Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar teori

toksikologi (pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh)

termasuk pula dalam kelompok formalKonidamika (efek terapetik obat

berhubungan erat dengan efek toksisnya).pada dasarnya obat dengan dosis

yang berlebihan dapat bekerja dan bersifat sebagai toksis Yang destruktif

pada si pengguna. artinya, bila dosis diturunkan, efek toksik dapat pula

dikurangi dan (Tjay rahardja ,2018 )

toksikologi berperan penting dalam product safety evaluation, chemical safety

,industrial hygiene, dan accupational health and safety. product safety

evaluation dapat dilakukan dengan melaksanakan uji toksisitas pada produk.

Pada area occupational safety,toksikologi data dapat digunakan untuk

menentukan nilai ambang batas bersamaan dengan data lainnya

(Mansur ,2017)

Sintesis zat kimia yang diperkirakan berjumlah 1000 pertahun, menyebabkan

toksikologi tidak hanya meliputi sifat-sifat racun, Tetapi lebih penting lagi

mempelajari keamanan setiap zat kimia yang dapat masuk ke dalam tubuh.

Zat-zat kimia itu disebut "xenobiotik" (Xeno=asing). Setiap zat kimia baru

harus diteliti sifat-sifat toksiknya sebelum diperbolehkan penggunaannya


secara luas. Bila zat kimia berupa obat atau makanan, instansi yang harus

menilai adalah Direktorat pengawasan obat dan makanan di Departemen

kesehatan, zat kimia lain diatur oleh badan misalnya environment al

protection agency di A.S.(di Indonesia mungkin akan tumbuh dari

Departemen lingkungan hidup). Toksikologi berkembang luas ke bidang kimia

kedokteran hewan, kedokteran dasar, dan klinik pertanian perikanan, industry

entomologi, hukum, lingkungan dan juga ilmu perang. Perkembangan ini

dimungkinkan oleh teknologi analitik canggih yang memungkinka

terdeteksinya xenobiotik dalam tubuh dalam jumlah kecil sekali titik karena

penilaian sifat xenobiotik tidak dapat dilakukan pada manusia sebagaimana

lazimnya dilakukan untuk obat, maka penelitian xenobiotik dilakukan pada

hewan coba. Karena itu penelitian keamanan dilakukan melalui ekstrapolasi

Data dari hewan ke manusia (Thjay & Rharja, 2018).

Suatu zat dikatakan sebagai racun Jika ia dapat menimbulkan kerja yang

rusak. Dalam prakteknya, senyawa yang disebut racun hanyalah jika resiko

kerusakan yang ditimbulkannya relatif besar. Semua Zat adalah racun dan

tidak ada zat yang bukan racun. Hanya dosis lah yang membuat suatu zat

menjadi racun (menurut parecelcus 1564). Ini berarti, adanya suatu zat racun

potensial di dalam tubuh organisme belum tentu menimbulkan keracunan titik

suatu zat dapat bertindak sebagai racun pada saat mencapai dosis toksik.

Sebaliknya jika suatu zat digunakan dalam jumlah amat besar, maka pada
umumnya setiap zat racun, bahkan air kali pun. Karena itu, pembuktian

adanya racun dalam konsentrasi toksit mempunyai arti yang penting karena

dengan mengetahui bahaya yang mungkin timbul secara Dini, akan dapat

dihindari pendedahan selanjutnya dan dicegah terjadinya kerusakan Toksik

(mutschler, 1991).

Toksisitas akut merupakan percobaan yang meliputi single-dose eksperimen

yang dievaluasi 3-14 Hari sesudahnya tergantung dari gejala yang

ditimbulkan titik batas dosis harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat

memperoleh suatu kurva dosis Respon yang dapat terwujud respon bertahan

( misalnya mengukur lamanya waktu tidur) atau suatu respons

kuantal( misalnya mati). Biasanya digunakan 4-6 kelompok terdiri dari

sedikitnya 4 ekor tikus (Guniswarna, 1995). Cara pemberian obat pun harus

dipilih sesuai dengan yang digunakan di klinik. Jadi untuk obat yang akan

dipakai sebagai obat suntik perlu diuji dengan cara parenteral dan obat yang

digunakan sebagai salep terutama harus diuji terhadap kulit (Giniswarna,

1995).

Untuk menentukan efek toksik suatu hewan dalam waktu singkat setelah

pemesanan perlu dilakukan suatu uji toksisitas akut uji toksisitas akut yang

dilakukan untuk mengetahui mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang

masih dapat ditoleransi hewan uji( menggunakan 2 spesies hewan uji). Uji

ketoksikan dikerjakan dengan memberikan dosis tunggal senyawa uji pada


hewan uji (sekurang-kurangnya dua jenis hewan uji ronden dan Mirronden,

jantan dan betina). Takaran dosis yang dianjurkan paling tidak 4 peringkat

dosis dari dosis rendah yang tidak mematikan hewan uji sampai dosis

tertinggi yang mematikan seluruh hewan uji titik Pengamatan yang dilakukan

meliputi gejala klinis dan jumlah hewan yang mati (anonim, 2018).

Teknik pemberian juga dipengaruhi hasil, antara lain waktu pemberian suhu

lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara titik tidak luput kesalahan manusia

juga dapat mempengaruhi hasil ini. Sehingga Sebelum melakukan penelitian,

ada baiknya kita memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil ini.

Secara umum, semakin kecil nilai LD 50, semakin toksik senyawa tersebut

titik begitu pula sebaliknya Semakin rendah LD 50, semakin rendah tosiknya.

(Loomis, 1978)

Anda mungkin juga menyukai