Anda di halaman 1dari 35

DASAR-DASAR PEMILIHAN TERAPI TOPIKAL DALAM

BIDANG DERMATOLOGI
REFERAT
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh:
Rizma Alfiani Rachmi, S.Ked J510155024
Nourma Yustia Sari, S.Ked J510155045

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Terapi topikal merupakan metode yang nyaman, namun
keberhasilannya bergantung pada pemahaman klinisi mengenai
fungsi sawar kulit.

Keberhasilannya bergantung pada pemahaman mengenai struktur


sawar kulit, mekanisme absorpsi obat melalui kulit, dan pemilihan
vehikulum yang sesuai.

Kegagalan terapi topikal dapat disebabkan oleh kesalahan dalam


pembuatan sediaan topikal oleh dermatologis.Sehingga, seorang
dermatologis perlu mengetahui prinsip dasar membuat sediaan
obat topikal, agar obat topikal yang digunakan dalam menangani
penyakit kulit bekerja dengan baik.

B. Manfaat Penulisan Referat

Mengenal berbagai macam bentuk sediaaan topikal


dalam bidang dermatologi
Mengetahui dasar-dasar pemilihan terapi dalam bentuk
sediaan topikal agar mendapat keefektifan dalam
pengobatan.

BAB II
DAFTAR PUSTAKA

A. DEFINISI

Topikal berasal dari bahasa Yunani topikas yang artinya


berkaitan dengan daerah permukaan tertentu. Dalam arti luas.
obat topikal dapat diartikan sebagai obat yang dipakai
ditempat lesi.

Epidermis

Struktur
Kulit
Hipodermis

Dermis

FUNGSI KULIT

EPIDERMIS
Berperan penting dalam penyerapan obat melalui kulit.
Tersusun oleh keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan sel
Merkel. Stratum korneum, mencegah terjadinya kehilangan
air, dan mencegah penyerapan zat / agen infeksi yang
berbahaya bagi tubuh

FUNGSI KULIT

DERMIS
Merupakan lapisan yang berfungsi menyokong epidermis.
Pada lapisan tersebut terdapat pembuluh darah, saraf dan
struktur lain, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan
kelenjar sebum yang juga berperan penting dalam proses
penyerapan obat melalui kulit.2

FUNGSI KULIT

HIPODERMIS

Bukan bagian dari kulit tetapi tampak sebagai perluasan dari


bagian dalam dermis.Berupa jaringan ikat longgar yang
menghubungkan kulit dengan jaringan dibawahnya. Sering
mengandung sel-sel lemak dengan jumlah bervariasi.

C.Bentuk Sediaan Obat Topikal

VEHIKULUM
Bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk cair atau
padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit.

ZAT AKTIF
Merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek
terapeutik

VEHIKULUM

Sering digunakan :
Lanolin
Paraben
Petrolatum
Gliserin

Bentuk Monofase :
Cairan
Bedak
Salep

Kombinasi bentuk
monofase :
Krim
Pasta
Bedak kocok
Pasta pendingin.

VEHIKULUM

LANOLIN

Disebut juga adeps lanae, merupakan lemak bulu domba.


Banyak digunakan pada produk kosmetik dan pelumas.

PARABEN

Digunakan sebagai pengawet sediaan topikal.


Bersifat fungisid dan bakterisid lemah.
Banyak dipakai pada shampo, sediaan
pelembab,gel, pelumas, pasta gigi.

PETROLATUM

Merupakan sediaan semisolid yang terdiri dari


hidrokarbon
Petrolatum (vaselin), misalnya vaselin album,
diperoleh dari minyak bumi.

VEHIKULUM

GLISERIN

CAIRAN

BEDAK

Berupa senyawa cairan kental, tidak berwarna, tidak


berbau
berperan sebagai pelarut dalam air.
Bahan pembawa dengan komposisi air
Jika bahan pelarutnya murni air disebut
sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya
alkohol, eter, atau kloroform disebut tingtura.
Cairan digunakan sebagai kompres dan
antiseptik.
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat
terdiri atas talcum venetum dan oxydum
zincicum.
Bedak memberikan efek superfisial karena
tidak melekat erat sehingga hampir tidak
mempunyai daya penetrasi.

VEHIKULUM

SALEP

Sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit


dan mukosa.
Dasar salep dibagi dalam 4 kelompok yaitu: dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa
dicuci dengan air dan dasar salep yang larut dalam air.

KRIM

Bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau


lebih bahan obat terlarut
Formulasi krim ada dua, yaitu sebagai emulsi air dalam
minyak (W/O) (ex:cold cream) dan minyak dalam air (O/W)
(ex:vanishing cream)

PASTA

Campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri


dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak
seperti talcum, oxydum zincicum.
Berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.

VEHIKULUM

BEDAK KOCOK

PASTA
PENDINGIN

GEL

Adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan


komponen bedak dengan bahan perekat seperti gliserin.
Ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan secara luas di atas
permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada bentuk
sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.

Disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep dan


cairan.
Telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.

Sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat


dari partikel organik dan anorganik.
Gel dikelompokkan kedalam gel fase tunggal dan fase ganda

VEHIKULUM

JELLY

Merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari


getah alami seperti tragakan, pektin, alginate, borak
gliserin.

LOSION

Merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak


dapat larut terdispersi dalam cairan dengan konsentrasi
mencapai 20%.
Pemakaian losion meninggalkan rasa dingin oleh karena
evaporasi komponen air.

FOAM
AEROSOL

merupakan sediaan yang dikemas dibawah tekanan


Sediaan ini digunakan untuk pemakaian lokal pada kulit,
hidung, mulut, paru

VEHIKULUM

CAT

Merupakan bentuk lain solusio yang berisi komponen air


dan alkohol.
Penggabungan komponen alkohol dan air menjadikan
sediaan ini mampu bertahan lama.

ZAT AKTIF

ZAT AKTIF
ALUMUNIUM
ASETAT

ASAM ASETAT

ASAM BENZOAT

Efeknya adalah astringen dan antiseptik ringan.


Jika hendak digunakan sebagai kompres diencerkan 1:10.

Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat


antiseptik untuk infeksi pseudomonas.

Mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Digunakan


dalam salep.

ZAT AKTIF
Tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres

ASAM BORAT

atau dalam salep berhubungan efek antiseptiknya sangat


sedikit dan bersifat toksik.

ASAM
SALISILAT

Merupakan zat keratolitik, efeknya mengurangi proliferasi

ASAM
UNDESILENAT

Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salep

epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu.

atau krim.

ZAT AKTIF
ASAM VITAMIN
A

BENZOKAIN

BENZIL
BENZOAT

Memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi


gangguan.

Bersifat anestesia.

Cairan yang bersifat skabisid dan pedikulosid.

ZAT AKTIF

CAMPHORA

KORTIKOSTER
OID TOPIKAL

MENTOL

Bersifat antipruritus.

Bersifat anti inflamasi.

Bersifat antipruritik seperti camphora.

ZAT AKTIF

PODOFILIN

SELENIUM
DISULFID

SULFUR

Digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk


kondiloma akuminata.

Digunakan sebagai shampoo 1% untuk dermatitis seboroik


pada kepala dan tinea versikolor.

Bersifat antiseboroik, anti-akne, antiskabies, antibakteri


positif.

ZAT AKTIF

TER

TIOSULFAS
NATRIKUS

Hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil.

Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk


tinea versikolor.

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek

UREA

sebagai emolien, dapat digunakan untuk iktiosis atau


xerosis kutis.

ZAT AKTIF

ZAT
ANTISEPTIK

Zat yang bersifat antiseptic dan/atau bakteriostatik

MEKANISME KERJA

1. Farmakokinetik Umum
Tiga kompartemen yang dilewati sediaan topikal :
Permukaan kulit
Stratum Korneum
Sebagai reservoir bagi vehikulum tempat sejumlah
unsur pada obat masih berkontak dengan permukaan kulit
namun belum berpenetrasi tetapi tidak dapat dihilangkan
dengan cara digosok atau terhapus oleh pakaian.
Jaringan sehat
Unsur vehikulum sediaan topikal evaporasi zat aktif berikatan pada lapisan
epidermis berikatan pada dermis dan beberapa dapat mencapat hipodermis
diserap oleh vaskular kulit dilapisan dermis dan hipodermis

2.Jalur Penetrasi Sediaan Topikal


Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi 3 interaksi:

Solute vehicle interaction


Vehicle skin interaction
Solute Skin interaction

Terdapat 2 penetrasi pada sediaan topikal :


A. Penetrasi Transepidermal
1.Intraselular
-Merupakan jalur yang dominan
-Difusi obat : Menembus dinding stratum korneum sel
korneosit yang mati melintasi matriks lipid protein startum
korneum menuju sel yang berada di lapisan bawah sampai
pada kapiler di bawah stratum basal epidermis difusi ke
kapiler.
B. Penetrasi Transfolikular
Obat berdifusi melalui celah folikel rambut dan juga kelenjar
sebasea untuk kemudian berdifusi ke kapiler.

3.Absorpsi sediaan topikal secara umum

Rising
Phase
Falling

Lag Phase

Phase
Sediaan
Topikal

Faktor yang mempengaruhi penyerapan


sediaan topikal
1.Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa
2.Konsentrasi bahan aktif
3.Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas
4.Absorpsi bahan aktif
5.Lamanya sediaan menempel pada kulit
6.Absorpsi perkutan meningkat bila lap.tanduk tipis
7. Banyaknya dan Seringnya menggosokkan sediaan

Cara Pemakaian

Oles

Kompres

Oklusi

Mandi

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Sediaan topikal terdiri atas zat pembawa dan zat aktif.

Idealnya suatu zat pembawa mudah dioleskan, mudah


dibersihkan, tidak meng-iritasi dan menyenangkan secara
kosmetik

Terdapat berbagai bentuk sediaan topikal

Secara umum sediaan topikal melewati tiga jalur


penetrasi yaitu interseluler, transeluler, transfolikuler.

Mekanisme kerja sediaan topikal berupa difusi pasif


menembus lapisan kulit.

Cara pakai sediaan topikal pada umumnya dioleskan


pada permukaan kulit,,cara lain seperti ditekan, digosok,
kompres, dan oklusi.

SARAN

Terapi topikal sebaiknya diberikan sesuai aturan yaitu tepat


obat, tepat indikasi, tepat dosis, tepat penderita.
Penyimpanan terapi topikal disesuaikan dengan aturan
yang tertera pada keterangan obat.

Anda mungkin juga menyukai