D E R M AT O V E N E R O L O G I
DR. MARCELA YOLINA
Jakarta
Jl. Layur Kompleks Perhubungan VIII No.52 RT.001/007
Kel. Jati, Pulogadung, Jakarta Timur Tlp 021-22475872
WA. 081380385694/081314412212
Medan
Jl. Setiabudi Kompleks Setiabudi Square No. 15 Kel. Tanjung
Sari, Kec. Medan Selayang 20132
WA/Line 082122727364
w w w. o p t i m a p r e p . c o . i d
VEHIKULUM TOPIKAL
Vehikulum Topikal
• Obat topikal terdiri dari
vehikulum (bahan pembawa)
dan zat aktif.
• Secara umum, zat pembawa
dibagi atas 3 kelompok:
cairan, bedak, dan salep.
• Ketiga pembagian tersebut
merupakan bentuk dasar zat
pembawa yang disebut juga
sebagai bentuk monofase.
• Kombinasi bentuk monofase
ini berupa krim, pasta, bedak
kocok dan pasta pendingin.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007. |
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35 | CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Cairan
• Sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut (solut)
yang terlarut secara homogen dalam media pelarut
• Jika bahan pelarutnya murni air disebut sebagai solusio.
• Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut
tingtura (cth tingtura podofilin)
• Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya bersifat
astringen dan antimikroba.
• Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik.
– Membersihkan kulit dari debris
– Perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, pustula
– Keadaan yang basah menjadi kering
– Merangsang epitelisasi
Cairan sebagai Kompres
• Penggunaan kompres terutama kompres ter-
buka dilakukan pada:
– Dermatitis eksudatif; pada dermatitis akut atau
kronik yang mengalami eksaserbasi.
– Infeksi kulit akut dengan eritema yang mencolok
untuk vasokontriksi mengurangi eritema
seperti eritema pada erisipelas.
– Ulkus yang kotor: ditujukan untuk mengangkat
pus atau krusta sehingga ulkus menjadi bersih.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007. |
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35 | CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Bedak
• vehikulum solid/padat yang memiliki efek mendinginkan,
menyerap cairan serta mengurangi gesekan pada daerah
aplikasi
• Bedak memberikan efek sangat superfisial karena tidak
melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya
penetrasi.
• Bedak dipakai pada daerah yang luas, pada daerah lipatan.
• Diberikan pada dermatosis yang kering dan superfisial
• Berguna untuk mempertahankan vesikel/bula agar tidak
pecah
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007. |
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35 | CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Salep
• Sediaan semisolid yang dapat digunakan pada kulit maupun
mukosa.
• Salep dipakai untuk dermatosis yang kering dan tebal (proses
kronik), termasuk likeni kasi, hiperkeratosis, dermatosis dengan
skuama berlapis, pada ulkus yang telah bersih.
• memiliki efek sebagai emolien, efek oklusi, dan mampu
bertahan pada permukaan kulit dalam waktu lama tanpa
mengering.
• Penetrasi paling kuat
• Salep tidak dipakai pada radang akut, terutama dermatosis
eksudatif karena tidak dapat melekat, juga pada daerah
berambut dan lipatan karena menyebabkan perlekatan.
Zat Pembawa Bifasik
• Krim
– Sediaan semisolid yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang
terdispersi dalam suatu medium pendispersi dan membentuk emulsi.
– Krim dapat dibagi menjadi krim oil-in-water dan krim water-in-oil.
– Krim water-in-oil mengandung air kurang dari 25 persen dengan minyak
sebagai medium pendispersi.
– Krim oil-in-water mengandung air lebih dari 31 persen. Bentuk yang paling
sering dipilih dalam dermatoterapi.
– Sediaan ini dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci,
kurang berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan bila mengenai
pakaian.
– Krim dipakai pada lesi kering dan superfisial, lesi pada rambut, daerah
intertriginosa. Bisa dipakai untuk lesi yang luas
– Kontaindikasi: dermatitis madidans
Zat Pembawa Bifasik
• Pasta (campuran bedak & vaselin)
– merupakan salep (misal vaselin) yang ke dalamnya ditambahkan bedak dalam
jumlah yang relatif besar, hingga mencapai 50 persen berat campuran
– Kandungan bedak yang ditambahkan ke dalamnya dapat berupa seng oksida,
kanji, kalsium karbonat, dan talk.
– Seperti halnya salep, pasta dapat membentuk lapisan penutup/film di atas
permukaan kulit, yang impermeabel terhadap air sehingga dapat berfungsi
sebagai protektan pada daerah popok.
– Pasta relatif kurang berminyak dibandingkan salep
– Efek pasta lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan
daya maserasi lebih rendah dari salep.
– Pasta digunakan untuk lesi akut dan superfisial
– Dermatosis yang agak basah (bersifat mengeringkan)
– Kontraindikasi: dermatitis madidans, daerah berambut, tidak dianjurkan pada
daerah lipatan
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007. |
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35 | CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Zat Pembawa Bifasik
• Suspensi atau losio
– Sistem berbentuk cair yang komponennya terdiri atas dua fase zat (fase
eksternal/ kontinu dari suspensi, yang umumnya berbentuk cair atau
semisolid dan fase internal yang merupakan partikel yang tidak larut dalam
fase kontinu (dlm hal ini adalah zat aktif)) mengendap bila didiamkan
hrs dikocok terlebih dahulu
– Keuntungan: mudah diaplikasikan, tersebar merata, favorit pada anak.
– Penguapan air dlm sediaan punya efek mendinginkan.
– Dibandingkan salep, losio dapat menyebabkan kondisi kulit yang kering dan
abrasi pada kulit.
– Contoh suspensi adalah lotio faberi, lotio calamin, bedak kocok (biasanya
terdiri atas seng oksida, talk, kalamin, gliserol, alkohol, dan air serta
stabilizer)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007. |
MDVI Vol.39. No.1. Tahun 2012: 25-35 | CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Vehikulum Lainnya
• Gel
– Sediaan semisolid yang mengandung molekul kecil maupun besar yang
terdispersi dalam cairan dengan penambahan suatu gelling agent.
– Bahan dasar tmsk bahan yang larut air (water soluble based) dan tidak
mengandung minyak. sangat mudah dicuci, tidak mewarnai pakaian, tidak
memerlukan pengawet, dan kurang oklusif
– Konsentrasi pada permukaan kulit lebih tinggi dan membatasi penyerapan ke
dalam kulit, misalnya pada berbagai antifungal dan antibiotik topikal.
– sediaan gel memilliki keistimewaan mampu berpenetrasi lebih jauh dari krim,
Sangat baik dipakai untuk area berambut, Disukai secara kosmetika.
– Kekurangan: efek protektifnya yang rendah bukan untuk emolien, dapat
menyebabkan kulit kering + panas bila kandungan alkoholnya tinggi.
• Linimen/ pasta pendingin (campuran cairan, bedak, salep)
– Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.
Jenis Vehikulum Topikal
Vehikulum Keterangan
Solusio • membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan
sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai
• tujuan pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi
kering, permukaan menjadi bersih
Bedak kocok (Losio) Untuk dermatosis yang kering, superfisial dan agak luas, serta
dermatosis pada keadaan sub akut
Bedak pemberian bedak ialah dermatosis yang kering dan superfisial,
mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pecah
Salep/ointment dermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik
dan dermatosis yang bersisik dan berkrusta, dan ulkus bersih
Krim indikasi kosmetik (tidak lengket, mudah dicuci, mudah menyebar, dan
tidak mengotori baju), dermatosis yang subakut dan luas, dan boleh
digunakan di daerah yang berambut
INFEKSI
JAMUR
TINEA
MIKOSIS
Superficialis Inter- Profunda
Non
mediate
Dermatofitosis Subcutis Sistemik
Dermatofitosis
Mikroorganisme Trycophyton Sp., Epidermophyton Sp., Microsporum Sp. Malasezzia furfur Candida albicans
• Kulit (kutis)
• Lipatan kulit
Badan (T. Daerah sering terkena (intertriginosa)
Lokasi lesi Kepala (T. Kapitis) Kaki (T. Pedis)
Korporis) keringat • Perianal (Diaper’s Rash)
• Vulvovagina
• Mukosa oral
• Interdigitalis
• Gray patch • Terutama sela jari IV-
• Gatal (ektothrix) V • Kandidosis mukosa
• Lesi multipel
• Batas tegas • Black dot • Skuama, fisur, • Kandidosis kutis
• Batas tegas
• Polisiklik (endothrix) maserasi • Kandidosis sistemik
Bentuk lesi • Hipopigmentasi
• Pinggir aktif • Kerion (Bengkak, • Gatal menahun • Reaksi id (kandidid)
sampai dengan
• Central pus + dari folikel, tidak gatal • Maserasi (+)
hiperpigmentasi
healing seperti sarang • Kronik
lebah) • Papuloskuamosa
• Hiperkeratotik
Meatball and spaghetti
Pemeriksaan KOH Hifa sejati dan arthrospora (hifa pendek dan spora Pseudohifa dan blastospora
bulat)
Lampu Wood Kuning kehijauan Kuning keemasan Fluoresensi (-)
• Bentuk klinis:
– Grey patch ringworm (biasanya disebabkan Microsporum)
• Papul merah yang melebar, membentuk bercak, pucat, bersisik.
Rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat, mudah patah dan tercabut.
Lampu Wood: hijau kekuningan.
– Kerion (Microsporum atau Tricophyton)
• Reaksi peradangan berat pada tinea kapitis, pembengkakan
menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang. Dapat
menimbulkan jaringan parut dan alopesia menetap. Fluoresensi (+/-)
– Black dot ringworm (biasanya disebabkan Tricophyton tonsurans
dan Trycophyton violaceum)
• Rambut yang terkena infeksi patah pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora (black dot).
Fluoresensi (-)
– Favus (Trichophyton Schoenleinii)
• Bentuk yang berat dan kronis berupa plak eritematosa perifolikular
dengan skuama. Awalnya berbentuk papul kuning kemerahan yang
kemudian membentuk krusta tebal berwarna kekuningan (skutula).
Skutula dapat berkonfluens membentuk plak besar dengan mousy
odor. Plak dapat meluas dan meninggalkan area sentral yang atrofi dan
alopesia
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
3 Pola Invasi Rambut pada Tinea Kapitis
ECTOTHRIX ENDOTHRIX
• Outside of hair • Tanpa fluoresen • Inside of hair • Tanpa fluoresen
• Kerion – M. fulvum • Black dot, bald patch
• Grey patch – T. gourvillii
– M. Gypseum • Fluoresen abu
• Fluoresen kuningkehijauan – T. Soudanense
– T. Megninii kehijauan kusam
terang – T. tonsurans
– Microsporum – T. Mentagrophytes – Trichophyton
– T. Violaceum
audouinii – T. Rubrum schoenleinii
– T. Yaoundei
– M. canis – T. verrucosum
– M. Ferrugineum Anthropophilic
Tinea Pedis & Manuum
• Tinea pedis is most commonly caused by Trichophyton rubrum
• Commonly, tinea pedis patients describe pruritic, scaly soles and, often,
painful fissures between the toes. Less often, patients describe vesicular or
ulcerative lesions.
• Tinea manuum commonly occurs in association with tinea pedis and is
often unilateral ("two-feet, one hand syndrome”)
• Bentuk tinea pedis:
– Interdigital tinea pedis: the most
characteristic type of tinea pedis, with
erythema, maceration, fissuring, and
scaling, most often seen between the
fourth and fifth toes.
– Acute Ulcerative tinea pedis
– Vesiculobulous/Vesicular/inflammatory
tinea pedis
– Chronic hyperkeratotic
This image shows concomitant tinea pedis and tinea manuum,
also known as the "two feet, one hand" presentation.
Interdigital tinea pedis Hyperkeratotic (moccasin-type) tinea pedis
Tinea manum, Tinea • Terapi utama adalah topikal: topikal azole, alt. topikal azol
pedis • DOC sistemik: Terbinafin, itrakonazol, flukonazol
• Griseovulfin kurang efektif dan butuh waktu yang lebih panjang
Tinea barbae • Butuh terapi sistemik untuk mencapai folikel rambut
• DOC: griseovulfin/ Terbinafin selama 2-4 minggu; alternatif:
itrakonazol, flukonazol
Tinea facialis, Tinea • Mengenai struktur kulit superfisial terapi topikal adalah yg utama
korporis, tinea • DOC sistemik: terbinafin, alternatif griseofulvin, itraconazole,
kruris ketoconazole
Tinea Unguium • Oral lebih baik dibanding topikal
• DOC: Terbinafin; alternatif itrakonazole
Tatalaksana Tinea Korporis dan Kruris
(PERDOSKI 2017)
• Topikal:
Obat pilihan: golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali
sehari selama 1-2 minggu.
• Alternatif:
Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol
2 kali sehari selama 4-6 minggu.
• Sistemik Diberikan bila lesi kronik, luas, atau sesuai indikasi. Obat
pilihan:
Terbinafin oral 1x250 mg/hari (hingga klinis membaik dan hasil
pemeriksaan laboratorium negatif) selama 2 minggu.
• Alternatif: (urutan berdasarkan prioritas)
1. Griseofulvin oral 500 mg/hari atau 10-25 mg/kgBB/hari selama 2-4
minggu.
2. Ketokonazol 200 mg/hari
3. Itrakonazol 2x100 mg/hari selama 2 minggu.
Sumber: Scully C. Mucosal candidiosis clinical presentation. Emedicine | PPK Perdoski. 2017
Prinsip tatalaksana Kandidiasis Oral
Gejala klinis DOC Keterangan
• Gejala
– Bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai
coklat hitam, meliputi badan, ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, leher, muka, kulit kepala yang berambut
– Asimtomatik – gatal ringan, berfluoresensi
• Pemeriksaan
• Lampu Wood (kuning keemasan), KOH 20%
(hifa pendek, spora bulat:
meatball & spaghetti appearance)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tatalaksana Pitriasis Versikolor
PERDOSKI 2017
• Topikal
– Sampo ketokonazol 2% dioleskan pada daerah yang terinfeksi/seluruh badan, 5 menit
sebelum mandi, sekali/hari selama 3 hari berturut-turut.
– Sampo selenium sulfida 2,5% sekali/hari 15-20 menit selama 3 hari dan diulangi seminggu
kemudian. Terapi rumatan sekali setiap 3 bulan.
– Sampo zinc pyrithione 1% dioleskan di seluruh daerah yang terinfeksi/seluruh badan, 7-10
menit sebelum mandi, sekali/hari atau 3-4 kali seminggu.
– Khusus untuk daerah wajah dan genital digunakan vehikulum solutio atau golongan azol
topikal (krim mikonazol 2 kali/hari).
– Krim terbinafin 1% dioleskan pada daerah yang terinfeksi, 2 kali/hari selama 7 hari.
• Sistemik
Untuk lesi luas atau jika sulit disembuhkan dapat digunakan terapi sistemik
ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari.
• Alternatif:
– Itrakonazol 200 mg/hari selama 7 hari atau 100 mg/hari selama 2 minggu
– Flukonazol 400 mg dosis tunggal6,13,14 (B,1) atau 300 mg/minggu selama 2- 3 minggu.
INFEKSI
VIRUS
HERPES SIMPLEKS
Herpes Simpleks
• Infeksi, ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa di daerah dekat
mukokutan
• Gejala klinis:
– Infeksi primer: vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab &
eritematosa, berisi cairan jernih yang kemudian seropurulen, dapat
menjadi krusta dan kadang mengalami ulserasi dangkal, tidak
terdapat indurasi, sering disertai gejala sistemik
– Fase laten: tidak ditemukan gejala klinis, HSV dapat ditemukan
dalam keadaan tidak aktif di ganglion dorsalis
– Infeksi rekuren: gejala lebih ringan dari infeksi primer, akibat HSV
yang sebelumnya tidak aktif mencpai kulit dan menimbulkan gejala
klinis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2015.
Herpes Simpleks
• Pemeriksaan Tipe II
– Ditemukan pada sel dan
dibiak, antibodi, percobaan
Tzanck (ditemukan sel
datia berinti banyak dan
badan inklusi intranuklear, Tipe I
glass cell)
• Komplikasi
– Meningkatkan
morbiditas/mortalitas pada
janin dengan ibu herpes
genitalis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2015.
Tzank Test
Acantholysis is defined as the loss of coherence between epidermal cells due to the
breakdown of their intercellular bridges. The cells remain intact but are no longer
attached to each other; they tend to acquire the smallest possible surface area and
become rounded up, resulting in intra-epidermal clefts, vesicles and bullae.
High power view of secondary acantholysis in
Herpes simplex. Few Multinucleated giant
cells are also seen. (Giemsa stain, 40× )
Regimen terapi (PPK Perdoski)
Untuk yang baru pertama kali menderita
• Acyclovir 3x400 mg/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Acyclovir 5x200 mg/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Valacyclovir 2x1 gram/hari selama 7-10 hari, ATAU
• Famcyclovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
• Kasus berat perlu rawat inap: asiklovir intravena 5 mg/kgBB tiap 8 jam
selama 7-10 hari
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Herpes zoster
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tatalaksana
Terapi sistemik
Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada:
- Usia >50 tahun
- Dengan risiko terjadinya NPH
- HZO/sindrom Ramsay Hunt/HZ servikal/HZ sakral
- Imunokompromais, diseminata/generalisata, dengan komplikasi
- Anak-anak, usia <50 tahun dan ibu hamil diberikan terapi anti-virus bila disertai
NPH, sindrom Ramsay Hunt (HZO), imunokompromais, diseminata/generalisata,
dengan komplikasi
Pilihan antivirus
- Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.
- Dosis asiklovir anak <12 tahun 30 mg/kgBB/hari selama 7 hari, anak >12 tahun 60
mg/kgBB/hari selama 7 hari.
- Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari.
- Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7 hari.
Simptomatik
- Nyeri ringan: parasetamol 3x500 mg/hari atau NSAID.
- Nyeri sedang-berat: kombinasi dengan tramadol atau opioid ringan.
PPK PERDOSKI 2017
Tatalaksana Neuralgia Post Herpetika
• Terapi farmakologi lini pertama: masuk dalam kategori efektivitas
sedang-tinggi, berbasis bukti yang kuat dan dengan efek samping
rendah.
• Lini pertama:
• Antidepresan trisiklik 10 mg setiap malam (ditingkatkan 20 mg setiap 7 hari
menjadi 50 mg, kemudian menjadi 100 mg dan 150 mg tiap malam)
• Gabapentin 3x100 mg (100-300 mg ditingkatkan setiap 5 hari hingga dosis
1800-3600 mg/hari)
• Pregabalin 2x75 mg (ditingkatkan hingga 2x150 mg/hari dalam 1 minggu)
• Lidokain topikal (lidokain gel 5%, lidokain transdermal 5%)
• Lini kedua:
• Tramadol 1x50 mg (tingkatkan 50 mg setiap 3-4 hari hingga dosis 100- 400
mg/hari dalam dosis terbagi)
Menunjukkan
gambaran identasi cup-
shaped dari epidermis
ke dermis
Tatalaksana
Non medikamentosa
• Jaga higiene kulit dengan mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun.
Medikamentosa
• Prinsip: mengeluarkan badan moluskum:
• Tindakan:
– Bedah kuretase/enukleasi (pilihan pertama)
Setelah tindakan diberikan antibiotik topikal.
– Tindakan bedah beku/nitrogen cair.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Erisipelas vs Selulitis
ERISIPELAS SELULITIS
• Infeksi akut oleh Streptococcus • Infeksi akut terutama oleh
• Menyerang lapisan kulit atas (superfisial): Staphylococcus
dermis atas dan limfatik superfisial
• Tanpa purulensi
• Menyerang lapisan kulit yang lebih
dalam deeper dermis dan lapisan
• cenderung memiliki onset akut gejala dengan
manifestasi sistemik termasuk demam dan subkutan
menggigil • Bisa dengan atau tanpa purulensi
• Eritema merah cerah, batas tegas, pinggirnya • cenderung memiliki perjalanan yang
meninggi, tanda inflamasi (+) lebih lamban dengan perkembangan
• Predileksi: tungkai bawah gejala lokal selama beberapa hari.
• Lab: leukositosis • Infiltrat difus (batas tidak tegas) di
• Jika sering residif dapat terjadi elefantiasis subkutan, tanda inflamasi (+)
• Predileksi: tungkai bawah
• Lab: leukositosis
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 58-61
https://www.icgp.ie/assets/75/73F75322-D310-AFE8-B27BF2BFD39E293F_document/derma.pdf
Pioderma
• Pemeriksaan Penunjang
– Pemeriksaan sederhana dengan pewarnaan Gram.
– Kultur dan resistensi spesimen lesi/aspirat apabila
tidak responsif terhadap pengobatan empiris.
– Kultur dan resistensi darah, darah perifer lengkap,
kreatinin, C-reactive protein apabila diduga
bakteremia.
– Biopsi apabila lesi tidak spesifik.
http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview
Tatalaksana Pioderma
• Non medikamentosa
Mandi 2 kali sehari dengan sabun
Mengatasi/identifikasi faktor predisposisi dan keadaan komorbid,
misalnya infestasi parasit, dermatitis atopik, edema, obesitas dan
insufisiensi vena.
• Medikamentosa
• Prinsip: pasien berobat jalan, kecuali pada erisipelas, selulitis dan flegmon
derajat berat dianjurkan rawat inap. Terdapat beberapa obat/tindakan yang
dapat dipiih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
Topikal
Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan permanganas
kalikus 1/5000, asam salisilat 0,1%, rivanol 1‰, larutan povidon
iodine 1% dilakukan 3 kali sehari masing-masing 1/2-1 jam selama
keadaan akut.
Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim asam fusidat 2%,
mupirosin 2% Dioleskan 2-3 kali sehari, selama 7-10 hari.
Apabila tidak tersedia mupirosin dan asam fusidat maka dapat
digunakan gentamisin 0.1% salep sebagai alternatif
PERDOSKI 2017
Tatalaksana Pioderma
• Sistemik: minimal selama 7 hari
• Lini pertama:
1. Kloksasilin/dikloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari per
oral; anak-anak 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis
2. Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500
mg/hari; anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3
dosis
3. Sefaleksin: 25-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis.
• Lini kedua:
1. Azitromisin 1x500 mg/hari (hari 1), dilanjutkan 1x250 mg
(hari 2-5)
2. Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi 3 dosis.
3. Eritromisin: dewasa 4x250-500 mg/hari; anak-anak 20-50
mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis.
PERDOSKI 2017
S TA P H Y L O C O C C A L S C A L D E D
SKIN SYNDROME
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)
• Histopatologi Jaringan
– Hipergranulosis, dilatasi vaskular, dan infiltrat limfosit
perivaskular ringan
• Mikroskopik
– Bakteri batang dengan filamen (bersegmen) dan
bentuk coccoid
• Terapi
– Topikal
• Larutan klindamisin HCl, krim eritromisin/ mikonazol, krim
asam fusidat, salep Whitfield
– Oral Antibiotik
• Eritromisin (DOC)
• Tetrasiklin
https://books.google.co.id/books?id=wrX8CAAAQBAJ&pg=PA376&lpg=PA376&dq=eritrasma+coccoid+filament&source=bl&ots=Z95YYYOG3y&sig=XXV_bB2zzXVXel4ikqQXBRYpbNA&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=eritrasma%20coccoid%20filament&f=false
https://www.dermnetnz.org/topics/erythromycin/
HIDRADENITIS
S U P U R AT I VA
Hidradenitis suppurativa
• Infeksi kelenjar apokrin kronik (dahulu), sekarang
diperkirakan sebagai chronic follicular occlusive
disease involving the follicular portion of
folliculopilosebaceous units
• Lokasi area aksila (tersering), perianal, perineal,
inguinal,bokong, mammae, inframammae
• Patogenesis: belum jelas, terkait follicular
occlusion, follicular rupture, and an associated
immune response
• Faktor yang terkait: trauma mekanik, genetik,
merokok, obesitas
• Perlu dilakukan klasifikasi Hurley dan PA Scale
(Hidradenitis Suppurativa Physician global
asessment scale) untuk menentukan terapi
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 61-62 | Uptodate 2019
Hidradenitis suppurativa
• Ruam berupa nodus dan tanda inflamasi yang nyeri (+) lalu melunak menjadi abses,
pecah membentuk fistel dan sinus yang multiple, hingga jaringan sikatriks
• Tiga gambaran klinis utama yang mendukung diagnosis:
– Lesi yang khas (beberapa nodul yang meradang yang dalam, tombstone comedo,
saluran sinus, abses dan / atau skar fibrotik)
– Lokasi khas (khususnya, aksila, pangkal paha, daerah inframammae; seringkali distribusi
bilateral)
– Relaps dan kronik
• Pilihan Terapi:
– antibiotik topikal dan/atau sistemik
• Clindamycin 1% solution/gel 2x/hari selama 12 minggu dan/atau
• Tetracycline 2x500 mg p.o untuk 4 bulan atau
• Clindamycin 2x300 mg p.o dengan Rifampin 2x600 mg p.o selama 10 minggu
– TNF-alpha inhibitors: Adalimumab atau infliximab
– Zinc gluconate
– Kortikosteroid intralesi
– Intervensi bedah
Typical hidradenitis lesions. Inflammatory nodules in the right axillary region (A). Sinus
tract on the left arm (B). Abscess and draining fistula on the right axilla (C). Tombstone
comedone on the abdominal area (D). Fistula without drainage in the inguinal and
proximal lower left leg regions (E). Inguinal, vulvar, and proximal lower legs severe
retracting scars (F).
K U S TA / L E P R A
Morbus Hansen
• Etiologi: Mycobacterium leprae
• Pemeriksaan fisik:
- Sensibilitas kulit: hypoesthesia
- Pemeriksaan saraf tepi: penebalan N.
fascialis, N. auricularis magnus, N.
radialis, N. medianus, N. peroneus
communis, N. ulnaris, N. tibialis
posterior
- Foot drop atau clawed hands
- Wasting dan kelemahan otot
- Ulserasi yang tidak nyeri pada tungkai
atas atau bawah
- Lagophtalmus, iridocyclitis, ulserasi
kornea, dan/atau katarak sekunder
akibat kerusakan saraf atau invasi bakteri
secara langsung, bahkan hingga Claw hands
amputasi
Pemeriksaan penunjang
Histopatologi
• Histiosit: makrofag di kulit, sel virchow/sel lepra/foamy cell
• Granuloma: akumulasi makrofag dan derivatnya
Bakteriologi
Imunologi
• Immunoglobulin: IgM dan IgG
• Lepromin skin test
Klasifikasi Kusta tipe MB berdasarkan Jopling
Sifat Lepromatosa (LL) Borderline Lepromatosa (BL) Mid Borderline (BB)
Lesi
Bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome shape (kubah)
Papul Papul Punched out
Nodul
Jumlah Tidak terhitung, tidak Sukar dihitung, masih ada Dapat dihitung, kulit sehat
ada kulit sehat kulit sehat jelas masih ada
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Tidak jelas Tidak jelas Jelas
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif
Tes lepromin Negatif Negatif Negative
Klasifikasi Kusta tipe PB berdasarkan Jopling
Sifat Tuberculoid (TT) Borderline Tuberculoid (BT) Intermediate (I)
Lesi
Bentuk Makula dibatasi Makula dibatasi infiltrat atau Hanya infiltrat
infiltrat infiltrat saja
Jumlah Satu atau beberapa Beberapa atau satu dengan lesi Satu atau beberapa
satelit
Distribusi Terlokalisir dan Asimetris Bervariasi
asimetris
Permukaan Kering, berskuama Kering, skuama Fapat halus agak
berkilat
Batas Jelas Jelas Bisa jelas/tidak jelas
Anestesia Jelas Jelas Tidak ada sampai
tidak jelas
BTA
Lesi kulit Hampir selalu Negatif atau hanya 1+ Negatif
negatif
Tes lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah
atau negatif
Tipe Kusta Menurut WHO
Pengobatan Kusta
Reaksi Kusta
• Interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit
yang sebenarnya sangat kronik
Lucio’s phenomenone
Reversal reaction of leprosy
Faktor Pencetus Reaksi Kusta
Menald, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Reaksi Kusta: Tipe 1
(Reaksi Reversal)
• Patofisiologi
– Terjadi peningkatan respon kekebalan seluler secara cepat terhadap kuman
kusta dikulit dan syaraf berkaitan dengan terurainya M.leprae yang mati
akibat pengobatan yang diberikan
Reaksi Kusta: Tipe 2
• Umumnya terjadi pada 1-2 tahun setelah pengobatan tetapi dapat juga timbul
pada pasien kusta yang belum mendapat pengobatan Multi Drug Therapy
(MDT)
• Kanalikuli
• Sarcoptes scabiei
Modalitas pemeriksaan
• Menemukan terowongan (kedua teknik sama
sensitifnya)
1. Burrow Ink Test
- Cara kerja: tinta dioleskan pada kulit dan tinta ini akan
melakukan penetrasi ke stratum korneumdibersihkan
dengan alkoholtinta mewarnai terowongan.
- Metode ini sangat efektif terutama juga pada anak-anak dan
penderita dengan jumlah terowongan yang kecil dan sedikit
2. Tetracycline:
- Cara kerja:Tetrasiklin topikal dioleskan di kulit kemudian
dibersihkan dengan alkohollampu wood: terowongan akan
berwarna kehijauan
- Metode ini lebih disukai karena colorless dan bisa mendeteksi
area kulit yang luas
Modalitas pemeriksaan
(lebih advanced dan butuh tenaga terlatih)
• Skin scraping
- Cara kerja: kulit yang ada terowongan dikerok dengan
scalpeldiperiksa di mikroskopditemukan 1-2 telur atau
tungau
- Hasil sering false negative
• Adhesive tape test
- Cara kerja: beberapa tape ditaruh di kanalikuli kemudian
dilepaskan tiba-tiba dan diperiksa di bawah mikroskop
- Yang dicari sama seperti skin scraping, namun sensitivitas tes
ini lebih bagus dari skin scraping
• Dermatoscopy
- Lebih akurat dibandingkan pemeriksaan adhesive tape test,
yaitu sensitivitasnya 83%
- Butuh tenaga terlatih
Skabies: Pemeriksaan & Tatalaksana
• Tatalaksana
– Memutus rantai penularan: pengobatan kelompok yang
terkena bersamaan, merebus pakaian dengan
air panas, menjemur kasur
– Obat: sulfur presipitat 4-20%, benzil
benzoat 20-25%, gameksan 1%, krotamiton
10%, permetrin 5%
Prinsip Tatalaksana
• Classic Scabies • Antihistamin sedatif (oral) untuk
- DOC: Permethrine cream 5% (anak usia<2 mengurangi gatal.
bulan tidak boleh)
• Bila infeksi sekunder dapat ditambah
- Crotamiton lotion/cream 10% (tidak aman
untuk anak) antibiotik sistemik
- Sulfur (5-10%) salep aman untuk anak • Menjaga higiene perorangan dan
usia <2 bulan lingkungan.
- Lindan lotion 1% pilihan terakhir karena
efek sampingnya yang banyak • Pemakaian obat secara benar dan
- Ivermectin 200 µg/kgBB/pemberian, kepada seluruh orang yang kontak secara
diberikan 2 kali dengan jarak antar serempak.
pemberian 1 minggu Jika gagal dengan
topikal • Dekontaminasi pakaian dan alas tidur
• Crusted scabies dengan mencuci pada suhu 60°C atau
- Ivermectin 200 µg/kgBB/pemberian, disimpan dalam kantung plastik tertutup
pembagian dosis berdasarkan derajat selama beberapa hari. Karpet, kasur,
keparahan dan perlu dikombinasi dengan bantal, tempat duduk terbuat dari bahan
topikal busa atau berbulu perlu dijemur di
- Permethrin cream 5%
bawah terik matahari setelah dilakukan
- Benzyl benzoate 25%
penyedotan debu
- Keratolitic cream terapi adjuvan
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pedikulosis pubis
• Infeksi rambut di daerah pubis dan sekitarnya
• Terutama menyerang dewasa dan dapat menyerang jenggot/kumis
• Dapat menyerang anak-anak, seperti di alis/bulu mata dan pada
tepi batas rambut kepala
• Termasuk infeksi menular seksual
• Gejala
• Gatal di daerah pubis dan sekitarnya, dapat meluas ke abdomen/dada,
makula serulae (sky blue spot), black dot pada celana dalam
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Prinsip pemberian terapi pedikulosis kapitis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Pengobatan Pedikulosis Korporis
• Improved hygiene and access to regular changes of clean clothes is the
only treatment needed for body lice infestations.
• A body lice infestation is treated by improving the personal hygiene of the
infested person, including assuring a regular (at least weekly) change of
clean clothes.
• Clothing, bedding, and towels used by the infested person should be
laundered using hot water (at least 54°C) and machine dried using the hot
cycle.
• Sometimes the infested person also is treated with a pediculicide;
however, a pediculicide generally is not necessary if hygiene is maintained
and items are laundered appropriately at least once a week.
• If you choose to treat, guidelines for the choice of the pediculicide are the
same as for head lice.
CREEPING
E R U P T I O N / C U TA N E U S L A R V A
MIGRANS
Etiologi: Ancylostoma braziliense dan
Cutaneus larva migrans Ancylostoma caninum
Berkembangbiaknya di hewan
Telur di tanah
Gejala:
1. Peradangan berbentuk Lesi serpiginosa
- linear
- berkelok-kelok
- menimbul
- Progresif
2. Gatal di malam hari
• Terapi
• DOC: Tiabendazole sediaan oral sudah ditarik dari peredaran dipilih sediaan
krim atau lotion 15% 2-3x/hari selama 5 hari
• Alernatif: Albendazole 1x400 mg selama 3 hari, Cryotherapy, Kloretil
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 125-126
D E R M AT O
ALERGI
IMUNOLOGI
SSJ-TEN
SSJ dan NET
• Sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat
• Penyebab: alergi obat (>50%), infeksi, vaksinasi, graft vs host
disease, neoplasma, radiasi
• Reaksi hipersensitivitas tipe 4
• Trias kelainan
– Kelainan kulit: eritema, vesikel, bula
– Kelainan mukosa orifisium: vesikel/bula/pseudomembran pada mukosa
mulut (100%), genitalia (50%). Berkembang menjadi krusta kehitaman
– Kelainan mata: konjungtivitis
• Komplikasi: bronkopneumonia, gangguan elektrolit, syok
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
SSJ dan NET
Definition Physical Findings & Clinical Presentation
• Stevens-Johnson syndrome (SJS) is a • The cutaneous eruption generally occurs
rare, severe vesiculobullous form of within 8 wk of drug initiation and is
erythema multiforme (EM) affecting generally preceded by vague, nonspecific
the skin, mouth, eyes, and genitalia. symptoms of low-grade fever and fatigue
• SJS <10% of body surface area (influenza-like symptoms).
(BSA). • Enlarging red-purple macules or papules
• SJS–toxic epidermal necrolysis (TEN) and bullae generally occur on the
overlap syndrome 10% to 30% of conjunctiva, mucous membranes of the
BSA, it is known as. mouth nares, and genital regions.
• TEN affects >30% of BSA. • Corneal ulcerations may result in
blindness.
Etiology • Ulcerative stomatitis results in
hemorrhagic crusting.
• Drugs
• Upper respiratory tract infections
(e.g., Mycoplasma pneumoniae) and
HSV infections have also been Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic
implicated imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
Manifestasi Klinis
D. Full-blown epidermal
necrolysis characterized by large
erosive areas reminiscent of
scalding.
Medications and the Risk of Epidermal Necrolysis
High Risk Lower Risk Doubtful Risk No Evidence of Risk
• Allopurinol • Acetic acid NSAIDs • Paracetamol • Paracetamol
• Sulfamethoxazole (e.g., diclofenac) (acetaminophen) (acetaminophen)
• Sulfadiazine • Aminopenicillins • Pyrazolone • Pyrazolone
• Sulfapyridine • Cephalosporins analgesics analgesics
• Sulfadoxine • Quinolones • Corticosteroids • Corticosteroids
• Sulfasalazine • Cyclins • Other NSAIDs • Other NSAIDs
• Carbamazepine • Macrolide (except aspirin) (except aspirin)
• Lamotrigine • Sertraline • Sertralin
• Phenobarbital
• Phenytoin
• Phenylbutazone
• Nevirapine
• Oxicam NSAIDs
• Thiacetazone
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
SSJ vs TEN
Clinical Features that Distinguish SJS, SJS-TEN Overlap, and TEN
Paraneoplastic
linked to an underlying lymphoproliferative disorder
pemphigus
http://emedicine.medscape.com/article/1064187-treatment | www.dermnetnz.or
D E R M AT I T I S AT O P I
Dermatitis Atopi
• Peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya
terjadi pada masa bayi dan anak-anak
• Berhubungan dengan riwayat atopi peningkatan kadar IgE
• Morfologi umumnya berupa papul gatal eskoriasilikenifikasi
• Predileksi pada daerah lipatan/fleksura
Klasifikasi
Based on phases/age
• Dermatitis atopi fase infantil (usia 2 bulan-2 tahun)
- Lesi di muka (dahi, pipi) berua eritema, papulo-vesikel yang halus
- Gataldigosokpecaheksudatifkrusta
- Kalau anak merangkaklesi di lutut
- Gatal sangat menggangguanak rewel dan sulit tidur
- Usia 18 bulantransformasi menjadi likenifikasi
- 2 tahun seharusnya sembuh, jika tidak berlanjut keD.A fase
anak
Klasifikasi
Based on phases/age
• Dermatitis atopi fase anak (usia 2 tahun-10
tahun)
- Kelanjutan dari fase infantil atau timbul sendiri(de novo)
- Lesi lebih kering, eksudatif minimal, lebih banyak papul,
likenifikasi, dan sedikit skuama
- Predileksi: lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian
fleksor, kelopak mata, leher, dan jarang di muka
- Siklus setan: gatalgaruklikenifikasisemakin
gatalgaruk lagi
- Jika luas lesi mencapai >50% tubuh dapat memperlambat
pertumbuhan
Klasifikasi
Based on phases/age
• Dermatitis atopi fase remaja dan dewasa
- Plak papular eritematosa dan berskuama
- Plak likenifikasi yang gatal
- Predileksi:
Remaja: Lipat siku, lipat lutut, dan samping leher, dahi, dan
sekitar mata
Dewasa: distribusi tidak khas, paling banyak di tangan dan
pergelangan tangan
Diagnosis khusus bayi
3 mayor+3 minorD.A
• Mayor:
- Riwayat atopi pada keluarga
- Dermatitis di muka atau ekstensor
- Pruritus
• Minor:
- Xerosis/iktiosis/hiperliniaris palmaris
- Aksentuasi perifolikular
- Fisura belakang telinga
- Skuama di skalp kronis
Diagnosis
3 mayor+3 minorD.A
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
Diagnostic criteria for atopic dermatitis: a systematic review. British Journal of Dermatology, 2008
Prinsip tatalaksana
• The easiest and the most effective:
avoidance
• Kulit penderita D.A kering dan fungsi
sawarnya kurangmudah
retakberikan emolien (pelembab)
setiap 6 jam
• Kortikosteroid topikal: hidrokortison
1%-2.5% (bayi), anak dan dewasa:
triamsinolone acetonide 0.1%
• Imunomodulator topikal:
takrolimus jika kortikosteroid
sudah lama dipakai dan D.A masih
berlangsung (karena penggunaan
kortikosteroid topikal jangka panjang
bisa menyebabkan atrofi kulit)
• Kortikosteroid oral dan antihistamin
oraljika diperlukan
PSORIASIS VULGARIS
Psoriasis vulgaris
• Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis dan
transparan
• Predileksi
• Skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku & lutut),
lumbosakral
• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign
• Patofisiologi
– Genetik: berkaitan dengan HLA
– Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal, dan
keratinosit
– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme,
obat, alkohol, dan merokok
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2010.
Psoriasis Vulgaris
Tanda dan Gejala
• Perburukan lesi skuama kronik
• Onset cepat pada banyak area kecil
dengan skuama dan kemerahan
• Baru terinfeksi radang tenggorokan
(streps), virus, imunisasi, obat
antimalaria, trauma
• Nyeri (terutama pada kasus psoriasis
eritrodermis atau pada sendi yang
terkena arthritis psoriasis)
• Pruritus
• Afebril
• Kuku distrofik
• Ruam yang responsif terhadap steroid
• Konjungtivitis atau blepharitis
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview
Psoriasis Vulgaris: Tanda Khas
Tanda Penjelasan
www.worldallergy.org
Contoh berbagai pajanan iritan dan
allergen pada dermatitis kontak
DKI vs DKA: Patch Test
• Untuk metode diagnostik delayed contact hypersensitivity DKA
• DKI: diagnosis berdasarkan klinis saja dan dengan menyingkirkan
DKA (hasil Patch Test negatif)
• Patch test:
– Antigen dibiarkan menempel selama 48 jam
– Pembacaan dilakukan 2 kali: pertama dilakukan 15-30 menit setelah
dilepas; kedua dilakukan 72-96 jam setelah dilepas
– Bila reaksi bertambah (crescendo) di antara kedua pembacaan,
cenderung ke respons alergi. Disesuaikan juga dengan keadaan klinis.
The eczematous area at the wrist is due to sensitivity to nickel in the watch-strap buckle. (2) The suspected allergy may be
confirmed by applying potential allergens, in the relevant concentrations and vehicles, to the patient’s upper back (patch testing).
A positive reaction causes a localized area of eczema at the site of the offending allergen 2–4 days after application.
Terapi dermatitis kontak alergi dan iritan
• Non medikamentosa
– Identifikasi allergen tersangka dan hindari, anjurkan pakai APD
• Medikamentosa
– Sistemik: simtomatis, derajat berat dapat diberikan kortikosteroid
(KS) oral setara prednidon 20 mg/hari janka pendek (3 hari)
– Topikal:
• pelembab kaya kandungan lipid (vaslein/petrolatum)
• Klinis basah (madidans) kompres terbuka 2-3 lapis kain kassa dengan
NaCl 0.9%
• Klinis kering krim KS potensi sedang-tinggi misalnya mometason furoate,
flutikason propionate
• Kasus berat dan kronik tidak respon dengan steroid: immunosupresi
sistemik azatioprin atau siklosporin
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2010, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI
Gambaran klinis
• Lesi likenifikasi umumnya tunggal tetapi dapat lebih dari satu dengan ukuran
lentikular hingga plakat.
• Stadium awal berupa eritema dan edema atau papul berkelompok.
• Akibat garukan terus menerus timbul plak likenifikasi dengan skuama dan
eskoriasi, serta hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
• Bagian tengah lesi menebal, kering dan berskuama, sedangkan bagian tepi
hiperpigmentasi.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Gejala klinis
• Pada bayi biasanya terjadi pada 3 bulan pertama kehidupan.
– Sering disebut cradle cap.
– Keluhan utama biasanya berupa sisik kekuningan yang berminyak dan
umumnya tidak gatal.
• Pada anak dan dewasa, biasanya yang menjadi keluhan utama
adalah kemerahan dan sisik di kulit kepala, lipatan nasolabial, alis
mata, area post aurikula, dahi dan dada.
– Lesi lebih jarang ditemukan di area umbilikus, interskapula, perineum
dan anogenital.
– Area kulit yang kemerahan biasanya gatal.
– Pasien juga dapat mengeluhkan ketombe (Pitiriasis sika).
– Keluhan dapat memburuk jika terdapat stressor atau cuaca dingin.
• Pada bayi umumnya bersifat swasirna sementara cenderung
menjadi kronis pada dewasa.
Ektima • Infeksi pioderma pada kulit dengan karakteristik berbentuk krusta disertai ulserasi
• Ulkus superfisial dengan gambaran “punched out appearance” atau berbentuk cawan dengan
dasar merah dan tepi meninggi
Ulkus • Ulkus tropikum adalah ulkus yang cepat berkembang dan nyeri, biasanya pada tungkai
tropikum bawah, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak kurang gizi di daerah tropik
• Bentuk ulkus lonjong atau bulat, tertutup oleh jaringan nekrotik dan secret serosanguinolen
yang banyak dan meleleh
Ulkus • Dasar ulkus terlihat jaringan granulasi atau bahan fibrosa. Dapat juga terlihat eksudat yang
Varikosum banyak. Kulit sekitarnya tampak merah kecoklatan akibat hemosiderin
/stasis • Kulit sekitar luka mengalami indurasi, mengkilat, dan fibrotik
vena • Daerah predileksi yaitu daerah antara maleolus dan betis, tetapi cenderung timbul di sekitar
maleolus medialis
Ulkus varikosum
• Sinonim: ulkus venosum
• Ulkus pada tungkai bawah akibat gangguan aliran darah vena
• Etiologi: kelainan vaskular pada vena berupa trombosis,
tromboflebitis, kelainan katup vena, dan kelainan lain yang
menyebabkan obstruksi pada vena sehingga terjadi trombosis
(tumor, kehamilan, dsb)
• Predileksi: proksimal dari malleolus medialis, yaitu area sekitar
vena safena magna, atau di malleolus lateral di area sekitar
vena safena parva
• Soliter, dangkal, tertutup jaringan nekrotik, tepi tidak
meninggi, jaringan sekitar hiperpigmentasi
• Terapi
– Elevasi tungkai, antibiotik, atasi penyebab
Patogenesis dan patofisiologi
Tromboflebitis kerusakan katup vena edema
Jaringan fibrotik
Eritrosit keluar
Iskemia
Purpura
Nekrotik
Jika penyebabnya
aterosklerosis
- Ulkus terdapat dekat
Hipoksia jaringan tonjolan tulang
Ulkus
EVALUATION
LOCATION Distal lower leg, medial malleolus. Distal lower leg/feet/toes, lateral
malleolus, anterior tibial area.
PAIN May be present. Usually improves Usually painful especially with leg
with leg elevation. elevation.
SKIN CHANGES Flaking, dry, hyperpigmented. Thin, shiny, hairless, yellow nails.
Ulkus Neurotrofik
Vaginal pH 3.8 - 4.2 > 4.5 Usually < 4.5 > 4.5
Pseudohyphae or spores
KOH wet mount
if non-albicans species
207
Trikomoniasis
• Merupakan salah satu penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh infeksi
Trichomonas vaginalis
• T. Vaginalis patogen pada traktus
genitourinaria
• Manifestasi Klinis :
– Wanita : sekret vagina berbau warna kekuningan,
eritema vulvar, pruritus, disuria atau dyspareunia
– Inkubasi 5 -28 hari
• Gejala dan Tanda
– Keputihan kuning-kehijauan, berbusa, berbau tidak
enak
– Strawberry cervix: abses kecil pada dinding vagina
dan serviks dispareunia dan perdarahan pasca
koitus
– pH > 4,5
Trikomoniasis (PPK Perdoski 2017)
Pemeriksaan penunjang mikroskopik:
• Perempuan: Bahan duh tubuh yang berasal dari forniks posterior
dilakukan pemeriksaan sediaan basah dengan larutan NaCl fisiologis,
didapati parasit Trichomonas vaginalis dengan pergerakan flagelanya
yang khas.
• Laki-laki: Bahan sedimen urin sewaktu, dapat ditemukan parasit
Trichomonas vaginalis.
Pengobatan:
• Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal, atau
• Metronidazol 2x500 mg/hari per oral selama 7 hari
• Pasien dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi alkohol selama
pengobatan hingga 48 jam sesudahnya untuk menghindari disulfiram-
like reaction
B A C T E R I A L VA G I N O S I S
Bakterial Vaginosis
• Bakterial vaginosis: polymicrobial clinical syndromemenyebabkan jumlah
Lactobacillus sp. (flora normal vagina) menurun dan meningkatnya jumlah
bakteri anaerob.
• Etiologi utama: Gardnerella vaginalis, lainnya: Mobiluncus, Bacteroides,
Peptostreptococcus, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum ,
Eubacterium, Fusobacterium, Veilonella, Streptococcus viridans, dan Atopobium
vaginae
• Faktor resiko
BV berhubungan dengan seks multipartner
Douching
Jumlah lactobacillus (flora normal vagina) turun
Semakin sering berhubungan sekssemakin
beresiko
Semakin jarang berhubungan sekssemakin
rendah resiko
2015 STD Treatment Guideline CDC
Prinsip diagnosis
• Kriteria Amsel:
Duh tubuh homogen putih keabuan
Clue cells (dari pemeriksaan Terpenuhi 3 dari 4
mikroskopik)
pH vagina >4.5
Whiff test (+): Duh tubuh berbau
Bakterial Vaginosis
amis (fishy odor)sebelum atau
sesudah ditetesi KOH 10%
Habif T.P. Clinical Dermatology A Color Guide To Diagnosis and Therapy. Sixth edition. 2016
SIFILIS
Ulkus Pada IMS: Ulkus Durum
• Etiologi: Treponema Pallidum, bakteri
berbentuk spiral
• Gejala Klinis
– Stadium I: Ulkus durum
– Stadium II: Lesi sekunder di kulit
(roseola sifilitika, korona veneris,
kondiloma lata, lekoderma sifilitika)
– Stadium laten :
• Dini : bersifat menular
• Lanjut : bersifat tidak menular
– Stadium III: Gumma
– Stadium kardiovaskular dan neurosifilis
Sifilis Stadium Dini I (SI)
• Stadium dini (menular)
• Antara 10 – 90 hari (2 – 4 mgg) sth kuman msk lesi – kulit
tempat msk kuman
• Umumnya lesi hanya 1 – AFEK PRIMER : papul yg kemudian
menjadi erosi / ulkus : ULKUS DURUM
• Umumnya lokasi afek primer – genital, jg dpt ekstra genital
• Dpt sembuh sendiri tanpa pengobatan dlm 3 – 10 mgg
• 1 mgg sth afek primer (+) penjalaran infeksi ke kelenjar gth
bening (KGB) regional : regio inguinal medial – KGB
membesar, soliter, padat kenyal, indolen, tidak supuratif,
periadenitis (-) & dpr digerak scr bebas dr jaringan sekitarnya
KOMPLEKS PRIMER
Sifilis Stadium I (SI)
DIAGNOSIS
• mikroskop lapangan gelap (dark field microscope) melihat pergerakkan
Treponema
• Pewarnaan Burri (tinta hitam) tidak adanya pergerakan Treponema (T.
pallidum telah mati) kuman berwarna jernih dikelilingi oleh lapangan
yang berwarna hitam.
• Serologi: VDRL, TPHA, fluorescent treponemal antibody-absorption (FTA-
ABS), Rapid plasma reagin (RPR) test, Treponemal enzyme immune assay
(EIA), T pallidum particle agglutination assay (TPPA)
• Bahan pemeriksaan diambil dari dasar ulkus atau pungsi kelenjar getah
bening
• Secara akademik : Bila hasil (-), pemeriksaan diulang 3 hari berturut-turut
Sifilis Stadium Dini II (SII)
• Umumnya Std II (+) sth 6 – 8 mgg
• S II srg disebut : the Greatest Imitator of all the skin
diseases. Penting – tanpa rasa gatal
• Kelainan – sistemik, didahului gejala prodromal :
– Nyeri otot, sendi, suhu subfebril, sukar menelan (angina
sifilitika), malaise, anoreksi & sefalgia
– Kelainan kulit, selaput lendir, kelenjar & organ tubuh
lain
Sifilis Stadium Dini II (SII)
Kelainan kulit
• Makula eritem, bulat lonjong (roseola sifilitika) t u dada,
perut, punggung, lengan, tangan ke seluruh tubuh
• Transien dan berakhir hipopigmentasi (leukoderma
sifilitika)
• Papel - batas kulit rambut kepala (korona veneris)
– Papula arsiner, sirsiner dan polisiklik
– Papula diskret - telapak tangan dan telapak kaki
– Papula korimbiformis
– Kondiloma lata - kulit lipatan-lipatan yang lembab & hangat
– Papula + folikulitis yang dapat alopesia sifilitika
• Papuloskuamosa - mirip psoriasis (psoriasis sifilitika),
papulokrustosa - mirip frambusia (sifilis frambusiformis)
• Pustula, - bersifat destruktif pd KU buruk (rupia sifilitika =
lues maligna)
Papul (sebaran)
Arsinar
Sinsiner
Linear
Herpetiformis
Polisiklik
Sifilis Stadium Dini II (SII)
• Kelainan selaput lendir
• Kelainan tubuh lain
– Mucous patch - banyak mengandung T
– Kuku : onikia, rapuh dan
pallidum, kabur
– Bentuk bulat, kemerahan ulkus – Mata : uveitis anterior,
– Kelainan mukosa bibir, pipi, laring, tonsil korioretinitis
dan genital. – Tulang : periostitis
• Kelainan kelenjar – Hepar : hepatomegali,
hepatitis
– Pembesaran kelenjar seluruh tubuh
– Ginjal, meningen
(limfadenopati generalisata) - sifat = S I
– Kelenjar - kelenjar getah bening superfisialis • Diagnosis : STS – selalu
t u suboksipital, sulkus bisipitalis & (+)
inguinal. Pada aspirasi kelenjar akan
ditemukan T. pallidum.
Sifilis Stadium Laten Dini Sifilis Stadium Rekuren
PATOGENESIS :
• Masa inkubasi : 1-3 hari
• Port d’entrée merah papul pustula pecah ulkus
• Ulkus :
Multiple
Tidak teratur
Dinding bergaung
Indurasi +
Nyeri (dolen)
Kotor
2015 STD Treatment Guideline CDC
Prinsip diagnosis
• Diagnosis definitif adalah menemukan H. ducrei
dengan medium kultur spesifikTidak tersedia di
semua negara, sensitivitas <80%kurang efisien
• Harus memenuhi semua kriteria di bawah ini:
1. Adanya 1 atau lebih ulkus genital yang nyeri
2. Limfadenopati regional tidak wajib ada
3. Terbukti tidak ada syphilis melalui
pemeriksaan lapang pandang gelap
4. HSV negatif
• Tatalaksana
– DOC: Doksisiklin 100 mg PO 2x/hari selama 21 hari
atau
– Eritromisin 500 mg PO 4x/hari selama 21 hari
http://emedicine.medscape.com/article/220869-treatment
URETRITIS GO - NONGO
Gonorrhea
• Gonore IMS yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
(N.gonorrhoeae) suatu kuman Gram negatif, berbentuk biji
kopi, terletak intrasel
Gejala klinis
• Laki-laki:
Gatal pada ujung kemaluan
Nyeri saat kencing
Keluar duh tubuh berwarna putih atau kuning kehijauan
kental dari uretra
• Perempuan:
Keputihan
Atau asimtomatik
• Pada keduanya didapatkan adanya riwayat kontak seksual
sebelumnya (coitus suspectus).
PPK PERDOSKI 2017
Pemeriksaan Fisik Gonorrhea
• Laki-laki:
Orifisium uretra hiperemis, edema, dan ektropion disertai disuria
Duh tubuh uretra mukopurulen
Infeksi rektum pada pria homoseksual dapat menimbulkan duh tubuh anal
atau nyeri/rasa tidak enak di anus/perianal
Infeksi pada faring biasanya asimtomatik
• Perempuan:
Seringkali asimtomatik
Serviks hiperemis, edema, kadang ektropion
Duh tubuh endoserviks mukopurulen
Dapat disertai nyeri pelvis/perut bagian bawah
Infeksi pada uretra dapat menyebabkan disuria
• Komplikasi
Laki-laki: epididimitis, orkitis, dan infertilitas
Perempuan: penyakit radang panggul, bartolinitis, dan infertilitas.
Menaldi, Sri Linuwih. Buku Ajar Penyakit Kulit & Kelamin. Balai Penerbit FKUI. 2015
Derajat akne menurut Lehmann, 2002 (buku ajar Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin FKUI RSCM):
Derajat Lesi
Akne ringan Komedo < 20 atau lesi inflamasi <15 atau total lesi <30
Akne sedang Komedo 20-100 atau lesi inflamasi 15-50 atau total lesi
30-125
Akne berat Kista > 5 atau komedo >100 atau lesi inflamasi >50 atau
total lesi >125
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest et all. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine.8th edition.New York: Mc Graw Hill ; 2012
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat ringan Derajat sedang
• Hanya obat topikal tanpa • Obat topikal dan oral.
obat oral. • Lini 1:
- Topikal: asam retinoat + benzoil peroksida atau bila
• Lini 1: asam retinoat 0,01- perlu antibiotik.
0,1% atau benzoil - Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida.
peroksida atau kombinasi. - Oral: doksisiklin 50-100 mg
• Ibu hamil atau menyusui: - Ibu hamil atau menyusui eritromisin 500-1000
benzoil peroksida mg/hari
• Lini 2: asam azelaik 20% • Lini 2/3:
- Topikal: asam azelaik, asam salisilat (AS) atau
• Lini 3: asam retinoat + kortikosteroid intralesi (KIL), dapson gel
benzoil peroksida atau - Oral: antibiotik lainnya
asam retinoat + antibiotik - Ibu hamil/menyusui eritromisin 500-1000 mg/hari
topikal - Evaluasi setiap 6-8 minggu
• Evaluasi: setiap 6-8 - Tambah kombinasi oral kontrasepsi atau
minggu spironolakton (untuk perempuan) atau oral
isotretinoin
Tatalaksana (PERDOSKI 2017)
Derajat berat
• Lini 1:
- Topikal: antibiotik. Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida
- Oral : azitromisin pulse dose (hari pertama 500 mg dilanjutkan hari ke 2-4 250 mg
- Ibu hamil: eritromisin 500-1000 mg/hari
• Lini 2:
- Topikal: asam azelaik, asam salisilat, kortikosteroid intralesi
- Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida
- Wanita: anti androgen
- Laki-laki: isotretinoin oral (Isotret O) 0,5-1 mg/kgBB/hari
- Ibu hamil: eritromisin 500-1000 mg/hari
• Lini 3:
- Topikal: asam azelaik, asam salisilat, kortikosteroid intralesi.
- Ibu hamil/menyusui tetap benzoil peroksida.
- Wanita: isotretinoin oral
- Ibu hamil/menyusui: eritromisin 500-1000 mg/hari
- Pemberian asam azelaik dan Isotretinoin oral harus mengikuti standar operasional
prosedur (SOP) masing-masing
ALOPECIA
Fisiologi Pertumbuhan
Rambut
1. Anagen
Fase pertumbuhan rambut, terjadi
selama 2-6 tahun (rata-rata 3 tahun)
2. Transisional (katagen)
Fase dimana foliker rambut
mengalami regresi pertumbuhan.
Terjadi pada 2-3 % dari total folikel
rambut
3. Telogen
Fase inactive, dimana folikel rambut
akan mati dan folikel rambut akan
terlepas dari kulit. 10-15 % folikel
rambut mengalami resting period
selama 3 bulan kemudian akan
terlepas dari kulit.
http://www.aafp.org/afp/
2003/0701/p93.html
Alopesia Areata
• Adalah kebotakan tanpa tanda skar
berbentuk bulat-oval, diskret atau konfluens.
Hair pull test (+)
• Sering pada anak-anak dan dewasa muda
• 20-40% orang dengan alopesia areata
memiliki riwayat keluarga dengan alopesia
areata
• Dikaitkan dengan penyakit autoimun, seperti
vitiligo, diabetes, penyakit tiroid, RA, lupus
eritematosa.
• Tatalaksana:
• Induksi pertumbuhan rambut
– Hair loss <50%: steroid intralesi (1st line tx)
– Hair loss >50%: imunoterapi topikal
(diphenylcyclopropenone (DPCP) or squaric
acid dibutyl ester (SADBE))
Causes exclamation
mark appearance
• Bereaksi terhadap
peningkatan estrogen selama
kehamilan
Perdoski 2017
Melasma: Diagnosis Banding
http://www.celibre.com/difference-between-melasma-and-sun-damage.aspx
Lentigo
• A lentigo is a small, sharply circumscribed,
pigmented macule surrounded by normal-
appearing skin.
• Lentigines may evolve slowly over years, or
they may be eruptive and appear rather
suddenly.
• Pigmentation may be homogeneous or
variegated, with a color ranging from
brown to black.
• There are several types of lentigo, such as
lentigo simplex, solar lentigo, ink spot
lentigo, PUVA lentigo, generalised lentigo
• Freckles will increase in number and
darkness with sunlight exposure, whereas
lentigo will stay stable in their color
regardless of sunlight exposure
Histology
• Histologic findings may include hyperplasia of the
epidermis and increased pigmentation of the basal layer.
• A variable number of melanocytes are present; these
melanocytes may be increased in number, but they do not
form nests.
• Lentigo simplex is characterized by a slight-to-moderate
elongation of the rete ridges with melanocyte proliferation
in the basal layer, increased melanin in both the
melanocytes and the basal keratinocytes, and the presence
of melanophages in the upper dermis.
• Ephelides (freckles) have an increase in pigment content in
the basal cell layer, with neither elongated rete ridges nor
increased number of melanocytes.
• Ephelides (freckles) are tanned macules found on the skin.
Ephelides/ • associated with fair skin and red or blonde hair.
• In contrast to solar lentigines, ephelides are not strongly
Freckles associated with age.
• Commonly, ephelides first appear at age 2 years and
increase in number into young adulthood. In older ages,
the number usually decreases.
• Simple ephelides are multiple, small, tanned macules,
ranging from 1-5 mm in diameter, with uniform
pigmentation.
• They are most commonly found on sun-exposed areas,
such as the nose, the cheeks, the shoulders, and the upper
part of the back.
• The macules may be discrete or confluent.
• Histopathologically in ephelides, the epidermis is
unchanged. Specifically, the number of melanocytes is not
increased. However, the melanosomes are larger than
those in the surrounding skin. Cellular atypia of
melanocytes have been noticed in some freckles.
• In contrast, solar lentigines have an increased number of
melanocytes in the basal cell layer.
VITILIGO
Vitiligo
• Definisi: Hipomelanosis idiopatik ditandai dengan makula putih yang dapat
meluasmengenai bagian tubuh yang memiliki melanosit (kulit, rambut,
mata)
• Etiologi
– Belum diketahui, diduga karena autoimun, neurohumoral, autositotoksik, atau
karena bahan kimiawi
• Gejala
– Makula berwarna putih (apigmentasi) berukuran mm-cm, bulat, lonjong, berbatas
tegas
– Bisa juga makula hipomelanotik (tidak putih sekali)
– Tepi lesi bisa meninggi, eritema dan gataldisebut inflamatoar
– Bisa terdapat fenomena koebner trauma mekanis lesi vitiligo
• Predileksi
– Area ekstensor tulang (jari, periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibialis
anterior, dan pergelangan tangan bagian fleksor)
– Lesi bilateral bisa simetris atau asimetris
– Area traumatik
Klasifikasi Vitiligo
• Vitiligo nonsegmental (VNS)/generalisata/vulgaris
– bentuk paling umum.
– makula berwarna putih susu yang berbatas jelas, asimtomatik,
melibatkan beberapa regio tubuh, biasanya simetris.
– VNS terdiri dari vitiligo akrofasial, vitiligo mukosal, vitiligo universalis,
dan vitiligo tipe campuran yang berhubungan dengan vitiligo segmental.
• Vitiligo segmental (VS)
– biasanya muncul pada anak-anak, berkembang dengan cepat (dalam
minggu atau bulan), kemudian menjadi stabil dan biasanya lebih resisten
terhadap terapi.
• Undetermined/unclassified
– Vitiligo fokal:
• patch yang tidak memenuhi kriteria ditribusi segmental, dan tidak
meluas/berkembang dalam waktu 2 tahun.
• dapat berkembang menjadi tipe VS maupun VNS.
– Mukosal: hanya lesi di mukosa tanpa lesi di kulit.
Vitiligo: Gambaran Klinis
http://www.dermnetnz.org/colour/vitiligo.html
Diagnosis
• Gejala dan temuan klinis: makula depigmentasi
berbatas tegas dengan distribusi VNS/VS/undetermined
• Lampu wood: area yg mengalami depigmentasi
berpendar bright blue-white fluorescence dan berbatas
tegas
• Pemeriksaan histopatologi
- Pemeriksaan Hematoksilin Eosin (HE) tidak ditemukan sel
melanosit
- Reaksi DOPAmelanosit negatif pada daerah apigmentasi, tapi
positif pada daerah hiperpigmentasi
• Pemeriksaan biokimia
- Histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan dopa tidak ada
tirosinase, namun tirosin plasma dan kulit normal
Prinsip tatalaksana
Lini pertama Lini kedua
• Topikal
• Topikal
– Kombinasi kortikosteroid topikal dengan analog
– Kortikosteroid topikal (B,1) vitamin D3 topikal1(B,1)
– Calcineurin inhibitor • Sistemik betametason 5 mg dosis tunggal, dua
(takrolimus, hari berturut-turut per minggu selama 16
pimekrolimus) (anak: B,1; minggu (B,1)
Dewasa: C,3) • Excimer lamp atau laser 308 nm17 (dewasa: A,1)
• Fototerapi • Fotokemoterapi
– PUVA
– Narrowband ultraviolet B
– Kombinasi NBUVB dengan calcineurin inhibitor
(NBUVB, 311 nm) (A,1) topikal (B,1)
– Excimer lamp atau laser – Kombinasi NBUVB dengan kortikosteroid sistemik
308 nm17 (anak: A,1) (B,2)
• Fotokemoterapi: Kombinasi Lini Ketiga
psoralen dengan • Terapi intervensi/pembedahan: untuk vitiligo
phototherapy ultraviolet A stabil, segmental, rekalsitran, dan yang
(PUVA) (B,1) memberikan respons parsial terhadap terapi
non-bedah.
KANKER
KULIT
Karsinoma Sel Basal
• Berasal dari sel epidermal pluripoten. Faktor predisposisi: lingkungan
(radiasi, arsen, paparan sinar matahari, trauma, ulkus sikatriks), genetik
• Usia di atas 40 tahun
• Biasanya di daerah berambut, invasif, jarang metastasis
• Bentuk paling sering adalah nodulus: menyerupai kutil, tidak berambut,
berwarna coklat/hitam, berkilat (pearly), bila melebar pinggirannya
meninggi di tengah menjadi ulkus (ulcus rodent) kadang disertai
talangiektasis, teraba keras
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Karsinoma Sel Skuamosa
• Berasal dari sel epidermis. Etiologi: sinar matahari, genetik,
herediter, arsen, radiasi, hidrokarbon, ulkus sikatrik
• Usia tersering 40-50 tahun
• Dapat bentuk intraepidermal
• Dapat bentuk invasif: mula-mula berbentuk nodus keras, licin,
kemudian berkembang menjadi verukosa/papiloma. Fase lanjut
tumor menjadi keras, bertambah besar, invasif, dapat terjadi
ulserasi. Metastasis biasanya melalui KGB.
Various morphologies
• Papule, plaque, or nodule
• Pink, red, or skin-colored
• Exophytic (grows outward)
• Verrucous surface
• Indurated (dermal thickening, lesion feels thick, firm)
• May present as a cutaneous horn
Friable – may bleed with minimal trauma and then crust
Usually asymptomatic; may be pruritic
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Shave biopsy reveals…
Scanning
magnification:
Normal epidermis
Dermal extension of
well-differentiated
(“keratinizing”)
keratinocytes
292
Shave biopsy reveals…
293
Squamous Cell Carcinoma
• Proliferation of
anastomosing nests,
sheets and strands of
atypical keratinocytes
• originating in the
epidermis and
infiltrating into the
dermis
Karsinoma Sel Basal & Sel Skuamosa
Perbedaan BCC dan SCC dari pemeriksaan dermatologis:
Sumber: Stulberg DL,et al. Diagnosis and treatment of basal cell and squamous cell carcinoma.
American Family Physician. 2004;70(8):1481-1488.
Melanoma Maligna
• Etiologi: Belum pasti. Mungkin
faktor herediter atau iritasi
berulang pada tahi lalat
• Usia 30-60 tahun
• Prognosis buruk
Pemeriksaan
• Dermoskopi
• Biopsi Kulit
Tatalaksana
• Eksisi
• Eksisi KGB
• Adjuvant terapi interferon alfa
Melanoma Maligna
Klasifikasi
1. Superficial spreading melanoma (70%) sering terjadi pd
ekstremitas bagian bawah, lengan dan punggung atas, warna
dapat kombinasi, hitam atau coklat.
Ferri’s best test: a practical guide to clinical laboratory medicine and diagnostic imaging, ed 3, Philadelphia, 2014, Elsevier
Malignant melanoma
• Predominance of single cell
melanocytes over nests of
• melanocytes along the
dermoepidermal junction
• Pagetoid (upward)
migration of single cell
melanocytes
• Confluent spread of
melanocytes
• Cellular dyscohesion
• Lack of uniform melanin
distribution