Anda di halaman 1dari 30

INTERAKSI OBAT

apt. Melati Aprilliana R, M. Farm


 Interaksi obat : interaksi yang terjadi antara obat
dengan bahan atau zat lain karena digunakan pada
waktu yang sama
 Interaksi obat dapat mempengaruhi aktivitas obat,
INTERAKSI yaitu :
OBAT ✓ Meningkatkan efek
✓ Menurunkan efek
✓ Menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan
atau direncanakan
✓Interaksi obat dengan obat
Sasaran ✓Interaksi obat dengan makanan
Interaksi Obat ✓Interaksi obat dengan penyakit
✓Interaksi obat dengan test laboratorium
Obat-obat yang terlibat dalam interaksi :
✓ Obat Presipitan
Interaksi ✓ Obat obyek
Obat-obat
Apakah yang dimaksud dengan obat
presipitandan obat obyek?
 Adalah obat yang dapat mengubah efek dari obat
lain pada tempat aksi.
 Contoh :
a. Memiliki ikatan protein kuat : aspirin,
Obat fenilbutazon, sulfanamid
Presipitan  Obat tersebut dapat mendesak obat lain
yang terikat protein sehingga terbebaskan,
akibatnya kadar obat bebas dalam darah
meningkat dengan tajam
Tabel % kenaikan obat bebas setelah pendesakan 5 % dari
obat terikat protein
Sebelum Setelah %
Keterangan pendesakan pendesakan kenaikan
obat bebas
Obat A
% obat terikat 95 90 100
% obat bebas 5 10
Obat B
% obat terikat 50 45 10
% obat bebas 50 55

6
• Interaksi ini merugikan atau menguntungkan tergantung
dari sifat obatnya masing-masing
b. Obat-obat yang • Obat aktif adalah metabolitnya
menstimulasi atau • Misalnya :
menginhibisi Prednison Prednisolon
metabolisme obat Procainamid N-Asetil Procainamid
lain • Maka obat yang menstimulasi metabolisme akan
menyebabkan meningkatnya kadar obat aktif dalam darah
• Obat aktif adalah obat aslinya
• Misalnya :
✓ Captoril, furosemid, methyldopa dll
✓ Maka obat yang menstimulasi metabolisme
akan menyebabkan menurunnya kadar obat
aktif dalam darah.

8
• Obat yg menstimulasi
• Contoh :
 Antikonvulsan(fenitoin, karbamazepin, fenobarbital);
Rifampisin; griseofulvin
• Obat yg menginhibisi
• Contoh :
 Allopurinol; kloramfenikol; cimetidine; metronidazol;
INH; ciprofloksasin

9
C. Obat yang dapat mempengaruhi fungsi
ginjal dan menurunkan kliren ginjal dari
obat objek
 Contoh : diuretik, probenesid
 Adalah obat yang aksinya dipengaruhi oleh obat lain
 Obat obyek :
a. Obat yang mempunyai kurva dosis yang curam
 Perubahan dosis yang sedikit saja, bisa
merubah efek terapeutik.
Obat Obyek
 Dalam interaksi obat dapat menimbulkan
kemanfaatan atau efektifitas dari obat obyek
b. Obat-obat yg mempunyai indeks terapi sempit
 Dalam interaksi obat dapat menimbulkan efek
toksik dari obat obyek
Obat Rentang terapi

Digoksin 0,8 – 2,0 ng/mL


1 – 2,6 mcmol/L
Contoh obat-obat yg Teofilin 10 –20 mcg/mL
memiliki rentang terapi 55 – 110 mcmol/L
yang sempit Gentamisin peak 5 – 12 mcg/mL
trough < 2 mcg/mL
Fenitoin 10 –20 mcg/mL
20 – 80 mcmol/L
Karbamazepin 4 – 12 mcg/mL
17 – 50 mcmol/L
Parasetamol > 200 mcg/mL
Disopiramid 2 –5 mcg/mL
Prokainamid 4 – 10 mcg/mL
Kuinidin 2 – 5 mcg/mL

