Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI
“UJI KETOKSIKAN SUBKRONIS”

KELOMPOK I

1. FANISA KURNIA PUTRI NIM 052211017

2. M ROIS MAULANA NIM 052211016

3. REFI HARDIANTI NIM 052211019

4. SANCA BERTLY MADA NIM 052211015

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
Pembagian Jobdesk
NO NAMA JOBDESK
1. Muhammad Rois Maulana Menyusun Metode Kerja dan
Perhitungan Laporan Praktikum
2. Sanca Bertly Mada Menyusun Pembahasan dan
Kesimpulan Laporan Praktikum
3. Refi Hardianti Menyusun Daftar Pustaka dan Lampiran
Laporan Praktikum
4. Fanisa Kurnia Putri Menyusun Tujuan dan Landasan Teori
Laporan Praktikum
PRAKTIKUM II
UJI TOKSISITAS SUBKRONIS

I. Tanggal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : Selasa, 28 September 2021

II. Tujuan Praktikum


Mahasiswa/i mampu memahami tujuan, sasaran, pelaksanaan, dan manfaat uji
ketoksikan subkronis suatu obat.

III. Dasar Teori


Dalam bidang toksikologi sudah dikenal istilah Postulat Paracelcus: “All substances
are poisons; there is none which is not a poison. The right dose differentiates a poison
from a remedy”, "Semua zat adalah racun, tidak ada yang bukan racun. Dosis yang
tepat yang membedakan racun dari obat." Apabila zat kimia dikatakan berracun
(toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensi memberikan efek
berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari
suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”,
sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap
organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah
toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana
efek berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat
kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan
mekanisme biologi pada suatu organisme.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme
biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut
telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan
pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek
berbahaya itu terjadi. Pada umumnya efek berbahaya atau efek farmakologik timbul
apabila terjadi interaksi antara zat kimia (tokson atau zat aktif fiologis) dengan
reseptor. Terdapat dua aspek yang harus diperhatikan dalam mempelajari interakasi
antara zat kimia dengan organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme
(aspek farmakodinamik atau toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap zat aktif
(aspek farmakokinetik atau toksokinetik) (Rahayu dan Solihat, 2018: 5.). Toksisitas
adalah pernyataan kemampuan racun menyebabkan timbulnya gejala keracunan.
Toksisitas ditetapkan di laboratorium, umumnya menggunakan hewan uji dengan cara
ingesti, pemaparan pada kulit, inhalasi, gavage, atau meletakkan bahan dalam air, atau
udara pada lingkungan hewan uji (Rahayu dan Solihat, 2018: 7).
Klasifikasi zat toksisitas melalui kriteria derajat ketoksisitas berdasarkan LD 50 sebagai
berikut:

Kategori
Super Toksik LD
5 mg/kg
50 atau kurang
Amat Sangat Toksik 5-50 mg/kg
Sangat Toksik 50-500 mg/kg
Toksik Sedang 0,5-5 g/kg
Toksik Ringan 5-15 g/kg
Praktis Tidak Toksik >15 g/kg

Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan
dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama 1 sampai 3 bulan (Huang dalam
Wahyuni, F.S., 2012). Uji toksisitas subkronis dilakukan untuk mengevaluasi efek
senyawa, apabila diberikan kepada hewan uji secara berulang-ulang. Biasanya
diberikan senyawa uji setiap hari selama kurang lebih 10% dari masa hidup hewan,
yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1-2 tahun untuk anjing. Uji toksisitas sub kronis
menyangkut evaluasi seluruh hewan untuk mengetahui efek patologi kasar dan efek
histologi. Uji ini dapat menghasilkan informasi toksisitas zat uji yang berkaitan dengan
organ sasaran, efek pada organ itu, dan hubungan dosis efek dan dosis respons.
Informasi tersebut dapat memberi petunjuk jenis penelitian khusus lainnya yang perlu
dilakukan (Hendriani, 200: 4-5).
Prinsip dari uji toksisitas subkronis oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat
dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per
kelompok selama 28 atau 90 hari, bila diperlukan ditambahkan kelompok satelit untuk
melihat adanya efek tertunda atau efek yang bersifat reversibel. Selama waktu
pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap hari untuk menentukan adanya
toksisitas. Hewan yang mati selama periode pemberian sediaan uji, bila belum
melewati periode rigor mortis (kaku) segera diotopsi dan organ serta jaringan diamati
secara makropatologi dan histopatologi.

Pada akhir periode pemberian sediaan uji, semua hewan yang masih hidup diotopsi
selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap organ dan
jaringan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan
histopatologi. Tujuan uji toksisitas subkronis oral adalah untuk memperoleh informasi
adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut; informasi
kemungkinan adanya efek toksik setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam
jangka waktu tertentu; informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksik. (BPOM,
2014).
Data Uji Ketoksikan Subkronis
IV. Perhitungan
V. Pembahasan

Menurut Desti Widiyana (2016), homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah


data yang diperoleh homogen atau tidak. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

 Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05, data berasal dari populasi yang mempunyai
varians tidak homogen.
 Jika nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, data berasal dari populasi yang mempunyai
varians homogen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji homogenitas, pada tabel
diperlihatkan bahwa nilai signifikansi (sig) berturut turut dari 4 kelompok (Rata-rata
BB, jumlah makanan, jumlah minuman dan kadar glukosa) tersebut adalah 0,284;
0,185; 0,291 dan 0,264. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat kelompok
memiliki varians yang homogen (data terdistribusi homogen).

Analisis ANOVA proses menganalisis data yang diperoleh dari percobaan dengan
berbagai tingkat faktor, biasanya lebih dari dua tingkat faktor. Tujuan dari analisis
adalah untuk mengidentifikasi variable bebas yang penting dan bagaimana variable
tersebut dapat mempengaruhi respon (Wackerley dkk, 2008). Kriteria pengujian
ANOVA untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis juga bisa dengan
menggunakan p-value < 0,05 maka dinyatakan signifikan dan hipotesis diterima
(Imam, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji One Way Anova, pada
tabel diperlihatkan bahwa nilai signifikansi (sig) berturut turut dari 4 kelompok
tersebut adalah 0,000; 0,001; 0,000 dan 0,189. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kelompok satu (rata-rata BB), dua (jumlah makanan) dan tiga (jumlah minuman)
dinyatakan signifikan atau terdapat perbedaan signifikan dari setiap replikasi
perlakuan. Sedangkan pada kelompok kempat (kadar glukosa) dapat disimpulkan
bahwa tidak signifikan atau tidak terdapat perbedaan signifikan dari setiap replikasi
perlakuan.

Uji Post Hoc LSD digunakan untuk mengetahui lebih spesifik apakah suatu
kelompok memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kelompok lainnya. Hasil
analisis uji Post Hoc LSD pada penelitian ini diinterpretasikan dengan cara melihat
tanda bintang (*) yang terdapat pada nilai mean difference, kelompok yang bertanda
bintang dapat diartikan bahwa kelompok tersebut memiliki perbedaan signifikan
terhadap kelompok lain. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa.
Pada kelompok Rata-rata BB untuk kelompok perlakuan control vs dosis rendah tidak
memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan perlakuan lain memiliki perbedaan
yang signifikan. Pada kelompok jumlah makanan untuk kelompok perlakuan dosis
rendah vs dosis sedang dan dosis tinggi juga pada kelompok dosis sedang vs dosis
rendah dan dosis tinggi tidak terdapat perbedaan signifikan, dan kelompok perlakuan
lain memiliki perbedaan yang signifikan. Pada kelompok jumlah minuman untuk
kelompok perlakuan kontrol vs dosis rendah dosisi sedang dan dosis tinggi, juga pada
kelompok dosis tinggi vs dosis rendah tidak terdapat perbedaan signifikan, dan
kelompok perlakuan lain memiliki perbedaan yang signifikan. Pada kelompok kadar
glukosa untuk semua perlakuan kelompok tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Pada tabel pengamatanindikator-indikator ketoksikan dari mencit dapat dilihat


sebagi berikut :

Kelompok Bulan ke RBC WBC HB PCV TPP


(jt/mm3) (ribu/mm3 (gram%) (%) (gram%)
I 0 6,864 5,09 11,756 38,268 7,88
1 6,832 4,828 12,08 39,114 7,994
2 6,796 4,788 12,854 40,26 8,102
3 7,32 5,078 12,06 42,246 7,86
Rata-rata 6,953 4,946 12,1875 39,972 7,959
II 0 7,856 5,252 11,772 39,808 7,68
1 7,088 6,114 13,12 40,598 8,112
2 6,766 5,676 11,988 43,99 7,86
3 6,554 5,688 13,044 41,4 7,96
Rata-rata 7,066 5,6825 12,481 41,449 7,903
III 0 6,198 5,43 11,61 39,8 7,98
1 6,452 6,252 12,986 42,83 8,012
2 6,584 6,07 12,68 42,4 8,282
3 6,3 6,012 13,288 43,224 7,93
Rata-rata 6,3835 5,941 12,641 42,0635 8,051
IV 0 6,732 5,892 11,83 41,01 8,18
1 6,762 5,366 12,708 38,76 8,12
2 6,714 3,322 11,72 42,026 8,1
3 6,76 5,998 13,49 45,24 8,34
Rata-rata 6,742 5,1445 12,437 41,759 8,185

Nilai RBC normal pada berkisar 4,0 - 5,5 juta/µl, dan berdasarkan hasil data
pengamatan nilai rata-rata RBC adalah di luar dari rentang normal hal ini dapat
dikarenakan akibat konsumsi makanan atau dikarenakan dosis yang di berikan.

Nilai WBC normal pada berkisar 5,0 - 10,0 rb/µl, dan berdasarkan hasil data
pengamatan nilai rata-rata WBC masih termasuk dalam rentang normal.

Nilai HB normal pada berkisar 12,0 – 16,0 gr/dl, dan berdasarkan hasil data
pengamatan nilai rata-rata HB masih termasuk dalam rentang normal.

Nilai PCV normal mencit adalah 33,1 – 49,9% (Mitruka dan Rawnsley, 1981).
Berdasarkan hasil pengamatan nilai PCV semua kelompok setiap bulan mengalami
peningkatan namun jika dirata rata nilai PCV dari keempat kelompok tersebut masih
termasuk dalam rentang normal.

Nilai TPP normal 6,6 – 8,7 gr/dl, berdasarkan hasil data pengamatan nilai rata-rata
TPP masih termasuk dalam rentang normal.
VI. KESIMPULAN
1. Nilai analisa homogenitas dapat disimpulkan bahwa keempat kelompok
memiliki varians yang homogen (data terdistribusi homogen).
2. Nilai analisa Anova dapat disimpulkan bahwa kelompok satu (rata-rata
BB), dua (jumlah makanan) dan tiga (jumlah minuman) terdapat
perbedaan signifikan dari setiap replikasi perlakuan. Sedangkan pada
kelompok kempat (kadar glukosa) tidak terdapat perbedaan signifikan dari
setiap replikasi perlakuan.
3. Nilai analisa Post Hoc LSD dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan dari beberapa kelompok juga terdapat beberapa kelompok
yang tidak terdapat perbedaan signifikan dari setiap perlakuannya.
4. Hasil data pengamatan nilai RBC diluar rentang normal, nilai WBC masih
termasuk rentang normal, nilai HB masih termasuk rentang normal, nilai
PCV masih dalam rentang normal dan nilai TPP masih termasuk dalam
rentang normal.
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Muji., Solihat M.F., 2018. Toksikologi Kliniki Bahan Ajar Teknologi
LaboratoRIUM. Jakarta: Kemenkes RI.

Hendriani, Rini. 2007. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS KOMBINASI EKSTRAK


ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia Linn.) DAN RIMPANG JAHE
GAJAH (Zingiber officinale Rosc.) PADA TIKUS WISTAR. Karya Ilmiah Fakultas
Farmasi Universitas Padjajaran. Jatinangor.

Wahyuni, F.S., Dkk. 2012. Uji Toksisitas Subkronis Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Asam
Kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Mencit Putih Betina
{Sub-chronic toxicity valuation of ethyl acetate fraction of fruit rind of “asam
kandis” (Garcinia cowa Roxb.) against liver and kidney function of female white
mice. Jurnal Sains Farmasi dan Klinis, 3(2).

BPOM RI. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo, Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 165 halaman.

Desti Widiyana, Universitas Negeri Yogyakarta,2018. PENGARUH MODEL


PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST,
ASSESSMENT, AND SATISFACTION) TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR KKPI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PEDAN

Jauhar Fajrin Dkk.2016. APLIKASI METODE ANALYSIS OF VARIANCE (ANOVA)


UNTUK MENGKAJI PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP
SIFAT FISIK DAN MEKANIK MORTAR. Jurnal Rekayasa Sipil Volume 12 No.1

Anis Dwi Utami , Dwi Priyowidodo . 2014 . Pengaruh Pemberian Sari Buah Merah
(Pandanus conoideus) terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar Hemoglobin, Nilai PCV dan
TPP Mencit (Mus musculus) yang Diinfeksi Toxoplasma gondii. JURNAL SAIN
VETERINER ISSN : 0126 - 0421
LAMPIRAN
VOLUME 12 NO. 1, FEBRUARI 2016 

APLIKASI METODE ANALYSIS OF VARIANCE (ANOVA) UNTUK


MENGKAJI PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME
TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK MORTAR

Jauhar Fajrin1, Pathurahman2, Lalu Gita Pratama3

ABSTRAK

Penelitian yang berkaitan dengan penambahan bahan pozolan untuk memperbaiki mutu mortar atau beton
sudah cukup banyak dilakukan. Namun demikian, penelitian-penelitian terdahulu umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode yang berbasis pada standar. Kelemahan metode ini adalah kesimpulan yang diambil
hanya berdasarkan statistik deskriptif tanpa melibatkan proses pengujian hipotesis menggunakan statistik
inferensial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan pozolan silica
fume terhadap karakteristik fisik dan mekanik mortar dengan mengaplikasikan metode analysis of variance
(ANOVA). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni dimana percobaan
laboratoriumnya didesain sebagai single factor experiment. Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian
adalah: 1) Penambahan bahan pozolan silica fume mampu membuat mortar menjadi lebih kedap air yang
ditandai dengan menurunnya daya serap air seiring dengan bertambahnya proporsi silica fume sebagai
pengganti sebagian semen. Terjadi penurunan daya serap air sebesar 18,3% ketika mortar diberi tambahan
silica fume sebesar 3% dari berat semen. Selanjutnya terjadi penurunan secara konstan sebesar 22,7%, 33,2%
dan 35,2% ketika ditambahkan silica fume sebesar 5, 7 dan 10%. 2) Penambahan silica fume juga mampu
menurunkan pH mortar. Tetapi pada penelitian ini, meskipun pH mortar menurun dengan bertambahnya
proporsi silica fume, kondisi pH nya masih dalam keadaan basa yang relatif aman bagi tulangan yang dilindungi
oleh mortar. 3) Untuk sifat mekanik, terlihat bahwa kuat tekan mortar berbanding lurus dengan peningkatan
kandungan silica fume yang dicampurkan. Rata-rata kuat tekan mortar normal tanpa campuran silica fume
adalah 39,9 MPa. Sementara kuat tekan rata-rata mortar dengan campuran silica fume secara berturut–turut
adalah 40,4 MPa, 42,3 MPa, 43,2 MPa dan 45,1 MPa atau terjadi peningkatan kuat tekan berturut-turut sebesar
1,1%, 5,9%, 8,2%, dan 12,8 % untuk proporsi 3, 5, 7 dan 10%.

Kata Kunci: mortar, silica fume, analysis of variance, karakteristik mortar, single factor analysis

1. PENDAHULUAN

Tipikal konstruksi dinding di Indonesia adalah sebuah dinding bata satu lapis dimana bata-bata
tersebut direkatkan satu sama lain dengan menggunakan adonan semen dan pasir yang dilindungi
oleh lapisan pelindung yang dinamakan ‘plesteran’ dimana untuk istilah dunia konstruksinya disebut
mortar. Mortar berfungsi sebagai pelindung bagi batu bata atau tulangan yang tertanam didalamnya,
biasanya motar digunakan pada proses akhir (finishing) dari proses pembangunan. Untuk itu mortar
menjadi bagian terluar dari susunan dinding yang akan melakukan kontak secara langsung dengan

1Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram ( jauhar.fajrin@unram.ac.id


2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram (pathurahman@unram.ac.id)
3Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram (gita.pratama@gmail.com)

11
Aplikasi Metode Analysis of Variance (ANOVA) Untuk Mengkaji Pengaruh Penambahan Silica Fume Terhadap Sifat 
Fisik dan Mekanik Mortar 

lingkungan tempat bangunan tersebut berada. Salah satu masalah yang sering terjadi di Indonesia,
khususnya pada bangunan yang berada pada daerah agresif seperti pesisir pantai, adalah cepat
berkaratnya tulangan atau terdegradasinya bata akibat tidak mendapatkan perlindungan yang cukup
dari mortar sebagai bagian terluar. Permasalahan tersebut tidak lepas dari kebiasaan masyarakat yang
suka meniru begitu saja praktek pembangunan rumah permanen untuk daerah non agresif yang
diterapkan di daerah agresif. Bahan plesteran atau mortar yang diperuntukan untuk daerah non
agresif apabila digunakan di daerah agresif akan menyebabkan durabilitas mortar tersebut berkurang.
Untuk itu mortar cepat rusak dan tidak mampu melindungi bata dan tulangan yang berada
didalamnya. Jangka panjangnya bangunan tersebut akan cepat rusak. Oleh karena itu mortar perlu
mempunyai durabilitas yang tinggi, apabila bangunan tersebut berada pada lingkungan yang
memiliki daya rusak yang tinggi. Mortar yang baik untuk daerah agresif adalah mortar yang mampu
menahan masuknya unsur kimia di dalam air yang bersifat menyerang kekuatan mortar tersebut.
Selain itu mortar juga harus mempunyai kekuatan tekan yang tinggi dan permeabilitas yang rendah.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penambahan bahan yang bersifat pozzolan sebagai
pengganti semen pada campuran mortar mampu menambah kekuatan maupun durabilitasnya.
Penambahan bahan yang bersifat pozzolan ini sebenarnya telah banyak diteliti baik pada campuran
beton ataupun mortar untuk menambah kekuatannya. Ilham (2005) dalam penelitiannya tentang
pengaruh sifat-sifat fisik dan kimia bahan pozzolan pada beton kinerja tinggi menyatakan bahwa
beton dengan campuran silica fume menunjukan pencapaian kuat tekan melebihi yang direncanakan
pada umur 28 hari. Kuat tekannya mencapai antara 100-110% dengan kuat tekan rencana 50, 60, 70,
dan 80 MPa. Selanjutnya, Afif (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh penambahan silica
fume dengan superplasticizer dengan pemakaian semen tipe PPC dan tipe PCC terhadap peningkatan
mutu beton menyatakan bahwa kuat tekan tertinggi dicapai pada sampel beton PPC dengan
kandungan silica fume 5% dan superplasticizer 2% dengan umur 56 hari sebesar 54.16 Mpa

Meskipun mortar dan beton adalah dua material yang berbeda, tetapi sebetulnya hampir sama karena
beton adalah mortar yang kemudian didalamnya dicampurkan dengan agregat kasar (kerikil/batu
pecah). Sehingga pembahasan tentang mortar bisa juga mengacu pada kajian-kajian mengenai beton.
Samekto dan Rahmadiyanto (2001) menjelaskan bahwa zat kimia dapat mengakibatkan kerusakan
pada beton, sebagian atau secara keseluruhan. Adanya kerusakan tersebut terutama disebabkan oleh
terjadinya reaksi antara alkali dari semen dengan zat penyerangnya, atau dengan yang ada dalam
beton itu sendiri. Karena semen merupakan zat yang alkalis (basa), dengan sendirinya beton tidak
tahan terhadap pengaruh asam. Pasta semen yang bersifat basa tadi, oleh pengaruh asam akan rusak
dan hilang daya rekatnya, sehingga beton menjadi rusak. Lebih lanjut dikatakan oleh Samekto dan
Rahmadiyanto (2001) bahwa untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan seperti itu,
dapat dilakukan terutama dengan membuat beton yang padat (kedap air) dan/atau melindungi
permukaan beton dengan zat lain yang dapat menahan pengaruh zat asam perusak tersebut. Dari
sekian banyak senyawa asam yang dapat merusak, yang paling banyak dan sering dilakukan
penjagaan terhadapnya adalah senyawa sulfat. Garam-garam sulfat biasanya terdapat di dalam air,
dan juga terdapat di dalam tanah dan di laut, atau danau dan rawa-rawa. Sulfat ini, dengan semen
yang berkadar C3A cukup tinggi, akan bersenyawa membentuk kuman semen (cement bacilus) yang
rapuh dan membesar, sehingga lama kelamaan gugur dan rusak.

Namun demikian, penelitian-penelitian terdahulu umumnya dilakukan dengan menggunakan metode


yang berbasis pada standar (standardized test procedures). Kelemahan metode ini adalah kesimpulan
yang diambil hanya berdasarkan statistik deskriptif tanpa melibatkan proses pengujian hipotesis
menggunakan statistik inferensial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan bahan pozolan silica fume terhadap karatareistik fisik dan mekanik mortar dengan
mengaplikasikan metode analysis of variance (ANOVA). Pengaplikasian metode statistik ini
dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat dan terencana. Melalui metode ini,
analisis data dapat dilakukan secara mendalam dengan tidak hanya membandingkan nilai rata-rata
12  |  JURNAL REKAYASA SIPIL 
Jauhar Fajrin, Pathurahman, Lalu Gita Pratama 

dari setiap perlakuan, tetapi juga membandingkan setiap variasi yang ada pada setiap sampel yang
diuji. Penelitian akan melibatkan kajian-kajian statistik teoritis dan juga menggunakan software
statistik yakni, Minitab 14.

2. METODE ANALYSIS OF VARIANCE (ANOVA)

Statistika adalah ilmu atau seni yang berkaitan dengan tata cara (metode) pengumpulan data, analisis
data, dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan
pengambilan keputusan. Metode statistik yang banyak digunakan untuk menganalisis data dari suatu
percobaan yang terancang adalah teknik analisis ragam atau sering disebut dengan ANOVA. Analisis
ragam adalah sebuah metode untuk memeriksa hubungan antara dua atau lebih set data. Dengan kata
lain ada hubungan antara set data dengan melakukan analisis varians. Analisis varian kadang- kadang
disebut sebagai F-test. Suatu ciri analisis ragam adalah model ini terparameterisasikan secara
berlebih, artinya model ini mengandung lebih banyak parameter dari pada yang dibutuhkan untuk
mempresentasikan pengaruh-pengaruh yang diinginkan. Salah satu tipe dari analisis ragam adalah
analisis varians satu jalur atau juga dikenal dengan istilah one-way ANOVA.

Analisis varians satu jalur adalah proses menganalisis data yang diperoleh dari percobaan dengan
berbagai tingkat faktor, biasanya lebih dari dua tingkat faktor. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
mengindentifikasi variabel bebas yang penting dan bagaimana variabel tersebut dapat mempengaruhi
respons (Wackerley, 2008 dalam Fajrin, 2011). Bila hanya salah satu faktor yang diselidiki, proses
ini disebut satu arah atau analisis varians satu jalur. Model untuk analisis ini dijabarkan sebagai
berikut.

i=1, 2, …, a
yij =μ+τi +ϵij j=1,2,…,n (1)
i

dengan,
y : Pengamatan ke j dalam kelompok ke i
µ : Nilai tengah sering disebut dengan rerata umum
τ : Parameter yang menyatakan rerata kelompok ke i
ϵ : Galat pada pengamatan ke (i,j)

Hipotesis nol dan alternatif untuk analisis statistik ini,

H = μ = μ = ..... = μ atau secara ekuivalen, H = τ = τ = .....=τ = 0


H = μ ≠ μ untuk setidaknya satu pasangan (i,j).

Prosedur berikutnya untuk proses analisis ini adalah untuk menghitung:

SST = y y… (2)

SS SS SS (3)

SStreatments
MStreatments = (4)
a-1
SSE
MSE = (5)
N a

VOLUME 12 NO. 1, FEBRUARI 2016  |  13
Aplikasi Metode Analysis of Variance (ANOVA) Untuk Mengkaji Pengaruh Penambahan Silica Fume Terhadap Sifat 
Fisik dan Mekanik Mortar 

Kemudian dilakukan uji statistik dengan menggunakan persamaan berikut ini:

SStreatments / a 1 MStreatments
F0 = (6)
SSE / N a MSE

Dengan:
SS : Total dikoreksi dari kuadrat penjumlahan.
SS : Kuadrat penjumlahan akibat perlakuan (i.e. antara perlakuan).
SS : Kuadrat penjumlahan akibat kesalahan (i.e dalam perlakuan).
MS : Kuadrat perlakuan.
MS : Kuadrat dari kesalahan.
F : Nilai respon dari pengamatan ij.
F , , : Nilai respon yang didapatkan dari tabel F distribusion.
N : Banyak sampel.
n : Banyak replikasi
a : Banyak perlakuan/variabel

Hipotesis nol harus ditolak dan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara
variabel penelitian jika:

F0 >F∝, a‐1, n‐a (7)

Selain melakukan perhitungan teoritis, juga dilakukan analisa dengan menggunakan software
statistik, yakni MINITAB 14. MINITAB merupakan salah satu program aplikasi statistika yang
banyak digunakan untuk mempermudah pengolahan data statistik.

3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen murni dimana percobaan
laboratoriumnya didesain sebagai single factor experiment. Hasil eksperimen kemudian dianalisis
menggunakan metode one-way ANOVA. Metode ini dipercaya sebagai metode penelitian yang paling
akurat dalam melakukan eksperimen yang berusaha membuktikan atau menolak hipotesis secara
matematika dengan menggunakan analisa statistik. Hal yang menonjol dari metode ini adalah adanya
variabel dan kontrol grup (Shuttleworth, 2008). Kontrol adalah perlakuan yang dijadikan sebagai
standar (benchmark) untuk mengevaluasi efektifitas dari perlakuan-perlakuan yang diberikan dalam
eksperimen (Kuehl, 2000).

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan mortar dalam eksperimen ini meliputi semen PPC,
pasir, air dan bahan pozzolan yaitu silica fume. Berdasarkan hasil eksperimen pendahuluan diketahui
bahwa komposisi campuran mortar yang mempunyai kinerja paling optimum adalah sebesar 30%
semen dan 70% pasir. Komposisi ini selanjutnya dijadikan sebagai kontrol. Selanjutnya ditambahkan
silica fume sebesar 3, 5, 7 dan 10% dari berat semen kedalam campuran mortar dengan perbandingan
yag sudah disebutkan diatas. Faktor air semen yang yang digunakan adalah sebesar 0.45 sesuai
dengan proporsi optimum yang didapatkan pada eksperimen pendahuluan. Benda uji yang telah
disiapkan kemudian direndam dalam air laut selama 28 hari untuk menciptakan kondisi agresif.
Selengkapnya komposisi campuran diperlihatkan pada Tabel 1. Karateristik fisik dan mekanik
mortar yang akan diuji adalah daya serap air, PH dan kuat tekan. Proses eksperimen dilakukan di
Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram dan Laboratorium
Kimia Analitik Fakultas MIPA Universitas Mataram.

14  |  JURNAL REKAYASA SIPIL 
Jauhar Fajrin, Pathurahman, Lalu Gita Pratama 

Tabel 1. Komposisi campuran mortar yang digunakan dalam penelitian


Kandungan silica fume (prosentase Berat aktual Berat aktual silica
Mortar
terhadap proporsi semen) semen (gr) fume (gr)
Kontrol 0 600 0
Variabel 1 3 582 18
Variabel 2 5 570 30
Variabel 3 7 558 42
Variabel 4 10 540 60

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Daya Serap Air Mortar

Pengujian daya serap air mortar dilakukan dengan cara merendam benda uji yang sudah berumur 28
hari didalam air selama 24 jam kemudian permukaannya dikeringkan sehingga tidak ada lagi air yang
menetes lalu ditimbang beratnya. Kemudian benda uji di masukkan ke dalam oven dengan suhu 1100
selama 24 jam kemudian ditimbang lagi. Hasil pengujian daya serap air mortar umur 28 hari dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rata-rata hasil pengujian daya serap air mortar untuk masing-masing variabel penelitian

Seperti yang terlihat pada Gambar 1, penambahan silica fume mampu menurunkan daya serap air
oleh mortar yang berarti meningkatkan kekedapan mortar dalam menyerap air. Rata-rata daya serap
air untuk mortar normal yang tidak dicampur dengan silica fume adalah 9,402%, diikuti secara
berturut-turut oleh MS1, MS2, MS3, MS4 dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 7.679%,
7.267%, 6.278%, dan 6.093%. Terjadi penurunan daya serap air sebesar 18,335% ketika mortar
diberi tambahan silica fume sebesar 3% dari berat semen. Selanjutnya terjadi penurunan secara
konstan sebesar 22.716%, 33.234% dan 35.202% ketika ditambahkan silica fume sebesar 5, 7 dan
10%. Peningkatan kekedapan air ini dimungkinkan karena butiran silica fume lebih kecil dari semen
sehingga mampu menutupi rongga-rongga dalam mortar. Semakin banyak kandungan silica fume
dalam campuran mortar berpengaruh semakin kecil pula porositas yang terjadi dalam mortar.
Selanjutnya dilakukan analisa statistik menggunakan ANOVA untuk mengetahui tingkat signifikansi

VOLUME 12 NO. 1, FEBRUARI 2016  |  15
Aplikasi Metode Analysis of Variance (ANOVA) Untuk Mengkaji Pengaruh Penambahan Silica Fume Terhadap Sifat 
Fisik dan Mekanik Mortar 

perbedaan antar variabel penelitian. Untuk itu diperlukan data lengkap mengenai hasil pengujian
daya serap air seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengujian daya serap air mortar

Daya Serap Air Mortar (%)


Variabel Replikasi Total Rata-Rata (%)
1 2 3
Kontrol (M0) 9.612 9.221 9.375 28.208 9.403
Variabel 1 (MS1) 7.762 7.465 7.809 23.036 7.679
Variabel 2 (MS2) 7.235 7.618 6.949 21.802 7.267
Variabel 3 (MS3) 6.095 6.441 6.297 18.833 6.278
Variabel 4 (MS4) 5.777 6.268 6.235 18.280 6.093
91.354 36.720

Keterangan :
M0 = Mortar dengan proporsi tanpa silica fume
MS1 = Mortar dengan proporsi silica fume 3% dari berat semen
MS2 = Mortar dengan proporsi silica fume 5% dari berat semen
MS3 = Mortar dengan proporsi silica fume 7% dari berat semen
MS4 = Mortar dengan proporsi silica fume 10% dari berat semen

Hasil analisa statistik yang dilakukan secara manual terhadap data hasil pengujian daya serap air
ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisa statistik manual terhadap data hasil pengujian daya serap air mortar
Sum of Degrees Of
Source Variation Mean Squares F0
Squares Freedom
Between treatments 21.17 4 5.292 90.70
Error 1.58 10 0.058
Total 21.75 14

Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3, nilai SSTreatments atau total koreksi terhadap antara perlakuan
sebesar 21.17 dengan derajat kebebasan sebesar 4 (a-1) dan rata-rata total koreksi atau MSTreatment
sebesar 5.292. Untuk kesalahan dalam perlakuan didapat nilai SSE atau kesalahan total koreksi
sebesar 1.58 dengan derajat kebebasan sebesar 10 (N-a) dan rata-rata total koreksi sebesar 0.058.
Dari perhitungan didapatkan nilai F0 atau F hitung sebesar 90.70. Hasil perhitungan secara manual
tersebut kemudian dibandingkan dengan output program MINITAB 14 yang diperlihatkan pada
Tabel 4.

Terlihat pada Tabel 4 bahwa nilai F yang diberikan oleh program Minitab 14 sama dengan nilai F
hasil perhitungan manual, yakni sebesar 90,70. Selanjutnya nilai F yang diperoleh secara manual dan
program (F0) ini disebut dengan F hitung dan kemudian dibandingkan dengan F tabel. Nilai F tabel
sendiri didapatkan dari tabel F-distribution. Nilai F tabel ini diperoleh dengan menggunakan tingkat
signifikansi 95% (α = 0.05), dengan derajat kebebasan total koreksi perlakuan sebesar 4 (a-1) dan
derajat kebebasan kesalahan total koreksi dalam perlakuan sebesar 10 (N-a). Untuk itu didapatkan
nilai F tabel (F0.05,4,10) sebesar 3,48. Karena nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka sesuai dengan
Persamaan 7 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara nilai rata-rata
perlakuan. Atau dengan kata lain, penambahan silica fume sebagai pengganti sebagian semen
berpengaruh signifikan dalam menurunkan daya serap air mortar.

16  |  JURNAL REKAYASA SIPIL 
Jauhar Fajrin, Pathurahman, Lalu Gita Pratama 

Tabel 4. Output program Minitab 14 mengenai hasil uji daya serap air

Selanjutnya, untuk melengkapi hasil ANOVA ini dilakukan uji lanjutan (pairwise test) dengan uji
Dunnet, Tukey dan Fisher. Tetapi mengingat terbatasnya halaman, maka hasil lengkap dari ketiga
test tersebut tidak dibahas disini. Hanya sedikit dibahas hasil pengelompokan yang dilakukan
menggunakan metode Fisher seperti yang terlihat pada Tabel 5. Hasil pengelompokkan yang
dilakukan dengan metode Fisher menunjukan bahwa sebenarnya variabel 1 dan variabel 2 tidak
berbeda secara signifikan, demikian pula antara variabel 3 dan 4. Sehingga variabel 1 dan 2, oleh
metode Fisher, dimasukan kedalam satu kelompok, yakni kelompok B. Hal yang sama terjadi pada
variabel 3 dan 4 yang disatukan kedalam kelompok C. Sehingga hasil akhir uji pengelompokan
Fisher ini hanya mengelompokan kelima variabel ini kedalam 3 kelompok.

Tabel 5. Hasil pengelompokkan variabel pada uji daya serap air mortar dengan metode Fisher

4.2. Hasil Pengujian pH Mortar.

Pengujian pH mortar dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh penambahan silica fume
pada campuran mortar terhadap tingkat keasaman atau pH mortar yang direndam dalam air laut
VOLUME 12 NO. 1, FEBRUARI 2016  |  17
Aplikasi Metode Analysis of Variance (ANOVA) Untuk Mengkaji Pengaruh Penambahan Silica Fume Terhadap Sifat 
Fisik dan Mekanik Mortar 

selama 28 hari. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA Universitas
Mataram. Rata-rata hasil pengujian pH mortar untuk masing-masing variabel dan kontrol dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rata-rata hasil pengujian pH mortar untuk masing-masing variabel penelitian

Secara sekilas terlihat pada Gambar 2 bahwa penambahan silica fume akan menurunkan pH mortar.
Secara berturut-turut nilai pH untuk MS1, MS2, MS3, MS4 adalah sebesar 11.16, 11.103, 11.033,
10.943 lebih kecil dari pH mortar normal (M0) yang dijadikan sebagai kontrol, yakni sebesar 11.207.
Adapun persentase penurunan pH akibat adanya penambahan silica fume dari setiap variabel
terhadap M0 secara berturut-turut sebesar 0.004%, 0.009% , 0.015 % dan 0.024%. Penurunan ini
sekilas terlihat tidak terlalu signifikan. Penurunan terbesar hanya sebesar 0.024%, sehingga sifat dari
keseluruhan mortar tersebut masih termasuk bersifat basa. Nilai pH dikatakan asam apabila nilainya
kurang dari 7. Nilai pH untuk semua variabel dan kontrol dalam penelitian ini masih dalam rentang
nilai yang bisa diterima (acceptable value) seperti yang dikatakan oleh Sugiyarto (2011) yang hasil
eksperimennya menyimpulkan bahwa nilai pH yang baik untuk menahan serangan yang diakibatkan
oleh zat asam yang bisa mengakibatkan kerusakan seperti korosi adalah lebih dari 9. Meskipun secara
sekilas terlihat bahwa nilai pH semua level faktor diatas hampir mirip, namun untuk menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara variabel-variabel tersebut harus dilakukan
pengujian statistik terlebih dahulu. Untuk keperluan tersebut maka data lengkap hasil pengujian,
seperti yang ditampilkan pada Tabel 6, harus dianalisa dengan metode ANOVA terlebih dahulu.

Tabel 6. Hasil pengujian pH mortar

Nilai pH Mortar
Variabel Replikasi Total Rata-Rata
1 2 3
Kontrol (M0) 11.14 11.29 11.19 33.62 11.207
Variabel 1 (MS1) 11.16 11.16 11.16 33.48 11.160
Variabel 2 (MS2) 11.11 11.10 11.10 33.31 11.103
Variabel 3 (MS3) 11.00 11.05 11.05 33.1 11.033
Variabel 4 (MS4) 10.88 10.98 10.97 32.83 10.943
166.34 55.447

18  |  JURNAL REKAYASA SIPIL 
Jauhar Fajrin, Pathurahman, Lalu Gita Pratama 

Hasil analisa statistik yang dilakukan secara manual terhadap data hasil uji pH mortar ditampilkan
pada Tabel 7, sementara output program Minitab 14 ditampilkan pada Tabel 8. Berdasarkan hasil
perhitungan yang hasilnya diperlihatkan pada Tabel 7, diketahui bahwa nilai SSE atau kesalahan total
koreksi dalam perlakuan adalah sebesar 0.0195 dengan derajat kebebasan sebesar 10 (N-a) dan rata-
rata total koreksi sebesar 0.001947. Nilai SSTreatments atau total koreksi terhadap antara perlakuan
sebesar 0.1302 dengan derajat kebebasan sebesar 4 (a-1) dan rata-rata total koreksi atau MSTreatment
sebesar 0.033. Dari perhitungan selanjutnya didapatkan nilai F0 atau F hitung sebesar 16.724. Dari
tabel F-distribution diperoleh nilai F tabel (F0.05,4,10) sebesar 3.48. Hal ini berarti bahwa nilai F hitung
lebih besar dari F tabel. Berdasarkan Persamaan 7, apabila nilai F hitung lebih besar dibandingkan
nilai F tabel, maka Hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa rata-rata semua variabel adalah sama
harus ditolak. Hal ini berarti, hipotesis alternatifnya (H1) harus diterima yang menyatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata level faktor atau antara variabel-variabel
penelitian. Hal ini berarti, penambahan silica fume berpengaruh signifikan dalam menurunkan pH
mortar.

Tabel 7. Hasil analisa statistik terhadap pH mortar secara manual.


Sum Of Degrees Of
Source Variation Mean Squares F0
Squares Freedom
Between treatments 0.1302 4 0.033 16.724
Error 0.0195 10 0.001947
Total 0.1479 14

Tabel 8. Hasil analisa statistik pH mortar dengan program Minitab

Hasil pengelompokan (grouping) yang dilakukan dengan metode Fisher yang ditampilkan pada
Tabel 9 memperlihatkan bahwa ada empat kelompok variabel yaitu kelompok A, B, C, dan D.
Kontrol (M0) dimasukan kedalam kelompok A. Sementara variabel 1 (MS1) masuk kedalam dua
kelompok, bisa A atau B. Hal yang sama terjadi pada variabel 2 yang bisa masuk kelompok B atau
kelompok C. Variabel 3 masuk kedalam kelompok C dan variabel 4 masuk kedalam kelompok D.
Hal ini mempunyai makna bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel 1 dengan
kontrol dan antara variabel 1 dengan variabel 2. Sehingga bisa kemudian dijustifikasi bahwa variabel
1 sama saja dengan kontrol dan variabel 2 sama saja dengan variabel 3. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa berdasarkan nilai pH, penambahan silica fume sebesar 3% tidak berarti. Demikian
pula dengan penambahan sebesar 7% sebaiknya tidak dilakukan, cukup hanya dengan menambahkan
5% silica fume akan memberikan pengaruh yang sama dengan penambahan sebesar 7%.
VOLUME 12 NO. 1, FEBRUARI 2016  |  19
Aplikasi Metode Analysis of Variance (ANOVA) Untuk Mengkaji Pengaruh Penambahan Silica Fume Terhadap Sifat 
Fisik dan Mekanik Mortar 

Tabel 9. Hasil pengelompokan variabel pada uji pH mortar dengan metode Fisher

4.3. Kuat Tekan Mortar

Pengujian kuat tekan mortar dilakukan menggunakan alat Compressing Testing Machine (CTM).
Rata-rata hasil pengujian kuat tekan mortar untuk masing-masing variabel dan kontrol dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata hasil pengujian kuat tekan mortar untuk masing-masing variabel penelitian

Seperti yang dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 3, rata-rata kuat tekan mortar normal tanpa
campuran silica fume adalah 39,97 Mpa. Sementara kuat tekan rata-rata mortar dengan campuran
silica fume secara berturut–turut adalah 40,41 MPa, 42,33 MPa, 43,25 MPa dan 45,10 MPa untuk
variabel 1 sampai 4. Terlihat disini bahwa kuat tekan mortar berbanding lurus dengan peningkatan
kandungan silica fume yang dicampurkan. Kuat tekan mortar tertinggi dicapai pada mortar MS4
dengan proporsi silica fume 10% dari berat semen dengan nilai kuat tekan rata-rata sebesar 45.10
MPa. Hal ini sesuai dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Ilham (2005) dan Afif (2013)
yang menyatakan bahwa penggunaan silica fume yang memiliki kandungan silika yang tinggi,
kandungan karbon yang rendah, luas permukaan yang besar, dan ukuran partikel yang halus dan
20  |  JURNAL REKAYASA SIPIL 
Jauhar Fajrin, Pathurahman, Lalu Gita Pratama 

amorfus sehingga reaksi pozzolan yang terjadi lebih cepat, dapat meningkatkan kuat tekan mortar.
Peningkatan kuat tekan yang terjadi berturut-turut adalah sebesar 1,10%, 5,90%, 8,20%, dan 12,84
% untuk variabel 1 sampai 4. Namun demikian, terlihat dengan cukup jelas pada Gambar 3 bahwa
penambahan 3% silica fume hanya mampu meningkatkan kuat tekan yang relatif kecil, yakni dari
39,97 MPa ke 40,41 Mpa, atau hanya sebesar 1.10%. Tetapi untuk lebih memastikan bahwa apakah
ada perbedaan yang signifikan atau tidak, maka perlu dilakukan analisa statistik. Data lengkap
mengenai hasil pengujian kuat tekan untuk diolah secara statistik disajikan pada Tabel 10. Sementara
hasil analisa statistik yang dilakukan secara manual terhadap data hasil uji tekan ditampilkan pada
Tabel 11.

Tabel 10. Hasil pengujian kuat tekan mortar

Kuat Tekan (MPa)


Rata-Rata
Faktor Level Replikasi Total
(MPa)
1 2 3 4 5
Kontrol (M0) 38.52 43.09 38.40 43.57 36.27 199.85 39.97
Variabel 1 (MS1) 40.17 39.04 41.32 41.53 39.98 202.04 40.41
Variabel 2 (MS2) 42.46 41.36 42.07 41.86 43.92 211.47 42.33
Variabel 3 (MS3) 43.48 43.94 43.81 41.92 43.12 216.27 43.25
Variabel 4 (MS4) 44.08 46.60 46.28 44.60 43.97 225.53 45.10
1057.16 211.06

Tabel 11. Hasil analisa statistik kuat tekan mortar secara manual.
Sum Of Degrees Of
Source Variation Mean Squares F0
Squares Freedom
Between treatments 88.78 4 22.20 7.68
Error 57.77 20 2.89
Total 146.55 24

Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 11, nilai SSTreatments dan MSTreatment adalah masing-masing
sebesar 88.78 dan 22.20. Nilai SSE atau kesalahan total koreksi dalam perlakuan diperoleh sebesar
57,77 dan rata-rata total koreksi sebesar 2.89. Selanjutnya didapatkan nilai F0 atau F hitung sebesar
7,68. Hasil running program MINITAB 14 pada Tabel 12 memperlihatkan nilai F yang sama dengan
nilai F dengan perhitungan manual. Selanjutnya dari tabel F distribution dapatkan nilai F tabel
(F0.05,4,20) sebesar 2.87. Terlihat dengan jelas bahwa nilai F hitung lebih besar daripada F tabel yang
bermakna bahwa hipotesis nol harus ditolak dan menerima hipotesis alternatifnya yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan diantara variabel-variabel penelitian yang diteliti. Secara
teknis hal ini berarti bahwa penambahan silica fume sebagai pengganti sebagian semen berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan kuat tekan mortar.

Hasil pengelompokkan yang diberikan oleh uji Fisher’s yang ditampilkan pada Tabel 12 menunjukan
bahwa ada empat kelompok level atau variabel yaitu kelompok A, B, C, dan D. Dimana mortar
normal atau kontrol (M0) masuk di dalam kelompok D, variabel 1 (MS1) masuk di dalam kelompok
C dan D, variabel 2 (MS2) masuk di dalam kelompok B dan C, variabel 3 (MS3) masuk di dalam
kelompok A dan B, serta variabel 4 (MS4) masuk kedalam kelompok A. Bila diinterpretasikan lebih
jauh dapat dikatakan bahwa penambahan silica fume sebesar 3% tidak efektif dalam memperbaiki
kekuatan tekan mortar karena hasilnya tidak terlalu signifikan. Penambahan sebesar 5% dan 7% juga
tidak memberikan perbedaan yang signifikan, sehingga cukup diberi 5% saja. Sementara itu,
pemberian tambahan silica fume sebesar 10% tidak mampu meningkatkan kuat tekan secara
signifikan dibandingkan dengan proporsi 7%. Sehingga tidak perlu diberikan tambahan silica fume
sebesar 10%.
VOLUME 12 NO. 1, FEBRUARI 2016  |  21
Aplikasi Metode Analysis of Variance (ANOVA) Untuk Mengkaji Pengaruh Penambahan Silica Fume Terhadap Sifat 
Fisik dan Mekanik Mortar 

Tabel 12. Hasil pengelompokan variabel pada uji kuat tekan mortar dengan uji Fisher

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Secara umum dari hasil penelitian, pengujian, analisa data dan pembahasan yang dilakukan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1) Penambahan bahan pozolan silica-fume mampu memperbaiki membuat mortar menjadi lebih
kedap air yang ditandai dengan menurunnya daya serap air seiring dengan bertambahnya
proporsi silica-fume sebagai pengganti sebagian semen (partial cement replacement).
Terjadi penurunan daya serap air sebesar 18,335% ketika mortar diberi tambahan silica fume
sebesar 3% dari berat semen. Selanjutnya terjadi penurunan secara konstan sebesar 22,716%,
33,234% dan 35,202% ketika ditambahkan silica fume sebesar 5, 7 dan 10%. Dari hasil
ANOVA diperoleh nilai F tabel (F0.05,4,10) sebesar 3,48. Nilai ini lebih kecil dibandingkan
dengan nilai F hitung (90,70), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan diantara nilai rata-rata perlakuan.
2) Penambahan silica fume juga mampu menurunkan pH mortar. Tetapi pada penelitian ini,
meskipun pH mortar menurun dengan bertambahnya proporsi silica fume, kondisi pH nya
masih dalam keadaan basa yang relatif aman bagi tulangan yang dilindungi oleh mortar.
Adapun persentase penurunan pH akibat adanya penambahan silica fume dari setiap variabel
terhadap M0 secara berturut-turut sebesar 0,004%, 0,009% , 0,015 % dan 0,024%. Penurunan
ini sekilas terlihat tidak terlalu signifikan. Tetapi hasil ANOVA menunjukan bahwa nilai F0
atau F hitung (16,724) lebih besar dibandingkan dengan nilai F tabel (F0.05,4,10) sebesar 3,48
yang mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata level
faktor atau variabel penelitian.
3) Untuk sifat mekanik, terlihat bahwa kuat tekan mortar berbanding lurus dengan peningkatan
kandungan silica fume yang dicampurkan. Rata-rata kuat tekan mortar normal tanpa
campuran silica fume adalah 39,97 Mpa. Sementara kuat tekan rata-rata mortar dengan
campuran silica fume secara berturut–turut adalah 40,41 MPa, 42,33 MPa, 43,25 MPa dan
45,10 MPa untuk variabel 1 sampai 4. Peningkatan kuat tekan yang terjadi berturut-turut
adalah sebesar 1,10%, 5,90%, 8,20%, dan 12,84 % untuk variabel 1 sampai 4. Nilai F hitung
(7,68) lebih besar dari nilai F tabel (2,87) yang bermakna bahwa hipotesis nol harus ditolak
dan menerima hipotesis alternatifnya yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan diantara variabel-variabel penelitian yang diteliti. Secara teknis hal ini berarti

22  |  JURNAL REKAYASA SIPIL 
Jauhar Fajrin, Pathurahman, Lalu Gita Pratama 

bahwa penambahan silica fume sebagai pengganti sebagian semen berpengaruh signifikan
dalam meningkatkan kuat tekan mortar.

5.2. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1) Dalam proses uji konsistensi normal dan setting time sebaiknya dilakukan dengan sangat
teliti dan hati-hati dalam menggunakan alat vicat agar diperoleh hasil yang akurat dan
terhindar dari getaran.
2) Dari ketiga parameter yang diuji; daya serap air, pH dan kuat tekan, terlihat bahwa proporsi
silica fume yang dicampurkan masih memungkinkan untuk ditingkatkan karena grafiknya
masih berbentuk linear. Artinya proporsi yang optimum sebenarnya belum ditemukan dalam
penelitian ini. Ini adalah fakta yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan kajian lanjutan.
3) Untuk penelitian lanjutan disarankan untuk menggunakan inkremental peningkatan proporsi
campuran silica fume sebesar 5% dan proporsi maksimum lebih dari 10%, misalnya dengan
inkremental 0, 5, 10, 15 dan 20 persen.

REFERENSI

Afif, 2013, Pengaruh Penambahan Silika Fume dan Superplasticizer dengan Pemakaian Semen Type PPC dan
Type PCC Terhadap Peningkatan Mutu Beton, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri
Semarang, Semarang.
Ilham, A., 2005, Pengaruh Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Bahan Pozzolan Beton Kinerja Tinggi, Media
Komunikasi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil UII, Vol. 13, No. 3, Edisi XXXIII.
Kuehl, R. O., Design of Experiment: Statistical Principles of Research Design and Analysis, Second Edition
(Brooks/Cole Publishing, USA 2000).
Samekto, W., Rahmadiyanto, C., 2001, Teknologi Beton, Kanisius, ISBN: 979-672-564-9, Yogyakarta.
Sugiyarto, J., 2011, Pengaruh Susut Terkekang Repair Mortar Dengan Bahan Tambah Polimer Terhadap
Kecendrungan Deliminasi, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Surakarta.
Wackerley, D.D., Mendenhall, W., Scheaffer, R. L., (2008), Mathematical statistics with applications,
Thompson Brooks/Cole, USA. Dalam: Fajrin, J., Zhuge, Y., Bullen, F., Wang, H., Flexural strength
of sandwich panel with lignocellulosic composites intermediate layer-a statistic approach,
International Journal of Protective Structures 2 (2011), p. 452-464.

VOLUME 12 NO. 1, FEBRUARI 2016  |  23
JSV 32 (1), Juli 2014 JURNAL
SAIN VETERINER
ISSN : 0126 - 0421

Pengaruh Pemberian Sari Buah Merah (Pandanus conoideus) terhadap Jumlah


Eritrosit, Kadar Hemoglobin, Nilai PCV dan TPP Mencit (Mus musculus)
yang Diinfeksi Toxoplasma gondii
The Effect of Red Fruit's (Pandanus conoideus) Extract to Eritrocytes, Hemoglobin, PCV and
TPP Concentrations of Mice (Mus musculus) Infected by Toxoplasma gondii

Anis Dwi Utami1, Dwi Priyowidodo 2


1
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
2
Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
Email :anizdwiutami@gmail.com

Abstract

Toxoplasmosis is a zoonotic parasites caused by Toxoplasma gondii. The red fruit's extract contains
tocopherol and betacarotene as antioxidant and it can repair the bodies immune system. This research was aimed
to study the effect of red fruit's extract to erithrocytes, hemoglobin, the values of PCV and TPP concentration of
mice infected with T. gondii, so that the red fruit extract can be used as alternative herbal medicine for eliminating
Toxoplasmosis. 15 of Balb/C mice, male, three months, 30 gr of body weight were used as experimental animals.
The mice were then devided into three groups. Group I was a control, group II was tachyzoite infected and group
III was tachyzoite infected and given red fruit's extract. Group III was given red fruit's extract on first day with
0,53 g/kg BW/mice/day. Mice in group II and III were infected by injection of Toxoplasma gondii tachyziote
1x103/mice intraperitoneally. The blood sample was taken from five mice in each group at 7th and 12th day
through cantus medialis. The blood was examinated in Clinical Pathology Laboratory, Faculty of Veterinary
Medicine, Gadjah Mada University. Data were analyzed using Factorial 2 x 3. The result showed no significant
difference (P>0,05) in hemoglobin, and PCV's value between groups I, II and III before and after infection of T.
gondii's tachyzoite. The TPP's value between groups I, II and III before and after infection of T. gondii's
tachyzoite was significantly difference (P<0,05).

Key words : Toxoplasma gondii, red fruit's extract, erithrocytes, hemoglobin, PCV

Abstrak

Toksoplasmosis merupakan zoonosis parasitik yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii.Sari buah merah
mengandung tokoferol, betakaroten yang bersifat sebagai antioksidan yang dapat memperbaiki sistem imun
tubuh.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian sari buah merah terhadap eritrosit,
hemoglobin, PCV dan TPP pada mencit yang diinfeksi Toxoplasma gondii sehingga dapat digunakan sebagai
obat herbal alternatif untuk mengatasi Toksoplasmosis. Sebanyak 15 ekor mencit Balb/C, jantan, umur 3 bulan,
berat badan sekitar 30 gr digunakan sebagai hewan percobaan. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok yaitu
kelompok I (kontrol), II (diinfeksi takizoit Toxoplasma gondii) dan III (diinfeksi Toxoplasma gondii dan diberi
sari buah merah). Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Pemberian sari buah merah pada kelompok ketiga
dimulai pada hari pertama sebanyak 0,53 g/kg BB/ekor/hari. Mencit kelompok II dan III diinfeksi dengan
3
takizoit Toxoplasma gondii strain RH 1x10 per ekor mencit disuntikkan secara intraperitoneal. Pengambilan
darah pada lima ekor tiap kelompok melalui canthus medialis dilakukan pada hari ke 7 dan ke 12. Pemeriksaan
darah dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Hewan universitas Gadjah Mada. Data
dianalisis menggunakan Faktorial 2 x 3.Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hemoglobin, PCV antara
kelompok I, II dan III sebelum dan sesudah infeksi takizoit Toxoplasma gondii tidak ada perbedaan signifikan
(P>0,05). Nilai TPP antara kelompok I, II, III sebelum dan sesudah infeksi takizoit Toxoplasma gondii
menunjukkan ada perbedaan signifikan (P>0,05).

Kata kunci : Toxoplasma gondii, Sari Buah Merah, Eritrosit, Hemoglobin, PCV

13
Anis Dwi Utami dan Dri Priyowidodo

Pendahuluan oosista T. gondii bersama feses, jika kucing


menderita toksoplasmosis (Kim and Loius,
Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi 2007).Terdapat tiga bentuk infektif Toxoplasma
protozoa intraseluler, Toxoplasma gondi yang dapat gondii yaitu takizoit, bradizoit dan oosista (Weiss
menyerang manusia maupun hewan karena bersifat and Kim, 2000; Dubey, 2008).
zoonosis(Abu-Dalbou et al.,2010; Jones et al., Kebanyakan infeksi didapatkan melalui
2001).T. gondii membutuhkan dua hospes dalam saluran gastrointestinal.Pada kucing lesi yang
siklus hidupnya, yaitu hospes intermedier (hewan dihasilkan pada siklus enteroepithelial biasanya
ternak, manusia, unggas) dan hospes definitif yaitu tidak bersifat serius dan tidak menghasilkan gejala
kucing (Elmore et al., 2010). klinis (Jones et al., 2001).Kucing yang terinfeksi
Prevalensi toksoplasmosis bervariasi dapat mengeluarkan berjuta-juta
tergantung pada kucing dan iklim di suatu daerah oosista.Toksoplasmosis pada kucing dapat terjadi
(Dubey, 2008). Di Indonesia, prevalensi secara akut (2 hingga 3 hari), sub akut (2 hingga 3
toksoplasmosis pada hewan cukup tinggi, yaitu sapi minggu) dan kronis (berbulan-bulan hingga
2-63%, babi 11-36%, kucing 35-75%, anjing 75%, bertahun-tahun). Pada kucing, gejala klinis yang
kambing 1-61% dan ternak lainnya 10% ditimbulkan oleh infeksi awal antara lain letargi,
(Gandahusahada et al., 1998). demam persisten dan anoreksia.Selain itu gejala
Penularan penyakit dapat terjadi antara hospes pneumonia juga kadang terihat, seperti batuk dan
satu ke hospes lainnya, maupun dari hospes efusi pleural. Toksoplasmosis pada kucing tua
intermedier ke hospes definitif atau sebaliknya mengakibatkan pankreatitis, hyperesthesia,
(Andreletti et al., 2007).Penularan dapat terjadi konvulsi, ophistotonus, dan vokalisasi atipikal
secara kongenital lewat plasenta, dari induk ke anak (Innes, 2009; Dubey and Jones, 2008).
sewaktu dalam kandungan dan dapat setelah lahir Toksoplasmosis pada domba sering disebut
(Tenter et al., 2000). Selain itu, penularan dapat “aberrant coccidiosis”. Penyakit ini menimbulkan
melalui kontak langsung dengan protozoa obligate gejala saraf berupa inkoordinasi gerak, kekakuan,
intraseluler melalui ingesti makanan atau minuman otot dan jalan berputar (disebut circling disease)
yang terkontaminasi oleh feses yang mengandung (Abu-Dalbou et al.,2010; Buxton and Rodger,
oosista, ingesti daging yang mengandung sista 2008).Infeksi yang diperoleh selama kebuntingan
karena proses pemasakan yang tidak matang, menyebabkan aborsi, stillbirth, mummifikasi dan
transfusi darah dan transplantasi organ (Flegr, 2013; resorpsi fetus (Abu-Dalbou et al.,2010).
Henriquez et al., 2009; Jones and Dubey, 2012; Toksoplasmosis pada sapi umumnya bersifat akut
Torrey and Yolken, 2013). Pada umumnya induk yang ditandai dengan demam, dipsnoe, dan gejala
tidak menunjukkan gejala toksoplasmosis tetapi saraf seperti ataksia, hipereksitasi pada tahap awal
menularkan parasit ke anak (Taila et al., 2011). penyakit dan letargi menjelang kematian(Abu-
Kucing mempunyai peranan penting dalam Dalbou et al., 2010). Pada manusia gejala klinis yang
penyebaran penyakit karena dapat mengeluarkan timbul, yaitu demam, mialgia, radang dan

14
Pengaruh Pemberian Sari Buah Merah (Pandanus conoideus)

lymphadenophaty (Henriquez et al., 2009). Biasanya pipet eritrosit, hemocytometer, tabung mikrokapiler,
ada hubungannya dengan korioretinitis, tabung Eppendorf, gelas ukur, sentrifuse
hidrosefalus, dan mikrosefali, dengan angka m i k r o h e m a t o k r i t ( K H T- 4 1 0 E Ta i w a n ) ,
kematian tinggi (Andreletty et al., 2007; Dubey, hemositometer (American Optical), gelas obyek,
2008). mikroskop, spektrofotometer dan TS-meter (Atago
Pengobatan untuk penderita toksoplasmosis Japan).
diantaranya adalah sulfadiazine dan pyrimethamine, Pada penelitian ini bahan yang digunakan
tetapi dapat mendepres sumsum tulang sehingga terdiri dari 15 ekor mencit jantan Balb/c berumur 3
perlu ditambahkan vitamin B dan asam folat (Buxton bulan dengan berat badan sekitar 30 gram dari Unit
et al.,1993). Pemberian clindamycin hydrochloride, Pengembangan Hewan Percobaan (UPHP), galur
Trimethoprime-Sulfonamides dapat mengurangi Takizoit T. gondiiRH dari Balai Besar Penelitian
pengeluaran oosista pada kucing (Lappin, 1994). Veteriner (BBALITVET), sari buah merah Rediss®
Buah merah (Pandanus conoideus) salah satu Papua dari Apotek Kimia Farma, alkohol70%,
tanaman obat yang mengandung banyak bahan aktif larutan NaCl fisiologis, methanol, larutan giemsa,
yang berkhasiat sebagai antioksidan.Kandungan larutan Drabkin, aquades dan ethylendiamin-
senyawa kimia yang terdapat dalam buah merah tetraaceticacid (EDTA).
terbukti berkhasiat dalam beberapa jenis penyakit Penelitian diawali dengan tahap persiapan
karena beberapa zat yang terkandung dapat selama 2 minggu. Tahap persiapan dilakukan dengan
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan sebagai persiapan kandang mencit, penyediaan alat dan
antioksidan dan berkhasiat terhadap penyakit bahan yang digunakan selama penelitian, adaptasi
degeneratif seperti penyakit kanker, hipertensi, dan mencit selama 1 minggu dan perbanyakan takizoit.
diabetes (Budi dan Paimin, 2005; Yahya dan Lima belas ekor mencit dikelompokkan menjadi 3
Bernard, 2005). Buah merah dapat digunakan kelompok yaitu kelompok I (kelompok mencit tanpa
sebagai obat karena adanya kandungan senyawa perlakuan), kelompok II (kelompok mencit yang
aktif yang dapat menangkal/menghambat zat-zat diinfeksi takizoit T. gondii), dan kelompok III
radikal dalam tubuh. Senyawa aktif dalam kadar (mencit yang diberi sari buah merah dan diinfeksi
tinggi yang terdapat dalam buah merah antara lain takizoit T. gondii).
betakaroten, tokoferol dan asam lemak, seperti asam Perbanyakan takizoit T. gondii dengan cara
oleat, asam linoleat, asam linolenat dan asam penyuntikan isolat T. gondii secara intraperitoneal
dekanoat (Budi dan Paimin, 2005). pada 10 ekor mencit. Takizoit dipanen setelah 3-5
hari pasca infeksi, dengan cara mengambil cairan
Materi dan Metode ascites pada abdomen mencit.
Perlakuan mencit yang telah diadaptasi selama
Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan, seminggu.Pemberian buah merah dimulai pada hari
yaitu spuit ukuran 1 ml, tabung reaksi, ke-1 dosis 0,53 g/kg berat badan. Infeksi takizoit T.
mikrohematokrit (Vitrex Medical AVS Denmark), gondii 1x103 per ekor mencit dengan cara

15
Anis Dwi Utami dan Dri Priyowidodo

disuntikkan intraperitoneal pada hari ke-8. diperoleh dibandingkan dengan data standar pada
Pengambilan darah dilakukan 2 kali pada hari ke-7 tabel yang tersedia.
dan hari ke-12 pengambilan darah dilakukan pada 5 Penetapan nilai hematokrit (PCV) dilakukan
ekor mencit tiap kelompok melalui kantus medialis sebagai berikut: sampel darah dimasukkan ke dalam
dengan prosedur aseptis. Darah segera dimasukkan tabung mikrokapiler sampai ¾ tabung. Salah satu
tabung Eppendorf yang telah diberi EDTA kemudian ujung ditutup dengan bahan penutup khusus
disimpan dalam almari pendingin. (kristosil), dan disentrifugasi dengan kecepatan
Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan dengan 16.000 rpm selama 3-5 menit. Pembacaan nilai
menghisap darah pada tabung Eppendorf dengan hematokrit dilakukan dengan menggunakan TS-
pipet eritrosit standar sampai tanda “0,5”, kemudian meter.
ditambahkan NaCl fisiologis sampai tanda “101”. Untuk penentuan total protein plasma (TPP),
Darah dan larutan NaCl fisiologis di dalam pipet lapisan plasma di dalam tabung mikrokapiler
eritrosit kemudian dicampur hingga homogen diambil dengan cara mematahkan tabung
dengan cara pipet ditempatkan secara horizontal, mikrohematokrit, kemudian plasma diteteskan pada
ujung-ujungnya ditutup dengan jari telunjuk dan ibu alat Refraktometer. Kadar protein dapat dilakukan
jari, kemudian digerakkan membentuk angka 8. dengan mengamati garis terang yang membatasi
Campuran darah yang telah homogen diteteskan wilayah gelap terang.
pada kamar/ bilik hitung (counting chamber) dan Hasil yang diperoleh dari gambaran darah yang
dibiarkan beberapa menit supaya sel-sel meliputi: eritrosit, Hb, PCV dan TPP kelompok
mengelilingi parit. Eritrosit dihitung di bawah mencit kontrol dan perlakuan kemudian dianalisis
mikroskop. secara statistik dengan faktorial 2 x 3.
Penetapan hemoglobin (Hb) dilakukan dengan
memasukkan 0,02 ml darah ke dalam tabung uji yang Hasil dan Pembahasan
telah berisi 5 ml larutan Drabkins, campur dengan
baik dan dibiarkan selama 10 menit. Blangko yang Hasil penghitungan jumlah total eritrosit pada
mengandung larutan Drabkins dan sampel dibaca mencit kelompok I (kontrol), kelompok II (diinfeksi
absorbensinya menggunakan Spektrofotometer takizoit Toxoplasma gondii), dan kelompok III
pada panjang gelombang 540 ìm. Angka yang (diberi sari buah merah dan diinfeksi takizoit T.
gondii) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata jumlah eritrosit (juta sel/ìL) sebelum dan sesudah perlakuan
Jumlah eritrosit (juta /ìl)
Kelompok
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
I 8,84 ± 1,39 6,54 ± 1,37
II 8,84 ± 1,39 7,41 ± 1,13
III 7,47 ± 1,15 7,00 ± 1,19
Keterangan:
I. Kelompok kontrol
II. Kelompok mencit yang diinfeksi T. gondii.
III. Kelompok mencit yang diberi sari buah merah dan diinfeksi T. gondii

16
Pengaruh Pemberian Sari Buah Merah (Pandanus conoideus)

Jumlah eritrosit kelompok III pada sebelum dan hemolisis extravaskuler merupakan faktor
perlakuan (7,47 ± 1,15 juta sel/ìL) lebih rendah predominan penyebab anemia hemolitik akibat dari
dibandingkan jumlah eritrosit pada kelompok I atau antibody mediated destruksi eritrosit. Anemia
II yang masing-masing adalah 8,84 ± 1,39 juta hemolitik berhubungan dengan proses destruksi
sel/ìL. Jumlah eritrosit kelompok III pada sesudah besar-besaran atau pendeknya lifespan eritrosit dari
perlakuan adalah 7,00 ± 1,19 juta sel/ìL, lebih tinggi berbagai penyakit.
dari kelompok I (6,54 ± 1,37 juta sel/ìL) tetapi lebih Anemia hemolitik merupakan kejadian anemia
rendah dari kelompok II (7,41 ±1,13 juta sel/ìL). regeneratif dengan konsentrasi protein plasma
Jumlah eritrosit pada semua kelompok mengalami normal dan menciri dengan meningkatnya destruksi
penurunan. Kelompok yang mengalami penurunan eritrosit. Menurut Tenter et al. (2000), penurunan
cukup besar adalah kelompok I yaitu sebesar 2,3 ± jumlah eritrosit dimungkinkan terjadi karena
0,02 juta sel/ìL. Kelompok II mengalami penurunan eritrosit dapat menjadi salah satu target invasi
sebanyak 1,43 ± 0,26 juta sel/ìL dan kelompok III takizoit T. gondii.
sebesar 0,47 ± 0,04 juta sel/ìL. Menurut Mitruka dan Hasil analisis statistik menunjukkan hasil yang
Rawnsley (1981), jumlah eritrosit normal mencit tidak signifikan (P>0,05). Hal ini menunjukkan
adalah 6,86-11,7 juta/ml. bahwa tidak ada interaksi antar kelompok dan tidak
Penurunan jumlah eritrosit, hemoglobin dan ada perbedaan signifikan di dalam kelompok.
Packed Cell Volume (PCV) dalam sirkulasi darah Pemberian sari buah merah tidak mempengaruhi
disebut anemia. Menurut Robert and Javony (2000) jumlah eritrosit pada penderita toksoplasmosis.
anemia merupakan salah satu gejala klinis yang Hasil pemeriksaan hemoglobin mencit
sering muncul pada toksoplamosis akut.Feldmen et kelompok I (kontrol), kelompok II (diinfeksi takizoit
al. (2000) menyatakan bahwa infeksi T. gondii T. gondii), dan kelompok III (diberi sari buah merah
merupakan salah satu penyebab anemia hemolitik dan diinfeksi takizoit T. gondii) dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata nilai hemoglobin (g/dl) sebelum dan sesudah perlakuan

Nilai hemoglobin (g/dl)


Kelompok
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
I 10,3 ± 1,10 8,6 ± 1,25
II 10,3 ± 1,10 10,8 ± 1,51
III 9,9 ± 0,94 8,3 ± 0,39

Keterangan:
I. Kelompok kontrol.
II. Kelompok mencit yang diinfeksi T. gondii.
III. Kelompok mencit yang diberi sari buah merah dan diinfeksi T. gondii.

