Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KLINIK

TOKSIKOLOGI

Disusun Oleh :
Vincentia Condra P (221004)
Devi Rahmanita (221006)
Gideon Putra (221012)
Deva Fitriana (221013)
Natalia Tiara Tyas (221028)

Hari/Tgl Praktikum : Rabu, 16 November 2022


Dosen Pembimbing : Paulina Maya Octasari, M.Sc., Apt
Arnold Pompei Kalfo, S.Farm

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PRODI D3 FARMASI
POLITEKNIK KATOLIK MANGUNWIJAYA
SEMARANG
2022
TOKSIKOLOGI

1. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui hasil dari praktikum toksikologi pada hewan uji kelinci
2. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme kerja munculnya inflamasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi uji toksisitas
2. DASAR TEORI
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek
berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologi
lainnya. Toksikologi dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi. Kata
racun “toxic” adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata “tox” dimana dalam
bahasa Yunani berarti panah, dimana panah pada saat itu digunakan sebagai senjata dalam
peperangan, yang pada anak panah nya terdapat racun (Frank, 1995).
Toksikologi merupakan studi mengenai efek-efek yang tidak di inginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian secara
kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang seringterpajang serta efek yang di timbulkan
nya. Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya
mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup
untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang
berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah
jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-
bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori: akut,
subakut, subkronik, dan kronik (Frank, 1995).
Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu
singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Batasan waktu singkat disini ialah
rentang waktu selama 24 jam selama pemberian senyawa. Bila demikian, uji ketoksikan
akut dapat ditakrifkan sebagai uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan atau
dipejankan dengan dosis tunggal pada hewan uji tertentu, dan pengamatannya dilakukan
selama masa 24 jam. Tujuan utama uji ketoksikan akut suatu obat ialah untuk menetapkan
potensi ketoksikan akut, yakni kisaran dosis letal atau dosis toksik obat terkait pada satu
jenis hewan uji atau lebih. Selain itu, uji ini juga ditujukan untuk menilai berbagai gejala
klinis yang timbul, adanya efek toksik yang khas, dan mekanisme yang memerantarai
terjadinya kematian hewan uji. Jadi, dalam uji ketoksikan akut, data yang dikumpulkan
berupa tolok ukur ketoksikan kuantitatif (kisaran dosis letal/toksik) dan tolok ukur
ketoksikan kualitatif (gejala klinis, wujud, dan mekanisme efek toksik). Tolok ukur
kuantitatif yang paling sering digunakam untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik,
berturut-turut adalah dosis letal tengah (LD50) atau dosis toksik tengah (TD50).Yakni,
suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan dosis tunggal suatu
senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti
pada 50% hewan uji (Donatus, 1994).
Toksikologi sangat bermanfaat untuk memprediksi atau mengkaji akibat yang
berkaitan dengan bahaya toksik pada manusia dan lingkungannya. Dasar toksikologi
adalah biologi, kimia, farmakologi, fisiologi, imunologi, dana patologi. Dalam
Toksikologi pasti akan menimbulkan sebuah efek toksik yang berupa gejala ringan sampai
kematian. Sehingga memerlukan hewan sebagai model atau sarana percobaan. Dalam
menggunakan hewan sebagai hewan uji haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu
memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Tjay,T.H dan
Rahardja,K, 2002). Hewan uji yang biasa digunakan pada uji toksisitas adalah tikus,
mencit, marmut, dan kelinci.
Uji toksisitas dapat dibagi menjadi 2 yaitu terdiri dari toksisitas umum dan toksisitas
khusus. Uji toksisitas umum seperti akut, subkronis, dan kronis sedangkan toksisitas
khusus seperti mutagenik, teratogenik dan karsinogenik (Depkes RI, 2000). Pada uji
toksisitas akut dapat dilakukan dengan memberikan suatu zat kimia yang sedang di uji
sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam atau 1 hari, lalu diamati
dalam jangka waktu selama 14 hari (Hendriani, 2007). Uji toksisitas subkronis adalah
suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji
dengan dosis berulang yang diberikan melalui rute dermal pada hewan uji selama sebagian
umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan (BPOM, 2020). Uji
Toksisitas Kronik atau jangka panjang dilakukan dengan memberikan bahan uji berulang-
ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurangkurangnya sebagian besar dari masa
hidupnya (Lu, 1995).
Eugenol adalah molekul fenolik alami yang ditemukan di tanaman seperti kayu manis,
cengkeh, dan daun salam. Eugenol telah digunakan sebagai antiseptik topikal sebagai
kontra-iritan. Juga digunakan dalam sediaan gigi dengan seng oksida untuk penyegelan
saluran akar dan pengendalian nyeri. Eugenol ditemukan telah memiliki sifat anti-
inflamasi, pelindung saraf, antipiretik, antioksidan, antijamur dan analgesik. Eugenol juga
biasa digunakan dalam kombinasi dengan zinc oxide dalam prosedur gigi untuk
penyemenan prostesis sementara dan restorasi sementara gigi dan gigi berlubang. Eugenol
adalah obat yang digunakan sebagai obat kumur untuk infeksi mulut dan tenggorokan.
Senyawa eugenol mempunyai salah satu turunan senyawa, yaitu isoeugenol yang dapat
dipergunakan sebagai bahan baku obat antiseptik dananalgesik (Sharma et al, 1976).

Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak


cengkeh. Kandungan eugenol dapat mencapai 70-96 %. Dalam persyaratan mutu minyak
cengkeh SNI 06-2387-2006 kandungan minimal senyawa eugenol adalah 78% (Badan
Standardisasi Nasional, 2006). Selain itu minyak cengkeh banyak mengandung beberapa
komponen lain seperti eugenol asetat dan β-caryophyllene (Alma et al., 2007; US EPA,
2008; Bhuiyan et al., 2010). Kualitas dari minyak cengkeh ditentukan oleh kandungan
senyawa eugenol. Semakin tinggi kandungan eugenol maka semakin baik kualitas dan
semakin tinggi nilai jualnya.

Kinerja dari eugenol dalam menghambat nyeri dengan cara memblokir jalur enzim
siklooksigenase sehingga produksi prostaglandin menurun. Senyawa eugenol mempunyai
aktivitas farmakologi sebagai analgesik, antiinflamasi, antimikroba, stimulant, dan
anastetik lokal sehingga senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi (Pramod
et al., 2010). Senyawa eugenol memiliki sifat lipofilik yang dapat mengakibatkan
terjadinya adhesi dengan membran sel bakteri sehingga tekanan osmotik meningkat,
menyebabkan kerusakan pada membran sel dan menghambat respirasi bakteri.
Terhambatnya proses respirasi pada bakteri akan menimbulkan terganggunya transpor ion
pada sel sehingga bakteri akan mengalami kematian. Di dalam senyawa eugenol juga
terdapat ikatan fenol yang jika menempel pada sel bakteri akan membuat bakteri
mengalami lisis kemudian mati. Hal ini terjadi karena protein yang dimiliki mengalami
penggumpalan sehingga enzim transpeptidase mengalami perubahan. Selanjutnya, muncul
gangguan pada proses pembentukan dinding sel bakteri yang tersusun oleh peptidoglikan
dengan gugus polisakarida dan polipeptida. Dinding sel yang telah rusak dan tak terbentuk
mengakibatkan bakteri mati (Basuki, P. 1985).
Kelinci adalah hewan mamalia yang berasal dari keluarga Leporidae. Sebenarnya
Kelinci adalah hewan liar yang hidup di daerah Afrika dan daratan Eropa. Hal ini ditandai
dengan bulu yang panjang untuk bertahan di cuaca dingin, tipikal lucu, dan sangat
menggemaskan. Hewan ini memiliki telinga panjang. Panjang dari kedua telinga dapat
mencapai lebih dari 10 cm. Melalui telinga panjang, kelinci dapat mendeteksi suara dalam
akurasi yang luas dan tepat. Berkat telinga panjang pula, kelinci mampu mempertahankan
panas tubuh ketika masuk ke musim dingin. Telinga yang panjang ini dapat menutupi
anggota tubuhnya sehingga ia tidak akan merasakan kedinginan. Kelinci merupakan
bagian terbesar dari hewan percobaan kategori hewan kecil. Contoh hewan percobaan
kecil yaitu seperti tikus, anak tikus, guinea pigs, dan kelinci. Kelinci pertama kali
digunakan dalam penelitian pengembangan vaksin pada tahun 1881 (Blasco, A. 1996).

3. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan

− Kandang Kelinci − Hewan uji kelinci


− Spuit ml − Makanan dan minuman kelinci
− Alat cukur (Pisau cukur) − Obat sakit gigi cap kaka tua
− Gunting − Eugenol
− Kertas ukran 3x3 cm
− Underpad / koran
− Kassa steril
− Kassa gulung
− Gunting

4. CARA KERJA

Kelinci yang sudah dibeli diadaptasi selama 5-7 hari dan diberi makan serta minum sesuai
ketentuan.

Kemudian kelinci dibersihkan dan siap untuk diberi perlakuan.


Kelinci diangkat dan diletakkan diunderpad atau koran yang sudah disediakan.

Kemudian kita tenangkan kelinci sebelum digunting bulunya.

Siapkan kertas dengan ukuran 3x3 cm untuk membuat pola pada tubuh kelinci.

Tujuan pembuatan pola yaitu untuk mempermudah saat proses pencukuran.

Kelinci digunting bulunya menggunakan gunting yang tajam sesuai dengan pola yang telah
dibuat (3x3 cm).

Dilakukan pencukuran dengan bersih menggunakan silet atau pisau cukur.

Setelah dipastikan bersih dan sesuai ukuran 3x3 cm maka hentikan proses pencukuran.

Lakukan Pengujian dengan sampel

↓ ↓ ↓

Ambil 0,3 ml eugenol Ambil 0,3 ml aquadest Ambil 0,3 ml Obat Sakit Gigi
menggunakan spuit dan menggunakan spuit dan Cap Burung Kakak Tua
diaplikasikan ke kulit
diaplikasikan ke kulit kelinci sesuai instruksi menggunakan spuit dan
kelinci sesuai instruksi kemudian tutup kulit diaplikasikan ke kulit kelinci
kemudian tutup kulit kelinci kelinci dengan kassa steril. sesuai instruksi kemudian tutup
dengan kassa steril. kulit kelinci dengan kassa steril.


Setelah itu dilakukan pembalutan menggunakan kassa gulung.

Dilakukan Pengamatan selama kurang lebih seminggu.

Selama pengamatan tersebut dilakukan pengujian dengan sampel sebanyak 1x dalam sehari
secara topikal dan diganti kassanya setiap dilakukan pengujian sampel hingga muncul eritema
dan edema akibat toksisitas dari senyawa eugenol Obat Sakit Gigi Cap Burung Kakak Tua dan
eugenol dari minyak cengkeh.

Dicatat kemunculan eritema dan edema tersebut sebagai data hasil pengamatan.

5. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK


1. Hasil Pengamatan Uji Toksisitas

Eritema (Kemerahan)

