Anda di halaman 1dari 12

BAB I

DEFINISI

A. DEFINISI
Interaksi obat merupakan kejadian antara dua obat dimana obat lain dapat
mempengaruhi efek dari obat utama. Interaksi obat terjadi bukan hanya antara
obat dengan obat, tetapi dapat juga terjadi antara obat dengan makanan, obat
dengan hasil laboratorium yang memberikan hasil positif palsu. Di dalam
kejadian interaksi obat bisa menguntungkan tetapi bisa juga merugikan yang
menyebabkan KTD (Kejadian Tidak Diinginkan), KNC (Kejadian Nyaris Cedera),
dan Sentinel.

B. TUJUAN
1. Menyediakan panduan untuk rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya
mengenai kebijakan manajemen dan pemberian obat-obatan yang
kemungkinan dapat terjadi interaksi
2. Mengurangi terjadinya kejadian KTD, KNC, dan Sentinel.
3. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan meminimalisasi
terjadinya kesalahan- kesalahan medis dan menurunkan potensi risiko
terhadap pasien.

C. KEBIJAKAN
1. Peran Serta Apoteker dalam pengawasan penggunaan obat yang diketahui
terjadi interaksi, seperti :
a. Pengaturan jadwal penggunaan obat
b. Pemberian konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien serta tenaga kesehatan lain
2. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan
ditinjau ulang

D. PRINSIP
1. Setiap peresepan yang diberikan untuk pasien dikaji terlebih dahulu oleh
petugas farmasi atau Apoteker
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Meningkatkan kewaspadaan terhadap penggunaan obat bagi pasien khusus
(kronik, pasien yang dirawat oleh lebih dari 1 dokter, penggunaan obat di
ruang ICU, NICU, PICU, ICCU)
BAB II
RUANG LINGKUP

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat
herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan
yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang
lainnya (Stockley, 2008).
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan
toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),
misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat- obat sitostatik (Setiawati, 2007).
Secara umum, ada dua mekanisme interaksi obat :
1. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan
atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek
farmakologisnya (BNF 58, 2009).
2. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara
obatobat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya
dapat diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang
berinteraksi (BNF 58, 2009).
BAB III
TATA LAKSANA

A. PROSEDUR
Lakukan prosedur skrinning kinis peresepan.
1. Peresepan
a. Skrinning klinis harus dilakukan untuk setiap resep yang diterima
b. Skrinning dilakukan oleh petugas farmasi dan Apoteker
2. Persiapan
a. Setiap obat yang disiapkan setelah dilakukan skrinning
b. Pengaturan jadwal penggunaan obat dilakukan pada etiket obat
3. Pemberian informasi obat serta edukasi kepada pasien dan atau keluarga
pasien meliputi kemungkinan terjadinya interaksi obat satu dengan obat
lain,serta interaksi obat dengan makanan

Berikut adalah contoh daftar yang dapat


terjadinya interaksi
Obat-obatan Berinteraksi dengan
AzitromycinLevofloxacin
Oral Kontrasepsi Obat-obat TB
Paracetamol Jahe
Aspirin Candesartan
Atorvastin Clopidogrel
Aspirin Glimepirid
Glimepirid Furosemid
Ranitidine Glimepirid
Furosemid Metformin
Oral kontrasepsi Rokok

B. EFEK DARI TERJADINYA INTERAKSI


1. Azitromycin dengan Levofloxacin
Interaksi dari kedua obat ini adalah meningkatnya heart rate pada pasien.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat dan berhati-hati terhadap pasien dengan
riwayat atrial fibrilasi
2. Oral Kontrasepsi dengan Obat-obat TB
Penggunaan secara bersama dari kedua obat ini dapat menyebabkan kegagalan
kontrasepsi, karena obat-obat TB merupakan induktor enzim bagi oral
kontrasepsi yang akan mengurangi efek obat terebut.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
3. Paracetamol dengan Jahe
Jahe memiliki kandungan Gingerol yang dapat meningkatkan efek dari
paracetamol melalui efek sinergis.
Solusi : Berhati-hati terhadap pasien dengan riwayat hepatitis atau gangguan
fungsi liver
4. Aspirin dengan Candesartan
Kombinasi kedua obat ini akan menyebabkan efek untuk menurunkan tekanan
darah dari Candesartan akan berkurang.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
5. Atorvastatin dan Clopidogrel
Kombinasi kedua obat ini akan menyebabkan efek dari Clopidogrel akan
berkurang.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
6. Aspirin dan Glimepirid
Efek dari intraksi kedua obat ini Aspirin dapat meningkatkan efek menurunkan
gula darah dari Glimepirid sehingga akan menyebabkan pusing, lemah.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
7. Glimepirid dan Furosemid
Efek dari intraksi kedua obat ini Furosemid dapat menurunkan efek penurunan
gula darah dari Glimepirid.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
8. Ranitidin dan Glimepiride Penggunaan bersama kedua obat ini dapat
menyebabkan efek dari Glimepiride meningkat dan terjadi penurunan gula
darah yang drastis, karena Ranitidine merupakan inhibitor enzim.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat.
9. Furosemid dan Metformin
Penggunaan bersama kedua obat ini dapat menyebabkan efek dari Metformin
meningkat dan terjadi penurunan gula darah yang drastis.
Solusi : kedua obat ini tidak boleh digunakan secara bersama-sama, harus ada
pengaturan jeda minum obat
10. Oral kontrasepsi dan Rokok
Interaksi yang terjadi anatara Oral Kontrasepsi dengan Rokok dapat
menyebabkan kegagalan dari obat oral kontrasepsi, karena Rokok merupakan
induktor enzim
Solusi : Penggunaan Oral Kontrasepsi dengan Rokok ini tidak boleh digunakan
secara bersama-sama.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. SOP Monitoring Interaksi Obat


2. SOP Pemantauan Terapi Obat
3. SOP Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki

Anda mungkin juga menyukai