17
Anis Dwi Utami dan Dri Priyowidodo

Kadar hemoglobin normal pada mencit adalah kelompok III (diberi sari buah merah dan diinfeksi
10,7-11,5 g/dl (Mitruka and Rawnsley, 1981). Nilai takizoit Toxoplasma gondii) dapat dilihat pada
hemoglobin kelompok III sebelum perlakuan adalah Tabel 3.
9,9 ± 0,94 g/dl, jumlah tersebut lebih rendah PCV normal mencit adalah 33,1-49,9%
dibanding dengan jumlah hemoglobin pada (Mitruka dan Rawnsley, 1981). Nilai PCV
kelompok I dan II (10,3 ± 1,10 g/dl). Nilai kelompok III pada sebelum perlakuan (39,0 ± 4,2%)
hemoglobin kelompok III pada sesudah perlakuan lebih rendah dari kelompok I dan II (39,8 ± 3,3%).
adalah 8,3 ± 0,39 g/dl, paling rendah dari kelompok I Nilai PCV kelompok III pada sesudah perlakuan
(8,6 ± 1,25 g/dl) dan kelompok II (10,8 ± 1,51 g/dl). adalah 33,4 ± 4%, lebih rendah dari kelompok I
Nilai hemoglobin pada kelompok I dan III (34,2 ± 7,1%) dan kelompok II (40,8 ± 8,1%). Nilai
mengalami penurunan, tetapi kelompok II PCV pada kelompok I dan III mengalami
mengalami peningkatan. Kelompok 1 mengalami penurunan, tetapi kelompok II mengalami
penurunan sebanyak (1,7± 0,15 g/dl), kelompok III peningkatan. Kelompok I mengalami penurunan
mengalami penurunan sebanyak (1,6 ± 0,55 g/dl) sebanyak (5,6± 3,8%g/dl), kelompok III mengalami
dan kelompok II mengalami peningkatan sebanyak penurunan sebanyak (5,6 ± 0,2%) dan kelompok II
(0,5 ± 0,41 g/dl). mengalami peningkatan sebanyak (1 ± 4,8 %).
Hasil analisis statistik menunjukkan hasil yang Menurut Feldmen et al. (2000) penurunan
tidak signifikan (P>0,05). Hal ini menunjukkan jumlah eritrosit, hemoglobin dan Packed Cell
bahwa tidak ada interaksi antar kelompok dan tidak Volume (PCV) dalam sirkulasi darah disebut anemia.
ada perbedaan signifikan di dalam kelompok. Penurunan nilai PCV disebabkan karena penurunan
Pemberian sari buah merah tidak berpengaruh eritrosit dan juga gizi yang jelek. Menurut Mitruka
terhadap nilai hemoglobin pada penderita dan Rawnsley (1981) penurunan nilai PCV terjadi
toksoplasmosis. Penurunan hemoglobin dalam karena hewan mengalami anemia atau pada kondisi
sirkulasi darah disebut anemia (Mitruka and hidremia, seperti dekompensasi jantung,
Rawnsley, 1981). kebuntingan, dan pengambilan cairan yang
Hasil pemeriksaan PCV mencit kelompok I dan berlebihan. Nilai PCV tergantung pada bangsa,
II (diinfeksi takizoit Toxoplasma gondii) dan umur, dan aktivitas hewan.

Tabel 3. Rata-rata nilai PCV (%) sebelum dan sesudah perlakuan

Nilai PCV (%)


Kelompok
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
I 39,8 ± 3,3 34,2 ± 7,1
II 39,8 ± 3,3 40,8 ± 8,1
III 39,0 ± 4,2 33,4± 4,0
Keterangan:
I. Kelompok mencit yang tidak diberi sari buah merah dan tidak diinfeksi T. gondii.
II. Kelompok mencit yang diinfeksi T. gondii.
III. Kelompok mencit yang diberi sari buah merah dan diinfeksi T. gondii.

18
Pengaruh Pemberian Sari Buah Merah (Pandanus conoideus)

Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan menjadi lebih tinggi dibanding sebelum
perbedaan yang signifikan (P>0,05)yang berarti ada diinfeksi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
perbedaan antar kelompok dan di dalam kelompok. buah merah meningkatkan nilai TPP.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian sari buah Jumlah total protein plasma pada semua
merah berpengaruh terhadap nilai PCV (Packed Cell kelompok mengalami kenaikan. Kenaikan pada
Volume) pada penderita toksoplasmosis secara kelompok I sebesar 0,6 ± 0,21 g/dL. Kelompok II
signifikan. mengalami kenaikan sebanyak 0,8 ± 0,46 g/dL dan
Hasil pemeriksaan TPP mencit kelompok I pada kelompok III jumlah total protein plasma juga
kelompok II (diinfeksi takizoit Toxoplasma gondii), mengalami kenaikan sebesar 2,9 ± 0,58
dan kelompok III (diberi sari buah merah dan g/dL.Peningkatan total protein plasma disebut
diinfeksi takizoit Toxoplasma gondii) dapat dilihat hiperproteinemia, penyebabnya antara lain hewan
pada Tabel 4. Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai mengalami dehidrasi, adanya peningkatan
TPP kelompok III pada sebelum perlakuan (7,0 ± konsentrasi imunoglobulin dan hiperfibrinogenemia
0,74 (g/dL)) lebih rendah dari kelompok I dan II (7,8 selama penyakit radang (Feldman et al., 2000).
± 0,22 (g/dL)). Nilai TPP kelompok III pada sesudah Menurut Moore (2004), dehidrasi adalah keadaan
perlakuan adalah 9,9 ± 1,32 g/dL, lebih tinggi dari penderita kehilangan cairan dalam tubuh secara
kelompok I (8,4 ± 0,43 g/dL) dan kelompok II (8,6 ± excessive. Gejala kinis berdasarkan tingkat dehidrasi
0,68 g/dL). Nilai TPP pada semua kelompok sesudah disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Rata-rata jumlah total protein plasma (g/dL) sebelum dan sesudah perlakuan.
Nilai TPP (g/dl)
Kelompok
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
I 7,8 ± 0,22 8,4 ± 0,43
II 7,8 ± 0,22 8,6 ± 0,68
III 7.0 ± 0,74 9,9 ± 1,32
Keterangan:
I. Kelompok mencit yang tidak diberi sari buah merah dan tidak diinfeksi T. gondii.
II. Kelompok mencit yang diinfeksi T. gondii.
III. Kelompok mencit yang diberi sari buah merah dosis 1x dan diinfeksi T. gondii.
Tabel 5. Gejala klinis berdasarkan tingkat dehidrasi(Moore, 2004)
Tingkat dehidrasi (%) Gejala klinis
<5 Tidak terdeteksi
5-6 Turgor kulit sedikit menurun
6-8 Turgor kulit agak menurun, CRT capillary refill time) > 2 detik,
mukosa agak kering, agak tachycardia, kencing berkurang
10-12 Turgor kulit sangat turun, membrane mukosa kering, CRT
(capillary refill time) > 2 detik, pulsus cepat dan lemah,
napas cepat, hipotermia
12-15 Shock, kolaps, kematian
PCV : naik
TPP : naik

19
Anis Dwi Utami dan Dri Priyowidodo

Toxoplasmosis ( Toxoplasma gondii). Iranian


Menurut Jain (1986) bahwa protein plasma J. Vet. Sci. and Technology. 2: 61-76.
terbentuk oleh jaringan limfoid dan hati, apabila
Andreletti, O., Budka, H., Buncic, S., Coollins, D.
agen infeksi menyerang jaringan tersebut akan and Collins, P(2007) Surveillance and
berpengaruh pada produksi total protein plasma. monitoring of Toxoplasma in humans, food and
animalsScientific Opinion of the Panel on
Konsentrasi protein plasma dipengaruhi oleh Biological Hazards. The EFSA Journal. 583 : 1-
keseimbangan cairan dan derajat penyakit. 64
Hilangnya komponen cair dari darah menyebabkan
Budi, I.M dan Paimin, F.R. (2005) Buah Merah.
terjadinya dehidrasi, meskipun secara absolut Penebar Swadaya. Jakarta. 3 –52.
jumlah protein dalam plasma tidak meningkat akan
Buxton, D. and Rodger, S. (2008) Toxoplasmosis
mengakibatkan peningkatan nilai TPP (Feldmanet and neosporosis. In: Diseases of sheep , 4th
al., 2000). Edition. Wiley-Blackwell, Hoboken.

Analisis secara statistika dengan ANOVA pada Buxton, D., Thompson, K. and Maley, S. (1993)
nilai TPP, hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan Treatment of ovine toxoplasmosis with a
combination of sulfamethiazine and
signifikan (P<0,05) pada nilai TPP berarti ada pyrimethamine.Vet. Record 132: 409-411.
perbedaan waktu pemberian terhadap antar
Dubey, J. (2008) The history of Toxoplasma gondii-
kelompok . Hal ini menunjukkan bahwa pemberian the first 100 years. J. Eukaryotic Microbiol. 55:
sari buah merah mempengaruhi jumlah total protein 467-475.
plasma pada penderita toksoplasmosis secara Dubey, J. and Jones, J. (2008) Toxoplasma gondii
signifikan. infection in humans and animals in the United
States.International J. Parasitol. 38: 1257-
1278.
Kesimpulan
Elmore, S.A., Jones, J.L., Conrad, P.A., Patton, S.,
Dubey, J.P. and Lindsay, D.S. (2010)
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah terhadap Toxoplasma gondii: epidemiology, feline
clinical aspects, and prevention.Trends in
gambaran darah mencit kelompok I, kelompok II Parasitol. 10: 1-7.
dan kelompok III sebelum dan sesudah infeksi dapat
Feldman, B.F., Zinkl, J.G., and Jain, N.C. (2000)
diambil kesimpulan sebagai berikut pemberian sari Schalm's Veterinary Clinical Pathology.
buah merah meningkatkan nilai hemoglobin, PCV Philadelphia. Lea and Febiger. 143-150; 154-
155; 169-173; 185-186; 240-245.
dan TPP (P< 0,05); infeksi takizoit Toxoplasma
gondii menurunkan jumlah eritrosit, nilai Flegr, J. (2013) Review Influence of latent
Toxoplasma infection on human personality,
hemoglobin dan nilai PCV (P> 0,05); pemberian sari
physiology and morphology: pros and cons of
buah merah tidak mampu mengatasi infeksi the Toxoplasma–human model in studying the
Toxoplasma gondii. manipulation hypothesis.J Exp Biol.216: 127-
133.

Daftar Pustaka Gandahusahada, S., Ilahude, H.D. dan Pribadi, W.


(1998)Parasitologi Kedokteran. Jakarta.
Abu-Dalbou, M.A., Mustafa M.A., Nektarios, D.G.
and Shawkat, Q.L. (2010) Ovine and Caprine Henriquez, S.A., Brett, R., Alexander, J., Pratt, J. and
Roberts, C.W. (2009).Neuropsychiatric disease

20
Pengaruh Pemberian Sari Buah Merah (Pandanus conoideus)

a n d To x o p l a s m a g o n d i i i n f e c t i o n . Normal Human. Chicago. Year Book Medical


Neuroimmunomodulation.16:122-133. Publication.37; 81-83; 125.

Innes, E. (2009) A brief history and overview of Moore, P.H. (2004) Fluid Therapy for Veterinary
Toxoplasma gondii.Zoonosis Public Health.57: Nurses and Technicians. Butterworth Elsevier.
1-7. London.4-15.

Jain, N.C. (1986)Schalm's Veterinary Hematology. Robert, I.S. and Janovy, J. (2000) Foundation of
4th Edition. Lea and Febiger. Philadelphia. 373. th
Parasitology. 7 Ed. McGraw Hill. Boston. 134
– 138.
Jones, J.L. and Dubey, J.P. (2012) Foodborne
toxoplasmosis.Clin. Infect. Dis. 55:545-551. Taila, A.K., Hingwe, A.S. and Johnson, L.E. (2011)
Toxoplasmosis in a patient who was
Jones, J.L., Kruszon-Moran, D., Wilson, M., Navin, immunocompetent : case report. J. Med. Case
T. and McAuley, J.B. (2001) Toxoplasma Report.5:16.
gondii Infection in the United States:
Seroprevalence and Risk Factors.Am J Tenter, A.M., Heckeroth, A.R. and Weiss, L.M.
Epidemiol. 4: 357-366. (2000) Toxoplasma gondii: from animals. Int J
Parasitol. 30: 1217–1258.
Kim, K. and Louis, M.W. (2007) Toxoplasma gondii
The Models Apicomplexan: Perspectives and Torrey, E.F. and Yolken, R.H. (2013) Toxoplasma
st
Methods. 1 Ed. Academic Press, Elsevier Ltd. oocysts as a public health problem. Trends in
Great Britain. 1 – 12, 81 – 94, 133 – 154, 341 – Parasitol. 8: 380-384.
350.
Weiss, L.M. and Kim, K. (2000) The development
Lappin, M.R. (1994) Feline Toxoplasmosis. and biology of bradizoite of Toxoplasma
Weltham Focus. 4: 2-8. gondii. Frointiers in Bioscience.6: 391-405.

Mitruka, B.M. and Rawnsley, H.M. (1981) Clinical Yahya. M.H., dan Bernard, T.W. (2005) Khasiat dan
biochemistry and Hematological Reference Manfaat Buah Merah: Si Emas dari Papua.
values in Normal Experimental Animals and Jakarta. Agromedia Pustaka. 17-26.

21
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST,
ASSESSMENT, AND SATISFACTION) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR
KKPI PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PEDAN

THE EFFECT OF ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND


SATISFACTION) LEARNING MODEL TO IMPROVEMENT LEARNING CHIEVEMENT ON
KKPI SUBJECTS IN X CLASS SMK NEGERI 1 PEDAN

Oleh: Desti Widiyana, Universitas Negeri Yogyakarta, des.na10@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran ARIAS dan pengaruh
model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar KKPI siswa kelas X di SMK Negeri 1 Pedan.
Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Nonequivalent Control Group
Design. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Pedan pada siswa kelas X menggunakan teknik
purposive random sampling, diperoleh kelas XE sejumlah 40 siswa sebagai kelas eksperimen dan
kelas XG sejumlah 38 siswa sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan lembar observasi dan tes prestasi belajar. Tes terdiri dari 30 butir soal pilihan ganda dan
5 butir soal uraian untuk kompetensi dasar mengoperasikan software spreadsheet, tes diadakan
sebelum siswa memperoleh perlakuan (pretest) dan sesudah siswa memperoleh perlakuan (posttest).
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-
rata kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa kedua kelas tidak berbeda secara
signifikan dibuktikan dengan uji kesamaan dua rata-rata pretest (Independent Samples Test) diperoleh
(sig) 0,818 ≥ (sig) 0,05. Terdapat perbedaan kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah diberi perlakuan berbeda dibuktikan dengan uji perbedaan dua rata-rata posttest (Independent
Samples Test) diperoleh (sig) 0,001 < (sig) 0,05. Terdapat pengaruh peningkatan hasil belajar KKPI
bagi siswa kelas X melalui penerapan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,
Assessment, Satisfaction) dibuktikan dengan uji Anova satu jalur gain diperoleh (sig) 0,020 < (sig)
0,05.

Kata kunci: Model pembelajaran ARIAS, hasil belajar, KKPI

Abstract

The aim of the research was determine the implementation of ARIAS’s learning model and the
influence of ARIAS’s learning model on learning achievement in KKPI subjects in X class SMK N 1
Pedan.
The method of research used Quasi Experimental Nonequivalent Control Group Design. The
research was conducted at SMK N 1 Pedan in class X using purposive random sampling technique,
class XE totaled 40 students as experiment class and class XG totaled 38 students as control class.
Data collection techniques using observation sheet and test instrument. The test consists of 30 items as
multiple choice and 5 items as essay for basic competencies operate of spreadsheet software, test
before the students gain treatment is pretest and test after the students gain treatment is posttest. The
data analysis technique using normality test, homogeneity test, and test of the difference in average
experiment classes and control classes.
The results showed that student’s initial ability both classes did not differences significantly
evidenced by the similarity of the two test average pretest (Independent Samples Test) is obtained (sig)
0,818 ≥ (sig) 0,05. There are differences in student’s abilities experimental and control class was
treated differently after tests proved the difference in the two mean posttest (Independent Samples
Test) is obtained (sig) 0,001 <(sig) 0,05. There are significant KKPI increase learning achievment for
students of class X through the application of learning models ARIAS (Assurance, Relevance, Interest,
Assessment, Satisfaction) evidenced by ANOVA test obtained one point gain (sig) 0,020 <(sig) 0,05.

Keywords: ARIAS’s learning model, learning achievement, KKPI


1. PENDAHULUAN Model pembelajaran ARIAS (Assurance,
Pembelajaran KKPI pada umumnya bagi Relevance, Interest, Assessment dan
siswa belum bermakna dengan baik, hal Satisfaction) merupakan kegiatan
tersebut terjadi karena guru lebih fokus untuk pembelajaran: 1) untuk menanamkan rasa
mengejar pencapaian materi daripada yakin/percaya diri pada siswa, 2)
pemahaman siswa terhadap materi yang telah pembelajaran yang ada relevansinya dengan
disampaikan. Pada akhirnya, siswa sulit kehidupan siswa, 3) berusaha menarik dan
mengintegrasikan pembelajaran KKPI untuk memelihara minat/perhatian siswa, 4) evaluasi
kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Timbul selama proses pembelajaran, 5)
pertanyaan model pembelajaran apa yang menumbuhkan rasa bangga pada siswa
sederhana, sistematik, bermakna, dan dapat dengan memberikan penguatan. Model
diterapkan guru sebagai dasar melaksanakan pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh
kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga para guru sebagai dasar melaksanakan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa? kegiatan pembelajaran dengan baik, dan
Dari hasil pengamatan ada beberapa sebagai suatu alternatif dalam usaha
permasalahan yang dapat mempengaruhi meningkatkan hasil belajar KKPI siswa.
peningkatan hasil belajar siswa, masalah Dengan menerapkan model pembelajaran
tersebut sebagai berikut: 1) Siswa kurang ARIAS diharapkan kegiatan pembelajaran
menyadari kekuatan dan kelemahan diri lebih efektif, sederhana, sistematik, dan
dalam menerima materi pelajaran. 2) Siswa bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil
kurang memiliki rasa percaya diri, keberanian belajar KKPI siswa.
untuk menjawab pertanyaan dan kurang
memiliki motivasi dalam mengikuti proses 2. RUMUSAN MASALAH
pembelajaran KKPI. 3) Siswa masih terpaku Berdasarkan latar belakang, maka yang
melihat buku dalam menyelesaikan tugas. 4) menjadi permasalahan dalam penelitian ini
Siswa belum bisa menanamkan keyakinan adalah sebagai berikut:
bahwa pelajaran yang diikutinya memiliki 1. Bagaimanakah penerapan model
nilai, bermanfaat, dan berguna bagi kehidupan pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran
mereka. 5) Belum adanya kemauan siswa KKPI siswa kelas X di SMK Negeri 1
untuk membangkitkan dan memelihara minat Pedan?
sebagai usaha menumbuhkan keingintahuan 2. Bagaimanakah pengaruh model
siswa yang diperlukan dalam proses pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar
pembelajaran. KKPI pada siswa kelas X di SMK Negeri
Berbagai model, metode, dan strategi 1 Pedan?
pembelajaran telah diterapkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Model 3. KAJIAN TEORI
pembelajaran kooperatif merupakan salah satu a. Model Pembelajaran ARIAS
model pembelajaran yang sering diterapkan. Deskripsi singkat dari komponen-komponen
Namun ada suatu model yang mengarah ke ARIAS (Sopah, 2001):
dalam pengembangan sikap mental dan emosi 1) Asurance
siswa yaitu model pembelajaran ARIAS. Berhubungan dengan sikap percaya, yakin
Dengan adanya pengembangan sikap mental akan berhasil atau harapan untuk berhasil.
dan emosi siswa terhadap mata pelajaran 2) Relevance
tersebut, siswa mengenal relevansi antara Berhubungan dengan kehidupan siswa
konsep teknologi informasi dengan kehidupan baik berupa pengalaman sekarang atau
sehari-hari. yang telah dimiliki maupun yang
berhubungan dengan kebutuhan karir mengaplikasikan komputer sesuai dengan
sekarang atau yang akan datang. standar kompetensi kerja. Mata pelajaran
3) Interest KKPI perlu diperkenalkan, dipraktikkan dan
Berhubungan dengan menumbuhkan dan dikuasai peserta didik sedini mungkin agar
memelihara minat siswa. mereka memiliki bekal untuk menyesuaikan
4) Assessment diri dalam kehidupan global.
Berhubungan dengan evaluasi terhadap Jadi hasil belajar KKPI merupakan hasil
siswa. yang diperoleh setelah terjadinya proses
5) Satisfaction pembelajaran yang ditunjukkan dengan
Berhubungan dengan rasa bangga, puas peserta didik memiliki kemampuan
atas hasil yang dicapai siswa menggunakan teknologi komputer dalam
. kehidupan sehari-hari dan mengaplikasikan
komputer sesuai dengan standar kompetensi
b. Hasil Belajar KKPI kerja.
Definisi singkat dari hasil belajar KKPI
1) Hasil Belajar 4. METODE PENELITIAN
Menurut Oemar Hamalik (2001:159) a. Desain Penelitian
bahwa hasil belajar menunjukkan kepada Pada penelitian ini desain penelitian yang
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu digunakan adalah Quasi Eksperimental
merupakan indikator adanya derajat Nonequivalent Control Group Design yang
perubahan tingkah laku siswa. Menurut dapat digambarkan sebagai berikut
Nasution (2003:36) hasil belajar adalah hasil (Sugiyono, 2010: 116):
dari suatu interaksi tindak belajar mengajar Perlakuan Hasil
Kelompok
dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes (Treatment) Belajar
yang diberikan guru. Sedangkan menurut Ge X O
Arikunto (2009: 63) sebagai hasil yang telah Gk - O
dicapai seseorang setelah mengalamai proses Gambar 1. Desain Penelitian Nonequivalent
belajar dengan terlebih dahulu mengadakan Control Group Design
evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Keterangan:
Berdasarkan uraian di atas maka dapat Ge = kelas eksperimen
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan Gk = kelas kontrol
hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya X = perlakuan dengan model
pembelajaran ARIAS
proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan
- = perlakuan dengan model
nilai tes yang diberikan oleh guru setiap pembelajaran konvensional
selesai memberikan materi pelajaran pada O = hasil belajar siswa
satu pokok bahasan.
2) KKPI b. Populasi dan Sampel
KKPI merupakan salah satu mata Populasi dalam penelitian ini adalah
pelajaran adaptif yang diberikan kepada seluruh peserta didik kelas X SMK Negeri 1
semua bidang keahlian di Sekolah Menengah Pedan tahun ajaran 2012/2013. Teknik
Kejuruan. KKPI sebagai salah satu mata pengambilan sampel diambil dengan teknik
pelajaran di sekolah memegang peranan purposive random sampling. Setelah diadakan
penting, karena tujuan pembelajaran KKPI pemilihan dua kelas yang akan dijadikan
adalah agar peserta didik memiliki sampel, kemudian dua kelas tersebut diundi
kemampuan menggunakan teknologi maka diperoleh kelas XE (Administrasi
komputer dalam kehidupan sehari-hari dan Perkantoran) sebanyak 40 siswa sebagai kelas
eksperimen untuk memperoleh perlakuan ini dibandingkan dengan rtabel dengan n = 30
penerapan model pembelajaran ARIAS dan dan α = 5% (rtabel = 0,361). Ternyata r11 >
kelas XG (Tata Niaga/Penjualan) sebanyak 38 rtabel berarti soal tersebut reliabel.
siswa sebagai kelas kontrol untuk Perhitungan analisis reliabilitas soal uraian,
memperoleh perlakuan penerapan model diperoleh r11 = 0,725. Harga r11 ini
pembelajaran konvensional. dibandingkan dengan rtabel dengan n = 30 dan
α = 5% (rtabel = 0,361). Ternyata r11 > rtabel
c. Instrumen Pengumpulan Data berarti soal tersebut reliabel.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur 3) Uji Taraf Kesukaran Butir
sejauh mana penerapan model pembelajaran (1) Pretest
ARIAS dapat meningkatkan hasil belajar Dari 45 soal pilihan ganda terdapat 7 soal
siswa dalam mata pelajaran KKPI. Instrumen mudah, 35 soal sedang, dan 3 soal sukar. 5
yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian mempunyai kriteria mudah.
tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) (2) Posttest
dengan teknik pilihan ganda (multiple choice) Dari 45 soal pilihan ganda terdapat 10
dan uraian (essay), serta lembar observasi. soal mudah, 32 soal sedang, dan 3 soal sukar.
5 soal uraian mempunyai kriteria mudah.
d. Uji coba Instrumen Penelitian 4) Indeks Daya Beda Butir
1) Uji Validitas (1) Pretest
(1) Pretest Dari 45 soal pilihan ganda, terdapat 8 soal
Dari 45 butir soal pilihan ganda, terdapat dengan kriteria daya pembeda baik sekali, 18
31 soal valid dan 14 soal tidak valid. 5 butir soal baik, 14 soal cukup, dan 5 soal jelek. 5
soal uraian, terdapat 5 soal valid. Soal valid soal uraian mempunyai kriteria daya pembeda
yang digunakan tetap harus mencakup baik. Soal yang memiliki kriteria jelek
Standar Kompetensi / Kompetensi Dasar. dibuang.
(2) Posttest (2) Posttest
Dari 45 butir soal pilihan ganda, terdapat Dari 45 soal pilihan ganda, terdapat 9 soal
31 soal valid dan 14 soal tidak valid. 5 butir dengan kriteria daya pembeda baik sekali, 22
soal uraian, terdapat 5 soal valid. Soal valid soal baik, 5 soal cukup, dan 9 soal jelek. 5
yang digunakan tetap harus mencakup soal uraian mempunyai kriteria daya pembeda
Standar Kompetensi / Kompetensi Dasar. baik. Soal yang memiliki kriteria jelek
2) Uji Reliabilitas dibuang.
(1) Pretest
Dari perhitungan analisis reliabilitas soal e. Teknik Analisis Data
pilihan ganda, diperoleh r11 = 0,91. Harga r11 Analisis Data Skor Hasil Pretest dan Posttest:
ini dibandingkan dengan rtabel dengan n = 30 1) Analisis Data Indeks Gain
dan α = 5% (rtabel = 0,361). Ternyata r11 > Untuk mengetahui apakah peningkatan
rtabel berarti soal tersebut reliabel. Perhitungan hasil belajar siswa eksperimen lebih baik dari
analisis reliabilitas soal uraian, diperoleh r11 = kelas kontrol dilakukan analisis skor gain
0,732. Harga r11 ini dibandingkan dengan ternormalisasi yang dapat dihitung dengan rumus
rtabel dengan n = 30 dan α = 5% (rtabel = persamaan sebagai berikut:
0,361). Ternyata r11 > rtabel berarti soal
tersebut reliabel.
(2) Posttest
Dari perhitungan analisis reliabilitas soal
pilihan ganda, diperoleh r11 = 0,89. Harga r11
2) Uji Normalitas Setelah melakukan penelitian, diperoleh
Uji Normalitas bertujuan untuk studi lapangan untuk mendapatkan data nilai
mengetahui apakah data berdistribusi normal pretest dari hasil tes sebelum dikenai
atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan perlakuan dan data nilai posttest dari hasil tes
statistik uji yaitu Shapiro-Wilk dengan setelah dikenai perlakuan. Untuk kelas
mengambil taraf signifikansi 5%. Pedoman eksperimen dikenai perlakuan model
pengambilan keputusan dengan mengambil pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,
taraf signifikasi 5% adalah sebagai berikut: Interest, Assessment, and Satisfaction) dan
• Nilai signifikansi (sig) < 0,05, distribusi untuk kelas kontrol merupakan kelas yang
tidak normal. menggunakan model pembelajaran
• Nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, distribusi konvensional. Data ini yang akan dijadikan
normal. barometer untuk menjawab hipotesis pada
3) Uji Homogenitas penelitian ini.
Uji homogenitas bertujuan untuk a. Analisis Data Peningkatan Hasil
mengetahui apakah data yang diperoleh Belajar Siswa
homogen atau tidak. Uji homogenitas ini Data peningkatan hasil belajar siswa
menggunakan statistik uji Levene dengan dihitung dari gain ternormalisasi untuk
mengambil taraf signifikansi 5%. Kriteria mengukur peningkatan hasil belajar sebelum
pengujian adalah sebagai berikut: dan sesudah penerapan model pembelajaran
• Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05, data ARIAS. Indeks gain diperoleh dari pembagian
berasal dari populasi yang mempunyai antara nilai posttest dikurangi nilai pretest
varians tidak homogen. dengan nilai maksimun ideal dikurangi nilai
• Jika nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, data pretest siswa.
berasal dari populasi yang mempunyai Tabel 1. Statistik Deskriptif Data Indeks Gain
varians homogen. N Min Max Mean Std. Dev
4) Uji Anova Satu Jalur Eksperi
40 -0,04 0,64 0,364 0,155
Setelah data memenuhi uji normalitas dan men
uji homogenitas. Untuk mengetahui terjadi Kontrol 38 -0,19 0,57 0,284 0,141
tidaknya perbedaan perlakuan maka
digunakan uji Anova satu jalur, pengujian Berdasarkan data diatas, dapat dilihat
hipotesis adalah sebagai berikut. bahwa rata-rata nilai indeks gain kelas
H0 : µ1 ≤ µ2 eksperimen 0,364 dengan simpangan baku
Ha : µ1 > µ2 0,155 sedangkan rata-rata nilai indeks gain
Keterangan: kelas kontrol 0,284 dengan simpangan baku
µ1 = Rata-rata hasil belajar KKPI pada materi 0,141. Berdasarkan tabel di atas bahwa rata-
mengoperasikan software spreadsheet yang di rata nilai indeks gain kelas eksperimen dan
ajar dengan model pembelajaran ARIAS kelas kontrol berbeda cukup jauh. Kategori
µ2 = Rata-rata hasil belajar KKPI pada materi perolehan indeks gain oleh kelas eksperimen
mengoperasikan software spreadsheet yang di dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2.
ajar dengan model pembelajaran Tabel 2. Interpretasi Indeks Gain
konvensional. Kelas Nilai Interpretasi
<g>
Eksperimen 0,364 Sedang
5. HASIL PENELITIAN DAN
Kontrol 0,284 Rendah
PEMBAHASAN
1) Uji Normalitas Indeks Gain
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Gain Tabel 4. Hasil Uji Anova Satu Jalur
Shapiro-Wilk ANOVA
Statistic df Sig. Gain
Eksperimen 0,959 40 0,152 Sum of Mean
Kontrol 0,933 38 0,025 Squares df Square F Sig.
Between
0,124 1 0,124 5,628 0,020
Berdasarkan perhitungan uji normalitas Groups
kelas eksperimen didapat nilai signifikansi Sum of Mean
0,152. Maka data kelas eksperimen Squares df Square F Sig.
berdistribusi normal karena nilainya lebih Within
1,680 76 0,022
besar dari nilai signifikansi sebesar 0,05. Uji Groups
normalitas kelas kontrol didapat nilai Total 1,805 77
signifikansi 0,025. Maka data kelas kontrol
tidak berdistribusi normal karena nilainya Berdasarkan penghitungan tersebut
lebih kecil dari nilai signifikansi sebesar 0,05. diperoleh bahwa nilai signifikansi Anova =
2) Uji Anova Satu Jalur 0.020 lebih kecil dari 0.05 yang menandakan
Dalam pengujian hipotesis data yang bahwa H0 ditolak atau Ha diterima. Jadi dapat
digunakan adalah nilai gain. Hal ini dilakukan disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar
untuk mengetahui adanya perbedaan pada KKPI pada materi mengoperasikan software
kemampuan akhir setelah peserta didik diberi spreadsheet yang di ajar dengan model
perlakuan, dengan harapan bila terjadi pembelajaran ARIAS lebih baik daripada rata-
perbedaan pada kemampuan akhir adalah rata hasil belajar KKPI pada materi
karena adanya pengaruh perlakuan. Untuk mengoperasikan software spreadsheet yang di
mengetahui terjadi tidaknya perbedaan ajar dengan model pembelajaran
perlakuan maka digunakan uji Anova satu konvensional.
jalur, pengujian hipotesis adalah sebagai
berikut. b. Analisis Hasil Observasi
H0 : µ1 ≤ µ2 Selama kegiatan pembelajaran di kelas
Ha : µ1 > µ2 eksperimen dan kelas kontrol waktu yang
Keterangan: digunakan adalah 3 jam pelajaran (3 X 45
µ1 = Rata-rata hasil belajar KKPI pada materi menit) yang dilaksanakan sebanyak empat
mengoperasikan software spreadsheet kali pertemuan dengan peneliti sebagai
yang di ajar dengan model pengamat.
pembelajaran ARIAS Dapat dilihat ada beberapa tahapan
µ2 = Rata-rata hasil belajar KKPI pada materi pembelajaran yang tidak dilakukan guru.
mengoperasikan software spreadsheet Misal, pada pertemuan pertama, guru tidak
yang di ajar dengan model menerapkan fase penyampaian relevansi
pembelajaran konvensional. materi pembelajaran dengan kehidupan nyata
Kriteria pengambilan keputusan yang yang mana guru tidak memberikan contoh
digunakan adalah sebagai berikut: berkaitan dengan materi yang berhubungan
• Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05, maka dengan kehidupan sehari-hari karena pada
H0 ditolak. pertemuan pertama guru masih
• Jika nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05, maka menyampaikan materi dasar-dasar
H0 diterima. mengoperasikan MS. Excel. Pada pertemuan
selanjutnya guru memberikan contoh soal diri siswa, menyampaikan relevansi
praktik yang berhubungan dengan kehidupan materi pembelajaran dengan kehidupan
sehari-hari, soal praktik dikerjakan secara nyata, menumbuhkan dan memelihara
kelompok dimana satu kelompok terdiri dari minat siswa, mengevaluasi hasil belajar
dua siswa. Kemudian hasil dari kerja siswa, memberikan penguatan kepada
kelompok disampaikan didepan kelas, bagi siswa. Data yang diperoleh kemudian
kelompok yang mau menyampaikan diolah sehingga mendapat kesimpulan
pekerjaannya di depan kelas akan diberikan bahwa penerapan model pembelajaran
nilai tambahan dan penghargaan, tujuannya ARIAS berjalan dengan lancar dan
agar siswa memiliki minat lebih terhadap membawa dampak positif bagi
pelajaran karena dapat bersaing dengan peningkatan hasil belajar KKPI siswa
kelompok lain untuk mendapatkan nilai kelas X walaupun berdampak positif
tambahan. masih terdapat kekurangan dalam
Dapat dilihat ada beberapa tahapan penerapan model pembelajaran ARIAS
pembelajaran yang tidak dilakukan siswa. dalam meningkatkan hasil belajar KKPI
Misal, pada pertemuan pertama siswa juga pada siswa kelas X di SMK N 1 Pedan.
tidak menerapkan fase menumbuhkan rasa 2. Rata-rata hasil belajar peserta didik yang
percaya diri dalam diri yang mana pada menggunakan model pembelajaran ARIAS
pertemuan pertama siswa tidak aktif dalam (Assurance, Relevance, Interest,
proses pembelajaran karena siswa belum Assessment, and Satisfaction) lebih baik
terbiasa dengan model pembelajaran ARIAS. daripada rata-rata hasil belajar peserta
Tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa didik yang menggunakan model
sudah mulai terbiasa dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Hal ini
pembelajaran ARIAS. Pada fase kerja dibuktikan dengan uji statistik Anova satu
kelompok, guru lebih banyak mengamati jalur diperoleh (sig) 0,020 < (sig) 0,05,
aktivitas siswa dan menjelaskan hal-hal yang maka H0 ditolak atau dengan kata lain Ha
belum dimengerti siswa. diterima. Dapat disimpulkan bahwa
Meskipun ada beberapa tahapan terdapat pengaruh peningkatan hasil
pembelajaran yang tidak dilaksanakan guru belajar KKPI bagi siswa kelas X melalui
dan siswa dalam satu pertemuan, tetapi penerapan model pembelajaran ARIAS
tahapan tersebut dilaksanakan pada pertemuan (Assurance, Relevance, Interest,
lainnya. Artinya, selama empat pertemuan Assessment, Satisfaction).
seluruh tahapan pembelajaran dengan model b. Saran
ARIAS dilaksanakan oleh guru dan siswa Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh
dengan baik. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance,
Relevance, Interest, Assessment dan
6. KESIMPULAN DAN SARAN Satisfaction) terhadap Hasil Belajar KKPI
a. Kesimpulan pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Pedan
Berdasarkan hasil analisis data dapat dapat diberikan saran sebagai berikut:
ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan menggunakan
1. Penerapan model pembelajaran ARIAS model ARIAS (Assurance, Relevance,
dalam pembelajaran KKPI siswa kelas X Interest, Assessment, Satisfaction) perlu
SMK N 1 Pedan dilaksanakan sebanyak dikembangkan untuk diterapkan pada
empat kali pertemuan. Dalam setiap materi pokok KKPI lainnya karena
pertemuan dilaksanakan fase-fase berupa dengan adanya variasi pembelajaran dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dalam membuat peserta didik tidak jenuh dan
merasa senang dalam mengikuti pelajaran 7. DAFTAR PUSTAKA
KKPI sehingga materi KKPI yang Djamaah Sopah. (2001). “Pengembangan dan
disampaikan dapat diserap dengan baik Penggunaan Model Pembelajaran
dan hasil belajar peserta didik dapat lebih ARIAS”. Jurnal Pendidikan dan
baik pula. Kebudayaan. 31, 455-467.
2. Guru hendaknya dapat mengatur waktu Nasution. S. (2003). Berbagai Pendekatan
yang digunakan dalam menerapkan model Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
pembelajaran ARIAS (Assurance, Rineka Cipta.
Relevance, Interest, Assessment, and Oemar Hamalik. (1990). Pendidikan Tenaga
Satisfaction) serta menciptakan kondisi Kerja Nasional, Kejuruan,
peserta didik untuk lebih aktif dalam Kewiraswastaan dan Manajemen.
diskusi. Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti.
3. Peserta didik agar lebih giat dan aktif Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
selama pembelajaran dengan model Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
pembelajaran ARIAS (Assurance, Bandung: Alfabeta.
Relevance, Interest, Assessment, and Suharsimi Arikunto. (2009). Dasar-Dasar
Satisfaction) berlangsung, bagi peserta Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
didik yang pandai agar mau mengajari Aksara.
peserta didik yang kurang pandai dan
siswa yang kurang pandai tidak malu
bertanya terhadap siswa yang pandai.

Anda mungkin juga menyukai