Zarima Qhotiah
1811013033
Kelas A
Definisi
Suatu
Suatu sediaan
sediaan akan
akan dapat
dapat memberikan
memberikan
efek
efek sistemik,
sistemik, apabila
apabila obat
obat yang
yang
diberikan
diberikan tersebut
tersebut dapat
dapat menembus
menembus
lapisan
lapisan kulit dan masuk kedalam
kulit dan masuk kedalam
sirkulasi sistemik
sirkulasi sistemik
MACAM MACAM SEDIAAN TOPIKAL DAN
TRANSDERMAL
1
Lotio merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian pada bagian luar kulit. Pada
umumnya pembawa dari lotio adalah air. lotio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai
pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang
merata dan cepat pada permukaan kulit. Setelah pemakaian, lotio akan segera kering dan
meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit. Fase terdispersi pada lotio
cenderung untuk memisahkan diri dari pembawanya bila didiamkan sehingga lotio harus dikocok kuat
setiap akan digunakan supaya bahan-bahan yang telah memisah terdispersi kembali.
2
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Salep tidak
boleh berbau tengik. Menurut pemikiran modern salep adalah sediaan semipadat untuk
pemakaian pada kulit dengan atau tanpa penggosokan. Oleh karena itu salep dapat terdiri
dari substansi berminyak atau terdiri dari emulsi lemak atau lilin yang mengandung air dalam
proporsi relatif tinggi.
3
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat yang
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air.
4
Pasta merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari satu
atau lebih bahan obat dalam konsentrasi tinggi dan ditujukan
untuk pemakaian topikal. Bahan obat dalam pasta terdistribusi
secara merata dalam bentuk serbuk halus.
5
Gel merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari dispersi molekul kecil
atau besar dalam basis air yang telah ditambahkan gelling agent. Sediaan
gel dapat berupa sistem satu fasa, ketika bahan obat terlarut dalam basis
atau dua fasa yaitu ketika bahan aktif tidak terlarut dalam basis gel.
Sediaan gel yang terdiri dari dua fasa disebut dengan magma.
Keuntungan Obat Topikal Kerugian Obat Topikal
Absorbsinya tidak
Untuk efek lokal
Mencegah first-pass menentu
effect
Meminimalkan efek
samping sistemik
Keuntungan obat transdermal
• Meningkatkan kemudahan & kenyamanan pemakaian obat
• Pelepasan obat dapat mudah
• Pengurangan fluktuasi kadar plasma obat
• Kadar obat dapat dikontrol pada sirkulasi sistemik untuk obat yang kerjanya
diperpanjang
• Untuk kerja obat diperpanjang dapat mengurangi frekuensi pemberian obat
• Mengurangi tingkat konsentrasi plasma obat, dengan efek samping yang
menurun
• Dosis yang dibutuhkan jauh lebih kecil ibandingkan dosis oral karena obat
diharapkan langsung masuk ke sasaran, sehingga tingkat toksisitasnyapun
lebih rendah dibanding oral.
Kerugian obat
transdermal
Krim
Penyimpanan krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol yang digunakan biasanya berwarna gelap
atau buram. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk krim yang mengandung obat yang peka terhadap
cahaya.
Tube biasa saja terbuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan bila krim akan digunakan
untuk penggunaan khusus. Tube dari krim kebanyakan dikemas dalam tube kaleng dan dapat dilipat yang dapat
menampung sekitar 8,5 gram krim.
Salep
Salep biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol dapat dibuat dari gelas tidak berwarna, warna hijau, biru
atau buram dan porselen putih. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk salep yang mengandung obat yang
peka terhadap cahaya.
Tube dibuat dari kaleng atau plastik, beberapa di antaranya diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus bila salep
akan digunakan untuk dipakai melalui rektum, mata, vagina, telinga, atau hidung.
Kebanyakan salep harus disimpan pada temperatur dibawah 30° C untuk mencegah melembek apalagi dasar salepnya
bersifat dapat mencair.
Gel
Cara penyimpanan sediaan gel :
Gel Lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan.
Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.
Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau pot salep.
Wadah harus diisi cukup penuh dan kedap udara untuk mencegah penguapan.
Pasta
Simpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada suhu kamar yang jauh dari sumber panas.
Simpanlah obat terpisah dari bahan makanan dan jangan sampai memindahkan tempat obat
ke bekas tempat makanan.
Jangka waktu penyimpanan salep/pasta (tube) adalah selama 3 tahun. Pada obat-obat
biasanya ada kandungan zat pengawet, yang dapat merintangi pertumbuhan kuman dan
jamur
Cara memusnahkan obat yang sudah tidak terpakai sebaiknya tidak dibuang begitu saja
ke tempat sampah, hal ini untuk menghindari ada yang mengambil kembali obat tersebut.
Contoh wadah : botol kaca dan tube
Enhancer
DEFENISI
Enhancer adalah suatu bahan yang ditambahkan dalam formulas sediaan topikal yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah obat
yang berpenetrasi ke dalam kulit, sehingga kadar obat yang diberikan memberikan efek yang diharrapkan. Enhancer adalah bahan
kimia yang berinteraksi dengan konstituen kulit untuk meningkatkan flux obat
SYARAT
1. Tidak toksik, tidak menyebabkan iritasi dan alergi.
2. Onset of action dalam meningkatkan penetrasi obat ce[pet, durasi efeknya dapat diprediksi dan reprodusibel.
3. Tidak memiliki efek farmakologis dan tidak berinteraksi dengan reseptor pada kulit.
4. Saat enhancer dibersihkan dari kulit, jaringan kulit harus dapat kembali seperti semula dengan fungsi sawar normal.
5. Ketika menggunakan enhancer, cairan tubuh, elektrolit atau bahan- bahan endogen tidak boleh hilang dari tubuh.
6. Kompatibel secara fisika dan kimia dengan bahan obat dan bahan- bahan penunjang lainnya.
7. Enhancer mudah menyebar di kulit dan aseptabel.
8. Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna.
PENGGOLONGAN ENHACER
1. Enhancer Kimia
◦ Sulfosida, Dimetilsulfoksida (DMSO) adalah penetrasi enhancer yang efektif
mempromosikan permeasi dengan mengurangi resistensi kulit untuk obat atau molekul
oleh partisi obat dari bentuk sediaan.
◦ Alkohol, alkohol lemak dan glikol, mempengaruhi penetrasi transdermal dengan
sejumlah mekanisme.
◦ Poliol
◦ Alkana, meningkatkan permeabilitas kulit oleh yang tidak bersifat merusak perubahan
penghalang lapisan corneum
◦ Asam Lemak,
◦ Ester, dapat meningkatkan permeasi dengan cara yang sama dengan sulfosida dan
formamida oleh penetrasi ke stratum corneum dan meningkatkan fluiditas lipid oleh
gangguan kemasan lipid
◦ Air, untuk meningkatkan pengiriman obat-obatan transdermal topikal
◦ Azone, merupakan bahan yang sangat lipofilik
◦ Amina dan amida
◦ Surfaktan, untuk solubilise lipofilik bahan aktif dan mereka memiliki potensi
untuk solubilise lipid dalam stratum korneum
◦ Siklodekstrin, dapat membentuk kompleks inklusi dengan lipofilik obat
dengan peningkatan resultan pada kelarutan
◦ Minyak atsiri, senyawa terpen dan terpenoid, Terpen telah lama digunakan
sebagai obatobatan, perasa dan agen pewangi.
2. Enhancer Fisik
◦ Iontophoresis, suatu teknik yang membutuhkan lipatan suatu arus listrik kecil
di kulit, telah digunakan untuk memberikan molekul obat yang terionisasi dan
peptida pada tingkat yang lebih cepat daripada pada normal.
◦ Fonoforesis, Sebuah alternatif untuk iontophoresis adalah USG, atau
penggunaan phonophoresis, untuk meningkatkan permeabilitas kulit untuk
molekul obat. Penggunaan phonophoresis dapat merusak struktur kulit jika
aplikasi frekuensi dan intensitas komprehensif.
Kinetika Pelepasan Obat dari Sediaan Transdermal
Aspek
Aspek
Biofarmaseti
Biofarmasetik
k
Kelarutan dalam Farmakope Indonesia,
diartikan dengan kelarutan pada suhu 200C
(FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam
satu bagian bobot zatpadat atau 1 bagian
volume zat cair dalam bagian volume
tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain.
Kelarutan merupakan parameter
biofarmasetik untuk pemberian oral karena
obat harus larut dalam cairan tubuh
sebelum diabsorpsi.
Dalam sediaan topikal transdermal, yang
perlu diperhatikan adalah kelarutan bahan
baku obat dengan zat pembawanya agar
menciptakan homogenitas sediaan yang
1. Kelarutan
baik.
S. Korneum adalah sawar terhadap
Derajat ionisasi obat-obat yang bersifat asam lemah penghantaran transdermal terutama disebabkan
atau basa lemah tergantung konstanta disosiasi adanya membran lipid bilayer, sehingga
(pKa) dan pH larutan: Pers. Henderson- molekul terionisasi merupakan penetran yg
Hasselbach
buruk pada penghantaran transdermal.
Berdasarkan hipotesis partisi pH, asam
Obat asam:
dan basa lemah akan terdisosiasi tergantung
Log (kadar terion/kadar tak terion) = pH – pKa
pada pH formulasi: hanya bahan obat yg tidak
terionisasi yg dpt melintasi membran (prinsip
Obat basa:
ini tidak dapat diterapkan secara ketat pada
Log (kadar tak terion/kadar terion) = pH - pKa
penghantaran transdermal karna rumitnya
struktur kulit)
7.Pemeriksaan pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH merk
universal. Pengamatan dilakukan setelah pembuatan krim yaitu pada
minggu ke-0 dan minggu ke-5.
Lokal Sistemik
Pemberian obat melalui rektum
1. Pengobatan lokal: wasir, radang rektum, lokal anastesi atau
konstipasi
2. Sistemik :
◦ penderita muntah atau ada gangguan saluran cerna
◦ zat aktif terurai dalam saluran cerna
◦ zat aktif terurai melalui siklus enterohepatik dan first pass effect
◦ penderita tidak mau menelan obat karena rasa yang tidak enak
◦ menghindari pemberian secara parenteral
Pemberian obat melalui rektum
Kekurangan
Bentuk sediaan :
- larutan / suspensi
- suppositoria
- kapsul rektum
MEKANISME KERJA SUPOSITORIA
1. Berefek Mekanik
Bahan dasar yang dipakai disini tidak peka terhadap
penyerapan, karena tujuannya sebagai pencahar. Disini
mulai berefek bila terjadi kontak yang menimbulkan reflek
defekasi. Basis yang dipakai akan terjadi fenomena
osmose terhadap air yang akan mengakibatkan eksudasi
usus sehingga timbul peristaltika. Ex. Gliserin.
2. Berefek setempat
Termasuk disini salah satunya adalah
antiwasir yaitu senyawa yang efeknya
disebabkan oleh adanya sifat astringent.
3. Berefek Sistemik
Dapat diserap dan berefek ke organ tubuh
lainnya.
- Supositoria nutritif
Diindikasikan pada saluran cerna atas yang
tidak dapat menyerap. Contohnya pepton.
- Supositoria obat
Obat akan masuk ke peredaran darah
berefek spesifik pada organ tubuh tertentu
sesuai dengan efek terapinya. Contoh gol.
Ketoprofen sebagai analgetika.
Pelepasan Obat dari Suppositoria
Penghanc
Transfer/perpin
Difusi
Pelarutan
dahan zat aktif
urancairan
(basis
zat
zat aktif
Sediaan
rektum)aktif
A
b
s
o
r
b
s
i
Koefisen partisi zat aktif dalam fase lemak dan cairan rektum
Zat aktif harus dapat mencapai permukaan film cairan dengan berbagai
mekanisme transpor, misalnya dengan pengendapan, setelah mencapai lapisan
cairan rektum akan dibasahi oleh fase air dan lepas dari basisnya. Bila senyawa
semakin larut maka pencapaian permukaan tersebut akan semakin cepat.
Ukuran partikel
Ukuran partikel yang terlalu kecil tidak dianjurkan untuk supositoria karena dapat
menyebabkan peningkatan kekentalan dari massa yang melebur dan akan
menghambat tahap selanjutnya.
Absorpsi Obat
Dipengaruhi oleh;
- kedudukan suppositoria setelah pemakaian
sesuai.
Basis suppositoria yang ideal
Meleleh pada suhu 360C. Suhu yang lebih tinggi diperlukan untuk
campuran eutektik
Non toksik dan non iritasi
Tidak mempunyai bentuk metastabil
Dapat mengkerut pada proses pendinginan sehingga memudahkan
pengeluaran dari cetakan
Dapat bercampur dengan air
Stabil selama penyimpanan
Terima
Kasih