a.) Eugenol

Kelinci H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6

I 1. EU Tidak 0 0 1 1 1 1
ada luka

II 2. EU Tidak 0 0 1 3 4 5
ada luka

III 4. EU Tidak 2 2 4 2 3 1
ada luka

III 5. EU Tidak 2 2 5 2 3 1
ada luka

Rata-Rata 1 1 3 2 3 2

Total Rata-Rata 1 + 1+ 3 + 2 + 3 + 2
6
=2
b.) Minyak Kakak Tua

Kelinci H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6

I 2. MKT Tidak 0 0 1 1 3 5
ada luka

II 3. MKT Tidak 0 0 2 2 2 3
ada luka

III 5. MKT Tidak 1 3 2 3 2 3


ada luka

IV 6. MKT Tidak 3 3 4 4 4 4
ada luka

Rata-Rata 1 2 2 3 3 4

Total Rata-Rata 1+2+2+3+3+4


6
=2

c.) Aquadest

Kelinci H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6

I 1. AQ Tidak ada 0 0 4 0 0 0
luka

II 3. AQ Kemerahan 0 0 0 0 4 5

III 4. AQ Kemerahan 0 0 0 0 1 2

IV 6. AQ Luka 2 2 2 2 1 1 1

Rata-Rata 1 1 2 0 2 2

Total Rata-Rata 1+1+2+0+2+2


6
=1
Edema (Bengkak)

a.) Eugenol

Kelinci H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6

I 1. EU Tidak ada 0 0 0 1 1 1
luka

II 2. EU Tidak ada 0 0 0 0 2 3
luka

III 4. EU Tidak ada 2 3 2 1 3 1


luka

III 5. EU Tidak ada 3 2 1 1 3 1


luka

Rata- Rata 1 1 1 1 2 2

Total Rata-Rata 1 + 1 + 1 + 1+ 2 + 2
6
=1

b.) Minyak Kakak Tua

Kelinci H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6

I 2. MKT Tidak ada 2 2 2 1 1 0


luka

II 3. MKT Tidak ada 1 3 1 3 1 1


luka

III 5. MKT Tidak ada 1 3 1 3 1 1


luka

IV 6. MKT Tidak ada 2 2 2 1 1 1


luka

Rata-Rata 2 3 2 2 1 2

Total Rata-Rata 2+3+2+2+1+2


6
=2
c.) Aquadest

Kelinci H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6

I 1. AQ Tidak ada 0 0 0 0 0 0
luka

II 3. AQ Kemerahan 0 0 0 0 0 0

III 4. AQ Kemerahan 0 0 0 0 1 1

IV 6. AQ Luka 2 0 0 0 0 0 0

Rata-Rata 0 0 0 0 0 0

Total Rata-Rata 0+0+0+0+0+0


6
=0

2. Grafik Hasil Pengamatan


a. Eritema senyawa eugenol

ERITEMA
6
JUMLAH ERITEMA

5
4
3
2
1
0
H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6
kelinci I.1 0 0 0 1 1 1 1
kelinci II.2 0 0 0 1 3 4 5
kelinci III.4 0 2 2 4 2 3 1
kelinci III.5 0 2 2 5 2 3 1
HARI

kelinci I.1 kelinci II.2 kelinci III.4 kelinci III.5


b. Eritema Minyak Kaka Tua

ERITEMA
6

5
JUMLAH ERITEMA

0
H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6
kelinci I.2 0 0 0 1 1 3 5
kelinci II.3 0 0 0 2 2 2 3
kelinci III.5 0 1 3 2 3 2 3
kelinci IV.6 0 3 3 4 4 4 4
HARI

c. Eritema Aquadest

ERITEMA
6
JUMLAH ERITEMA

5
4
3
2
1
0
H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6
kelinci I.1 0 0 0 4 0 0
kelinci II.3 0 0 0 0 0 4 5
kelinci III.4 0 0 0 0 0 1 2
kelinci IV.6 0 2 2 2 1 1 1
HARI

kelinci I.1 kelinci II.3 kelinci III.4 kelinci IV.6


d. Edema Eugenol

EDEMA
3,5
3
JUMLAH EDEMA

2,5
2
1,5
1
0,5
0
H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6
kelinci I.1 0 0 0 0 1 1 1
kelinci II.2 0 0 0 0 0 2 3
kelinci II.4 0 2 3 2 1 3 1
kelinci III.5 0 3 2 1 1 3 1
HARI

kelinci I.1 kelinci II.2 kelinci II.4 kelinci III.5

e. Edema Minyak Kaka Tua

EDEMA
3,5
3
JUMLAH EDEMA

2,5
2
1,5
1
0,5
0
H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6
kelinci I.2 0 2 2 2 1 1 0
kelinci II.3 0 1 3 1 3 1 1
kelinci III.5 0 1 3 1 3 1 1
kelinci IV.6 0 2 2 2 1 1 1
HARI

kelinci I.2 kelinci II.3 kelinci III.5 kelinci IV.6


f. Edema Aquadest

EDEMA
1,2
1
JUMLAH EDEMA

0,8
0,6
0,4
0,2
0
H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6
kelinci I.1 0 0 0 0 0 0 0
kelinci II.3 0 0 0 0 0 0 0
kelinci III.4 0 0 1 1 0 0
kelinci IV.6
HARI

kelinci I.1 kelinci II.3 kelinci III.4 kelinci IV.6

6. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pengujian toksikologi senyawa eugenol
terhadap hewan uji kelinci jantan. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui wujud
efek toksik dari suatu senyawa eugenol yang berupa eritema dan edema yang dioleskan
secara topikal pada hewan uji kelinci serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi timbulnya eritema dan edema apakah muncul karena senyawa eugenol atau
dari lingkungan. Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek merugikan dari bahan
kimia terhadap organisme hidup. Potensi efek yang merugikan yang ditimbulkan oleh
bahan kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi
mempunyai spesialis kerja bidang tertentu (Carpenito, Lynda Juall, 2006). Hewan uji yang
digunakan adalah kelinci albino (Oryctolagus cuniculus), galur New Zealand berkelamin
jantan dengan umur 2-3 bulan dan beratnya 1-2 kg. Penggunaan kelinci jantan dikarena
pada kelinci jantan mempunyai kondisi biologis yang lebih stabil daripada kelinci betina
dan tidak mengalami fluktuasi hormon yang dipengaruhi oleh masa siklus, masa
kehamilan dan masa menyusui (Mycek, M. J. 2009).
Pada uji toksikologi digunakan 3 sampel yaitu senyawa eugenol hasil ekstraksi kimia
dari bahan alam, minyak cengkeh cap kakak tua dan aquadest sebagai kontrol negatif.
Eugenol merupakan turunan guaiacol yang mendapat tambahan rantai alkil, dikenal
dengan nama IUPAC 2-metoksi-4-2-(2-propenil) fenol. Minyak cengkeh cap kakak tua
merupakan suatu sediaan farmasi yang berfungsi sebagai obat untuk mengurangi nyeri
pada gigi, kandungan dari minyak tersebut yaitu Glycerin 1.5 g - Ethyl Alkohol 1,5 g -
Creosote 0.35 g - Oil of Clove 0.05 g - Distilled Water add to 3.75 g - Equivalent With 2.0
ml (Kardinan, A. 2005). Alasan digunakan minyak cengkeh cap kakak tua pada uji
toksikologi adalah untuk mengetahui obat yang berkhasiat sebagai analgesik apakah juga
dapat menimbulkan efek toksik atau tidak.
Sebelum pemberian senyawa uji, bulu kelinci harus di cukur terlebih dahulu seluas
3×3 cm pada daerah dorso-lumbar, dengan tujuan supaya senyawa uji dapat diaplikasikan
dan diserap langsung pada kulit hewan uji sehingga diperoleh hasil yang maksimal tanpa
dihalangi oleh bulu dari hewan uji. Setelah itu pada kulit hewan uji yang sudah dihilangkan
bulunya dioleskan senyawa sebanyak 0,3 mL. Alasan menggunakan senyawa uji sebanyak
0,3 mL adalah karena kita ingin mengukur efek toksik dari senyawa tersebut apabila
diberikan pada dosis yang berlebihan. Pengolesan senyawa uji juga diberikan secara rutin
setiap hari selama 1 kali sehari, hal in jugai bertujuan untuk mengetahui efek toksik yang
ditimbulkan pada pemejanan/pemberian yang sering. Setelah dioleskan senyawa uji,
kemudian bagian yang dioleskan ditutup dengan pembalut/kasa, yang bertujuan supaya
tidak ada faktor-faktor dari lingkungan yang ikut memberikan/menambah efek toksik dari
percobaan tersebut, sehingga diperoleh hasil toksik yang murni dari senyawa uji yang
digunakan. Kemudian diamati terbentuknya 2 tanda toksik yaitu eritma (Kemerahan) dan
edema (Bengkak dan disertai cairan nanah di dalamnya) pada kulit hewan uji.
Mekanisme kerja dari eugenol adalah mempengaruhi dan merangsang fosfolipid
sehingga terbentuk asam arakidonat dimana asam arakidonat ini adalah substrat yang baik
bagi enzim lipooksigenase dan siklooksigenase. Pada lipooksigenase menghasilkan
tromboxan, bradikinin, interleukin. Pada siklooksigenase menghasilkan COX-1 dan COX-
2 yang dapat merangsang prostaglandin yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler
sehingga dapat menyebabkan nyeri dan menyebabkan terjadinya penumpukan cairan pada
ruang intertistial (Inflamasi). Tanda-tanda dari inflamasi yaitu kemerahan (rubor), panas
(kalor), bengkak (tumor), nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi (function laesa) (Pramod, K.,
S.H. Ansari and J. Ali. 2010). Toksisitas yang terjadi pada hewan uji termasuk toksisitas
sub kronik karena terjadi kurang dari 6 bulan.
Pada hasil praktikum, diperoleh hasil bahwasanya pada pemberian aquadest
menimbulkan efek toksik tetapi hanya sedikit, hal ini dapat terjadi karena faktor
lingkungan yang kurang bersih atau lingkungan yang lembab. Pada pemberian Minyak
cengkeh cap kakak tua diperoleh efek toksik lebih banyak dibandingkan dengan pemberian
eugenol. Hal ini karena kandungan dari minyak cengkeh cap kakak tua terdiri dari
beberapa senyawa, yang juga dapat memberikan efek toksik pada pemberian dengan dosis
berlebih dan pada frekuensi pemberian yang lama. Wujud efek toksik dipengaruhi oleh 2
hal yaitu faktor pemejanan dan faktor makhluk hidup. Faktor pemejanan dalam bahasa
toksikologi yaitu pada saat pemberian zat atau perlakuan kepada hewan uji sedangkan
faktor makhluk hidup berasal dari hewan uji kelinci itu sendiri. Prinsip yang digunakan
pada praktikum kali ini adalah, semakin lama pemejanan senyawa uji, maka efek toksik
yang dihasilkan semakin banyak dan semakin sering frekuensi pemejanan, maka efek
toksik semakin besar.

7. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil praktikum uji toksikologi pada hewan uji kelinci maka yang dapat
kami simpulkan yaitu:
1. Obat yang digunakan untuk praktikum uji toksikologi yaitu eugenol yang berasal dari
sediaan obat gigi “Minyak Cengkeh Cap Kakak Tua” dan eugenol dari minyak
cengkeh yang bertujuan untuk mengetahui toksikologi dari suatu senyawa dan akan
diperoleh hasil berupa adanya eritema dan edema.
2. Mekanisme kerja dari eugenol adalah mempengaruhi dan merangsang fosfolipid
sehingga terbentuk asam arakidonat dimana asam arakidonat ini adalah substrat yang
baik bagi enzim lipooksigenase dan siklooksigenase. Pada lipooksigenase
menghasilkan tromboxan, bradikinin, interleukin. Pada siklooksigenase menghasilkan
COX-1 dan COX-2 yang dapat merangsang prostaglandin yang dapat meningkatkan
permeabilitas kapiler sehingga dapat menyebabkan nyeri dan menyebabkan terjadinya
penumpukan cairan pada ruang intertistial (Inflamasi).
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengamatan seperti pengambilan bahan uji yang
tidak sesuai takaran/dosis yang telah ditentukan (berlebih/kurang), saat melakukan
pengolesan bahan uji bisa saja tidak merata, dalam perawatan kelinci yang tidak
sesuai/kurangnya pengalaman dalam merawat kelinci seperti pemberian jenis
makanan dan air minum, kerbersihan kandang kelinci serta perban yang lepas
dikarenakan aktivitas kelinci dan tidak kunjung di benarkan.

8. DAFTAR PUSTAKA
Basuki, P. 1985. Studi Tipe Kandang Kereman, Panggung, Individual dan Kualitas
Blasco, A. 1996. Genetic of Litter Size and Does Fertility in The Rabbit. 6th World
Rabbit Congress. 2:219
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Casarett and Doulls.1995. Toksikologi dasar: Asas, organ sasaran, dan penilaian resiko.
Terjemahan dari Basic Toxicology: Fundamentals, target organs, and risk
assesment, oleh Nugroho, E. Bustami, Z.S dan Darmansyah, I. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.

Donatus, I.A., 1994, Antaraksi Kurkumin Parasetamol: Kajian Terhadap Aspek


Farmakologi dan Toksikologi Biotransformasi Parasetamol , Disertasi,
Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Frank, 1995, Asas-asas Organ Sasaran dan Penelitian Rasio dalam Toksikologi dasar.
Penerjemah Edi Nugroho, Edisi Kedua, 358, UI – Press, Jakarta.
Greenberg, M; Glick, M; Burkets Oral Medicine Diagnosis & Treatment 10th; BC
Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: Agromedia Pustaka
Mycek, M. J. 2009. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika : Jakarta.
Pakan Terhadap Performans Produksi Kelinci. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan.
Universitas Gajah Mada.
Pramod, K., S.H. Ansari and J. Ali. 2010. Eugenol: a natural compound withversatile
Sharma,O.P., 1976, Antioxidant Activity of Curcumin and Related Compounds,
Biochem.Pharmacol., 25, 1811-1822.

9. LAMPIRAN
HARI 0

SENYAWA EUGENOL AQUADEST SENYAWA EUGENOL MINYAK


MINYAK CENGKEH MINYAK CENGKEH CENGKEH
“BURUNG KAKA
TUA”
HARI 1

SENYAWA EUGENOL AQUADEST SENYAWA EUGENOL MINYAK


MINYAK CENGKEH MINYAK CENGKEH CENGKEH
“BURUNG KAKA
TUA”

HARI 2

SENYAWA EUGENOL AQUADEST SENYAWA EUGENOL MINYAK


MINYAK CENGKEH CENGKEH
MINYAK CENGKEH “BURUNG KAKA
TUA”

HARI 3

SENYAWA EUGENOL AQUADEST SENYAWA EUGENOL MINYAK


MINYAK CENGKEH MINYAK CENGKEH CENGKEH
“BURUNG KAKA
TUA”
HARI 4

SENYAWA EUGENOL AQUADEST SENYAWA EUGENOL MINYAK


MINYAK CENGKEH MINYAK CENGKEH CENGKEH
“BURUNG KAKA
TUA”

HARI 5

SENYAWA EUGENOL AQUADEST SENYAWA EUGENOL MINYAK


MINYAK CENGKEH MINYAK CENGKEH CENGKEH
“BURUNG KAKA
TUA”

HARI 6

SENYAWA EUGENOL AQUADEST SENYAWA EUGENOL MINYAK


MINYAK CENGKEH MINYAK CENGKEH CENGKEH
“BURUNG KAKA
TUA”
Semarang , 16 November 2022

PRAKTIKAN PRAKTIKAN

Vincentian Condra Putri Devi Rahmanita

NIM :221004 NIM: 221006

PRAKTIKAN PRAKTIKAN

Gideon Putra Deva Fitriana

NIM : 221012 NIM :221013

PRAKTIKAN

Natalia Tiara Tyas

NIM: 221028

Anda mungkin juga menyukai