Anda di halaman 1dari 31

EFEK OBAT

Presented by
Muhammad afqary
PENGERTIAN
• Kerja obat ?
– Perubahan kondisi yang mengakibatkan timbulnya
efek (respon)
• Efek obat ?
– Perubahan fungsi, struktur atau proses sebagai
akibat kerja obat
EFEK OBAT

EFEK OBAT

EFEK EFEK
UTAMA IKUTAN
EFEK YANG DIKEHENDAKI EFEK YANG TIDAK DIKEHENDAKI
FAKTOR PENENTU EFEK OBAT
• Derajat aktivitas pada sistem yang sudah ada
sebelumnya
– Contoh : jika respon maksimal sudah tercapai, misal
oleh substansi endogen, maka penambahan obat
tidak lagi memberikan efek

• Penyakit yang diderita


– Contoh : Glikosida jantung akan meningkatkan
kekuatan kontraksi otot jantung pada penderita gagal
jantung, tapi tidak atau kurang berefek pada orang
sehat
• EFEK YANG DIINGINKAN DALAM PENGGUNAAN OBAT
– Menghilangkan penyebab penyakit
– Menghilangkan gejala penyakit
– Terapi untuk gantikan /menambah zat yang hilang/kurang
• EFEK YANG TIDAK DIINGINKAN
– Efek samping
– Efek toksik
– Idiosinkrasi
– Alergi
– Efek yang tidak bisa diprediks (Teratogenik, Karsinogenik, Mutagenik)
1. EFEK SAMPING OBAT
• Efek samping obat adalah efek ikutan yang muncul
setelah pemberian obat dengan dosis sesuai anjuran

Contoh : Antihistamin (dipendhidramin)

efek sedatif
• Efek samping tidak mungkin dihilangkan sama sekali
• Dapat dihindari/ditekan seminimal mungkin dengan
menghindari faktor-faktor resiko/penyebabnya
EFEK SAMPING
• Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit antara
obat dengan sistem biologis tubuh, dimana setiap
individu mempunyai respon bervariasi

• Efek samping obat bisa terjadi antara lain :


– Penggunaan lebih dari satu obat interaksi antara
obat tumpang tindih pengaruh obat terhadap
organ yang sama
– Obat-obat tersebut punya efek saling berlawanan
terhadap organ tertentu
2. EFEK TOKSIK
• Efek toksik adalah efek merugikan yang ditimbulkan
oleh obat akibat dosis berlebihan
• Kadar obat melebihi MTC (kadar toksik minimal)
• Obat yang memiliki indeks terapi sempit beresiko
tinggi terjadinya efek toksik. Contoh: antiepilepsi,
digoksin, warfarin
3. IDIOSINKRASI
• Idiosinkrasi adalah peristiwa, dimana suatu obat
memberikan efek yang secara kualitatif total
berlainan dari efek normalnya.
• Penyebab: kelainan genetis pada pasien
bersangkutan
• Contoh: terjadi anemia hemolitis (kekurangan darah
akibat terurainya eritrosit) setelah pengobatan
malaria dengan obat primakuin
3. ALERGI
• Merupakan reaksi hipersensitif seseorang terhadap
obat-obatan tertentu
Contoh : penisilin
OBAT KOMBINASI VS OBAT TUNGGA
• APAKAH OBAT KOMBINASI LEBIH BAIK DARI OBAT
TUNGGAL? ATAU SEBALIKNYA?
EFEK OBAT KOMBINASI
• Efek adisi, efek penjumlahan dari efek masing2 obat
• Efek sinergis, efek kombinasi yg sama dengan jumlah
dari kegiatan kedua zat (adisi) atau melebihi jumlah
tsb (potensiasi).
• Efek potensiasi, timbulnya efek yg lebih besar
daripada jumlah efek kedua obat
• Efek antagonis, yaitu efek yg berlawanan, misalnya
striknin dan barbital.
INTERAKSI OBAT
• Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug)
berubah akibat adanya obat lain (precipitant drug),
makanan, atau minuman.
• Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang
dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek yang
tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions =
ADIs) yang lazimnya menyebabkan efek samping obat
dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat di
dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat
dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak
optimal
MEKANISME INTERAKSI OBAT
• Mekanisme interaksi obat melalui beberapa cara:
yakni 1)
1. interaksi secara farmasetik (inkompatibilitas);
2. interaksi secara farmakokinetik
3. interaksi secara farmakodinamik
1. INTERAKSI FARMASETIK
• Interaksi Farmasetik atau inkompatibilitas
farmasetik bersifat langsung dan dapat secara
fisik atau kimiawi
– Contoh : fenitoin dengan larutan dextrosa
5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan
larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi
(pengendapan)
2. INTERAKSI FARMAKOKINETIK
• Interaksi yang terjadi dalam proses
farmakokinetik, yaitu absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi (ADME) dapat
meningkatkan ataupun menurunkan
kadar plasma obat.
A. INTERAKSI PADA ABSORBSI
CONTOH:
– Interaksi antibiotika (tetrasiklin, fluorokuinolon)
dengan besi (Fe) dan antasida yang mengandung
Al, Ca, Mg, terbentuk senyawa chelate yang tidak
larut sehingga obat antibiotika tidak diabsorpsi.
– Obat-obat seperti digoksin, siklosporin, asam
valproat menjadi inaktif jika diberikan bersama
adsorben (kaolin, charcoal) atau anionic exchange
resins (kolestiramin, kolestipol).
– Efek makanan terhadap absorpsi terlihat misalnya
pada penurunan absorpsi penisilin, rifampisin,
INH,
– Peningkatan absorpsi HCT, fenitoin, nitrofurantoin,
halofantrin, albendazol, mebendazol karena
pengaruh adanya makanan.
– Makanan berlemak meningkatkan absorpsi obat-
obat yang sukar larut dalam air seperti
griseovulvin dan danazo
B. INTERAKSI PADA DISTRIBUSI
Contohnya,
– fenilbutazon dapat menggeser warfarin sehingga
kadar plasma warfarin dan tolbutamid bebas
meningkat. Selain itu, fenilbutazon juga
menghambat metabolisme warfarin dan
tolbutamid.
C. INTERAKSI PADA METABOLISME
• Contoh:
– Interaksi triazolam, midazolam (substrat) dengan
ketokonazol, eritromisin (inhibitor) akan
meningkatkan kadar substrat, meningkatkan
bioavailabilitas (AUC) sebesar 12 kali, yang
berakibat efek sedasi obat-obat sedative di atas
meningkat dengan jelas.
D. INTERAKSI PADA EKSKRESI
• Contoh:
– Fenilbutazon dan indometazin menghambat
sekresi ke tubuli ginjal obat-obat diuretik tiazid
dan furosemid, sehingga efek diuretiknya
menurun;
– Salisilat menghambat sekresi probenesid ke tubuli
ginjal sehingga efek probenesid sebagai urikosurik
menurun.
3. INTERAKSI FARMAKODINAMIK
• Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat
yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau
sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang
aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada
perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik
lainnya.
• Interaksi farmakodinamik umumnya dapat
diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan
obat yang berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah
berdasarkan efek farmakodinamiknya.
• Selain itu, umumnya kejadian interaksi
farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat
dihindari sebelumnya jika diketahui mekanisme kerja
obat
• CONTOH: Penggunaan diuretik kuat (furosemid)
menyebabkan perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit seperti hipokalemia, dapat meningkatkan
toksisitas digitalis jika diberikan bersama-sama.
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Usahakan memberikan jumlah obat sesedikit


mungkin pada tiap-tiap penderita, termasuk
pemberian obat-obat OTC, dan obat-obat herbal
2. dalam memberikan obat, perhatian terutama pada
pasien usia lanjut, pasien dengan penyakit yang
sangat berat, pasien dengan adanya disfungsi hati
atau ginjal
3. Sangat berhati-hati jika menggunakan obat obat dengan batas
keamanan sempit (antikoagulan, digitalis, antidiabetik,
antiaritmia, antikonvulsan, antipsikotik, antidepresan,
imunosupresan, sitostatika), dan obat-obat inhibitor kuat CYP
(ketokonazol, itrakonazol, eritromisin, klaritromisin)
4. Melakukan monitoring terhadap kejadian interaksi (misal,
terhadap tanda, gejala, uji laboratorik) sehingga dapat cepat
terdeteksi dan diambil tindakan yang memadai, seperti
menyesuaikan dosis atau menghentikan salah satu atau semua
obat yang digunakan
5. Minum obat dengan air tawar tidak dengan sari buah/jus, teh,
susu.
OBAT OFF LABEL
• APAKAH ANDA PERNAH MENDENGAR : Sertralin
(suatu obat anti depresan) bisa digunakan untuk
mengatasi ejakulasi dini pada pria? Atau bahwa
ketotifen (suatu anti histamin) sering diresepkan
sebagai perangsang nafsu makan untuk anak-anak?
Atau amitriptilin (suatu obat anti depresi juga)
dipakai untuk mengobati nyeri neuropatik? Ini adalah
contoh-contoh penggunaan OBAT off-label.
• Penggunaan obat off-label adalah penggunaan obat di
luar indikasi yang disetujui oleh lembaga yang
berwenang.
• Lembaga berwenang itu kalau di Amerika adalah Food
and Drug Administration (FDA), sedangkan di Indonesia
adalah Badan POM.
• Tetapi karena umumnya obat-obat yang masuk ke
Indonesia adalah obat impor yang persetujuannya
dimintakan ke FDA, maka bisa dibilang bahwa indikasi
yang dimaksud adalah indikasi yang disetujui oleh FDA.
Penggunaan obat off-label sendiri ada dua jenis.
• Yang pertama, obat disetujui untuk mengobati penyakit
tertentu, tapi kemudian digunakan untuk penyakit yang sama
sekali berbeda. Misalnya amitriptilin yang disetujui sebagai
anti depresi, digunakan untuk mengatasi nyeri neuropatik.
• Yang kedua, obat disetujui untuk pengobatan penyakit
tertentu, namun kemudian diresepkan untuk keadaan yang
masih terkait, tetapi di luar spesifikasi yang disetujui.
Contohnya adalah Viagra, yang diindikasikan untuk mengatasi
disfungsi ereksi pada pria, tetapi digunakan untuk
meningkatkan gairah sexual buat pria walaupun mereka tidak
mengalami impotensi atau disfungsi ereksi.
EFEK PENYALAHGUNAAN OBAT
• OBAT YANG DICABUT IZIN EDAR AKHIR 2013
– Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
mencabut izin edar tiga jenis obat yang dianggap
berbahaya bagi kesehatan lantaran kerap
dikonsumsi secara salah. Ketiga jenis obat itu
adalah Calmlet tablet 2 mg, Dekstrometorphan
sediaan tunggal, dan Karisoprodol.
– Dekstrometorphan pada dasarnya adalah obat batuk.
Jika digunakan melebihi dosis bahkan dicampur
alkohol, akan menghasilkan efek senang (euphoria)
dan halusinasi. (pil dextro)
– Karisoprodol adalah obat nyeri otot. Sering dipakai
secara berlebih oleh pekerja kasar untuk menambah
stamina dan obat kuat. Efeknya menimbulkan
kecanduan.
– Camlet tablet 2 mg adalah obat antidepresi. Namun
karena efek ketergantungan yang tinggi, obat ini tidak
disarankan lagi diberikan pada pasien. Jenis Camlet
yang boleh digunakan adalah tipe tablet 1 mg.
TERIMA KASIH

WASSALAMU ALAIKUM

Anda mungkin juga menyukai