Kelompok 1 :
Amylia Muthi'ah (1801045)
Dewi Fitriani (1801050)
Ira Fazira (1801056)
Meyrika Putri W (1801059)
Mustika Arfah (1801061)
Mutiara Septiani (1801062)
Resky Pertiwi (1801069)
Syalshabillah (1801074)
Zalhasmi (1901118)
Dosen Pengampu : apt. Erniza Pratiwi, M.Farm
2020
KELOMPOK 1
Kerugian :
1. Kewajiban mengurus STRA menambah pengeluaran bagi setiap apoteker (Pasal
39).
2. Dokter dan dokter gigi masih melakukan dispensing pada daerah terpencil (Pasal
2). Definisi daerah terpencil harus diperjelas supaya dispensing yang dilakukan
dokter dan dokter gigi menjadi tepat.
3. Substitusi obat merek dagang dengan obat merek dagang lainnya akan
menciptakan monopoli perdagangan
4. Masuknya Apoteker asing ke Indonesia akan mempersempit lahan pekerjaan
(Pasal 42).
5. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaa pekerjaan Kefarmasian tidak melibatkan
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) (Pasal 58)
Sesuai ketentuan UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Ketentuan Pidana
Pasal 84, sanksi yang diberikan:
1. Setiap tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan
Penerima Pelayanan Kesehatan luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun.
2. Jika kelalaian berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian,
setiap tenaga kesehatn dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa :
Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang ditetapkanuntuk identitas, kekuatan,
kemurnian, kualitas, dan keamanannya.
Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan dan telah divalidasi
sebelumnya antara lain melalui evaluasi,dokumentasi, produksi terlebih dahulu.
Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratoriumterhadap suatu batch obat telah
dilaksanakan dan batch tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan