Anda di halaman 1dari 11

Interaksi Obat

Dengan Obat
Oleh
Rochim (202204029)
Yustisia Permatasari (202204030)
Zunalia Firman Syah (202204031)
Definisi Interaksi Obat

Interaksi obat terjadi ketika obat saling mempengaruhi dan mengubah efeknya di dalam tubuh. Proses obat dalam tubuh

meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Jika beberapa obat diberikan bersamaan, mereka dapat berinteraksi dan

memengaruhi proses ini. Obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan. Ada dua jenis interaksi obat:

interaksi farmakodinamik, di mana obat saling mempengaruhi dan mengubah efeknya pada reseptor yang sama, dan interaksi

farmakokinetik, di mana obat saling mempengaruhi proses ADME sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan kadar obat dalam

darah.
Obat yang berinteraksi minimal melibatkan dua jenis
obat :

1. Obat presipitan, yaitu obat yang dapat mempengaruhi atau mengubah aksi atau efektivitas obat lain.
Ciri-ciri obat presipitan :

A. Obat dengan ikatan protein yang kuat dapat menggeser ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah
dan menyebabkan kadar obat bebas dalam darah meningkat. Hal ini dapat menyebabkan efek toksik
yang lebih besar. Contoh obat dengan sifat ini adalah aspirin, fenilbutazon, dan sulfa.
B. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer) enzim-enzim yang
memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang mempunyai sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer)
akan mempercepat eliminasi(metabolism) obat-obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang,
misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain. Sedangkan obat-obat yang dapat
menghambat metabolism (enzyme inhibator) akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek toksik,
termasuk kloramfenikol,fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain.
2. Obat objek, yaitu obat yang aksi atau efektivitasnya dipengaruhi atau diubah oleh obat lain.
Ciri-ciri :

A. Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah akan menyebabkan perubahan
besar pada efek klinis yang timbul. Secara farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai
obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam. Perubahan , misalnya dalam hal ini pengurangan kadar
sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik dari obat.

B. Obat-obat dengan rasio terapik yang rendah artinya antara dosis toksis dan dosis terapetik tersebut
perbandingannya (perbedaannya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah
menyebabkan terjadinya efek toksis.
Contoh Interaksi Obat

1. Interaksi Gastrointestinal.

Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua atau lebih obat yang diberikan secara bersama-samaan
yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses
absropsi obat sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absropsi yang merupakan bagian dari interaksi
farmakokinetik

Contoh : pemberian antasida bersamaan dengan tetrasiklin, maka akan mengurangi absropsi dari tetrasiklin.
Metoklopramid yang mempercepat absropsi paracetamol, dimana metokloopramid meningkatkan
pengosongan usus, sehingga absorbs obat lain meningkat.
2. Interaksi Beta-Blocker Dengan Obat-Obat Lain.

a. Interaksi beta-blocker dengan anti hipertensi.

1. Beta-blocker dengan Vasodilator. Kombinasi obat ini akan menghasilkan effek terapi yang lebih baik. Ternyata effek
sampingnya akan berkurang. Pemberian hydralazine yang menimbulkan reflex tachycardi akan berkurang bila
pemberiannya dikombinasikan dengan beta-blocker.
2. Beta-blocker dengan methyldopa. Penggunaan kombinasi dari methyldopa dan beta-blocker ternyata lebih aman
dibandingkan dengan pemakaiannya secara tunggal. Effek samping dari methyldopa berupa postural hipotensi akan
hilang bila diberikan bersamasama dengan beta-blocker.
b. Interaksi beta-blocker dengan anti-inflammasi.

Beta-blocker menghambat effek anti-inflammasi dari obat-obat Natrium salisilat,


Aminopirin, Fenilbutazon, Hidrokortison. Hal ini disebabkan karena kompetisi langsung
antara kedua obat ini pada reseptor yang sama.
3. Interaksi Obat Diabetes Militus (DM) dengan Obat Hipertensi

Contoh : Pemberian Glimepirid dengan Bisoprolol, dapat memberikan efek meningkatkan


resiko terjadinya hipoglikemia. Pemberian Metformin dengan Amlodipine, dapat
memberikan efek Amlodipin dapat meningkatkan absorbsi Metformin
4. Interaksi Obat lain dengan Antibiotik

a. Theophyline (obat sesak napas) digunakan bersamaan ciprofloksasin mengakibatkan peningkatan kadar
theophyline dalam tubuh, sehingga dapat memberikan efek samping theophylline meningkat.
b. Paracetamol digunakan bersama Isoniazid akan meningkatkan efek samping dari paracetamol.
Kesimpulan

1. Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek.
2. Interaksi dapat memberikan keuntungan dan kerugian.
3. Interaksi obat dapat terjadi pada berbagai tahap mulai dari meracik obat sampai
obat tersebut dikeluarkan dari tubuh.
Terima Kasih
Institut Teknologi Kesehatan Cendekia Utama Kudus

Anda mungkin juga menyukai