjadinya manik.
6. Psikodinamik Banyak praktisi melihat dinamika MDI sebagai suatu hal yang
berhubungan melalui suatu jalur. Mereka melihat depresi sebagai manifestasi dari
suatu kehilangan, contohnya hilangnya pegertian terhadap diri dan adanya perasaan
harga diri rendah. Oleh karena itu, manik timbul sebagai mekanisme defens dalam
melawan rasa depresi (Melanie Klein)
7. Lingkungan Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan
langsung dengan stres eksternal atau tekanan eksternal yang dapat memperburuk
berulangnya gangguan pada beberapa kasus yang memang sudah memiliki
predisposisi genetik atau biokimiawi. Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita
dengan riwayat MDI dan meningkatkan kemungkinan psikosis postpartum. Contoh
lain, oleh karena sifat pekerjaan, beberapa orang memiliki periode permintaan yang
tinggi diikuti periode kebutuhan yang sedikit. Hal ini didapati pada seorang petani,
dimana ia akan sangat sibuk pada musim semi, panas, dan gugur, namun selama
musim dingin akan relatif inaktif kecuali membersihkan salju, sehingga ia akan
tampak manic pada hampir sepanjang tahun dan tenang selama musim dingin. Hal ini
menunjukkan lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap keadaan psikiatri
seseorang.

D. Tanda dan Gejala

Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan setidaknya terdapat episode manic paling


tidak dengan durasi 1 minggu yang mengindikasikan penderita untuk dirawat inap
atau kelainan lain yang signifikan dalam fungsi okupasi dan sosial. Episode manic
bukan disebabkan oleh penyakit medis lain atau penyalahgunaan zat. Kriteria ini
berdasarkan spesifikasi dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR).
1.Episode manic ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :
Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang dalam, yang ditandai dengan
suasana perasaan yang meningkat (elasi), mudah marah (iritabel), atau adanya
keinginan untuk keluar rumah.
2. Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3 atau lebih): Perasaan
kebesaran; gangguan tidur; nada suara yang tinggi dan bicara berlebihan; flight of
ideas; menghilangkan bukti kekacauan pikiran; meningkatnya tingkat fokus kerja di
rumah, tempat kerja atau seksual; meningkatnya aktivitas yang menyenangkan dan
bahkan yang memiliki konsekuensi menyakitkan.
3. Gangguan mood cukup untuk membuat kerusakan di tempat kerja, membahayakan
pasien atau orang lain.

4. Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat


atau karena gangguan medis lain.

Gejala lain seperti :

 aktivitas meningkat, ekspansif

 mudah tersinggung

 hiperaktivitas

 berbicara sangat cepat

 ide meloncat-loncat

 kebutuhan tidur berkurang

 harga diri berlebihan

 perhatian mudah teralihkan

 memiliki pertimbangan buruk dan suasana hati yang tidak aman

 sikap berlebihan (misalnya gila belanja dan seks tidak aman).

E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Fisik
Menggunakan Mental Status Examination (MSE) untuk mendiagnosis adanya
gangguan bipolar. Status mental penderita tergantung pada keadaan depresi,
hipomanic, manic, atau campuran, dengan variasi area MSE ditandai sesuai dengan
fase tertentu dari penderita.
1. Penampilan
a) Periode depresi : Orang yang menunjukkan suatu periode depresi mungkin
menunjukkan sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak
terawat, kotor, berlubang, kumal, serta tidak cocok dengan ukuran badan. Bila
seseorang kehilangan berat badan secara signifikan, ukuran pakaiannya tidak akan
cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang rendah, yang ditunjukkan
dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak membersihkan diri. Pada wanita,
kuku jari tangannya mungkin terdapat lapisan warna yang berbeda atau sebagian
warna yang rusak pada kuku mereka, bahkan cenderung kotor juga pada tangannya.
Rambut mereka juga tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat.
Mereka bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi
psikomotor. Mereka juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang
monoton.
b) Episode hipomanic : Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi
dan selalu kemanamana. Mereka selalu berencana melakukan sesuatu, sebagian
mengalami perubahan tingakat energi dan suasana hati (Keck, 2003).
c) Episode manik : Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase manic
menunjukkan perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase depresi.
Penderita fase manic menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka
kurang istirahat, bertenaga, aktif, serta berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka
mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat dikenakan dengan tergesa-gesa dan kacau.
Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna, serta mencolok. Mereka berdiri
di keramaian dan menjadi menonjol karena pakaian mereka yang sering menarik
perhatian.
2. Afek atau Suasana Hati
a) Episode depresi: Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam episode
depresi. Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan terisolasi. “2 Hs”
sering menyertai suasana hati penderita, tanpa pengahrapan dan semua terasa sia-sia.
b) Episode hipomanic: Suasana hati penderita meningkat, meluas dan peka.
c) Episode manic: Suasana hati penderita tampak menggembirakan, dan bahkan
berlebihan. Euphoria. Penderita sangat mudah marah.
d) Episode campuran: penderita menunjukkan gejala kedua episode (depresi dan
manic) dalam suatu periode singkat (1 minggu atau kurang).
3. Pikiran
a) Episode Depresi: Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan kesedihan
mereka. Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan mereka mempunyai suatu
istilah bahwa “ mereka bagaikan gelas yang separuh kosong”. Pemikiran mereka lebih
berfokus tentang kematian dan tentang bunuh diri.
b) Episode Hipomanik: Penderita mempunyai pemikiran yang optimis, berpikir ke
depan dan mempunyai sikap yang positif.
c) Episode Manik: Penderita mempunyai pemikiran yang sangat opimis dan luas.
Percaya diri yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat membuat
pemikiran/gagasan. Mereka merasa pemikiran mereka sangat aktif dan aktif.
d) Episode Campuran: Penderita dapat berubah secara cepat antara depresi dan
euforia dan meraka juga mudah marah.
4. Persepsi
a) Episode Depresi: Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan. Dengan
psikotik dan tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita mempunyai khayalan dan
halusinasi yang sesuai atau tidak dengan suasana hati. Penderita merasa telah berdosa,
bersalah, dan merasakan penyesalan yang snagat dalam.
b)Episode Hipomanic: Penderita tidak mengalami gangguan persepsi.
c) Episode Manic: 3 dari 4 penderita dalam tahap ini mengalami halusinasi. Khayalan
manic menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan.
d) Episode Campuran: Penderita menunjukkan khayalan dan halusinasi yang
konsisten dengan depresi atau manic atau keduanya.
5. Bunuh Diri
a) Episode Depresi: Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada penderita depresi.
Mereka adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam usaha bunuh diri.
b) Episode Hipomanic: Angka bunuh diri rendah. Episode Manic: Angka bunuh diri
rendah.
c) Episode Campuran: Pada tahap depresi pasien memiliki resiko untuk bunuh diri.
6. Pembunuhan/Kekerasan
a) Episode Depresi: Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya diikuti
dengan bunuh diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia sudah
tidak berguna lagi untuknya dan untuk orang terdekatnya/orang lain.
b) Episode Hipomanic: Penderita menunjukkan sifat mudah marah dan agresif.
Mereka dapat menjadi tidak sabar terhadap orang lain.
c) Episode Manic: Penderita agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau toleransi
dengan orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi sangat menuntut, kasar, sangat
mudah marah. Pembunuhan terjadi jika penderita mempunyai suatu khayalan terhadap
kesenangan penderita.
d) Episode Campuran: Penderita dapat menjadi sangat agresif terutama dalam tahap
manic.
7. Pengertian Diri/Insight
a) Episode Depresi: Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang mengenai
dirinya sendiri. Penderita biasanya gagal dalam melakukan tindakan yang penting
sebab mereka sangat jatuh dan menurun dalam mengenali diri mereka sendiri. Meraka
memeiliki sedikit pengertian terhadap diri mereka sendiri.
b) Episode Hipomanic: Biasanya penderita memiliki penegrtian yang baik mengenai
diri mereka. Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka sangat produktif dan
teliti, bukan sebagai hipomanic.
c) Episode Manic: Dalam tahap ini pengertian diri/insight sangat lemah. Penderita
tidak mempunyai pengertian yang jelas mengenai kebutuhan, rencana dan perilaku
mereka.
d) Episode Campuran: Pergeseran/perubahan dalam afek dapat merusak pengertian
pasien tentang dirinya dan bertentangan dengan insight mereka.
Kognitif
Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat jarang diamati pada
pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik. Mereka mengetahui
waktu dan temapt mereka berada.mereka dapat mengingat kejadian yang lampau dan
terbaru. Pada beberapa kasus hipomanic dan kadang hipomanic, kemampuan
penderita untuk mengingat informasi dapat sangat luas. Pada dpresi dan manic yang
berat, penderita dapat mengalami kesulutan dalam berkonsentrasi dan memusatkan
perhatiannya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Magnetic resonance imaging (MRI)
2. Positron-emission tomography (PET)
G. Penatalaksanaan
a. Penentuan Kegawat daruratan
Penderita Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase
dari episodenya, seperti depresi atau manic, dan derajat keparahan fase tersebut.
Sebagai contoh, seseorang dengan depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku
bunuh diri memerlukan/mengindikasikan pengobatan rawat inap. Sebaliknya,
seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat bekerja, diobati sebagai pasien
rawat jalan.
a. Indikasi seseorang dengan gangguan bipolar untuk dirawat inap adalah sebagai
berikut :
 Berbahaya untuk diri sendiri : Pasien yang terutama dengan episode depresif, dapat
terlihat dengan resiko yang signifikan untuk bunuh diri. Percobaan bunuh diri yang
serius dan ideasi spesifik dengan rencana menghilangkan bukti, memerlukan
observasi yang ketat dan perlindungan pencegahan. Namun, bahaya bagi penderita
bisa datang dari aspek lain dari penyakit, contohnya seorang penderita depresi yang
tidak cukup makan beresiko kematian, sejalan dengan itu, penderita dengan manic
yang ekstrim yang tidak mau tidur atau makan mungkin mengalami kelelahan yang
hebat.
 Berbahaya bagi orang lain : Penderita gangguan bipolar dapat mengancam nyawa
ornag lain, contohnya seorang penderita yang mengalami depresi yang berat meyakini
bahwa dunia itu sangat suram/gelap, sehingga ia berencana untuk membunuh anaknya
untuk membebaskan mereka dari kesengsaraan dunia.
 Ketidakmampuan total dari fungsi : Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam,
sehingga orang tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali, meninggalkan orang
seperti ini sendirian sanagt berbahaya dan tidak menyembuhkannya.
 Tidak dapat diarahkan sama sekali : Hal ini benar-benar terjadi selama episode
manic. Dalam situasi ini, perilaku penderita sangat di luar batas, mereka
menghancurkan karir dan berbahaya bagi orang di sekitarnya.
 Kondisi medis yang harus dimonitor : Contohnya penderita gangguan jiwa yang
disertai gangguan jantung harus berada di lingkungan medi, dimana obat psikotropik
dapat dimonitor dan diobservasi.
b. Rawat inap parsial atau program perawatan sehari
Secara umum, penderita ini memiliki gejala yang berat namun memiliki
tingkat pengendalian dan lingkungan hidup yang stabil. Contohnya, penderita dengan
depresi berat yang berpikir akan bunuh diri tapi tidak berencana untuk melakukannya
dan dapat memiliki tingkat motivasi yang tinggi bila diberi banyak dukungan
interpersonal, terutama sepanjang hari dan dengan bantuan dan keterlibatan dari
keluarga. Keluarga harus selalu berada di rumah setiap malamdan harus peduli
terhadap penderita. Rawat inap parsial juga menjembatani untuk bisa segera kembali
bekerja. Kembali secara langsung ke pekerjaan seringkali sulit bagi penderita dengan
gejala yang berat, dan rawat inap parsial memberi dukungan dan hubungan
interpersonal.
Pengobatan rawat jalan memiliki 4 tujuan utama :
1. Lihat stresornya dan cari cara untuk menanganinya. Stres ini bisa berasal
dari keluarga atau pekerjaan, namun bila terakumulasi, mereka mendorong penderita
menjadi manic atau depresi. Hal ini merupakan bagian dari psikoterapi.
2. Memonitor dan mendukung pengobatan. Pengobatan membuat
perubahanyang luar biasa. Kuncinya adalah mendapatkan keuntungan dan mencegah
efek samping. Penderita memiliki rasa yang bertentangan dengan pengobatan mereka.
Mereka mengetahui bahwa obat membantu dan mencegah mereka untuk dirawat inap,
namun mereka juga menyangkal memerlukannya. Oleh karena itu, harus dibantu
untuk mengarahkan perasaan mereka dan membantu mereka untuk mau melanjutkan
pengobatan.
3. Membangun dan memelihara sekumpulan orang yang peduli. Hal ini
merupakan satu dari banyak alasan bagi para praktisi setuju dengan ambivalensi
penderita tentang pengobatan. Seiring perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang
yang peduli membantu mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan minimum dan
membantu penderita tinggal dan diterima di masyarakat.
4. Aspek yang melibatkan edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi
penderita dan keluarga tentang penyakit bipolar. Mereka harus sadar dan waspada
terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi yang mungkin memicu kekambuhan, dan
peran pengobatan yang penting. Dukungan kelompok bagi penderita dan keluarga
memiliki arti penting yang sangat luar biasa. Keadaan kesehatan tubuh penderita
gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para praktisi, termasuk keadaan
kardiovaskular, diabetes.
Terapi Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala
bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan
bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin.
Kandidat gen yang berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti
seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase,
catechol-Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT). Tak berhenti
sampai disitu, peneliti juga mempunyai tersangka baru yaitu gen yang mengekspresi
brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin yang berperan
dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan perlindungan neuron otak. BDNF
diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom
11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan
gangguan bipolar. Dan hasilnya, positif.
1). Terapi Farmakologi
Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang
dialami penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak,
seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis
atipikal meningkat penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut dan
mood stabilization. Rentang yang luas dari antidepresan dan ECT
digunakan untuk episode depresi akut (contoh, depresi berat) Selanjutnya,
suatu medikasi lain dipilih untuk terapi pemeliharaan/ maintenance dan
pencegahan. Pengalaman klinik menunjukkan bahwa bila diterapi dengan
obat mood stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih
sedikit periode manic dan depresi. Medikasi ini bekerja menstabilkan
mood penderita sesuai namanya, juga menstabilakn manic dan depresi
yang ekstrim. Antipsikosis atipikal kini juga sering digunakan untuk
menstabilkan manic akut, bahkan untuk mengobati beberapa kasus depresi
bipolar untuk menstabilkan mood, seperti ziprasidone, quetiapine,
risperidone, aripiprazole and olanzapine. Berdasarkan konsensus yang
sekarang, pengobatan yang paling efektif untuk manic akut adalah
kombinasi dari generasi kedua antipsikosis dan medikasi mood
stabilizing.
2). Terapi Non Farmakologi
1. Konsultasi, Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau
psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita tidak menunjukkan respon
terhadap terapi konvensional dan medikasi.
2. Diet, Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors
(MAOIs), tidak ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan
untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan asupan garam
membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya,
sedangkan mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium
serum dan menyebabkan toksisitas.
3. Aktivitas, Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk
melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler
harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan kunci
untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan
dengan peningkatan perspirasi dapat meningkatkan kadar litium serum
dan menyebabkan toksisitas litium. 
4. Edukasi Penderita, Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan
edukasi penderita awal dan lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak
hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem
disekitarnya. Lagipula, fakta menunjukkan peningkatan dari tujuan
edukasi ini, tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan
mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.
Pencegahan Gangguan bipolar harus diobati secara kontinu, tidak
boleh putus. Bila putus, fase normal akan memendek sehingga
kekambuhan semakin sering. Adanya fase normal pada gangguan bipolar
sering mengakibatkan buruknya compliance untuk berobat karena dikira
sudah sembuh. Oleh karena itu, edukasi sangat penting agar penderita
dapat ditangani lebih dini. Prevensi merupakan kunci dari terapi jangka
panjang dari gangguan bipolar. Hal ini mencakup beberapa hal sebagai
berikut :
1. Medikasi seperti litium bertindak sebagai mood stabilizers.Tetapi
terdapat beberapa orang yang kurang memberi respon terhadap lithium di
antaranya 20 penderita dengan riwayat cedera kepala, mania derajat berat
(dengan gejala psikotik), dan yang disertai dengan komorbid. Bila
penggunaanya dihentikan tibatiba, penderita cepat mengalami relaps.
Selain itu, indeks terapinya sempit dan perlu monitor ketat kadar lithium
dalam darah. Gangguan ginjal menjadi kontraindikasi penggunaan lithium
karena akan menghambat proses eliminasi sehingga menghasilkan kadar
toksik. Di samping itu, pernah juga dilaporkan lithium dapat merusak
ginjal bila digunakan dalam jangka lama
2. Psikoedukasi dimulai dari penderita dan keluarga penderita.
Keduanya harus memahami dan mengetahui pentingnya pengobatan
adekuat dan tanda-tanda awal dari manic dan depresi, ini merupakan hal
yang penting.
H. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan ini antara lain bunuh diri, pembunuhan, dan
adiksi.
BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan Gangguan bipolar atau gangguan bipolar afektif, dikenal sebagai gangguan
manik depresif,

adalah

diagnosis

psikiatri yang

menggambarkan

kategori

gangguan

mood didefinisikan oleh kehadiran satu atau lebih episode dari tingkat energi yang abnormal,
kognisi , dan suasana dengan atau tanpa satu atau lebih episode depresi. Individu yang
mengalami episode manic juga umumnya mengalami episode depresi, atau gejala-gejala, atau
keadaan campuran di mana kedua fitur mania dan depresi yang hadir pada waktu yang sama.
Gangguan bipolar adalah gangguan suasana di mana perasaan, pikiran, perilaku, dan persepsi
yang diubah dalam konteks episode mania dan depresi. 3.2

Saran Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada banyak
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapakan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI

Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press. Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's
Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York:
Lippincott Williams & Wilkins. Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai