UJI SUBKRONIK
Uji praklinik, atau disebut juga studi pengembangan atau uji non-
klinik,atau uji efek farmakologik, adalah tahap penelitian yang terjadi sebelum
uji klinik atau pengujian pada manusia. Uji praklinik memiliki satu tujuan
utama yaitu mengevaluasi keamanan suatu produk yang baru. Uji praklinik
merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini diperoleh informasi
tentang efek farmakologis, profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat.
terisolasi, selanjutnya bila dianggap perlu maka dilakukan uji pada hewan.
Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu seperti mencit, tikus,
kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primata.
Uji praklinik selain memakai hewan, telah dikembangkan pula berbagai
uji in vitro untuk menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji
antikanker menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba,
uji antioksidan, uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat
pada hewan (Thorat et al.,2010) tetapi belum semua uji dapat dilakukan
secara in vitro.
Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang
diberikan dengan dosis berulang pada hewan selama kurang dari 3 bulan
untuk menentukan organ sasaran (organ yang rentan) atau tempat kerjanya.
Uji ini menggunakan suatu senyawa yang dapat memberikan efek toksik
pada hewan uji, yaitu senyawa X. Senyawa X merupakan obat yang telah
diklaim sebagai obat obat sakit kepala yang disebabkan karena masuk angin
dan flu. Dengan dilakukannya uji subkronis ini maka kita akan mengetahui
senyawa X yang diberikan apakah memiliki efek toksik dan pengaruh
terhadap organ-organ dalam serta hispatologi organ pada hewan uji.
BAB II
PEMBAHASAN
Hewan uji yang digunakan disarankan paling tidak satu jenis hewan
dewasa sehat baik jantan maupun betina. Hewan uji dipilih yang peka dan
memiliki pola metabolisme terhadap senyawa uji yang semirip mungkin
dengan manusia (Donatus, 2001).
Takaran dosis yang diberikan paling tidak 3 peringkat dosis. Takaran
dosis senyawa ini diberikan 1 hari sekali selama kurun waktu uji ketoksikan
subkronis berlangsung, melalui jalur pemberian yang sama dengan jalur yang
akan diberikan pada manusia (Wildmann,1983).
Kriteria pengamatan uji ketoksikan subkronis meliputi :
1. Berat badan masing-masing hewan uji ditimbang, pada hari ke-
0,1,dst, paling tidak setiap 7 hari sekali.
2. Masukkan makanan dan minuman untuk masing-masing hewan
uji, diukur paling tidak 7 hari sekali,tapi lebih baik setiap hari.
3. Berbagai gejala klinis umum diperiksa melalui pengamatan fisik,
dilakukan setiap hari. Saat penampakan gejala klinis dan wujud
gejala klinis dicatat.
4. Pemeriksaan hematologi (jumlah sel darah merah, sel darah putih,
kadar hemoglobin, volume korpuskuli, protein total) atau paling
tidak dilakukan pemeriksaan 2 kali yaitu pada awal dan akhir masa
uji.
5. Pemerikasaan fungsi organ secara biokimia dikerjakan melalui
pemeriksaan kimia darah (kadar potasium, sodium, klorida,
kalsium, CO2, SGPT, SGOT, alkaline fosfatase serum, gula darah,
protein total dan albumin) dan analisis urine (pH, bobot jenis,
volume urine, sedimen, glukusa) paling tidak dilakukan 2 kali, pada
awal dan akhir masa uji.
6. Pada akhir masa uji beberapa hewan uji pada masing-masing
kelompok dikorbankan. Ambil semua organ meliputi tata cara
waktu pengambilan cuplikan hayati dan buat preparat histologi
meliputi tata cara pengecatan hematoksiklineosin, dengan
pemeriksaan morfologi dan histopatologi organ.
7. Apabila selama uji terdapat hewan uji yang sekarat atau mati
harus dilakukan pemeriksaan histopatologi
8. Untuk kepentingan keterbalikan yakni guna menentukan sifat efek
toksik yang terjadi, paling tidak pada tingkat dosis terendah dan
tertinggi, setelah masa uji berakhir, dilanjutkan dengan
pengamatan ulang selama 2-4 minggu (Loomis,1978).
Uji laboratorium untuk toksisitas jangka pendek (subkronis) meliputi :
uji laboratorium klinik biasanya mencakup glukosa darah puasa
transaminase asam glutamat oksaloasetat (SGOT), transaminase asam
glutamat piruvat (SGPT), fosfatase alkalin, protein total, albumin, globulin,
nitrogen urea darah (BUN), dan unsur-unsur seperti natrium, kalium,
kalsium, dan klorid. Urinalisis biasanya mencakup warna, berat jenis, pH,
protein, glukosa, keton, unsur terbentuk (sel darah merah, dll) dan kristal
serta benda amorf (Lu,1995).
Organ yang biasanya ditimbang adalah hati, ginjal, adrenal, jantung,
otak, testis atau ovarium. Organ yang diperiksa secara histologik adalah
semua organ yang memperlihatkan lesi yang jelas, otak (3 tempat),
sumsum tulang belakang, mata dan saraf optik kelenjar ludah yang besar,
timus, tiroid, jantung, aorta, paru-paru dengan bronkus, lambung, usus
halus (3 tempat), usus besar (2 tempat), kelenjar adrenal, pankreas, hati,
kandung empedu (kalau ada), limpa, ginjal, kandung kemih, otot rangka,
dan tulang serta sumsumnya (Lu, 1995).
Uji subkronis Waktu :
Aplikasi pada kulit : 30 hari
Studi inhalasi : 30 – 90 hari
Uji oral : 90 hari
Tujuan: mendapatkan nilai NOEL atau NOAEL Dosis yang diujikan
divariasikan 3 – 4 variasi:
Dosis tinggi; menyebabkan kematian
Dosis ringan; menunjukkan NOEL
Hewan uji: tikus, anjing atau kera; (jantan dan betina : 10-20 ekor pada
setiap level dosis yang diberikan)
Observasi yang dilakukan terhadap: Setiap organ tubuh, mortalitas,
morbiditas, mata, konsumsi makanan, berat badan, respons
neurologis, perilaku tidak normal, respirasi, elektro kardiogram (EKG),
elektro-encefalogram (EEG), hematologi, biokimia darah, analisis urin
& tinja, kerusakan organ makroskopis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah uji toksiistas subkronis
adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang
pada hewan selama kurang dari 3 bulan untuk menentukan organ sasaran
(organ yang rentan) atau tempat kerjanya. Uji ini menggunakan suatu
senyawa yang dapat memberikan efek toksik pada hewan uji. Uji subkronis
ini maka kita akan mengetahui adanya efek toksik atau tidak senyawa dan
pengaruh terhadap organ-organ dalam serta hispatologi organ pada hewan
uji.
B. Saran
Adapun saran dari makalah ini, untuk dosen pengampu bisa
memberikan tambahan tugas selanjutnya untuk menambahakn jurnal review
agar bisa menambah pemahaman.
LAMPIRAN
HASIL DISKUSI