BIOFARMASETIKA FARMAKOKINETIKA
ANALISIS OBAT DALAM MATRIK BIOLOGI
MUTIARA SEPTIANI
1801062
1. Tujuan Praktikum
Senyawa Aktif seperti Obat memiliki peran penting dalam tubuh, terutama saat
penyembuhan penyakit. Sampel Biologis adalah samples yg diambil dari sebagian
tubuh untuk tujuan analisis , misalnya blood/darah , urine, stomach contents
(including stomach washing and vomit/muntah), liver/hati, bile/empedu, brain,
kidneys, meat, hairs, atau bagian tubuh. Blood atau urine samples adalah contoh
sampel yang paling umum utk clinical cases dan utk mendeteksi misalnya : detect
doping in athletes, in fatal or poisoning cases, in pharmacokinetics study, and in
therapeutic drug monitoring.
Ketersediaan hayati zat aktif suatu obat timbul sejak adanya ketidaksetaraan
terapetik diantara sediaan bermerk dagang yang mengandung zat aktif yang sama dan
dibuat dalam bentuk sediaan farmasetik yang serupa, serta di berikan dengan dosis
yang sama. Berbagai kejadian (zat aktif menjadi tidak aktif atau menjadi toksik) dapat
merupakan sebab ketidak setaraan tersebut (Utami dkk, 2009),
Sampel biologi adalah contoh uji yang diambil atau berasal dari tubuh manusia,
hewan atau tumbuhan berupa urin, darah, cairan lambung, daging, hati, atau jaringan
lainnya. Matriks biologi adalah bahan-bahan lain di luar analit dalam sampel biologi.
Analit dalam sampel dapat berupa senyawa tunggal atau campuran berbagai senyawa
yang akan dianalisis.
Untuk memberikan efek biologis, obat dalam bentuk aktifnya harus berinteraksi
dengan reseptor, tempat aksi atau sel target dengan kadar yang cukup tinggi. Sebelum
mencapai reseptor, obat terlebih dahulu harus melalui proses farmakokinetik. Fasa
farmakokinetik meliputi proses fasa II dan fasa III. Fasa II adalah proses absorbsi
molekul obat yang menghasilkan ketersediaan biologis obat, yaitu senyawa aktif
dalam cairan darah yang akan didistribusikan ke jaringan atau organ tubuh. Fasa III
adalah fasa yang melibatkan proses distribusi, metabolism dan ekskresi obat, yang
menentukan kadar senyawa aktif pada kompartemen tempat reseptor berada.
Dalam sebuah analisis obat dalam cairan hayati, ada hal-hal penting dalam
farmakokinetik yang digunakan sebagai parameter-parameter, antara lain yaitu:
Metode analisis yang digunakan untuk penentuan kadar obat dalam serum
hendaknya telah jernih berkenaan dengan hal-hal berikut seperti lineritas,
kepekaan,ketepatan, ketelitian dan stabilitas (Shargel, 1985).
Untuk menganalisis darah total,komponen sel darah harus dilisis demikian
sehingga kandungannya bercampur merata dengan sonikator atau ditentukan dalam
jangka waktu tertentu lalu di sonikasi. Plasma berbeda dengan serum, serum adalah
plasma yang fibrinogennya telah dihilangkan dengan proses penjedalan, sedangkan
plasma diperoleh dengan menambahkan suatu pencegahan penjedalan ke dalam
darah. Bila darah tidak diberi antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh
seperi dipusingkan maka beningnya adalah serum (Syukri, 2002).
Cuplikan darah sangat relevan, karena semua proses obat dalam tubuh
melibatkan darah sebagai media, suatu alat ukur dari organ satu ke organ lain seperti
absorbs, distribusi, metabolisme dan ekresi. Oleh karena itu, agar nilai-nilai
parameter obat dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi kriteria
yaitu meliputi peroleh kembali (rccovery), presisi dan akurasi. Kepekaan dan
slektivitas merupakan kriteria lain yang penting dimana nilainya tergantung dari alat
ukur yang dipakai perolehan kembali. Perolehan kembali merupakan suatu tolak ukur
efisiensi analisis dan dapat bernilai positif dan negative.
Persyaratan yang dituntut bagi suatu metoda analisa adalah jika metode
tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih)
dan kesalahan acak dan sistemik kurang dari 10% (Phasa dkk, 1 996).
Berbagai sampel biologis dapat diambil untuk penentuan kadar obat dalam
tubuhyaitu darah, urin, feses, saliva, jaringan tubuh, cairan blister, cairan spinal dan
cairan synovia (Jame, 1991).
3. Alat dan Bahan
a) Alat
Labu ukur 100 ml
Pipet volume 0,1; 0,2; 1 dan 2 ml
pH meter
Alat suntik
Termostat
Vial
Sentrifuge
Lemari pendingin
Pipet ukur 1 ml dan 5 ml
Kuvet, spektrofotometer
Kalkulator fx 3600
Stop watch, kertas grafik semilog
b) Bahan
NaOH 0,1 N
Alkohol 70%
Heparin
HCl 0,1 N
Kloroform
Isopropil alcohol
Plasma kelinci/manusia
4. Cara Kerja
A. Hasil
Kurva Kalibrasi Teofilin dalam NaOH 0,1 N
- Pembuatan Larutan Induk
= 50mg / 50ml x 1000μg/ml = 1000ppm
- Kurva Kalibrasi
3.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx3.5ppm
V1 = 0.035ml
5.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx5.5ppm
V1 = 0.055ml
7.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx7.5ppm
V1= 0.075ml
9.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx9.5ppm
V1 = 0.095ml
11.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx11.5ppm
V1 = 0.115ml
13.5ppm
V1xC1=V2xC2
V1x1000ppm = 10mlx13.5ppm
V1 = 0.135ml
Konsentrasi Absorban
(ppm)
3.5 0.276
5.5 0.402
7.5 0.533
9.5 0.665
11.5 0.787
13.5 0.857
Buatlah kurva kalibrasi dan tentukan persamaan regresi dan tentukan nilai r
nya !
200.00%
100.00%
0.00%
0 5 10 15 20
B. Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi pada obat
teofilin. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip dan
prosedur analisa obat dalam matrik biologi serta untuk mengetahui kadar teofilin
dalam plasma secara invitro.
Matrik biologi adalah bahan-bahan lain diluar analit dalam sampel biologi,
Contoh dari matrik biologi adalah plasma, urin, rambut, hati, ginjal, saliva dll.
Analisis obat di dalam cairan biologi ditujukan untuk memonitor penampilan sediaan
obat yang ada dalam perdagangan yang meliputi ketersediaan hayati, konfirmasi
respon biologi, mengkorelasikan level plasma obat dengan respon farmakologi,
membuktikan adanya racun atau keracunan serta monitoring obat pada kasus
overdosis.
Langkah pertama yaitu membuat larutan induk untuk membuat larutan deret
yang dapat menghasilkan kurva kalibrasi obat teofilin,yang dilihat pada panjang
gelombang 200-400 nm menggunakan spektrofotometer UV. Dengan menggunakan
konsentrasi yaitu 3.5, 5.5, 7.5, 9.5, 11.5, dan 13.5 ppm. Kemudian dilakukan
pengukuran absorbannya sehingga diperoleh nilai Persamaan regresi y = 0.0599x +
0.0776 dan Nilai R² = 0.9929.
Sehingga pada praktikum ini diperoleh nilai %perolehan kembali lebih dari
rentang yang dikatakan analisa dapat dipercaya karena tidak memenuhi persyaratan
range % dimana rangenya yaitu 75%-90% atau lebih. Dari hasil data yang diperoleh
dari %perolehan kembali teofilin dapat dilihat pada absorbansi 0.992 dengan
%perolehan kembali 610.616 %, pada absorbansi 0.248 dengan %perolehan kembali
56.8948%, pada absorbansi 0.584 dengan %perolehan kembali 112.72%, pada
absorbansi 0.374 dengan %perolehan kembali 49.482%, pada absorbansi 0.644
dengan %perolehan kembali 75.6456%, pada absorbansi 0.748 dengan %perolehan
kembali 74.6126%. Sehingga dapat dilihat absorbansi yang tidak memenuhi range
%perolehan kembali yang baik itu yaitu pada absorbansi 0.992, 0.584 dimana
%perolehan kembali lebih dari range 75%-90%, kesalahan acak dan sistematis kecil
dari 10%, disamping itu perlu juga diperhatikan kepekaan dan selektivitas yang
nilainya tergantung kepada alat yang digunakan.
Dapat disimpulkan pada percobaan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi pada
obat teofilin yaitu dari data hasil percobaan dapat dilihat semakin kecil konsentrasi
yang digunakan semakin besar %perolehan kembali yang didapatkan, dan sebaliknya
semakin besar konsentrasi yang digunakan semakin kecil %perolehan kembalinya,
dimana dikatakan perbandingannya berbanding terbalik antara konsentrasi yang
digunakan dengan %perolehan kembalinya.
6. Pertanyaan
A. Kesimpulan
Pada percobaan ini dilakukan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi
pada obat teofilin
nilai %perolehan kembali dari teofilin yaitu dengan nilai yaitu 610.616
%, 56.8948 %, 112.72%, 49.482 %, 75.6456 % dan 74.6126%.
B. Saran
Pada percobaan Analisis Obat Dalam Matrik Biologi pada obat teofilin
diharapkan mahasiswa yang melakukan percobaan diharapkan memperhatikan
ketepatan dalam menimbang dan melarutkan dengan pelarut yang digunakan.
Sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pada
penggunaan alat pada perobaan ini harus dilakukan dengan teliti agar tidak
terjadi kesalahan hasil atau datanya.
8. Daftar Pustaka
Priharjo, R. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. EGC ; Jakarta
Shargel, Leon, et. al. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, edisi
kedua. Surabaya: Aquadestlangga University Press.