Anda di halaman 1dari 51

SUB POKOK BAHASAN

1. Dermatoterapi topikal
2. Dermatoterapi sistemik
3. Tindakan di bidang kulit dan kelamin

TIU
1. Menjelaskan pengobatan di bidang kulit dan kelamin
2. Menjelaskan macam-macam tindakan di bidang kulit dan kelamin
TIK
1. Menjelaskan berbagai macam terapi topikal dan sistemik
2. Menjelaskan jenis bahan dasar obat lokal yang sesuai dengan
lokalisasi dan stadium penyakit
3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi berbagai macam terapi
topikal dan sistemik
4. Menjelaskan berbagai tindakan di bidang kulit
5. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi berbagai tindakan di bidang
kulit dan kelamin
TERAPI DI BIDANG KULIT

(1) Medik (3) Irradiasi


topikal radioterapi
sistemik irradiasi ultraviolet
intralesi laser

(2) Bedah kulit (4) Psikoterapi


bedah skalpel
bedah listrik
bedah kimia
bedah beku
• Kulit normal merupakan barier yang sangat penting untuk
penyerapan obat

• Obat topikal dioleskan ke permukaan kulit, kemudian berdifusi


menembus stratum korneum, untuk memberikan efek terapi
pada kulit dan/ atau memberikan efek sistemik melalui
menyerapan lewat kapiler dermis superfisial

• Secara umum, obat yang digunakan secara topikal sangat


sedikit yang diserap, karena hanya sebagian kecil fraksi yang
masuk ke stratum korneum.
• Sebagian besar obat tetap ada pada permukaan, akan
menghilang dengan beberapa macam faktor, seperti :
eksfoliasi/ pengelupasan kulit
keringat,
dicuci/digosok
terserap pakaian
terdegradasi oleh sinar, dll

• Bahkan setelah 10-12 jam setelah dioleskan, obat yang belum


hilang dengan pengelupasan kulit atau digosok, sebagian
besar masih di atas permukaan kulit, dapat dengan mudah
dibersihkan dengan air dan sabun biasa
AREA TUBUH YANG MUDAH MENYERAP OBAT

• Mukosa : PALING MUDAH


• Scrotum
• Kelopak mata
• Muka
• Dada dan punggung
• Lengan atas dan paha
• Lengan bawah dan tungkai
• Dorsal palmar dan plantar
• Ventral palmar dan plantar
• Kuku : PALING SUSAH
Penetrasi obat topikal dipengaruhi oleh :
• Konsentrasi obat
• Pembawa (base/ vehikulum)
• Koefisien kelarutan (partition coefficient)
• Konstanta difusi (diffusion constant)
• Ketebalan dan integritas stratum korneum
• Kondisi kulit (termasuk hidrasi stratum korneum)
• Temperatur
• Frekuensi aplikasi dan jumlah yang diaplikasikan
• Oklusivitas

• Obat oral absorbsi hampir sempurna dalam beberapa


jam
• Obat topikal absorbsi lebih lambat & lebih jelek
KOMPONEN PENGOBATAN TOPIKAL
BAHAN AKTIF
Kortikosteroid Tar Permetrin
Antibiotik Dithranol Bensoilperoksida
Antifungi Asam retinoat Asam salisilat
Antivirus Hidrokuinon Sulfur
Zinc pirition
VEHIKULUM
zat inaktif/inert yang digunakan dalam sediaan topikal
sebagai bahan pembawa obat/zat aktif agar dapat berkontak
dengan kulit, misal :
Bedak Lemak Cairan
Krim Bedak kocok Pasta, dll
Fungsi vehikulum :
• Mengeringkan • Mendinginkan
• Membasahi • Memanaskan
• Melembutkan • Melindungi
• Lubrikasi • Mengurangi gejala

BAHAN TAMBAHAN
1. Additive
2. Lubrican : sebagai antifoaming
3. Preservative
4. Fragrance
5. Emulsifiing : supaya stabil & homogen
• BASAH dengan BASAH, KERING dengan
KERING

• Pengobatan topikal dapat menimbulkan efek


sistemik

DULU : penulisan resep topikal rumit


SEKARANG : banyak bahan jadi dengan nama pabrik

HARUS HATI-HATI
Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV, eds. Clinical dermatology 3rd ed.
VEHIKULUM
BEDAK

• Membuat lapisan tipis di kulit


• Tidak terlalu menempel pada kulit penggunaan
terbatas, p.u untuk area lipatan atau kosmetik
• Kerugian
• Bedak bahan organik : nutrisi untuk bakteri & jamur
• Menggumpal (caking, crusting), granuloma
• Terhirup
• Fungsi :
• Mendinginkan
• Mengurangi gesekan
• Antiinflamasi/antipruritus
Kandungan bedak
• An organik :
1. Seng oksida ( ZnO ) : antiseptik & melapisi
2. Talk (Magnesium silikat) : lubrikasi & mengeringkan
3. Stearat : meningkatkan perlekatan
Contoh : Kalamin : Seng oksida + Feri oksida (antipruritus)

• Organik
Pati : pati jagung, pati beras, gadung, kentang

Indikasi :
• Dermatosis kering dan superfisial
• Mempertahankan vesikel/bula supaya tidak pecah
Kontraindikasi :
• Dermatosis basah, terutama bila dengan infeksi sekunder
CAIRAN
Jika bahan pelarutnya air → solusio
Bahan pelarut alkohol, eter, kloroform → tingtur

Fungsi : Hasil akhir :


• Membersihkan • Keadaan basah
• Melunakkan menjadi kering
vesikel/bula/pustula • Lesi menjadi bersih
• Mengurangi gejala

Contoh : solusio Burowi, aluminium asetat


Bentuk solusio :
• Kompres : terbuka dan tertutup
• Rendam
• Mandi

INDIKASI :
• Dermatosis eksudatif
• Infeksi kulit dengan eritem menyolok
• Ulkus yang kotor
SALEP

• Sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan


mukosa.
• Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4
kelompok :
 dasar salep senyawa hidrokarbon /dasar salep berlemak : vaselin
album (petrolatum), parafi n liquidum
 dasar salep serap : parafin hidrofilik , lanolin anhidrat [adeps
lanae], cold cream
 dasar salep yang bisa dicuci dengan air
 dasar salep yang larut dalam air : polietilen glikol

Indikasi : Dermatosis yang kering, dalam, bersisik dan berkrusta, kronis


Kontraindikasi : Radang akut, lesi daerah lipatan dan berambut
KRIM

• Bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih


bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
• Campuran antara lemak dan cairan, agar dapat bercampur diperlukan
emulgator
• Ada 2 macam krim :
Jenis krim dingin ( W/O ) : lemak sebagai fase kontinyu, kadar air < 25%
Vanishing cream ( O/W ) : air sebagai fase kontinyu, kadar air > 30%
Indikasi :
Kelainan kulit yang superfisial dan kering
Dapat dipakai pada lipatan kulit dan daerah berambut
Kosmetik
Gel

Sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel organik dan anorganik
Gel segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu
lapisan
Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim
Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang berambut.

Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel memilliki keistimewaan


:
a. Mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim
b. Sangat baik dipakai untuk area berambut
c. Disukai secara kosmetika
PASTA

• Campuran bedak dan vaselin yang homogen


• Pasta pendingin, pasta berlemak
• Indikasi : dermatosis yang agak basah
• Kontraindikasi : dermatosis basah dan area
berambut, genitalia eksterna, lipatan
BEDAK KOCOK

Campuran bedak dan air, ditambahkan gliserin


Sebagai perekat
Contoh resep :
R/ Sulfur praeciptatum oxid zinci 20
Talci aa 10
Gliserin 15
Aqua spir dill aa ad 100

Indikasi : dermatitis yang superfisial dan kering


Kontra indikasi : dermatitis yang eksudatif
BAHAN AKTIF
ANTIBIOTIKA

• Resiko tinggi sensitisasi bila digunakan oral &


topikal
• Yang sering sensitisasi :
Penicillin, Streptomycin, Sulfonamid
• Yang sering dipakai :
Natrium fusidat / asam fusidat, Mupirocin
OBAT ANTI AKNE
• TRETINOIN
• Konsentrasi 0,05 – 0,1%
• Efek : meningkatkan turn over sel basal sehingga stratum
korneum tipis dan longgar
• Efek samping : iritasi

• BENSOIL PEROKSIDA
• Konsentrasi 2,5 – 10%
• Efek : anti bakteri yang kuat
• Efek samping : iritasi

• RESORSINOL
• Konsentrasi 2 – 3%
• Efek : anti bakterial, keratolitik, anti seborhoe
• Efek samping : - reaksi alergi dan iritasi
ASAM SALISILAT
• Efek : desinfeksi, anti pruritik, anti mikotik, anti inflamasi
• 2% → keratoplastik
• 3 – 20% → keratolitik
• 30 – 60% → destruktif
• Efek samping : iritasi

SULFUR
• Konsentrasi 4 - 20%
• Efek : anti seboroik, anti akne, anti skabies, anti jamur,
anti bakteri
• Yang sering dipakai : losio Kummerfeldi
ANTI FUNGAL
• Derivat azol : fungistatik
mikonazol, klotrimazol, ekonazol,
sertaconazol, tiokonazol, bifonazol,
ketokonazol

• Derivat alilamin : Naftitin, terbinafin


• Asam benzoat
• Thiosulfat natricus
KORTIKOSTEROID

50% dari resep topikal yang ditulis


Efek : Vasokonstriksi, anti inflamasi, anti proliferasi

INDIKASI
• Paliatif dan supresif terhadap penyakit dengan gejala
inflamasi (bukan kausatif)

• Dermatitis yang responsif : psoriasis, dermatitis seboroik,


neurodermatitis, dermatitis numularis, fotodermatitis

• Yang kurang responsif : LE diskoid, psoriasis di telapak


tangan dan kaki
POTENSI
• British National Formulary (BNF) - UK: 4 grup
• American system : 7 grup
BNF-UK USA
Superpoten Klas 1 Klas 1
Potensi tinggi Klas 2 Klas 2/3
Potensi sedang Klas 3 Klas 4/5
Potensi ringan Klas 4 Klas 6/7

• KS klas I (superpoten) 600 kali potensi KS klas 7


(ringan)
• Sebaiknya klinisi mengenali 1-2 jenis KS untuk tiap
potensi
.
Efek samping

• Terjadi bila :
• Penggunaan yang lama dan berlebihan
• Penggunaan kelas kuat dan sangat kuat secara oklusif
• Makin tinggi potensi, makin cepat terjadi efek samping
• Gejala efek samping
• Hipotrofi / atrofi kulit
• Hipertrikosis, Hipopigmentasi, Dermatitis perioral
• Bila dermatofita steroid topikal  Tinea incognito
• Efek samping sistemik
Terapi topikal
• Obat langsung bekerja pada area yang membutuhkan
• Efek samping sistemik pada hati, ginjal, sumsum tulang kecil karena
absorpsi lebih kecil
• Sering lengket, butuh waktu, kadang tidak semua area terolesi

Terapi sistemik
• Cepat, ke semua area tubuh
• Efek samping lebih besar
Terapi sistemik diperlukan apabila
Lesi kulit luas
Obat tidak aktif bila secara topikal (griseofulvin)
Tidak sembuh dengan pengobatan topikal
1. ANTIBAKTERIA

2. ANTI VIRUS
– Asiklovir, Valasiklovir, Famsiklovir
– Menekan replikasi virus

3. ANTIFUNGAL
– Griseofulvin
– Golongan Azol : Imidazol (Ketokonazol), Triazol : (Itrakonazol,
Flukonazol)
Berspektrum luas dan fungistatik
Indikasi :
Infeksi dermatomikosis superfisial yang tidak sembuh dengan obat
topikal atau griseofulvin
Kandidiasis
– Golongan alilamin : fungisidal
4. ANTI PARASIT : Mebendazol, albendazol
5. ASAM RETINOAT
6. DAPSON : efek antiinflamasi
7. LAMPRENE
8. CITOTOXIC & METABOLIC AGENT : Metroteksat, azatioprin,
9. KORTIKOSTEROID : deksametason. prednison, metilpred-
nisolon, triamsinolon
10. ANTIHISTAMIN

Antihistamin H1
Generasi I (tradisional /klasik)
• Antihistamin inhibitor kompetitif di reseptor H1
• Efek sedasi
• Chlorpheniramine, Diphenhydramine
Generasi II (non sedative Ah)
• Tidak menembus BBB →sedasi kecil
• Terfenadine , Astemizole, Loratadine, Cetirizine

Antihistamin H2 : Ranitidin, Simetidin


Bedah Kulit

1. Bedah skalpel

Dengan anestesi lokal


dan tehnik aseptik
menggunakan skalpel

Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV, eds. Clinical dermatology 3rd ed.
2. Bedah listrik
Tehnik bedah dengan
menggunakan listrik

Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV, eds. Clinical dermatology 3rd ed.
3. Bedah kimia
Dengan bahan kimia → rusak jaringan

4. Bedah beku (cryosurgery)


Dengan nitrogen cair, karbon-
dioksida, nitrosokdida
Suhu -195,8 C → jaringan
langsung beku

Wolff K, eds. Fitzpatrick’s Dermatology. 7thed. New York : Mc Graw Hill, 2008
5. Irradiation
Radiotherapy
Karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa yg tidak bisa dioperasi

Wolff K, eds. Fitzpatrick’s Dermatology. 7thed. New York : Mc Graw Hill, 2008
Ultra-violet irradiation
UVA – UVB
Penambahan Psoralen :
PUVA – PUVB

Psoriasis, vitiligo, eksema

Wolff K, eds. Fitzpatrick’s Dermatology. 7thed. New York : Mc Graw Hill, 2008
Laser-irradiation
• Laser (akronim dari light amplification by the stimulated
emission of radiation)
• Sinar koheren dengan panjang gelombang tertentu)

Wolff K, eds. Fitzpatrick’s Dermatology. 7thed. New York : Mc Graw Hill, 2008
1. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam
Dermatologi. Yanhendri, Satya Wydya Yenny. CDK-
194/ vol. 39 no. 6, th. 2012, h. 423-430
2. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Edisi ke-7. Editor : Irwin M Freedberg, dkk.
Philadelphia : McGraw-Hill, 2008
3. Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV, eds. Clinical
dermatology 3rd ed. Massachusetts : Blackwell Publishing
company, 2002.

Anda mungkin juga menyukai