PENDAHULUAN
Obat tradisional telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia dan secara
tradisional terus berkembang bahkan meningkat jumlahnya. Namun, hingga saat ini
hanya beberapa penelitian obat tradisional yang dapat digunakan dalam fasilitas
Umumnya obat tradisional dapat terdiri atas lebih dari satu macam simplisia yang
tercapai.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-
bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pelayanan kesehatan. Pengobatan tradisional sendiri ini terbagi menjadi dua yaitu cara
kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu
menggunakan bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk
menyembuhkan penyakit.
pengobatan ini telah berlangsung sejak lama digunakan nenek moyang dengan
memakai bahan bahan alami dari alam dan obat herbal ini telah digunakan meluas
secara turun menurun sampai sekarang. Umumnya obat herbal digunakan untuk
memelihara kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan terhadap penyakit
hayati Indonesia menduduki urutan terkaya, hal ini dikarenakan , Indonesia memiliki
kurang lebih 30.000 spesies tanaman dan diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies
tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan
sebagai bahan obat-obatan herbal.Tidak heran juga jika masyarakat Indonesia telah
menggunakan obat herbal yang berasal dari tumbuhan secara turun-temurun, hal ini
dikarenakan potensi sumber daya tumbuhan yang ada di Indonesia sangat berlimpah
sejak dahulu.
Agar dapat digunakan secara luas, suatu produk harus melalui beberapa tahap
serta tahap akhir berupa pengujian klinik. Uji toksisitas sendiri terdapat beberapa
tahapan yaitu uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, uji toksisitas kronik.
untuk mengetahui potensi terapi yang dimiliki oleh suatu molekul obat. Pengujian
toksisitas secara umum ditujukan untuk mengetahui efek yang tidak dikehendaki
suatu obat terutama terhadap kejadian kanker, gangguan organ vital dan iritasi kulit
atau mata (Parasuraman, 2011). Pada tahun 2014 diketahui jumlah produksi tanaman
obat guna biofarmaka meningkat hingga 9,97% dari tahun sebelumnya dan terus
meningkat sebanyak 5% hingga tahun 2017 peningkatan mencapai 14,97% (Salim
PEMBAHASAN
A. Uji Toksikologi
seiring dengan perkembangannya harus disertai dengan data keamanan agar dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Sebelum digunakan secara luas, obat tradisional harus
melalui tahapan uji praklinik yang terdiri atas uji toksikologi untuk menilai keamanan
obat yang diuji dan spektrum efek toksik, serta uji farmakodinamik untuk
memberikan informasi tentang khasiat. Kemudian dilanjutkan dengan uji klinik pada
manusia untuk membuktikan manfaat obat tradisional sesuai dengan indikasi yang
Toksisitas adalah efek toksik suatu zat baik bahan kimia ataupun obat terhadap
organ target. Uji toksisitas terdiri dari 2 jenis, yaitu toksisitas umum yang terdiri dari
toksisitas akut, sub akut atau sub kronis, kronis dan toksisitas khusus yang terdiri dari
Umumnya uji toksisitas dibagi menjadi tiga, yaitu uji toksisitas akut dengan
pemberian obat dosis tunggal ataupun dosis ganda secara oral dalam jangka waktu 24
jam. Uji toksisitas akut bertujuan untuk menentukan dosis letal median (LD50),
mengetahui organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta
dosis obat pada hewan coba, selama jangka waktu tidak lebih dari 10% masa hidup
toksisitas kumulatif suatu zat, organ target, toleransi fisiologi dan metabolik pada
pemaparan jangka panjang. Uji toksisitas jangka panjang (kronik) dengan pemberian
zat berulang-ulang selama masa hidup hewan uji, atau sekurang-kurangnya sebagian
besar dari masa hidupnya. Tujuan pengujian toksisitas kronik adalah untuk
hewan coba biasanya spesies pengerat yaitu mencit atau tikus. Hewan ini dipilih
karena murah, mudah didapat, dan mudah ditangani. Pada uji toksisitas akut
ditentukan nilai LD50, karena itu perlu diberikan dosis yang menyebabkan kematian
lebih dari 50% hewan coba. Jika LD50 tidak dapat ditentukan maka diberikan sampai
dosis maksimal yang masih mungkin diberikan pada hewan coba. Volume obat yang
diberikan untuk pemberian oral tidak boleh lebih dari 2-3% berat badan hewan coba.
jangka waktu tertentu, biasanya 7-14 hari, bahkan dapat lebih lama terutama berkaitan
dengan pemulihan gejala toksik. Selain mengamati terjadinya kematian hewan coba,
hal lain yang perlu diperhatikan adalah timbulnya efek toksik terutama yang terkait
dengan fungsi organ tubuh vital antara lain ginjal, hati, dan hemopoetik.
a) Mekanisme keracunan.
tertentu.
7. Kontrol kualitas.
Toksisitas merupakan suatu sifat relatif untuk membandingkan satu zat kimia
dengan yang lainya. Perbandingan sangat informatif, sehingga harus disertai dengan
pendekatan toksikologi dengan penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia
itu dan dalam berbagai kondisi dimana efek berbahaya itu terjadi.Apabila suatu zat
yang memiliki efek yang berbahaya atau tidak diinginkan pada semua mahluk hidup
(Loomis,1978).
Menurut BPOM tahun 2014, prinsip uji toksisitas akut oral merupakan
pengujian yang dilakukan untuk mengetahui munculnya efek toksik dalam waktu
singkat setelah diberikan sediaan uji secara peroral dalam dosis tuggal, ataupun dalam
dosis berulang pada waktu 24 jam . Uji toksisitas akut menurut Loomis (1998)
merupakan uji tunggal yang dilakukan dengan zat kimia yang berkaitan dengan sistem
nonbiologik. Pengujian lazim dilakukan pada suatu calon produk untuk memenuhi
persyaratan edar dan perijinan dari suatu wilayah atau negara. Skrining toksikologi
sangat penting dalam perkembangan obat baru serta untuk mengetahui potensi terapi
Pengujian toksisitas secara umum ditujukan untuk mengetahu efek yang tidak
dikehendaki oleh suatu obat terutama terhadap kejadian kanker, gangguan jantung dan
iritasi kulit atau mata (Parasuraman, 2011). United States of Food and Drug
dosis tunggal suatu senyawa pada hewan. Umumnya direkomendasikan pengujian ini
dilakukan terhadap dua jenis hewan (rodensia dan non rodensia). Produk yang diuji
diberikan pada hewan coba dengan dosis yang berbeda, kemudian dilakukan
pengamatan selama 14 hari. Kematian yang terjadi selama masa pengujian diamati,
diuji secara morfologi, biokimia, patologi dan histopatologi dicatat dan diamati.
jumlah besar, yang merupakan hambatan dalam melakukan uji toksisitas. Superjamu
merupakan sediaan herbal yang sedang diuji lapang dengan berbagai dosis dan
The OECD Guidelines for the Testing of Chemicals (OECD, 2004) merupakan
standar yang diterima secara internasional untuk menguji keamanan produk, meliputi
bahan kimiawi, pestisida, perawatan dan lain-lain. Standar ini selalu ditinjau oleh
banyak pakar dari berbagai negara yang termasuk anggota OECD. Metode ini dipilih
untuk menguji keamanan produk Superjamu, sebagai produk yang akan diedarkan
untuk memperkirakan dosis toksik. Metode ini dianggap cukup ideal karena
Adverse Effect Level (NOAEL) dan bermanfaat untuk uji klinik (Setzer and Kimmel,
2003). Pandangan moderen yang mulai beralih pada sumber obat- obatan natural
semakin meningkat. Aspek toksikologi yang masih belum banyak diketahui dari
pemakaian bahan pangan maupun obat dikarenakan alasan penggunaan yang turun
Obat tradisional indonesia adalah warisan budaya bangsa sehinga perlu untuk
diteliti, digali, dan dikembangkan sehingga dapat digunakan oleh masyarakat secara
luas. Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral, sedian galenik atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan sebagai obat. Obat bahan alam dapat
Obat asli indonesia yang terkenal adalah jamu, umumya adalah obat herbal,
merupakaan obat yang berasal dari tumbuhan. Fitofarmaka merupakan obat bahan
alam terutama dari alam nabati, yang berkhasiat jelas dan terbuat dari bahan baku,
baik berupa simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan,
masyarakat.
Keamanan adalah syarat terpenting yang harus dimiliki oleh suatu obat herbal.
Obat herbal dikatagorikan aman apabila telah melalui uji toksisitas dengan
menggunakan hewan coba dan telah terbukti aman secara klinis untuk dikonsummsi.
Uji toksisitas penting ada perkembangan obat baru sebelum dapatdigunakan pada
yaitu: seleksi; uji preklinik, terdiri atas uji toksisitas dan uji farmakodinamik;
standardisasi sederhana, penentuan identitas dan pembuatan sediaan terstandar; dan uji
Penggunaan obat herbal telah diterima oleh hampir seluruh Negara di dunia.
obat herbal terutama untuk kebutuhan kesehatan dasarnya. Bahkan di Afrika, sekitar
80% masyarakat menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer dan keperluan
Berdasarkan data hasil riset kesehatan dasar 2010, hampir setengah (49,53%)
penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas, mengonsumsi jamu. Proporsi jenis jamu
yang banyak dipilih untuk dikonsumsi adalah jamu cair (55,16%); bubuk (43,99%);
dan jamu seduh (20,43%). Sedangkan proporsi terkecil adalah jamu yang dikemas
semakin berkembang dan meningkat. Banyak penelitian yang dilakukan dalam upaya
Namun, hingga saat ini hanya beberapa penelitian obat herbal yang dapat
serta manfaat dan terstandarisasi. Hal yang sangat penting yang harus dilakukan pada
saat menggunakan bahan alam sebagai bahan baku obat adalah mengetahui efek
secara ilmiah tentang khasiat, keamanan dan standar kualitasnya agar penggunaannya
sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Untuk memenuhi standar mutu
tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji praklinik yang meliputi uji
derajat kerusakan yang diakibatkan suatu senyawa terhadap material biologik maupun
nonbiologik. Pengujian toksisitas biasanya dilakukan pada suatu calon produk untuk
memenuhi persyaratan edar dan perizinan dari suatu wilayah atau negara. Hal tersebut
dilakukan guna untuk menjamin keamanan penggunaan produk obat herbal terhadap
konsumen. Pengujian toksisitas pada obat herbal dibagi menjadi dua, yaitu uji
toksisitas umum dan khusus. Salah satu pengujian toksisitas khusus yang dilakukan
abnormalitas fetus yang terjadi karena pemberian sediaan uji selama masa
abnormalitas bagian luar fetus (morfologi), jaringan lunak serta kerangka fetus.
tingkat dosis pada beberapa kelompok hewan bunting selama paling sedikit masa
organogenesis dari kebuntingan, satu dosis per kelompok. Satu hari sebelum waktu
melahirkan induk dibedah, uterus diambil dan dilakukan evaluasi terhadap fetus.
(BPOM, 2014) Pengujian toksisitas biasanya mengacu pada The OECD (Organization
for Economic Co-operation and Developmen) Guidelines for the Testing of Chemicals
yang merupakan standar yang diterima secara internasional untuk menguji keamanan
Standar ini selalu ditinjau oleh banyak pakar dari berbagai negara yang
termasuk anggota OECD. Metode ini dianggap cukup ideal karena menggunakan
sedikit hewan coba, mudah aplikasinya dan dapat sekaligus memperkirakan nilai LD
50. Pengujian teratogenik sendiri menurut OECD terdapat 2 metode uji yaitu sesuai
KESIMPULAN
seiring dengan perkembangannya harus disertai dengan data keamanan agar dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Sebelum digunakan secara luas, obat tradisional harus
melalui tahapan uji praklinik yang terdiri atas uji toksikologi untuk menilai keamanan
obat yang diuji dan spektrum efek toksik, serta uji farmakodinamik untuk
memberikan informasi tentang khasiat. Kemudian dilanjutkan dengan uji klinik pada
manusia untuk membuktikan manfaat obat tradisional sesuai dengan indikasi yang
Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan yang berasal dari
tumbuhan, hewan, mineral, sedian galenik atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan sebagai obat. Obat bahan alam dapat
memenuhi persyaratan edar dan perizinan dari suatu wilayah atau negara. Hal tersebut
dilakukan guna untuk menjamin keamanan penggunaan produk obat herbal terhadap
konsumen. Pengujian toksisitas pada obat herbal dibagi menjadi dua, yaitu uji
toksisitas umum dan khusus. Salah satu pengujian toksisitas khusus yang dilakukan
Anonim. 2000. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional: Tata Laksana Uji
Tata Laksana Uji Klinik Obat Tradisional. Edisi I. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta: 3, 15-21.
Lu, C.F. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. Edisi 2.
Terj. dari Basic Toxicology: Fundamentals, Target Organs, and Risk Assesment.
Jun;2(2):74- 79
OECD Guidelines for The Testing of Chemicals. Section 4. (2002) Test N0 423: Acute
Setzer, R.W. and Kimmel, C.,A. (2003) Use of NOAEL, benchmark dose, and other
models for human risk assessment of hormonally active substances. Pure Appl
Chem. 75:2151–8.
Lee, J.E., Kim, H.J., Choi E.K., Chai, H.Y., Yun, Y.W., Kim, D.J., Nam, S.Y., Lee,
B.J. Ahn, B.W., Kang, H.G., and Kim, Y.B. (2003) Four- week repeated-dose
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik
Katno PS. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat Dan Obat Tradisonal.
Loomis , TA., 1978, Toksikologi dasar, diterjemahkan oleh Donatus, LA., edisi III,
sheets/fs134/en/