FARMAKOKINETIKA KLINIK
APLIKASI FARMAKOKINETIK
PADA PENGOBATAN KLINIK
FARMAKOKINETIKA KLINIK
• PENERAPAN METODE FARMAKOKINETIK UNTUK TERAPI OBAT
SEBAGAI STRATEGI PEMBERIAN DOSIS OPTIMAL PERINDIVIDU
BERDASARKAN KONDISI PENYAKIT PASIEN DAN
PERTIMBANGAN SPESIFIK PASIEN
• PENERAPAN DI RS ....Terapeutik Drug Monitoring (TDM)
PERTANYAAN :?
MEMPELAJARI MEKANISME
ABSORBSI
DISTRIBUSI
METABOLISME
EKSKRESI
MEMPELAJARI KINETIKA
PROSES A.D.M..E
FARMAKOKINETIK FARMAKODINAMI
TOKSIK
KONSENTRASI OBAT
DALAM PLASMA THERAPEUTIK
ATAU TEMPAT KERJA TERAPI OPTIMAL WINDOW
OBAT
INEFECTIVE
K
O
N
S KEGAGALAN TERAPI REGIMEN B
E
N
T
MINIMUM TOXIC CONCENTRATION
R
S
I
TERAPI SUKSES REGIMEN A
O
B
A MINIMUM EFFECTIV CONCENTRATION
T KEGAGALAN TERAPI
P
L
A
S WAKTU PEMBERIAN OBAT
M
A
Indeks Terapi / Rentang
Terapetik???
• Kadar obat dalam plasma yang berada
diantara kadar yang memungkinkan
timbulnya efek farmakologi yang besar dan
efek toksik yang kecil
O
B
A MINIMUM EFFECTIV CONCENTRATION
T
P AUC AUC
L
A
S
M AREA UNDER CURVE PEMBERIAN DOSIS BERULANG
A
AUC ORAL
ASPIRIN MORPHINE
DESIPRAMIN NITROGLICERIN
HIDRALAZINE PENTAZOCINE
ISOPROTERENAL PROPOXYPHENE
LIDOCAIN PROPANOLOL
METHYL PHENIDATE SALYCIL AMIDE
ATAU APABILA OBAT YANG MASUK SAMA DENGA OBAT YANG DIEKSKRSI:
O
B
A TROUGH
T
P
L
A
S
M PADA KEADAAN STEADY STATE
A OBAT YANG MASUK SAMA DENGAN OBAT YANG KELUAR
DISTRIBUSI OBAT KESELURUH JARINGAN TUBUH TERGANTUNG PADA :
BESAR MOLEKUL
LIPOPILICITY
UNBOUND DRUG
DOSIS KONSENTRASI
Vd = DOSIS / CONCENTRASI
VOL. DISTRIBUSI
HALF LIFE
• Sebelum ilmu farmakokinetik berkembang penetapan
dosis berdasarkan pengalaman empiris
• Penetapan dosis secara empiris tidak akan beresiko
sekiranya batas keamanan relatif lebar
• Ditemukan obat baru yang potensial yg keberadaaannya
mampu menggeser obat obat lama
• Potensial ( obat mempunyai rentang terapetik sempit)
• Perubahan sedikit dosis saja akan menyebabkan toksik
• Diperlukan farmakokinetik klinik untuk hal ini
KEGUNAAN FARMAKOKINETIKA
1. Bidang farmakologi
Farmakokinetika dapat menerangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh,
khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam tubuh;
apakah senyawa asalnya, metabolitnya atau kedua-duanya. Data kinetika obat dalam
tubuh sangat penting untuk menentukan hubungan antara kadar/jumlah obat dalam
tubuh dengan intensitas efek yang ditimbulkannya. Dengan demikian daerah kerja efektif
obat (therapeutic window) dapat ditentukan. (Cahyati, 1985)
3. Bidang toksikologi
Farmakokinetika dapat membantu menemukan sebab-sebab terjadinya efek toksik dari
pemakaian suatu obat.
• Dalam bidang farmasetik, berguna untuk menilai
biovailability dari sediaan
• dalam bidang kimia medisinal, ; membantu memberi
arah sintesa senyawa yang lebih unggul, potensi, stabil,
terjamin farmakokinetiknya
• Dalam bidang industri farmasi, untuk menilai kualitas
dari bioavailability, disamping itu untuk menghaluskan
aturan dosis standar dari data farmakokinetika.
Variabilitas farmakokinetik dan
farmakodinamik
• Usia
• Gender dan kehamilan
• Farmakogenetik
• Obesitas
• Penyakit gastrointestinal
• Penyakit kardiovaskular
• Penyakit hati
• Penyakit ginjal
USIA
• Perkembangan usia mempengaruhi kesetersedian
hayati...mempengaruhi profil FK-FD.
• Konversi dosis dewasa ke anak-anak berdasarkan BB sudah
mulai ditinggalkan
• Absorbsi perkutan cepat pada neonatus menyamai orang
dewasa
• Motilitas sal cerna pada bayi lebih cepat, waktu transit teofilin
dan fenitoin dalam sediaan lepas lambat lebih cepat sehingga,
akibatnya mengurangi jumlah obat yang diabsorbsi
• Titer asam empedu dan enzim lipase pada bayi prematur masih
lemah sehingga menurunkan kelarutan obat obat lipofill
(vitamin A, D, E, K)
Gender
• Tubuh wanita lebih kecil mempunyai komposisi yang
berbeda dengan pria.
• AUC pada wanita lebih tinggi dariapada pria karena
kliren obat lebih lambat
• Secara farmakodinamik wanita lebih sensitif terhadap
obat
• FDA menganjurkan dalam uji klinik harus menyertakan
wanita
• Label obat dinyatakan ada atau tidak pengaruh thd
wanita
Kehamilan
• Plasenta menghalangi distribusi obat ke janin
• Obat yang bersifat lipofilik dapat menembus plasenta
• Obat bersifat toksik terhadap janin.
Farmakogenetik
• Terdapat variasi FK-FD bila terjadi perubahan gen
OBESITAS
• Kegemukan dapat merubah profil ADME
Ex : kenaikan ukuran ginjal, kecepatn aliran darah ke ginjal,
akibatnya kenaikan klirens renal
1. Bersihan (clearence/Cl)
2. Volume distribusi
5. Ikatan protein
contoh :
laju rerata digoksin tablet yang diberikan secara oral
pada dosis 250 mcg dapat dihitung sbb :
𝑑𝐷𝑏/𝑑𝑡
= 𝑘𝑙𝑖𝑟𝑒𝑛𝑠
𝐶𝑝
𝑆 𝐹 (𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠)
R=
𝑡
𝑺 𝑭 (𝑫𝒐𝒔𝒊𝒔)/𝒕
Cl =
𝑪𝒔𝒔 𝒓𝒆𝒓𝒂𝒕𝒂
CONTOH :
DOSIS PEMELIHARAAN
𝐶𝐿 𝐶𝑠 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 (𝑡)
= 𝑆 (𝐹)
𝐿 𝑚𝑔
(2,8 )(10 )(1 𝑗𝑎𝑚)
𝑗𝑎𝑚 𝐿
28 mg tiap jam =
1 (𝐹)
Faktor yang mempengaruhi
klirens
• Luas permukaan tubuh
• Ikatan protein plasma
• Curah jantung
• Rasio ekstraksi
• Fungsi hati
• Fungsi ginjal
Kliren vs luas permukaan
tubuh
• Umumnya dalam satuan volume/Kg BB atau volume/70
kg/waktu
• Berdasarkan luas permukaan tubuh (LPT) klirens dapat
dihitung denganrumus berikut :
𝑆 𝐹 (𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠)/𝑡)
CL =
𝐶𝑠𝑠 𝑟𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎
𝐿𝑛 𝐶1/𝐶2)
K =
𝑡
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑆 𝐹 ( 𝑡 )
Cl =
𝑐𝑠𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑆 𝐹 ( 𝑡 )
Css rerata = 𝐶𝑙
Konsentrasi plasma yang diharapkan
(C1) pada waktu t setelah infus
dimulai dapat dihitung
C1 = Css rerata (fraksi keadaan tunak yang dicapai pada
waktu T )
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑆 𝐹 ( )
𝑡
C1 = (1 –e-kt)
𝐶𝑙
Prediksi kadar plasma setelah infus
dihentikan
• Konsentrasi plasma pada sembarang waktu
setelah infus dihentikan dapat diestimasi
dengan mengalikan konsentrasi plasma yang
diukur waktu infus dihentikan dengan fraksi
obat yang tertinggal pada jam akhir infus
• Fraksi obat tertinggal = e-kt
• C2 = C1 (e-kt)
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
𝑆 𝐹 ( 𝑡 )
C1 = (1 – e-kt)
𝐶𝑙
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠
(𝑆)(𝐹)( 𝑡 )
C2 = (1-e-kt1) (e-kt2)
𝐶𝑙
Contoh soal
• Theophyllin diberikan selama 16 jam 80 mg
/jam kepada pasien dengan klirens 2,8 L/jam,
waktu paruh 8 jam (K = 0,087 jam-1). Hitung
konsentrasi theophillin yang diharapkan
setelah 16 jam infus dihentika.n
Model Farmakokinetik Dalam Berbagai Model
Kompartemen
• Model 1 kompartemen cara intravena
• Model 1 kompartemen cara ekstravskular
• Model 2 kompartemen cara intravena
• Model 2 kompartemen cara ekstravaskular
Model 1 kompartement (IV)
= jika obat setelah pemakaian segera terdistribusi
dalam ruang distribusi yang dapat dilalui dengan
merata= jarang
i.v. k10
C1
DO DGi Ka Db,
Db,Cp, Vd
Cp, Vd K De
Perhitungan parameter farmakokinetika obat model 1
kompartemen (IV & ekstravaskular )
Kinetika Parameter IV Oral
Absorbsi Ka - Residual
Fa - AUC po/AUC IV
Distribusi Vd Do/Cp Do.Fa/Cp
Eliminasi Clt Do/AUC total Do.Fa/AUC total
i.v. k10
C1
k12 k21
C2
𝐶 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
• Fu =
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑘𝑎𝑡+𝐶 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
KONSENTRASI PROTEIN PLASMA
RENDAH
• Fraksi obat bebas akan meningkat dengan menurunnya
konsentrasi protein plasma
• Hubungan C obat dalam plasma dan C protein plasma
𝐶′ 𝑃′
= (1- Fu) ( ) + Fu
𝐶 𝑖𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑃 𝑁𝐿
𝐶 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
=
𝐶 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
C bebas = (Fu) ( C total)
Contoh Soal
Pasien uremia memiliki nilai fraksi fenitoin bebas 0,3, sedangkan pasien
tidak uremia nilai fraksi fenitoin bebas 0,1. Konsentrasi total fenitoin
pasien uremia adalah 5 mg/L, sedangkan pasien non uremia ditemukan
konsentrasi total fenitoin 10 mg/L
(𝑉𝐷 ( 𝐶)
Dosis Muatan=
𝑆 𝐹
V = volume distribusi
C = konsentrasi yang diharapkan dalam plasma
S dan F = Fraksi dosis pemberian yang mencapai sirkulasi
sistemik
Tentukan dosis muatan digoksin oral (tablet
digoksin) yang dapat menghasilkan konsentrasi
plasma sebesar 1,5 mcg/L untuk seorang pria yang
memiliki badan 70 kg bila diasumsikan nilai fraksi
obat yang mencapai sirkulasi sistemik adalah 0,7
dan fraksi obat aktif dalam dosis adalah 1 dan nilai
volume distribusi 7,3 L/kg
𝐿 𝑚𝑐𝑔
7,3𝑘𝑔 70 𝑘𝑔 (1,5 𝐿 )
Dosis muatan =
1 ( 0,7)
= 1095 mcg atau 1,095 mg
Pendekatan = memberikan 1 mg secara oral dalam dosis
terbagi 0,25 mg perdosis setiap 6 jam
𝐿
7,3𝑘𝑔 1,5 −0,5
Dosis muatan tambahan =
1 (7)
Ro = dosis infus
Clt = klirens total
Clt = VD.K
𝑅𝑜
Cpss iv =
𝑉𝑑.𝐾
Pasien mendapatkan obat....dokter +
apoteker evaluasi..jika sukses......dosis telah
sesuai
Jika gagal (gejala toksis)....penetapan kadar
plasma atas persetujuan
dokter........dilakukan penyesuaian
dosis......jika terjadi masalah
(toleransi/idiosinkrasi).....sebaiknya obat
diganti
Regimen dosis juga dapat ditinjau kembali
jika terjadi perubahan profil farmakokinetik
Umur
Berat badan
Kondisi penyakit
Klirens....ukuran eliminasi obat dari tubuh
Klirens....klirens renal...klirens non renal
Gagal ginjal......menurunnya laju filtrat
glomerulus dan menurunnya kemampuan
ginjal mengeluarkan sisa metabolit.
Gagal ginjal juga menurunkan ikatan obat
dengan protein
Clt = Clr + Clnr
Kecepatan eliminasi = selisish banyaknya
obat yang masuk dan obat yang keluar dari
organ
Eliminasi =(Ca x Q) – (Cv x Q)
Ca = konsentrasi obat pada arteri
Cv = konsentrasi obat pada vena
Bila Ca = Cv ......organ tidak mampu
mengeliminasi
Cv < Ca................organ mengeliminasi obat
Suatu indeks efisiensi organ membersihkan
darah yang melewat organ terhadap obat
Ex : ER 0,7..........70 % darah berisi obat yang
melewati organ dibersihkan dari obat
𝑄 (𝐶𝑎 −𝐶𝑣)
Clorg =
𝐶𝑎
𝐷𝑜
Clt = ......................oral
𝐴𝑈𝐶
𝑅𝑜
Clt = .......................IV
𝐶𝑝𝑠𝑠
Clt = Vd.K
Clr = Vd.Ke
Clh = Vd.Km
Perubahan nilai klirens total, sehingga
mempengaruhi steady state, karena itu
diperlukan penyesuain dosis baik itu dengan
memperkecil dosis atau memperpanjang
interval pemberian
Terhadap proses metabolisme, karena
umumya obat yang diekresikan melalui ginjal
adalah dalam bentuk metabolit, maka akan
berpengaruh terhadap jumlah metabolit
Terhadap distribusi, gagal ginjal
ditemukannya protein didalam urine.
Implikasinya, gagal ginjal mempengaruhi
ikatan obat dengan protein plasma.
Menurunnya jumlah albumin, akan
meningkatkan VD. Ex : terjadi perubahan
profil distribusi fenitoin pada pasien gagal
ginjal
Terhadap absorbsi obat, ada penurunan
kecepatan absorbsi obat pada pasien GGK
dibanding pasien normal
Kreatinin...substansi endogen yang terbentuk
dari kreatinin fosfat selama proses
metabolisme otot, secara normal difiltrasi
melalui glomerulus dalam jumlah yang
konstan. Penurunan jumlah klirens kreatinin
menandakan terjadinya gangguan fungsi
ginjal
Klirens kreatinin dinyatakan dalam ml/menit
dan konsentrasi kreatinin serum dalam mg %
Untuk Pria
100
Clcr = - 12
𝐶𝑐𝑟
Untuk wanita
80
Clcr = -7
𝐶𝑐𝑟
Pria
140−𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑙𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 𝑏𝑏 (𝑘𝑔)
Clcr = 72 (𝐶𝑐𝑟)
Wanita
Clcr = 85% dari hasil yang diperoleh pada pria
Berapa klirens kreatinin seorang penderita
pria dewasa yang mempunyai konsentrasi
kreatinin 1 mg%
Metode nomogram
Metode Wagner
Metode Giusti-Hayton
𝐾𝑛𝑟
Dosis Uremia = x dosis normal
𝐾𝑁
Tetapan eliminasi penderita =
◦ % K = a + b Clcr
◦ A dan b dapat dilihat dari table
𝐾 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎
◦ Dosis penderita = dosis normal x
𝐾 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
Seorang penderita secara normal minum 500
mg ampisilin setiap 6 jam. Berapa dosis
untuk seorang penderita dengan Clcr 80
ml/menit
Rumus Clark
Rumus Young
Metode Crawford Terry-Rourke
𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐴𝑛𝑎𝑘
Dosis = x dosis dewasa
𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎
Metode Ristchel
𝑆𝑢𝑟𝑓𝑎𝑐𝑒 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐴𝑛𝑎𝑘
Dosis = x dosis dewsa
1,73
Tahun SA Anak (m2)
Neonatus 0,21
0,25 0,29
0,5 0,36
1 0,45
2 0,54
3 0,60
4 0,68
5 0,73
6 0,82
7 0,90
8 0,97
9 1,05
10 1,12
11 1,20
12 1,28
Geriatri.........berusia lebih atau sama dengan 60
tahun
Fisiologi geriatri telah banyak
berubah......perubahan Cp melalui sistem ADME
akan berubah
Geritari sering mengidap penyakit kronik
sehingga sering polifarmasi
Geriatri....turun kemampuan menggunakan obat,
tremor, sering lupa bingung, penglihatan
berkurang dll........sering adverse drug reaction
70% - 80% adverse drug reaction terkait
perubahan parameter farmakokinetik
Gagal fungsi ginjal
Db = Vd. C 𝐶1
𝐿𝑛 ( )
𝐶2
𝐾.𝑡 K=
Log Ct = Log Co - 𝑡2 −𝑡1
2,303
Contoh soal
• Seorang pasien disuntik teofilin intravena
dosis tunggal 400 mg selama 20 menit.
Volume distribusi dan kecepatan eliminasi
pada pasien berturut-turut 30 Liter dan 0,115
jam-1. Tentukan waktu paruh eliminasi dan
kadar teofilin dalam darah setelah 4jam
penyuntikan
Contoh soal
• Seorang pria berat badan 50 kg disuntik
sefotaksim antibiotik golongan sepalosporin
secara intravena dosis tunggal 20 mg/kgbb. Kadar
obat dalam plasma ditentukan 6 dan 8 jam
setelah pemberian obat berturut-turut 4 dan 2
ug/ml
a. Berapa waktu paruh eliminasi??
b. Berapa kadar sefotaksim dalam plasma pada t =
0
c. Jika KHM suatu antibiotik 0,5 ug/ml, berapa
lama durasi efek sefotaksim??
Contoh soal
• Karvedilol diberikan secara intravena dosis 50
mg kepada subyek dengan berat badan 60 Kg
• Apabila kadar karvedilol dalam darah 4 dan 10
jam setelah penyuntikan berurut-turut 40 dan
20 mikrogram/ml. Hitung semua parameter
farmakokinetika
Dosis maintenance
• Agar kadar obat dalam darah berada dalam
kisaran terpeutik
• Kisaran terapeutik belum tentu sama tiap
inividu karena banyak variabel yang
mempengaruhi
• Konsep farmakokinetik model 1 kompartemen
multipel dosing tidak hanya bermanfaat dalam
klinik tetapi juga untuk pengembangan
formulasi sediaan farmasi
Akumulasi Obat
• Apabila obat diberikan berulang dengan
interval yang lebih pendek dari harga t1/2
elimimasi, maka akan terjadi akumulasi.
• Bila obat diberikan dengan interval waktu
yang lebih panjang dari harga t 1/2 eliminasi,
karena kadar obat sebelumnya telah hilang
dari tubuh, maka akumulasi dapat dihindarkan
• 7 kali t ½ eliminasi diasumsikan obat telah
hilang dari tubuh
• Untuk memprediksi kadar obat dalam darah
setelah pemberian berulang lazim digunakan
parameter VD, klirens, t1/2 eliminasi
• Ketiga parameter ini pertama kali diperlukan
ketika mendesain dosis awal pada subyek, baik
loading doses infus atau dosis berulang
intravaskular dan ekstravaskular
• Pada pemberian berulang pemberian obat
pertama tidak akan berpengaruh terhadap profil
farmakokinetik obat berikutnya, akibatnya pada
pemberian obat yang kesekian nilai AUC yang
diperoleh dosis tunggal sama nilainya dengan
AUC pemberian yang kesekian
Dosis Maintenance Intravena
• Pemberian IV dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
, infus dengan kecepatan (dosis) tetap dan IV
bolus berulang dengan interval tertentu
• Bila diberikan IV dengan kecepatan tetap,
masuknya obat kedalam darah mengikuti orde 0
• Untuk obat IT sempit diperlukan ketepatan dosis
yang masuk sehingga menghasilkan kadar obat
yang tetap didalam darah
• Fluktuasi obat dalam darah bila ada berada dalam
batas minimum.
Konsep T 1/2 dalam penentuan Css
• 1 kali t ½ 50% kadar tunak
• 5 kali t ½ 97% kadar tunak
• 7 kali t ½ 99% kadar tunak
• Jika t ½ obat 2 jam, maka untuk mencapai 97
% kadar tunak diperlukan 5 x 2 jam = 10 jam
pemberian infus
• Obat yang diberikan secara infus dengan kecepatan
tetap proses kinetikanya mengikuti orde 0, sedangkan
kecepata eliminasinya mengikuti proses orde pertama
• Perubahan jumlah obat dalam tubuh setiap saat
(dDb/dt) selama proses berlangsung merupakan
kecepatan input dikurangi kecepatan output (K. Db)
• dDb/dt = D iv – k. Db
• Db = C. VD
𝐷 𝑖𝑣
• C= ( 1 – e –kt).........................persamaan A
𝐾.𝑉𝑑
𝐷𝑖𝑣
• Css = 𝐶𝑙
• D iv = Css. K. VD
Contoh soal
• Suatu antibiotik B laktam terdistribusi dalam VD
sebesar 5 L, tetapan kecepatan eliminasi = 0,20
jam -1. Berapa dosis infus yang akan diberikan jika
diinginkan kadar tunak dalam darah 15 mg/L. Bila
kinetika mengikuti kinetika orde 1 tentukan nilai
klirens.
Bila diasumsikan subyek menderita gagal ginjal
dan kecepatan eliminasi berkurang menjadi 0,10
jam-1, berapa dosis yang tepat bila kadar antibiotik
dalam darah dijaga pada 15 mg/L
Contoh Soal
• Suatu obat diberikan secara infus intravena
dengan kecepatan tetap (50 mg/jam) kepada
subyek selama 4 jam. Dari pustaka diketahui
waktu paruh eliminasi 8 jam dan volume
distribusi 5 L. Tentukan kadar obat dalam
darah 4 jam sejak pemberian infus. Tentukan
kadar tunak dalam darah. Bila konsentrasi
efektif minimum (KEM) adalah 10 mg/L,
tentukan berapa jam tercapai KEM???
Penyelesaian
• K = 0,693 / t ½ eliminasi = 0,693/ 8 = 0,0866 jam-
1
50
• C= ( 1 – e -0,0866.4 )
(0,0866)(5)
= (115,47)(0,293) = 33,81 mg/L
dalam waktu 4 jam tercapai 33,81 mg/L
𝐷 𝑖𝑣
• Css =
𝐾.𝑉𝐷
= 50/ 0,0866. 5
= 115,47 mg/L
.
Penghentian infus setelah tercapai
keadaan tunak
• Infus dihentikan apabila ternyata subjek
menunjukkan gejala keracunan
• Pada saat infus dihentikan kadar obat dalam
darah = Css, karena tidak ada lagi obat masuk
• Kadar obat dalam darah setelah infus
dihentikan (C) = Css . e-kt
Contoh Soal
• Diberikan infus intravena larutan steril 5 mg/jam per kg
BB kepada subyek dewasa 60 kg sampai tercapai
keadaan tunak. Karena subyek mengalami overdosis
infus dihentikan, pada saat itu kadar obat dalam darah
30 mg/L. T1/2 eliminasi = 8 jam. Berapa lama waktu
diperlukan sejak penghentian infus agar kadar obat
dalam darah mencapai kadar toksik minimum ( 15
mg/L) . Berapa lama waktu yang diperlukan agar
konsentrasi obat dalam darah menjadi KEM ( 7,5
mg/L). Tentukan pula nilai klirens dan Volume
Distribusi. Bila ingin di atur kadar tunak dalam darah
pada kisaran terapetik (10 mg/L) , tentukan berapa
dosis yang harus diberikan
Penyelesaian
• Tentukan dulu nilai Ke
0,693
• Ke = = 0,0866 jam -1
8 𝑗𝑎𝑚
• Ct = Css. e-kt
• 15 = 30. e -0,0866.t
• Ln 15 = Ln 30 – (0,0866).(t)
• T = 8 jam
• Butuh waktu 8 jam agar kadar obat turun dari
30 menjadi 15 mg/L
Penghentian infus sebelum tercapai
keadaan tunak
• Infus dihentikan karena berbagai hal ; salah
hitung dosis infus, subyek merasakan gejala
overdosis, batrai pompa infus habis, lstrik padam
tiba-tiba.
• Kenaikan kadar obat sebelum mencapai keadaan
tunak setelah infus dihentikan yaitu :
𝐷 𝑖𝑛𝑓
Ct = (1 – e-kt inf)
𝐾.𝑉𝑑
Ct = Css (1- e-kt )
Contoh soal
• Sediaan steril diberikan infus dengan
kecepatan tetap 50 mg/jam selama 4 jam
kepada subyek dewasa. Lalu infus dihentikan
karena sesuatu dan lain hal. Dari pustaka
diketahui T ½ eliminasi = 6 jam, infus diberikan
selama 4 jam sebelum mencapai kadar tunak
pada subyek. VD = 5 liter. Berapa kadar obat
dalam darah pada saat infus dihentikan???
Penyelesaian
• K = 0,693/ T1/2 eliminasi = 0,693/ 6 = 0,1155
jam-1
50
• C4 = (1 – e -0,1155. 4) = 32 mg/L
(0,1155)(5
DOSIS MUATAN DAN DOSIS
MAINTENANCE ORAL
𝐾𝑎.𝐹 𝐷
C= ( e-kt - e –kat)
𝑉𝑑 (𝑘𝑎 −𝐾)
𝐾𝑎.𝐹.𝐷 − 𝑘 .𝑡
Ln C = Ln -
𝑉𝑑 (𝑘𝑎 −𝐾) 2.303
𝐾𝑎.𝐹.𝐷 −𝑘.𝑡
Log C = Log -
𝑉𝑑 (𝑘𝑎−𝐾) 2.303
Dosis maintenace oral
• Obat akan terakumulasi jika pemberian
berikutnya obat masih tersisa diadalm tubuh
• Jika obat diberikan berulang kali dengan dosi
dan interval tetap , maka kadar obat dalam
darah semakin meningkat dan akhirnya
mencapai keadaan tunak
Dosis maintenance oral
𝐶𝑠𝑠.𝐶𝑙.𝑡
• D=
𝑆. 𝐹
𝑆.𝐹.𝐷
• Css =
𝐶𝑙.𝑡
𝐹.𝐷
• Css =
𝑉𝑑.𝐾.𝑡
Contoh soal
• Pasien dewasa berat badan 65 kg kan diberi
antibiotik dengan suntikan intravena berulang
tiap 6 jam. Kadar yang paling efektif membunuh
mikroba adalah 10 mg/L. Setelah pemberian
pertma diperoleh waktu paruh eliminasi 5 jam
dan VD 300 ml/kg. Tentukan dosis intravena
berulang yang dapat digunakan. Bila keadaan
pasien telah membaik, maka pasien selanjutnya
diberi sediaan oral. Bila ketersedian hayati obat
adalah 0,9 tentukan dosis oral yang tepat agar
konsentrasi obat efektif dalam darah tetap
dipertahankan
Penyelesaian
𝐹.𝐷 𝑖𝑣
• Css =
𝑉𝐷.𝑘.𝑡
• Dosis intravena adalah...
• Div = (10 mg/L)(0,3 L/Kg. 65 kg)(0,693/5)(6 jam)
= 162 mg
• Nilai F = 1 karena pemberian IV
𝐹.𝐷
• Dosis oral adalah .............. Css =
𝑉𝑑.𝐾.𝑡
10𝑚𝑔 𝐿 0,693
( )(0,3 .65)( )(6 𝑗𝑎𝑚)
𝐿 𝑘𝑔 5
• D= = 180 mg diberikan
0,9
tiap 6 jam
• Bila tablet oral yang tersedia adalah kekuatan
dosis 200 mg dan 350 mg..prediksikan apakah
kadar tunak rata-rata sudah melampau nilai
ambang??? Apakah kedua tablet tersebut
masih aman untuk digunakan??? Pada interval
jam ke berapa obat tersebut diberikan???