12
 Interaksi antara dua obat, artinya dapat terjadi
interaksi menguntungkan dan merugikan
 Interaksi obat menguntungkan:
a. Kombinasi penisilin – probenesid
 Probenesid akan menghambat sekresi
penisilin di tubuli ginjal, sehingga
meningkatkan kadar penisilin dalam plasma
 Meningkatkan efektivitasnya dalam terapi
gonore
b. Kombinasi antar obat antihipertensi
 Dapat meningkatkan efektifitasnya dan mengurangi ES
 Contoh :
✓ Reserpin – dihidralazin sulfat
✓ Atenolol – nifedipin
✓ Captopril – HCT
c. Kombinasi obat TBC
 Memperlambat timbulnya resistensi kuman thd obat
d. Kombinasi Metoklopramid – PCT
 Terjadi peningkatan absorbsi PCT
 Digoksin dengan diuretik kuat (furosemid,
hidroklortiazida)
 Obat diabetes oral dan aspirin.
 Obat spironolakton dan katopril
Interaksi Obat  Kombinasi obat tetrasiklin dan antasida.
Merugikan
 Pemberian bersama dua atau lebih AINS
 Antikoagulan dan ketorolak dan semua
antikoagulan.
 Interaksi obat dengan obat adalah respon klinik
atau farmakologis dari suatu pemberian
kombinasi obat , yang berbeda dari yang
seharusnya terjadi bila kedua obat obat diberikan
Efek Interaksi sendiri-sendiri.
Obat  Efek yang dapat terjadi :
a. Antagonisme
b. Sinergis (Adisi dan Potensiasi)
c. Idiosinkrasi
Aktivitas obat pertama dikurangi atau
ditiadakan sama sekali oleh obat kedua
Antagonisme yang memiliki khasiat farmakologis yang
bertentangan (1 + 1 < 2)
Contoh: adrenalin dan histamin.
 Sinergisme (1+1>2) artinya kerjasama antara dua obat
 Ada ada dua jenis efek sinergisme, yaitu :
a. Adisi
• Apabila efek kombinasi adalah sama dengan jumlah kegiatan
dari masing-masing obat (1+1=2),
• Misalnya : kombinasi asetosal dan parasetamol, juga trisulfa.

Sinergisme b. Potensiasi (mempertinggi potensi).


• Kegiatan obat dipertinggi oleh obat kedua (1+1>2), kedua obat
dapat memiliki potensi dan aktivitas yang sama
• Contoh: estrogen dan progesteron, sulfametoksasol dan
trimetoprim, asetosal dan kodein. Atau satu obat tidak
memiliki efek bersangkutan misalnya analgetika dan
klorpromazin, benzodiazepin/meprobamat dan alkohol ,
penghambat MAO dan amfetamin dan lain-lainnya.
• Adalah peristiwa suatu obat memberikan efek yang
secara kualitatif total berlainan dari efek normalnya,
umumnya disebabkan kelainan genetika pada pasien
bersangkutan.
• Contoh disebut anemia hemolitik (kurang darah akibat
terurainya sel-sel darah) setelah pengobatan malaria
Idiosinkrasi dengan primaquin atau derivatnya.
• Contoh lain pasien pada pengobatan dengan
neuroleptika untuk menenangkannya justru
memperlihatkan reaksi yang bertentangan dan
menjadi gelisah dan cemas.
 Suatu interaksi dianggap penting kalau ia
berpotensi merusak atau menyakiti pasien.
 Pasien yang menerima obat-obatan dalam jumlah
besar kemungkinan akan terjadi reaksi yang
merugikan.
Signifikansi
 Penelitian dari sebuah rumah sakit menjelaskan
Interaksi rata-rata 7% pasien menerima 6-10 macam obat,
dan 40% pasien menerima 16-20 macam obat
dimana terjadi peningkatan yang tidak seimbang.
 Penjelasan tersebut memungkinkan interaksi secara
bersamaan antar obat.

20
 Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas atau mengurangi efektivitas obat
yang berinteraksi,
 Terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan atau
indeks terapi yang sempit atau memiliki kurva dosis respon
yang curam, karena peningkatan sedikit saja dari kadar plasma
dapat menimbulkan gejala toksik yang hebat,
 Terutama antikoagulansia kumarin, teofilin, fenitoin, digoksin,
tolbutamid dan antidiabetika oral lainnya, dan obat-obat yang
memerlukan kontrol dosis yang ketat contohnya,
antikoagulansia, antihipertensi, dan antidiabetik

21
 Ada 5 tingkat signifikansi yang menunjukkan keberbahayaan
suatu interaksi antar obat dengan obat.
a. Interaksi signifikansi 1
• termasuk interaksi yang berat/berbahaya dan
terdokumentasi dengan baik
b. Interaksi signifikansi 2
• termasuk interaksi yang berat/berbahaya sampai sedang
dan terdokumentasi dengan baik
c. Interaksi signifikansi 3
• termasuk interaksi tidak berbahaya (ringan) dan
terdokumentasi dengan baik
d. Interaksi signifikansi 4
• termasuk interaksi berat/berbahaya sampai sedang
dengan data kejadian yang sangat terbatas
e. Interaksi signifikansi 5
• termasuk interaksi tidak berbahaya (ringan) dengan
dokumentasi yang terbatas dan beberapa interaksi ini
belum terbukti secara klinis

22
Urutan tingkat signifikansi
Tingkat Keparahan Dokumentasi
Signifikansi
1 Major Suspected or >
2 Moderate Suspected or >
3 Minor Suspected or >
4 Major/Moderate Possible
5 Minor Possible
Any Unlikely

23
Tingkat Signifikansi Interaksi dinilai dari
1. Onset
2. Severity/keparahan
3. Documentation

24
• Seberapa cepat efek klinis dari suatu interaksi dapat
terjadi, menentukan seberapa penting tindakan yang
harus dilakukan untuk menghindari efek yang
merugikan.
• Dua tingkatan onset yang digunakan :
Onset ✓ Rapid : efek terlihat dalam 24 jam sesudah
pemberian obat yang berinteraksi, tindakan segera
diperlukan untuk menghindari efek dari interaksi
yang terjadi.
✓ Delayed : efek tidak akan terlihat sampai obat yang
berinteraksi diberikan pada jangka waktu berhari-
hari atau berminggu-minggu, tindakan segera tidak
diperlukan

25
• Menunjukkan potensi keparahan interaksi, terutama dalam menilai
resiko dibandingkan keuntungan alternatif terapi yang terjadi.
• Dengan penyesuaian dosis yang tepat, pengaturan pemberian
frekuensi obat, efek merugikan dari interaksi obat dapat dihindari.
• Ada 3 tingkat keparahan interaksi obat, yaitu :
Severity (tingkat
a. Major : efek potensial yang membahayakan jiwa atau
keparahan) menyebabkan kerusakan permanen.
b. Moderate : efeknya dapat menyebabkan perubahan dari status
klinis pasien, perawatan tambahan, rawat inap, atau
perpanjangan rawat inap mungkin diperlukan.
c. Minor : efeknya biasanya ringan, akibatnya mungkin
mengganggu atau tidak disadari, tetapi tidak mempengaruhi
secara signifikan terhadap efek obat yang diinginkan terjadi.
Perawatan tambahan biasanya tidak diperlukan.

26
 Dokumentasi menentukan tingkat kepercayaan atau
bukti bahwa interaksi dapat menyebabkan perubahan
respon klinis.
 Skala ini menunjukkan pengelompokkan evaluasi dari
kualitas dan relevansi klinik pada literatur yang
Documentation mendukung kejadian suatu interaksi, bagaimanapun
(dokumentasi) banyak faktor yang mempengaruhi walaupun telah
terbukti dengan baik interaksi terjadi pada beberapa
pasien.
 Dokumentasi tidak menunjukkan kejadian atau
frekuensi terjadinya suatu interaksi, juga tidak
tergantung dari potensi kerasnya efek suatu interaksi.

27
Documentation (dokumentasi)
• Ada 5 tingkat dokumentasi, yaitu :
a. Established : terbukti terjadi dalam penelitian
terkontrol
b. Probable : sering terjadi tetapi tidak terbukti dalam
penelitian terkontrol
c. Suspected : dapat terjadi dengan data kejadian yang
cukup dan diperlukan penelitian lebih lanjut
d. Possible : mungkin terjadi dengan data kejadian
sangat terbatas
e. Unlikely : diragukan, tidak ada bukti yang cukup
terjadinya perubahan efek klinis

28
Interaksi farmasetika (inkompatibilitas)
Mekanisme
Interaksi farmakokinetik
interaksi obat
Interaksi farmakodinamik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai