Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

OBJEK IV

“DISTRIBUSI DAN EKSKRESI TETES MATA KLORAMFENIKOL”

Disusun Oleh :

Kelompok :D

Shift : 4 / Empat

Hari, Tanggal : Kamis, 19 November 2020

Anggota : 1. Lira Prima Putri (1811012002)

2. Silvy Wahyudy (1811013003)

3. Khairatul Husnia (1811013020)

4. Aqsha Mutia Qalbi (1811013037)

5. Zarima Qhothiah (1811013033)

6. M. Dzaki Ali Amran (1811013041)

LABORATORIUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
IV. Hasil Percobaan dan Pembahasan
Berikut data sukarelawan terkait hasil uji kualitatif obat tetes mata
kloramfenikol dalam urin dan saliva
Saliva Urin
2’ - 5’ -
4’ - 30’ +
6’ + 60’ +
8’ + 90’ +
10’ + 120’ +
12’ +
14 +
16’ +
18’ +
20’ +

A. Faktor yang Memengaruhi Ekskresi Obat


1. Sifat fisikokimia
• Berat Molekul (BM)
• pKa
• Kelarutan
• Tekanan uap
2. pH urin
3. Kondisi patologi
4. Aliran darah
5. Usia
➢ Filtrasi glomerulus, faktor yang memengaruhi :
- Laju Filtrasi
- Ukuran partikel → ikatan protein plasma
- Kelarutan
➢ Reabsorbsi tubulus, faktor yang memengaruhi :
- pH urin
- pKa
- Kelarutan obat, obat basa lemah mudah diekskresikan pada pH urin yang
lebih asam. Obat asam lemah lebih mudah diekskresikan pada pH urin
yang basa. Jika ingin cepat dieksresikan, pH urin harus lebih besar
daripada pKa.
➢ Sekresi tubulus, melibatkan transport aktif, ekskresi tergantung dari
mekanisme masing-masing bahan.
B. Faktor yang memengaruhi distribusi Obat
1. volume fisik organisme
2. Perfusi darah melalui jaringan
3. Kadar gradien, pH, dan ikatan zat dengan makromolekul
4. Partisi ke dalam lemak
5. Transport Aktif
6. Ikatan obat dengan protein plasma
7. Kondisi tubuh
8. Sawar, seperti sawar darah otak, plasenta, dan sawar darah cairan
cebrospinal.
C. Profil farmakokinetika obat tetes mata kloramfenikol
➢ Absorpsi : Obat diabsorpsi melalui kornea dan konjungtiva, selanjutnya
menuju humor aquos. Absorpsi terjadi lebih cepat bila kornea mengalami
infeksi. Absorpsi sitemik dapat terjadi melalui saluran nasso lakrimal.
➢ Distribusi :Kloramfenikol didistribusikan ke sebagian besar kompartemen
dan jaringan tubuh dan dengan mudah menembus ke dalam SSP, cairan
serebrospinal, humor aqueous dan vitreous pada mata, air liur, cairan asites,
cairan pleura, cairan sinovial, dan humor aqueous dan vitreous, dan
persendian. Kloramfenikol sekitar 60% terikat pada protein plasma.
➢ Metabolisme: Obat kloramfenikol dimetabolisme terutama oleh glukuronil
transferase hati menjadi metabolit tidak aktif, yaitu kloramfenikol
glukuronat.
➢ Ekskresi: Sekitar 5% sampai 15% dosis diekskresikan oleh ginjal sebagai
obat yang tidak berubah, sisanya diekskresikan sebagai metabolit tidak
aktif. Waktu paruh plasma kloramfenikol pada orang dewasa dengan fungsi
ginjal dan hati normal adalah 1,5 - 4,1 jam. Ekskresi kloramfenikol terjadi
pada beberapa rute seperti dieliminasi melalui jaringan intraocular, ginjal,
dan saliva.
Perbedaan distribusi dan Ekskresi Sediaan Per Oral dan Opthalmic (Tetes
Mata)
1. Distribusi
• Tetes mata : Setelah melalui absorbsi transkornea, aqueous humor akan
mengakumulasikan obat, kemudian didistribusikan ke struktur intraocular
dan ke sirkulasi sistemik
• Oral: Setelah melalui proses absorbsi di saluran gastrointestinal, obat akan
dibawa ke jantung, lalu dididstribusikan merata ke seluruh tubuh dengan
distribusi yang luas seperti ke jaringan otak, cairan serebrospinal dan mata.
2. Ekskresi
• Tetes mata : obat-obatan terutama dieliminasi dari cairan lachrymal
precorneal oleh pengeringan larutan, lakrimasi, dan penyerapan non
produktif oleh konjungtiva mata. Persentase dosis Sebagian kecil
dieliminasi melalui jaringan intraocular, sedangkan sebagian besar (50-
100%) dosis yang diserap secara sistemik, dan dapat juga dieksrkresikan
melalui ginjal.
• Oral : Sekitar 75-90% obat oral akan diekskresikan melalui ginjal dan
hanya 5-15% yang diekskresikan dalam bentuk aktif , sisanya dalam
bentuk tidak aktif. Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi hati,
akan memiliki waktu paruh yang lebih panjang.
D. Fungsi dari masing-masing reagen

• KCl digunakan untuk mempercepat reaksi uji (katalisator)


• Serbuk Zn sebagai pengompleks, sehingga akan terbentuk endapan
• Na Asetat Anhidrat sebagai reagen yang akan mempertahankan gugus OH
dari kloramfenikol
• Benzoil Klorida : mengikat gugus benzen pada kloramfenikol
• HCl encer digunakan untuk menjernihkan larutan
• FeCl3 sebagai indikator yang akan medeteksi hasil positif pada
kloramfenikol, jika positif maka akan menghasilkan warna violet jika
bereaksi dengan gugus fenil pada kloramfenikol
Gugus yang dapat dideteksi oleh FeCl3 yaitu gugus fenol, fenilketonuria,
fenilpiruvat. Pada klomramfenikol terdapat gugus fenil sehingga FeCl3 dapat
berikatat dengan gugus tersebut membentuk kompleks berwarna violet merah
sampai ungu
E. Kemungkinan penyebab hasil negatif
Kemungkinan penyebab hasil negatif di awal :

1. Belum terjadinya ekskresi dan masih dalam tahap distribusi di dalam tubuh.
2. Kemungkinan kloramfenikol belum terdistribusi secara merata di awal
pengujian krnakan dan juga kloramfenikol diekskresikan sesuai waktu
paruhnya 1,5-4,1 jam setelah obat diberikan.
3. Konsenterasi zat uji yang terlalu kecil pada awal waktu uji.
4. Pada obat tetes mata hanya sebagian obat yang terabsorbsi ke dalam sistem
sirkulasi, sehingga kadar obat sedikit sulit untuk terdeteksi pada awal waktu
pengujian

Penyebab hasil telah positif :

1. Konsenterasi zat uji telah mencukupi untuk dideteksi menggunakan FeCl3


F. Kloramfenikol dalam tubuh
1. Penyerapan kloramfenikol melalui saluran cerna cukup baik 75-90%
2. Kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2-3 jam
3. Waktu paruh kloramfenikol pada orang dewasa 1.5 - 4.1 jam
4. 5-15% kloramfenikol dieksresikan tidak berubah dan 70-90% dieksresikan
dalam bentuk glukoronida
5. Kloramfenikol didistribusikan ke sebagian besar kompartemen dan
dengan mudah menembus ke dalam SSP
6. Kloramfenikol sekitar 60% terikat pada protein plasma
7. Kloramfenikol dimetabolisme menjadi metabolit tidak aktif yaitu
kloramfenikol glukoronat.
G. Kesimpulan dari data yang diperoleh
1. Pada ekskresi obat melalui urin, diamati pada sampel urin yang dikumpulkan
pada menit ke-5, 30, 60, 90 dan 120. Setelah pemberian obat pada menit ke-30
didapatkan hasil positif, hal ini disebabkan penyerapan kloramfenikol melalui
saluran cerna cukup baik yaitu 75-90% .
2. Kloramfenikol 5%-15% dosis diekskresikan oleh ginjal sebagai obat yang tidak
berubah, sisanya diekskresikan sebagai metabolit tidak aktif (kloramfenikol
glukuronat).
3. Diamati ekskresi pada saliva setelah menit ke-6 didapatkan hasil yang positif,
menandakan bahwa obat kloramfenikol sudah tereliminasi pada kelenjar saliva
yang mana setelah obat diteteskan akan terasa rasa pahit,
4. Kloramfenikol jika direaksikan dengan FeCl3 yang berikatan dengan gugus
fenil akan berubah warna menjadi violet merah sampai ungu.
5. Kloramfenikol didistribusikan ke sebagian besar kompartemen dan dengan
mudah menembus ke dalam SSP dan sekitar 60% terikat pada protein plasma
6. Hasil positif pada saliva lebih cepat dari pada urin, disebbakan lintas
metabolismenya langsung diekskresikan melalui kelenjar saliva itu sendiri
tanpa melalui metabolism lintas pertama dan first pass metabolism di hepar
dan ekskresi obat melalui saliva terdapat dalam jumlah kecil sehingga
durasinya lebih cepat dibandingkan urin.
7. Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka larutan
yang berlebihan dapat masuk ke dalam nasal cavity lalu masuk ke saluran GI
menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai