Anda di halaman 1dari 16

PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT SETELAH

PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA DARAH


Laporan Praktikum Biofarmasi

Disusun Oleh:

SYIFA ROHMATIKA NABHANI


191FF04072
FA 2 MATRIKULASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

PROGRAM PENDIDIKAN STRATA 1

FAKULTAS FARMASI

2020
I. Judul
Penetapan Parameter Farmakokinetik Obat setelah Pemberian Dosis Tunggal menggunakan
Data Darah
II. Tujuan
Menetapkan dan menentukan parameter farmakokinetik obat setelah pemberian dosis tunggal
berdasarkan kadar obat dalam darah atau plasma terhadap waktu.
III. Prinsip
Didasarkan pada… sehingga dapat menentukan model kompartemen yang sesuai.
IV. Dasar Teori
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari kinetika absorpsi, distribusi dan
eliminasi (yakni eksresi dan metabolisme) obat pada manusia atau hewan dan menggunakan
informasi ini untuk meramalkan efek perubahan-perubahan dalam takaran, rejimen takaran,
rute pemberian, dan keadaan fisiologis pada penimbunan dan disposisi obat (Lachman, et al,
1989). Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencangkup 4 proses yakni absorpsi, distribusi, metabolism
dan eksresi (Ganiswarna, 2007). Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajari
perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan
sebagai fungsi dari waktu (Tjay, 2007).
Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif dan tergantung
pada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah total di dalam tubuh yang terjadi
setelah pemberian obat dengan cara yang bermacam-macam (dua cara pemberian yang paling
biasa adalah intravena dan pemberian oral dengan dosis interval yang tetap, misalnya suatu
tablet setiap 4 jam. Kemaknaan identifikasi farmakokinetik suatu obat tidak hanya terletak
dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar dan keberadaannya dalam tubuh,
tetapi juga dalam menentukan kegunaan terapeutik obat-obat yang mempunyai potensi toksik
yang tinggi (Harvey, 2013).
Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksifarmakokinetika dan
farmakodinamika. Beberapa jenis obat belumdiketahui mekanisme interaksinya secara tepat
(unknown). Interaksifarmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi
absorpsi,distribusi, metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kedua obat meningkat atau
menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektifitas obat tersebut
(Utami, 2013).
  Dengan menggunakan parameter farmakokinetika, memungkinkan untuk menetapkan
aturan dosis sehingga dapat memberikan respon farmakologik yang diinginkan. Parameter-
parameter farmakokinetika dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1. Parameter Primer
- Dipengaruhi variable faal
- Masing-masing tidak saling mempengaruhi
- Ka, Vd, Cl
2. Parameter Sekunder
- Dipengaruhi oleh parameter primer
- t 1/2
3. Parameter Turunan
- Dipengaruhi oleh parameter primer dan sekunder
- AUC, Cp
Parameter farmakokinetika yang dipergunakan untuk mengkaji kinetika absorbs suatu
obat diantaranya adalah tetapan kecepatan absorpsi (Ka), luas daerah dibawah kurva log
kadar obat terhadap waktu (AUC), fraksi obat yang diabsorbsi (Fa) dan bioavailabilitas obat
(F), sedangkan untuk kinetika distribusi adalah volume distribusi (Vd dan Vd g). Kinetika
eliminasi adalah klirens total (Cl), tetapan kecepatan eliminasi (K) dan waktu paruh
eliminasi (t ½)
Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahuibioavabilitas
suatu obat adalah (Ganiswarna, 2005) :
1. Tatapan kecepatan absorpsi (Ka)
Penetapan laju absorpsi dari data absorbs oral dapat digunakan beberapa cara
antara lain metode residual. Dengan menanggap Ka>>K, maka harga tidak bermakna
terhadap waktu, oleh karena itu dapat dihilangkan karena pada keadaan tersebut obat
telah sempurna terabsorpsi.
2. Daerah dibawah kurva (Area Under Curva)
Merupakan integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t = tak
hingga, dimana besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi.
AUC merupakan salah satu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling
sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid. AUC mencerminkan
jumlah total obat aktif yang mencapai sirkulasi sitemik.
AUC dapat ditentukan dengan suatu prosedur integrasi numerik

Metode Rumus Trapesium

atau model AUC

3. Volume distribusi 
Adalah suatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas
distribusi obat dalam tubuh.Volume distribusi bukan merupakan volume yang
sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh.
Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat distribusi obat
dalam darah.
Jumlah obat dalam tubuh tidak dapat ditentukan secara langsung, tetapi suatu
cuplikan darah dapat diambil pada jarak waktu secara berkala dan dianalisis konsentrasi
tersebut. Vd berguna untuk mengaitkan konsentrasi obat dalam plasma (Cp) dan jumlah
obat dalam tubuh (D) seperti pada persamaan berikut:
D = Vd x Cp
Harga Vd tergantung dari kecepatan aliran darah pada jaringan, kelarutan obat
dalam tubuh, koefisien partisi yang mempengaruhi kelarutan obat, kelarutan obat dalam
lipid, jenis jaringan (mempengaruhi volume yang ditempati, pH lingkungan dan ikatan
dengan material biologi).
4. Konsentrasi Tinggi Puncak (Cp max)
Adalah konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum
pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan konsentrasinya
sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum dan plasma. Klirens diaktifkan
sebagai volume cairan (yang mengandung obat) yang dibersihkan dari obat per satuan
waktu.
Laju eksresi µ g/menit
Klirens = = = mL/menit
Konsentrasi Plasma µ g/ml
5. Waktu Puncak (t max) adalah waktu yang dibutuhkan unsur untuk mencapai level obat
maksimum dalam darah (t max ). serta parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari
formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi
efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakologis yang
dikendaki.
6. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu level aktivitas
obat dan menjadi separuh dari leval asli atau level yang dikendaki
7. Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan lajuabsorbsi suatu obat,
dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan.
8. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh.
Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh
dapat dikatakan berakrir.
Metode pemberian obat yang paling dikenal, paling tidak di UK, adalah secara oral.
Tablet, kapsul, atau cairan oral ditelan, dan begituberada didalam lambung, tablet atau
kapsul tersebut hancur dan melepaskan zat aktif obat. Menariknya, suatu obat dianggap tidak
berada di dalam tubuh sampai obat tersebut diabsorpsi melintasi dinding ususdan masuk
kedalam aliran darah. Usus data dianggap sebagai suatutabung cekung yang melalui tubuh,
terbuka pada kedua ujungnya (sangat diharapkan tidak terbuka pada saat yang bersamaan),
dan sama halnya, isi usus dianggap berada di luar tubuh. Pelintasan obat kedalam tubuh
harus dicapai melalui absorpsi melewati membrane biologi, untuk rute pemberian obat
secara oral, membran biologi yang dimaksud adalah membran sel yang melapisi dinding
lambung dan usus (Cairns, 2008).
Distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sitkulasi. Selanjutnya obat
harus masuk ke jaringan untuk bekerja (Neal, 2006). Oral adalah berkenaan dengan mulut;
dimasukkan lewat atau dipakaipada mulut (Dorland, 2011). Sebagian besar obat diabsorbsi
melalui jalur ini dan cara inipaling banyak digunakan karena kenyamanannya. Akan tetapi,
beberapa obat (Misalnya benzilpenisilin, insulin) dirusak oleh asam atau enzimdalam usus
dan harus diberikan secara parenteral (Neal, 2006).

Tabel 1
Persamaan Parameter Farmakokinetika Obat Model Satu Kompartemen

Perhitungan
Kinetika Parameter Satuan
Intravena Oral
Ka - Residual Menit -1
Absorpsi AUC o- Trapezoid Trapezoid µg-ml-1
inf
Fa - AUC p.o/ AUC o-inf Menit
Vd D/Cp D.fa/Cp Ml
Distribusi
Cl D/ AUC o-inf D.fa/ AUC o-inf ml.mnt-
1
Kel Regresi Regresi Menit -1
Eliminasi
T½ Log.Linier 0,693/Kel Log.Linier 0,693/Kel Menit

Tabel 2
Persamaan Parameter Farmakokinetika Obat Model Satu Kompartemen
Perhitungan
Kinetika Parameter Satuan
Intravena Oral
Ka - Residual Menit -1
Absorpsi AUC o-inf B/β + A/α M/β + L/α-N/Kel µg-mnt-1
Fa - AUC p.o/ AUC Menit -1
iv
Α Residual Residual Menit −1
K 12 A/β + B/α A/β + B/α
Distribusi K 21 A+B A+B Menit −1
Vc α + β - K 12 K el α + β - K 12 K el
Vd ss D/ A-B D.fa/ A-B ml
CL T K 12 + K 21 / K 21xVc K 12 + K 21 / K 21xVc ml
Β D/ AUC o−inf D.fa/ AUC o−inf ml−menit −1
Eliminasi
T1/2. Β Regresi log linier Regresi log linier Menit −1
K el 0,693/ β α. β/ K 12 0,693/ β α. β/ K 12 Menit −1

IV. Tugas Pendahuluan


1. Gambar kinetika obat model satu kompartemen terbuka

2. Gambar kinetika obat model dua kompartemen terbuka

V. Alat dan Bahan


Alat :
1. Kateter
2. Mouthblock
3. Tabung sentrifuga
4. Vortex
5. HPLC
6. Spektrofotometer Uv-Vis

Bahan :
1. Larutan steril parasetamol 15% dalam propilen glikol 4%- garam fisiologis
2. Suspensi parasetamol 10% dalam tilosa 1%
3. Plasma
4. Asetronitri atau methanol
5. Diklorometan
6. Etil asetat
7. Eluen
8. Triklori asetat(TCA)
9. Hydrogen chloride (HCl)
10. NaNO2
11. Asam sulfamat
12. NaOH
13. Es batu
V. Prosedur
a. Setelah pemberian intravena

Seekor kelinci ditimbang dan diambil darah blankonya

Diambil darah blanko (± 2,5 mil)

Disuntikan secara pelan-pelan melalui vena marginalis


dengan larutan steril parasetamol

Diambil dari vena marginalis telinga (± 2,5 ml) pada interval


tertentu kedalam wadah yang berisi anti koagulan.
Ditetapkan kadar parasetamol menggunakan kurva baku
terdahulu.

Berdasarkan kurva semilog kadar plasma terhadap waktu,


hitung parameter farmakokinetik parasetamol (AUC o -, Vc.
Vdss, Clt, β, T1/2. β, k12, k21)
b. Setelah memberikan peroral

Seekor kelinci di timbang, dan diambil darah blankonya.

Ditelentangkan pada papan fiksasi, dan dengan kateter dan


mouthblock , dosis 300mg/kg BB.
(Sebelum memberikan obat, dilihat dahulu apakah kateter
sudah masuk ke dalam lambung kelinci. Jika ujung kateter
lainnya dicelupkan ke dalam udara, dan timbul gelembung
udara berarti masuk kedalan paru).

Pada menit ke 5, 10, 20, 30, 40, 45, 60, 90, 120, 150, 180 dan
240 darah diambil melalui vena marginalis (± 2,5 ml),
tampung dalam wadah berisi anti koagulan.

Sentrifuse, plasma diambil (1 ml) untuk penetapan kadar


parasetamol.

Berdasarkan plot log kadar-waktu, tetapkan parameter


kinetik parasetamol seperti pada pemberian intravena.
Tetapkan pula Ka dan fa obat tersebut.

VI. Hasil
Tabel 3. Data Pengamatan Pengukuran Kadar terhadap Waktu
T (JAM ) KONSENTRASI/ C (µg/mL) C’ |C’-C|
0,5 2,75 14,22 11,47
1,0 6,24 12,43 6,19
1,5 8,5 10,86 2,36
2,0 9,81 9,49 -0,32
3,0 7,43 7,24 -0,19
4,0 5,6 5,53 -0,07
6,0 3,19 3,22 0,03
8,0 1,91 1,88 -0,03

Perhitungan
1. Konstanta Eliminasi (Kel)
Regresi Exponensial 3 titik terakhir antara T dan konsentrasi
4,0 5,6
6,0 3,19
8,0 1,91

Gambar 1. Konstanta Eliminasi

Konstanta Eliminasi
6

5 f(x) = 16.28 exp( − 0.27 x )


4 R² = 1
3

0
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5

Di dapat nilai :
A = 16,28
B = -0,27
r = 0,9996
Maka nilai Kel = 0,27/jam
Persamaannya Cp eliminasi :
Cp = Cp0.e-kt
Cp = 16,28.e-0,27t

2. Menetukan nilai C’

Masukan nilai T (jam) dalam persamaan Cp = 16,28.e(-0,27.0,5)


Cp eliminasi Cp = 14,22
a. Untuk T0,5 : b. Untuk T1,0 :
Cp = 16,28.e-0,27t Cp = 16,28.e-0,27t
Cp = 16,28.e(-0,27.1) f. Untuk T4,0
Cp = 12,43 Cp = 16,28.e-0,27t
c. Untuk T1,5 : Cp = 16,28.e(-0,27.4)
Cp = 16,28.e-0,27t Cp = 5,53
Cp = 16,28.e(-0,27.1,5) g. Untuk T6,0
Cp = 10,86 Cp = 16,28.e-0,27t
d. Untuk T2,0 Cp = 16,28.e(-0,27.6)
Cp = 16,28.e-0,27t Cp = 3,22
Cp = 16,28.e(-0,27.2)
Cp = 9,49 h. Untuk T8,0
e. Untuk T3,0 Cp = 16,28.e-0,27t
Cp = 16,28.e-0,27t Cp = 16,28.e(-0,27.8)
Cp = 16,28.e(-0,27.3) Cp = 1,88
Cp = 7,24
3. Menetukan nilai ǀC’-Cǀ
Dengan cara mengurangkan nilai C’ dengan C
a. Untuk T0,5 :
|C’-Cǀ0,5 =14,22 – 2,75 = 11,47
b. Untuk T1,0 :
|C’-Cǀ 1,0 =12,43 – 6,24 = 6,19
c. Untuk T1,5 :
|C’-Cǀ 1,5 =10,86 – 8,5 = 2,36
d. Untuk T2,0
|C’-Cǀ 2,0 = 9,49 – 9,81 = -0,32
e. Untuk T3,0
|C’-Cǀ 3,0 = 7,24 – 7,43 = -0,19
f. Untuk T4,0
|C’-Cǀ 4,0 = 5,53 – 5,6 = -0,07
g. Untuk T6,0
|C’-Cǀ 6,0 = 3,22 – 3,19 = 0,03
h. Untuk T8,0
|C’-Cǀ 8,0 = 1,88 – 1,91 = -0,03
4. Konstanta Absorpsi (Kabs)
Regresi Exponensialkan 3 titik awal antara T dengan |C’-C|

0,5 11,47
1,0 6,19
1,5 2,36
Gambar 2. Konstanta Absorpsi (Kabs)

Konstanta Absorpsi
14

12
f(x) = 26.78 exp( − 1.58 x )
10
R² = 0.98
8

0
0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Di dapat nilai :
A = 26,79
B = -1,58
Maka nilai Kabs = 1,58/jam
Persamaannya Cp absorpsi :
Cp = Cp0.e-kt
Cp = 26,79.e-1,58t
5. Maka Persamaan Farmakokinetik 1 kompartemen data darah
Cp = Cp eliminasi – Cp Absorpi
Cp = 16,28.e-0,27t - 26,79.e-1,58t
6. Menghitung AUC
Terlebih dahulu gambar grafik antara T dan konsentrasi, maka di dapat grafik seperti dibawah
ini:
dibawah ini :
Gambar 4.2 Grafik antara waktu terhadap konsentrasi
12

9.81
10
8.5

8 7.43

6.24
6 5.6

4
3.19
2.75
1.91
2

1 2 3 4 5 6 7 8 9
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Dari grafik di dapat 9 bidang trapesium. Maka untuk mencari AUC (area di bawah kurva)
ialah dengan mencari luas 9 bidang trapesium tersebut.
Luas trapesium = ½ (A+B) x T
A = sisi sebelah kiri
B = sisi sebelah kanan
T = waktu
Maka:
AUC ke-1 : ½ (0 +2,75) x (0,5 – 0) = 0,69 µg/mL.jam
AUC ke-2 : ½ (2,75 + 6,24) x (1,0 – 0,5) = 2,5 µg/mL.jam
AUC ke-3 : ½ (6,24 + 8,5) x (1,5 – 1,0) = 3,69 µg/mL.jam
AUC ke-4 : ½ (8,5 + 9,81) x (2,0 – 1,5) = 4,58 µg/mL.jam
AUC ke-5 : ½ (9,81 + 7,43) x (3 - 2) = 8,62 µg/mL.jam
AUC ke-6 : ½ (7,43 + 5,60) x (4 – 3) = 6,51 µg/mL.jam
AUC ke-7 : ½ (5,6 + 3,19) x (6 – 4) = 8,79 µg/mL.jam
AUC ke-8 : ½ (3,19 + 1,91) x (8 – 6) = 5,1 µg/mL.jam
AUC ke-9, karena sisi sebelah kanan tidak terhingga/tidak diketahui kadarnya
maka untuk mencari AUC 9 menggunakan rumus C akhir/slope eliminasi .
Maka AUC 9 : 1,91/0,27 = 7,07 µg/mL.jam
Jadi, AUC total = (0,69+2,5+3,69+4,58+8,62+6,51+8,79+5,1+7,07) = 47,55 µg/mL.jam
7. Mencari fa
fa = AUC0-puncak/ AUC0-˷
fa = (4,57+3,69+2,5+0,69)/47,55 = 0,24
8. Mencari Vd
Vd = D x fa/Cp eliminasi
= 1000.000µg x 0,24/16,28
= 14.742,01 mL
* D = dosis obat, 2 tablet parasetamol 500mg
9. Mencari Cl
Cl = D x fa/ AUC0-˷
= 1000.000µg x 0,24/47,29
= 5047,318612ml/jam
10.Waktu Paruh
T ½ = 0,693/Kel
= 0,693/0,27
= 2,57 jam

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan uji pengembangan metode analisis obat
dalam s
VIII. Kesimpulan
IX. Daftar Pustaka
Cains, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi (Edisi II). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland (Edisi 28). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ganiswarna, Sulistia G. 2009. Farmakologi dan Terapi (Edisi V). Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Harvey, Richard A. dan Champe Pamela C. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 4.
Jakarta:EGC.
Lachman, L., Schwartz, J.B., and Lieberman H.A. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms.,
Tablet. Edisi 2. New York: Marcell Dekker.
Neal, M.J. 2006. At Glance Farmakologi Medis (Edisi V). Jakarta: Erlangga.
Tjay, Tan Hoan dan Raharja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Utami, M.G. 2013. Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral pada Pasien di
Instalasi Rawat Jalan Akses Rumah Sakit Dokter Soedarso Pontianak. Pontianak:
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura,

Anda mungkin juga menyukai