Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA FARMAKOKINETIKA
ANALISIS OBAT DALAM MATRIK BIOLOGI

MUTIARA SEPTIANI
1801062

Tanggal praktikum : Sabtu, 14 November 2020


Dosen : apt. Nesa Agistia, M.Farm.
Asisten dosen : - Arava Putri Fadhila
- Berliani Aprilia Rahmadewi
- Yulinda Anggraini, S.Farm.

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
PERCOBAAN III

ANALISIS OBAT DALAM MATRIK BIOLOGI

1. Tujuan Praktikum

Memahami prinsip dan prosedur analisis obat dalam matrik biologi


2. Tinjaun Pustaka

Senyawa Aktif seperti Obat memiliki peran penting dalam tubuh, terutama saat
penyembuhan penyakit. Sampel Biologis adalah samples yg diambil dari sebagian
tubuh untuk tujuan analisis , misalnya blood/darah , urine, stomach contents
(including stomach washing and vomit/muntah), liver/hati, bile/empedu, brain,
kidneys, meat, hairs, atau bagian tubuh. Blood atau urine samples adalah contoh
sampel yang paling umum utk clinical cases dan utk mendeteksi misalnya : detect
doping in athletes, in fatal or poisoning cases, in pharmacokinetics study, and in
therapeutic drug monitoring.

Ketersediaan hayati zat aktif suatu obat timbul sejak adanya ketidaksetaraan
terapetik diantara sediaan bermerk dagang yang mengandung zat aktif yang sama dan
dibuat dalam bentuk sediaan farmasetik yang serupa, serta di berikan dengan dosis
yang sama. Berbagai kejadian (zat aktif menjadi tidak aktif atau menjadi toksik) dapat
merupakan sebab ketidak setaraan tersebut (Utami dkk, 2009),

Ilmu yang mempelajari mekanisme obat dalam tubuh adalah farmakokinetik.


Pada umumnya setiap obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami empat
proses yaitu absorbs yaitu proses obat memasuki sirkulasi cairan tubuh. Distribusi
yaitu proses obat dibawa ke area tubuh dimana obat yang diharapkan bereaksi atau di
simpan didalam tubuh, biotrans formasi (metabolism) yaitu proses dimana obat
diubah menjadi bentuk yang kurang aktif dan ckresi adalah obat dikeluarkan dari
dalam tubuh (Priharja, 1995).

Sampel biologi adalah contoh uji yang diambil atau berasal dari tubuh manusia,
hewan atau tumbuhan berupa urin, darah, cairan lambung, daging, hati, atau jaringan
lainnya. Matriks biologi adalah bahan-bahan lain di luar analit dalam sampel biologi.
Analit dalam sampel dapat berupa senyawa tunggal atau campuran berbagai senyawa
yang akan dianalisis.

Untuk memberikan efek biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus berinteraksi
dengan reseptor, tempat aksi atau sel target dengan kadar yang cukup tinggi. Sebelum
mencapai reseptor, obat terlebih dahulu harus melalui proses farmakokinetik. Fasa
farmakokinetik meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorbsi
molekul obat yang menghasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu senyawa aktif
dalam cairan darah yang akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III
adalah fasa yang melibatkan proses distribusi, metabolism dan ekskresi obat, yang
menentukan kadar senyawa aktif pada kompartemen tempat reseptor berada.

Faktor-faktor penentu dalam proses farmakokinetik adalah:

1. Sistem kompartemen dalam cairan tubuh, seperti: cairan intrasel, eksternal


(plasma darah, cairan interstisial, cairan cerebrospinal) dan berbagai fasa
lipofil dalam tubuh.
2. Protein plasma, protein jaringan dan berbagai senyawa biologis yang mungkin
dapat mengikat obat.
3. Distribusi obat dalam berbagai sistem kompartemen biologis, terutama
hubungan waktu dan kadar obat dalam berbagai sistem tersebut, yang sangat
menentukan kinetika obat.
4. Dosis sediaan obat, transport antar kompartemen seperti proses absorbs,
bioaktivasi, biodegradasi dan ekskresi yang menentukan lama obat dalam
tubuh (Siswandono, 1998)
Konsentrasi obat adalah elemen penting untuk menentukan farmakokinetik
suatu individu maupun populasi, konsentrasi obat diukur dalam sampel biologi
seperti air susu, saliva, plasma dan urin. Sensitivitas, akurasi, dan presisi dari metode
analisis harus ada untuk pengukuran Secara langsung obat dalam matriks biologis.
Untuk itu metode penetapan kadar Secara umum perlu divalidasi sehingga informaasi
yang akurat didapatkan untuk monitoring farmakokinetik dan klinik (Shargel, 1999).

Pengukuran konsentrasi obat di darah, serum atau plasma adalah pendekatan


secara langsung yang paling baik untuk menilai farmakokinetik obat tubuh. Darah
mengandung elemen seluler mencakup sel darah merah, sel darah putih, keeping
darah dan protein seperti albumin dan globulin. Pada umumnya serum atau plasma
digunakan untuk pengukuran obat. Untukmendapatkan serum, darah dibekukan dan
serum diambil dari supernatant setelah disentrifugasi. Plasma diperoleh dari
supernatant darah yang disentrifugasi dengan ditambahkan heparin. Oleh karena
ituserum dan plasma tidak sama. Plasma mengalir keseluruh jaringan tubuh termasuk
semua elemen seluler darah. Dengan berasumsi bahwa obat di plasma dalam
kesetimbangan equilibrium dengan jaringan, perubahan konsentrasi obat akan
merefleksikan perubahan konsentrasi obat di jaringan (Shergel, 1999).

Dalam sebuah analisis obat dalam cairan hayati, ada hal-hal penting dalam
farmakokinetik yang digunakan sebagai parameter-parameter, antara lain yaitu:

1. Tetapan laju invasi atau tetapan absorpsi.


2. Volume distribusi menghubungkan jumlah obat di dalam tubuh dengan
konsentrasi obat (C) di dalam darah atau plasma.
3. Ikatan protein.
4. Laju eliminasi dan waktu paruh dalam plasma (t ½ ).
5. Bersihan (Clearance) renal, ekstrarenal dan total.
6. Luas di bawah kurva dalam plasma (AUC), dan
7. Ketersediaan hayati.

Metode analisis yang digunakan untuk penentuan kadar obat dalam serum
hendaknya telah jernih berkenaan dengan hal-hal berikut seperti lineritas,
kepekaan,ketepatan, ketelitian dan stabilitas (Shargel, 1985).
Untuk menganalisis darah total,komponen sel darah harus dilisis demikian
sehingga kandungannya bercampur merata dengan sonikator atau ditentukan dalam
jangka waktu tertentu lalu di sonikasi. Plasma berbeda dengan serum, serum adalah
plasma yang fibrinogennya telah dihilangkan dengan proses penjedalan, sedangkan
plasma diperoleh dengan menambahkan suatu pencegahan penjedalan ke dalam
darah. Bila darah tidak diberi antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh
seperi dipusingkan maka beningnya adalah serum (Syukri, 2002).

Parameter-parameter yang berguna dalam penentuan ketersediaan suatu obat


liputi data plasma, data urin, efek farmakologi akut, respon klinik ke rati dilakukan
baik terhadap bahan aktif yang telah di setujui maupun obat dengan terapetik yang
belum disetujui oleh FDA untuk dipasarkan. Setelah ketersediaan dan parameter-
parameter farmakokinetika dari bahan aktif diketal sis dapat diajukan untuk
mendukung pemberian label obat (Syukri, 2002)

Cuplikan darah sangat relevan, karena semua proses obat dalam tubuh
melibatkan darah sebagai media, suatu alat ukur dari organ satu ke organ lain seperti
absorbs, distribusi, metabolisme dan ekresi. Oleh karena itu, agar nilai-nilai
parameter obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi kriteria
yaitu meliputi peroleh kembali (rccovery), presisi dan akurasi. Kepekaan dan
slektivitas merupakan kriteria lain yang penting dimana nilainya tergantung dari alat
ukur yang dipakai perolehan kembali. Perolehan kembali merupakan suatu tolak ukur
efisiensi analisis dan dapat bernilai positif dan negative.

Persyaratan yang dituntut bagi suatu metoda analisa adalah jika metode
tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih)
dan kesalahan acak dan sistemik kurang dari 10% (Phasa dkk, 1 996).

Berbagai sampel biologis dapat diambil untuk penentuan kadar obat dalam
tubuhyaitu darah, urin, feses, saliva, jaringan tubuh, cairan blister, cairan spinal dan
cairan synovia (Jame, 1991).
3. Alat dan Bahan

a) Alat
 Labu ukur 100 ml
 Pipet volume 0,1; 0,2; 1 dan 2 ml
 pH meter
 Alat suntik
 Termostat
 Vial
 Sentrifuge
 Lemari pendingin
 Pipet ukur 1 ml dan 5 ml
 Kuvet, spektrofotometer
 Kalkulator fx 3600
 Stop watch, kertas grafik semilog

b) Bahan
 NaOH 0,1 N
 Alkohol 70%
 Heparin
 HCl 0,1 N
 Kloroform
 Isopropil alcohol
 Plasma kelinci/manusia
4. Cara Kerja

a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimal teofilin dalam NaoH 0,1N


- Buat larutan induk teofilin 50 mg/50 ml dalam NaOH 0,1 N
- Dari larutan induk tersebut diencerkan sehingga didapat larutan dengan
konsentrasi 3,5 µg/ml
- Ukur serapan larutan pada panjang gelombang 200 sampai 400 nm
menggunakan spektrofotometer UV
- Tentukan panjang gelombang serapan maksimum teofilin
b. Pembuatan kurva kalibrasi teofilin dalam NaOH 0,1N
- Dari larutan induk teofilin dibuat satu deret larutan dengan konsentrasi 3,5
; 5,5 ; 7,5 ; 9,5 ; 11,5 ; 13,5 µg/ml
- Ukur serapan masing- masing larutan tersebut pada panjang gelombang
serapan maksimum
- Tentukan persamaan regresi
c. Penetapan kadar dilakukan berdasarkan metode Schack dan Waxler yang
dimodifikasikan oleh Jenne dkk serta Zudema
- Timbang 50 mg theopilin larutkan dalam 50 ml NaOH
- Dengan menggunakan larutan induk di atas , di buat satu seri larutan
dalam plasma masing-masing dengan kadar 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; dan
15 µg/ml sebanyak 10 ml
- 2 ml larutan obat dalam plasma ditambahkan kedalam 0,4 ml HCl 0,1N
dan 20 ml campuran kloroform-isopropil alkohol (2 : 1). Campuran
dikocok 1 menit menggunakan corong pisah, ambil lapisan organik pada
bagian bawah, lalu saring
- Filtrat yang diperoleh dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan kedalam
tabung sentrifugasi, kemudian ditambahkan 2 ml NaOH 0,1N, dikocok
selama 1 menit dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 1500
rpm. Lapisan NaOH diambil (bagian atas)
- Nilai Absorbansi larutan diamati dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimum
- Buat kurva konsentrasi versus serapan

5. Hasil dan Pembahasan

A. Hasil
 Kurva Kalibrasi Teofilin dalam NaOH 0,1 N
- Pembuatan Larutan Induk
= 50mg / 50ml x 1000μg/ml = 1000ppm
- Kurva Kalibrasi
 3.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx3.5ppm
V1 = 0.035ml
 5.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx5.5ppm
V1 = 0.055ml
 7.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx7.5ppm
V1= 0.075ml
 9.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx9.5ppm
V1 = 0.095ml
 11.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx11.5ppm
V1 = 0.115ml
 13.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx13.5ppm
V1 = 0.135ml
Konsentrasi Absorban
(ppm)
3.5 0.276
5.5 0.402
7.5 0.533
9.5 0.665
11.5 0.787
13.5 0.857
Buatlah kurva kalibrasi dan tentukan persamaan regresi dan tentukan nilai r
nya !

Kurva Kalibrasi Teofilin dalam NaOH 0,1 N


1
0.9 y = 0.0599x + 0.0776
0.8 R² = 0.9929
0.7
0.6
0.5 Absorban
0.4 Linear (Absorban)
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15

 Persamaan regresi y = 0.0599x + 0.0776


 Nilai R² = 0.9929

 Penetapan Kadar Teofilin dalam matrik biologi


Konsentrasi Absorban % Perolehan Kembali
(µg/mL)
2.5 0.992 610.616 %
5 0.248 56.8948 %
7.5 0.584 112.72%
10 0.374 49.482 %
12.5 0.644 75.6456 %
15 0.748 74.6126%

Hitunglah hasil perolehan kembali teofilin dan buat dalam


grafik antara konsentrasi vs persen perolehan kembali !
 Absorbansi 1
- y = 0.0599x + 0.0776
0.992 = 0.0599x + 0.0776
0.9144 = 0.0599x
x = 15.2654μg/ml
- % Perolehan kembali
= x / C obat x 100%
= 15.2654 μg/ml / 2.5 μg/ml x 100%
= 610.616 %
 Absorbansi 2
- y = 0.0599x + 0.0776
0.248 = 0.0599x + 0.0776
0.1704 = 0.0599x
x = 2.8447 μg/ml
- % Perolehan kembali
= x / C obat x 100%
= 2.8447 μg/ml / 5 μg/ml x 100%
=56.8948 %
 Absorbansi 3
- y = 0.0599x + 0.0776
0.584 = 0.0599x + 0.0776
0.5064 = 0.0599x
x = 8.4540 μg/ml
- % Perolehan kembali
= x / C obat x 100%
= 8.4540 μg/ml / 7.5 μg/ml x 100%
= 112.72%
 Absorbansi 4
- y = 0.0599x + 0.0776
0.374 = 0.0599x + 0.0776
0.2964 = 0.0599x
x = 4.9482 μg/ml
- % Perolehan kembali
= x / C obat x 100%
= 4.9482 μg/ml / 10 μg/ml x 100%
= 49.482 %
 Absorbansi 5
- y = 0.0599x + 0.0776
0.644 = 0.0599x + 0.0776
0.5664 = 0.0599x
x = 9.4557 μg/ml
- % Perolehan kembali
= x / C obat x 100%
= 9.4557 μg/ml / 12.5 μg/ml x 100%
= 75.6456 %
 Absorbansi 6
- y = 0.0599x + 0.0776
0.748 = 0.0599x + 0.0776
0.6704 = 0.0599x
x = 11.1919 μg/ml
- % Perolehan kembali
= x / C obat x 100%
= 11.1919 μg/ml / 15μg/ml x 100%
= 74.6126%
Grafik Konsentrasi VS Perolehan Kembali Teofilin

Konsentrasi VS % Perolehan Kembali Teofilin


700.00%
600.00%
500.00%
400.00%
300.00% % Perolehan Kembali

200.00%
100.00%
0.00%
0 5 10 15 20

B. Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi pada obat
teofilin. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip dan
prosedur analisa obat dalam matrik biologi serta untuk mengetahui kadar teofilin
dalam plasma secara invitro.

Matrik biologi adalah bahan-bahan lain diluar analit dalam sampel biologi,
Contoh dari matrik biologi adalah plasma, urin, rambut, hati, ginjal, saliva dll.
Analisis obat di dalam cairan biologi ditujukan untuk memonitor penampilan sediaan
obat yang ada dalam perdagangan yang meliputi ketersediaan hayati, konfirmasi
respon biologi, mengkorelasikan level plasma obat dengan respon farmakologi,
membuktikan adanya racun atau keracunan serta monitoring obat pada kasus
overdosis.

Pada praktikum ini digunakan larutan HCl, NaOH dan isopropilalkohol


dimana HCl, Pada percobaan ini penambahan HCL bertujuan untuk memecahkan
protein schingga dapat menarik teofilin yang ada dalam plasma. Setelah ditambhakan
HCL 0,1N ditambahkan juga campuran larutan kloroform : isoprofil alcohol. NaOH,
Pada percobaan ini teofilin dilarutkan kedalam NaOH 0,1 N. Penggunaan NaOH
dikarenakan teofilin sukar larut dalam air tetapi mdah larut dalam larutan alkali
hidroksida maka dari itu penambahan NaOH bertujuan untuk melarutkan teoflin dan
untuk meningkatkan intensitas serapan (absorban). Pertama-tama dilakukan scanning
panjang gelombang teofilin dalam pelarut NaOH 0,1N menggunakan
spektrofotometer UV untuk mendapatkan panjang gelombang maksimal.
Isopropilalkohol, Pada percobaan ini menggunakan isopropilalkoho bertujuan untuk
memisahkan teofilin dengan plasma dan atau sebagai pelarut organic sehingga
sewaktu dikocok dengan corong pisah maka akan terbentuk dua lapisan. Lapisan
yang diambil adalah lapisan organis yang berada pada lapisan bawah, kemudian di
sentrifugasi. Tujuan dari proses sentrifugasi adalah agar partikel lain mengendap
sehingga tidak mengganggu pembacaan absorbansi. Dan juga sentrifugasi bertujuan
untuk memisahkan antara sampel darah dan pengendapnya berdasarkan bobot
molekulnya

Langkah pertama yaitu membuat larutan induk untuk membuat larutan deret
yang dapat menghasilkan kurva kalibrasi obat teofilin,yang dilihat pada panjang
gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV. Dengan menggunakan
konsentrasi yaitu 3.5, 5.5, 7.5, 9.5, 11.5, dan 13.5 ppm. Kemudian dilakukan
pengukuran absorbannya sehingga diperoleh nilai Persamaan regresi y = 0.0599x +
0.0776 dan Nilai R² = 0.9929.

Untuk menentukan kadar teofilin digunakan dengan berbagai konsentrasi


larutan yaitu 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5, 15 μg/ml. Kemudian dilakukan pengolahan data
sehingga diperoleh nilai %perolehan kembali dari teofilin yaitu dengan nilai yaitu
610.616 %, 56.8948 %, 112.72%, 49.482 %, 75.6456 % dan 74.6126%. Analisis obat
dalam matrik biologi diperlukan dalm studi farmakologi, farmakokinetik dan
pengembangan penggunaan obat. Pada tahap farmakokinetik penelitian meliputi
aspek absorbsi, biotransformasi, distribusi, biotransformasi dan eliminasi. Analisis
obat dalam cairan biologi ditujukan untuk memonitor penampilan sediaan obat yang
ada dalam perdagangan yang meliputi studi ketersediaan hayati, konfirmasi respon
biologi, mengkorelasikan level plasma obat dengan respon farmakologik,
membuktikan adanya racun atau keracunan serta monitoring obat pada kasus
overdosis. Agar hasil analisis dapat dipercaya, maka metode penetapan kadar harus
memenuhi kriteria antara lain perolehan kembali yang tinggi (75% - 90% atau lebih),
kesalahan acak dan sistematis kecil dari 10%, disamping itu perlu juga diperhatikan
kepekaan dan selektivitas yang nilainya tergantung kepada alat yang digunakan.

Sehingga pada praktikum ini diperoleh nilai %perolehan kembali lebih dari
rentang yang dikatakan analisa dapat dipercaya karena tidak memenuhi persyaratan
range % dimana rangenya yaitu 75%-90% atau lebih. Dari hasil data yang diperoleh
dari %perolehan kembali teofilin dapat dilihat pada absorbansi 0.992 dengan
%perolehan kembali 610.616 %, pada absorbansi 0.248 dengan %perolehan kembali
56.8948%, pada absorbansi 0.584 dengan %perolehan kembali 112.72%, pada
absorbansi 0.374 dengan %perolehan kembali 49.482%, pada absorbansi 0.644
dengan %perolehan kembali 75.6456%, pada absorbansi 0.748 dengan %perolehan
kembali 74.6126%. Sehingga dapat dilihat absorbansi yang tidak memenuhi range
%perolehan kembali yang baik itu yaitu pada absorbansi 0.992, 0.584 dimana
%perolehan kembali lebih dari range 75%-90%, kesalahan acak dan sistematis kecil
dari 10%, disamping itu perlu juga diperhatikan kepekaan dan selektivitas yang
nilainya tergantung kepada alat yang digunakan.
Dapat disimpulkan pada percobaan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi pada
obat teofilin yaitu dari data hasil percobaan dapat dilihat semakin kecil konsentrasi
yang digunakan semakin besar %perolehan kembali yang didapatkan, dan sebaliknya
semakin besar konsentrasi yang digunakan semakin kecil %perolehan kembalinya,
dimana dikatakan perbandingannya berbanding terbalik antara konsentrasi yang
digunakan dengan %perolehan kembalinya.

6. Pertanyaan

1) Mengapa pada penetapan kadar theopillin dalam plasma menggunakan


HCl, NaOH,serta isopropilalkohol? Jelaskan peran masing-masing larutan
diatas dalam analisa obat pada plasma
Jawab :
HCl, Pada percobaan ini penambahan HCL bertujuan untuk
memecahkan protein schingga dapat menarik teofilin yang ada dalam
plasma. Setelah ditambhakan HCL 0,1N ditambahkan juga campuran
larutan kloroform : isoprofil alcohol
NaOH, Pada percobaan ini teofilin dilarutkan kedalam NaOH 0,1 N.
Penggunaan NaOH dikarenakan teofilin sukar larut dalam air tetapi mdah
larut dalam larutan alkali hidroksida maka dari itu penambahan NaOH
bertujuan untuk melarutkan teoflin dan untuk meningkatkan intensitas
serapan (absorban). Pertama-tama dilakukan scanning panjang gelombang
teofilin dalam pelarut NaOH 0,1N menggunakan spektrofotometer UV
untuk mendapatkan panjang gelombang maksimal.
Isopropilalkohol, Pada percobaan ini menggunakan isopropilalkoho
bertujuan untuk memisahkan teofilin dengan plasma dan atau sebagai
pelarut organic sehingga sewaktu dikocok dengan corong pisah maka akan
terbentuk dua lapisan. Lapisan yang diambil adalah lapisan organis yang
berada pada lapisan bawah
2) Yang manakah dari percobaan diatas yang dimaksud dengan matrik
biologi?
Jawab :
Pada percobaan ini menggunakan matrik biologi yaitu plasma. Plasma
berbeda dengan serum, serum adalah plasma yang fibrinogennya telah
dihilangkan dengan proses penjedalan, sedangkan plasma diperoleh
dengan menambahkan suatu pencegahan penjedalan ke dalam darah. Bila
darah tidak diberi antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh
seperi dipusingkan maka beningnya adalah serum. Matriks biologi adalah
bahan-bahan lain di luar analit dalam sampel biologi. Analit dalam sampel
dapat berupa senyawa tunggal atau campuran berbagai senyawa yang akan
dianalisis
3) Sebutkan contoh lain dari matrik biologi?
Jawab :
Matrik biologi adalah bahan-bahan lain diluar analit dalam sampel
biologi, Contoh dari matrik biologi adalah plasma, urin, rambut, hati, ginjal,
saliva dll. Analisis obat di dalam cairan biologi ditujukan untuk memonitor
penampilan sediaan obat yang ada dalam perdagangan yang meliputi
ketersediaan hayati, konfirmasi respon biologi, mengkorelasikan level plasma
obat dengan respon farmakologi, membuktikan adanya racun atau keracunan
serta monitoring obat pada kasus overdosis.

7. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
 Pada percobaan ini dilakukan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi
pada obat teofilin

 Matrik biologi adalah bahan-bahan lain diluar analit dalam sampel


biologi, Contoh dari matrik biologi adalah plasma, urin, rambut, hati,
ginjal, saliva dll.

 Untuk menentukan kurva kalibrasi digunakan menggunakan larutan


dengan konsentrasi yaitu 3.5, 5.5, 7.5, 9.5, 11.5, dan 13.5 ppm.

 Sehingga diperoleh nilai persamaan regresi y = 0.0599x + 0.0776 dan


Nilai R² = 0.9929.

 Untuk menentukan kadar teofilin digunakan dengan berbagai


konsentrasi larutan yaitu 2.5, 5, 7.5, 10, 12.5, 15 μg/ml

 nilai %perolehan kembali dari teofilin yaitu dengan nilai yaitu 610.616
%, 56.8948 %, 112.72%, 49.482 %, 75.6456 % dan 74.6126%.

 Agar hasil analisis dapat dipercaya, maka metode penetapan kadar


harus memenuhi kriteria antara lain perolehan kembali yang tinggi
(75% - 90% atau lebih), kesalahan acak dan sistematis kecil dari 10%
 Praktikan perlu juga diperhatikan kepekaan dan selektivitas yang
nilainya tergantung kepada alat yang digunakan

 Semakin kecil konsentrasi yang digunakan semakin besar %perolehan


kembali yang didapatkan, dan sebaliknya semakin besar konsentrasi
yang digunakan semakin kecil %perolehan kembalinya.

 Perbandingan antara konsentrasi yang digunakan dengan %perolehan


kembalinya berbanding terbalik

B. Saran

Pada percobaan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi pada obat teofilin
diharapkan mahasiswa yang melakukan percobaan diharapkan memperhatikan
ketepatan dalam menimbang dan melarutkan dengan pelarut yang digunakan.
Sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pada
penggunaan alat pada perobaan ini harus dilakukan dengan teliti agar tidak
terjadi kesalahan hasil atau datanya.
8. Daftar Pustaka

James, M.W. 1991.Analisis Farmasi. Airlangga University press: Surabaya


Pasha, A.M., Joenoe, Z.N., dan wahyu, p. 1986. Analisis Farmasi 1.
UI press: Jakarta

Mansur, Umar., dkk. 2011. Penuntun Praktikum Farmakokinetika. Depok:


Universitas Indonesia.

Priharjo, R. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. EGC ; Jakarta

Shargel, Y. 2002. Biofarmasetika. UI press: Jakarta

Shargel, Leon, et. al. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, edisi
kedua. Surabaya: Aquadestlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai