Anda di halaman 1dari 107

FARMAKOLOGI OBAT LOKAL

Rosnaeni

Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha

1
Antasid

PPI
Aktivitas
Lokal (po)
Digestan

OBAT
LOKAL Pencahar

Daerah yg
bervariasi
diolesi obat

2
PENGGUNAAN OBAT LOKAL

PERKUTAN / KULIT

INTRA OKULER

OBAT INTRA NASAL


LOKAL
INTRA AURAL

INTRA VAGINA

PER RECTUM
OBAT UNTUK KULIT DERMATOTERAPI

PENGOBATAN
TOPIKAL

4
Pengobatan topikal sesuai dengan penyakit :

Antibakteri

Antijamur, Antiparasit

Obat Antivirus
Untuk
Antihistamin, Antipruritus
KULIT
Kortikosteroid
Antiseptik, desinfektan

Emolien & pelindung kulit


Faktor- faktor yang memengaruhi :

Fisisko kimia
obat
B

Vehiculum A C Kadar zat aktif

Penyerapan
Melalui kulit

Luas permukaan F D Kuantitas aplikasi


kulit
E
Frekuensi aplikasi
Vehiculum :
 Zat inaktif / inert yg digunakan sebagai pembawa obat /
zat aktif supaya kontak dengan kulit
 Vehiculum berefek menguntungkan :

1 Efek proteksi

2 Efek mendinginkan

3 Hidrasi

4 Mengeringkan, mengangkat eksudat

5 Lubrikan ( pelumas kulit )

7
Contoh Vehiculum

Vehiculum Contoh nama sediaan


1 Solutio Air Sol. Acidi Borici
Air + Alkohol Solutio Camphorae Spirituosa
Glycerol Larutan borogliserol
Minyak Solutio camphorae oleosa
2 Lotio Sol. Ca(OH)2 Lotio Kalamin
Alkohol Liquor faberi
Air Lotio Kumerfeldi
3 Salep Vaselin Salep 2-4
Lanolin + Vas. Salep Whitefield
4 Pasta Vaselin flavum Pasta asam salisilat seng
5 Bedak Talcum Salicyl Talk
Zinc oxida
Zinc Stearat

8
Pemilihan vehiculum dalam Dermatoterapi,
berdasarkan pertimbangan :
 A. Stadium dan tipe penyakit kulit
Prinsip pengobatan :
Kering dengan kering
Basah dengan basah
Dermatosis akut yg eksudatif ditatalaksana dg
vehiculum yg bersifat mendinginkan dg
menggunakan kompres
Dermatitis kronik dg kelainan kulit yg kering
ditatalaksana dg vehiculum salep, krim

9
B. Tipe dan status kulit
Vehiculum dapat mengubah keadaan fisik dan kimiawi
kulit dg cara memengaruhi kandungan lemak dan air di
dalamnya

C. Lokasi penyakit kulit


Ketebalan stratum korneum dan kepadatan folcle
rambut , bervariasi pada berbagai lokasi anatomis,
memengaruhi penyediaan sediaan topikal

D. Pertimbangan kosmetik
Penampilan fisik , bau dan kemudahan dalam aplikasi ,
serta kemampuan untuk tidak meninggalkan residu stl
aplikasi menjadi pertimbangan dlm memilih vehiculum,
krn dpt meningkatkan kepatuhan pasien dalam
pengobatan
Penyerapan obat topikal dipengaruhi oleh :

Menggosok / memijat

Adanya folikel rambut

Mengecilkan partikel obat

Memperbaiki sifat kelarutan


obat.
Pada kulit kering penyerapan obat <

11
Kondisi stratum korneum

 Stratum korneum ketebalannya berbeda-


beda tergantung lokasi anatominya.
 Kulit muka
Kulit tipis
Genitalia
telapak tangan
Kulit tebal
telapak kaki

12
Oklusi
 Oklusi atau penutup kedap udara menggunakan
salep berminyak akan meningkatkan penetrasi,
karena dengan ditutup akan meningkatkan
hidrasi dan temperatur.
 Penutupan juga mencegah terhapusnya obat
akibat gesekan, usapan, atau pencucian.
 Penutupan akan mempercepat timbulnya efek
samping, infeksi, folikulitis, dan miliaria.

13
Frekuensi aplikasi

 Frekuensi aplikasi berperan pada penyerapan


obat topikal.
 Kebanyakan obat kortikosteroid topikal
cukup diaplikasi satu kali sehari.
 Beberapa emolien, krim protektif
penyerapannya meningkat bila
penggunaannya berulang

14
Kuantitas aplikasi

 Jumlah pemakaian obat harus cukup


 Pemakaian berlebihan tidak berguna.
 Jumlah obat yang dioleskan , diperkirakan
dari luas lesi kulit
 Banyaknya obat yang dioleskan tergantung
lanatomi kulit tubuh dan umur penderita
 Ketebalan pemakaian obat topikal , tidak
meningkatkan penetrasi obat.

15
Faktor lain yang memengaruhi penyerapan obat
melalui kulit :

Menggosokkan obat

Adanya folikel rambut

Mengecilkan ukuran partikel

Memperbaiki sifat kelarutan

Kondisi kulit
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam pemilihan obat topikal

1 Umur pasien : bayi, anak, dewasa,

2 Lokasi kulit yang terkena : dermal, epidermal ?

3 Stadium penyakit : Akut, Subakut, kronis ?

4 Jenis & kadar bahan aktif : AB, AH , AP ?

5 Metode aplikasi : Oles, kompres, mandi ?

6 Vehiculum : padat, cair , semisolid /

7 Lama terapi

17
Sediaan obat topikal

Obat topikal

Padat / Bedak Semi solid


Cairan

Bedak
Sol Susp Bedak Emulg Salep Krim Pasta
kocok

18
Sediaan cair

 Cairan :
- Pembawa air : Solutio
Pembawa : pelarut organik Tingtur
Bedak kocok : campur bedak + air

19
Prinsip terapi menggunakan cairan

1. Membersihkan kulit dari krusta, skuama,


debris, mikroorganisme, sisa obat
2. Melunakkan kulit
3. Mengeringkan bersih
4. Mencegah hidupnya bakteri
5. Mempermudah proses epitelisasi
6. Menghilangkan gejala
Gatal
Rasa terbakar
Mendinginkan permukaan kulit
Penguapan dan absorbsi

20
Indikasi penggunaan Solutio

Untuk kompres ( terbuka) dilakukan pada :


• Dermatitis eksudatif pada dermatitis akut
atau kronik yg mengalami eksaserbasi
• Infeksi kulit akut dg eritma mencolok, efek
kompres utk vasokonstriksi
• Ulkus yg kotor utk mengangkat pus atau
krusta

21
 Kompres ada dua jenis, yakni kompres terbuka
dan kompres tertutup.
 Solusio digunakan untuk kompres terbuka, yang
berfungsi membersihkan, melunakan,
mengeringkan, sebagai antiseptik, epitelisasi,
dan mendinginkan.
 Solusio juga digunakan untuk kompres tertutup,
yang menimbulkan vasodilatasi.
 Solusio dapat digunakan untuk mandi,
berendam, dan untuk mengompres.

22
 Contoh obat kompres terbuka dan tertutup
adalah
 Asam salisil 1‰, yang berfungsi sebagai astringen,
antiseptik lemah;
 PK 1/5000,1/10000 yang berfungsi sebagai astringen
dan antiseptik;
 Rivanol 1‰ yang berfungsi astringen, antiseptik, dan
deodoran;
 AgNO3 0.25 -0.5% yang berfungsi sebagai astringen
dan antiseptik kuat;
 heksaklorofen yang berfungsi sebagai antiseptik.

23
Indikasi penggunaan obat kocok

 Campuran bahan bedak + air , ditambah bahan


perekat seperti gliserin

• Ditujukan agar zat aktif dapat diaplikasikan


secara luas di permukaan kulit dan kontak lebih
lama pada kulit
• Indikasi bedak kocok :
untuk lesi yg kering , luas dan superfisial

24
Sediaan padat : bedak

 Sediaan topikal dg vehiculum : talcum venetum, atau dg


campuran bahan lain yg sesuai spt Zinci Oxyd (Zn O)

 Bedak efeknya superfisial, tidak melekat erat, hampir


tidak mempunyai daya penetrasi

 Indikasi digunakan pada daerah yang luas, dan lipatan


kulit

25
Kortikosteroid Topikal

 Kortikosteroid-topikal memiliki khasiat paliatif


dan supresif dan berefek
 Antiinflamasi :
 Antialergi
 Antipruritus
 Antimitotik
 Vasokonstriksi

26
Kondisi Kortikosteroid

Bayi Lemah
Kelainan akut Lemah
Subakut Sedang
Kronis Kuat
Lesi pada lipatan Lemah / sedang
(inguinal, ketiak)

Lesi pada kulit bila telah membaik

 Pengolesan dikurangi

 Diganti dengan kortikosteroid topikal sedang/lemah

guna mencegah efek samping.


27
28
American
clasification
I. Superpotent I. Very potent Clobethasol propionat 0.05 %
corticosteroid

29
Indikasi kortikosteroid:
 Indikasi kortikosteroid topikal :
untuk dermatitis dan psoriasis ringan;
 Kortikosteroid intralesi diindikasikan untuk
keloid, parut hipertrofik, alopesia areata,
aknekistik, prurigo.

Lama penggunaan kortikosteroid yang lemah


adalah 4-6 minggu, sedangkan yang kuat, lama
penggunaannya adalah 2 minggu

30
 Kortikosteroid topikal jangan digunakan untuk
 infeksi bakterial
 infeksi mikotik
 infeksi virus
 scabies.
 Penggunaan kortikosteroid topikal disekitar
mata hendaknya berhati-hati untuk
menghindari timbulnya glaukoma dan katarak.
 Terapi lesi dibatasi 2 mg pada satu tempat,
sedangkan dosis maksimum perkali 10 mg.

31
Kontraindikasi & Efek sanping kortikosteroid

 K I : infeksi dan ulkus.


 E S :  penggunaan kortikosteriod dilakukan
dalam jangka waktu yang lama dan
berlebihan, dan bila penggunaan
kortikosteroid dengan potensi kuat/sangat
kuat atau penggunaan secara oklusif.
 Pengunaan kortikosteroid dengan potensi
yang makin tinggi akan menimbulkan efek
samping yang makin cepat terjadi.

32
Efek samping kortikosteroid topikal
 Atrofi
 strie atrofise
 Telangiektasis
 Purpura
 dermatosis akneformis
 hipertrikosis setempat
 Hipopigmentasi
 dermatitis perioral
 menghambat penyembuhan ulkus
 infeksi mudah terjadi dan meluas, dan menyebabkan
gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur
33
Resep Standar fungisida

 Ungt. Whitfield  R/ As. Salisilat 5%


= Salep Whitfield As. Benzoat 5%
Lanolin
= Salep Asam benzoat
Vas. Flav. ad 100
salisilat
Atau :
Pustaka : R/ As. Sallisilat 1
Formularium Nasional As. Benzoat aa 1
Depkes RI Lanolin
Resep No 15 Vas. Flav.. aa ad 20

Hal. 9

34
BSO : SOLID / PADAT

BEDAK / POWDER / PULVIS ADSPERSORIUS

 Bedak berfungsi untuk


 menyerap kelembaban kulit
 Mendinginkan
 mengurangi gesekan (daerah intertriginosa, dan
kaki)

35
Bahan aktif antibiotik topikal

Antibiotik Efek Kadar BSO


1 Basitrasin ** Bakterisidal gr+ / gr- 250 IU Oint, Powd
2 Chloramfenicol Bakteriostatis gr + >> 2 % Cream, Oint

3 Gentamicin sulfat Bakterisidal gr+ / gr- 0.1 % ; 0.3 % Cream ; Oint


4 Mupirocin Bakterisidal gr+ / gr- 2% Cream; Oint
5 Na Fusidat ; acid Gr + 0.2 % Oint ; Cream
6 Neomisin ** Bakterisidal gr+ / gr- 0.5 % Oint, Powd.

Indikasi : infeksi bakeri, AB digunakan seefektip mungkin sesuai dg kuman


penyebab

36
Kekurangan sediaan bedak
 Daya lekat obat ke kulit kurang
Untuk meningkatkan daya lekat, vehiculum dikombinasi dengan
Zink Stearat.

 Kekurangan penggunaan sediaan bedak adalah


 aplikasi bedak di lesi basah kadang-kadang iritasi
 dapat mengeras
 menimbulkan krusta
 kadang-kadang dapat menimbulkan granuloma
 dapat terisap hidung oleh pemakai.

37
Semisolid

 Sediaan semisolid ini mudah menyebar, dan


berfungsi untuk
 Proteksi
 Hidrasi
 lubrikasi.

38
Semisolid
Jenis-jenis sediaan Semisolid :

1. Salep / Ointment / Topical Ointment / Unguentum


Vehiculum / dasar salep :
• a. Golongan hidrokarbon
 Vaselin album = vaselin putih
 Vaselin flavum = vaselin kuning
 Parafin liquidum = parafin encer
 Prafin solidum = parafin keras

39
Vehiculum sediaan semisolid

b. Minyak nabati

Oleum Sesami = minyak wijen

Oleum Olivarum = minyak zaitun

Oleum Amygdalarum = minyak amandel

Oleum Arachidis = minyak kacang

Oleum cocos = minyak kelapa

40
Vehiculum sediaan semisolid

C. Lemak dan lilin asal hewani


Adeps lanae = lanolin anhydricum

Lemak dari bulu domba, secara kimiawi agak mkirip dg sekresi “


sebaceous” kulit manusia
Adeps lanae cum aqua = Lanolin
Campuran dari Adeps lanae : Air = 3 : 1
Cera flava = lilin kuning = malam
diperoleh dari sarang burung lebah emulsi W/O
Cera alba = lilin putih
dibuat dari Cera flava dengan menghilangkan warna kuning

41
Sifat dan indikasi Salep
 Pada suhu kamar konsistensi seperti mentega
 Indikasi salep :
- Hiperkeratoritik kering dan tebal ( kronik)
- Dermatosis dg skuama berlapi
- Penyakit kulit bersisik / berkrusta.
 Kontra indikasi Salep :
- Radang akut : dermatosis eksudatif
- Dermatitis madidans (basah)
- Daerah tubuh berambut
- Daerah intertriginosa

42
2. Cream = Krim
 Krim ada 2 jenis: Type w/o dan o/w
 Selain vehiculum pada Krim ada agen tambahan yaitu :
 emulgator
 bahan pengawet
 zat pengharum ( Corigensia odoris )
 Indikasi pemakaian Krim :
- Dermatosis subakut dan luas
- lesi sedikit basah dan lembap
- Daerah berambut
- Daerah intertriginosa

43
 Kontraindikasi penggunaan salep dengan dasar
hidro karbon adalah tidak dapat digunakan pada
 radang akut/ eksudatif
 pada daerah berambut
 daerah lipatan.
 Salep dengan dasar hidro karbon tidak
menyerap air sehingga tidak dapat dipakai
untuk obat larut air.

44
 Salep yang bersifat hidrofilik dapat digunakan
untuk obat larut air bahan emulsi.
 Contoh sediaan ini adalah
 lanolin anhidros
 petrolatum hidrofilik dan turunannya,
dan berfungsi untuk
 Lubrikasi
 Emolien
 proteksi.

Sediaan ini bersifat lengket namun mudah dibersihkan.

45
 Sediaan krim-emulsi air dalam minyak
mengandung air kurang dari 25% dan diberikan
pengawet, sediaan ini terdiri lebih dari 1 cairan
tak larut yang terdispersi pada cairan lainnya,
dan harus dikocok terlebih dahulu kalau tidak
akan terpisah.
 Sediaan ini membutuhkan emulgator.

46
Sediaan gel

 Sediaan gel dengan dasar sediaan larut air dapat


berupa sediaan cair atau semisolid.
 Gel merupakan substansi selulosa dan
turunannya, yang bening, mudah digunakan,
dan dibersihkan, dapat dipakai pada kulit
berambut.
 Sifat gel kurang menutup, alkohol atau propilen
yang terkandung dalam gel mudah kering dan
menimbulkan rasa tersengat

47
Pasta
 Pasta merupakan campuran homogen daripada
zat padat dan vaselin dengan konsistensi lebih
padat, bersifat protektif dan mengeringkan.
 Pasta digunakan terhadap penyakit kulit yang
agak basah, jangan terhadap daerah yang
berambut, juga jangan terhadap daerah genitalia
eksterna dan lipatan-lipatan badan.
 Sediaan semisolid pasta merupakan campuran
bedak yang mencapai 50% dengan salep dasar
hidrokarbon atau emulsi air dalam minyak

48
Pasta

 Bedak yang dapat digunakan adalah


zinkoksida, kaolin, kalsium karbonat dan
talkum.
 Pasta berfungsi untuk membatasi obat
melebar, mengeringkan, dan menjadi barier
impermiabel, proteksi, dan dapat berfunsi
sebagai tabir surya.
 Pasta bersifat kurang lengket, kurang
menutup, lebih kering dibandingkan salep.
49
Linimen

 Linimen, diibandingkan dengan pasta,


konsistensinya lebih encer; bersifat
mendinginkan dan digunakan terhadap
penyakit kulit subakut dan jangan digunakan
terhadap dermatoses madidans

50
51
Suspensi
 Suspensi (losio) terdiri dari dua fase berlainan,
yang tidak terlarut yang terdispersi dalam liquid.
 Pengocokan diperlukan sebelum digunakan.
 Contoh suspensi adalah losio kalamin,
 Aplikasi pada kulit akan terasa dingin karena
adanya penguapan komponen air, dan mudah
dioleskan, sampai homogen

52
53
Suspensi (losio)-bedak kocok, memiliki
beberapa sifat sebagai berikut

1. Losio mengandung bedak untuk memperluas


daerah evaporasi.
2. Efektif untuk mengeringkan kulit yang basah.
3. Mengandung zink oksida, talkum, kalamin,
gliserol, alkohol, dan air, stabilator.
4. Membentuk endapan, harus dikocok sebelum
pakai.
5. Air menguap-komponen bedak bergumpal
bersifat abrasif, harus dihilangkan partikel
tersebut sebelum pemakaian.
54
Bedak kocok

 Bedak kocok adalah campuran zat padat dan


air; biasanya ditambah gliserin sebagai bahan
perekat.
 Agar supaya jangan terlalu kental dan tidak
cepat mengering, maka bahan padat jangan
melewati 40 % dan jumlah gliserin max 10 %.
 Bedak kocok digunakan untuk penyakit kulit
yang kering, superfisial dan agak luas dan
jangan digunakan pada daerah yang berambut.

55
56
 Bedak kocok digunakan terhadap dermatoses
yang kering, superfisial dan agak luas, yang
diinginkan sedikit penetrasi dan pada
keadaan subakut.
 Jangan digunakan terhadap dermatitis
madidans (basah) dan daerah tubuh yang
berambut.

57
Topikal aerosol

 Topikal aerosol, sediaannya dapat berupa


solusio, suspensi, emulsi, bedak, dan foam
dalam propelan (campuran hidrokarbon
nonpolar).
 Sediaan ini mendeposit obat dalam bentuk
lapisan tipis, dan tidak menimbulkan iritasi
untuk kulit abrasi/eksema, serta rasa nyeri.

58
Foam

 Foam dalam bentuk emulsi dan foaming


agent (surfaktan).
 Pelarut yang digunakan dapat berupa air, dan
ethanol, yang ditambah propelan.
 Foam yang mengandung alkohol
meninggalkan sedikit residu

59
 Stabilator yang digunakan bagi sediaan untuk
kulit adalah
 pengawet, seperti paraben yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan jamur, kapang, dan ragi
tetapi kurang aktif untuk bakteri.
 fenol halogenasi
 asam benzoat
 Formaldehid
 sodium benzoat
 timerosal.

60
Antioksidan

 Antioksidans digunakan untuk melindungi


vehikulum dari oksidasi, misalnya
 butil hidroksianisol
 asam askorbat
 Sulfit
 sulfur mengandung asam amino yang digunakan
oleh vehikulum dasar yang larut air.

61
Chelating agent

 Chelating agent dipakai EDTA dan asam sitrat


bersama dengan antioksidan membentuk
kompleks dengan logam berat

62
BAHAN AKTIF SEDIAAN TOPIKAL PADA KULIT

 Bahan aktif yang digunakan dapat digunakan


dalam sediaan topikal untuk kulit adalah
1. Asam salsilat
2. Sulfur
3. Ter
4. Asam borat
5. Kortikosteroid
6. Antibiotik
7. Antijamur

63
Asam Salisilat

Asam salsilat (AS) memiliki khasiat


 untuk obat kompres digunakan AS1‰,
 untuk keratoplasti digunakan AS 2%,
 untuk keratolitik digunakan AS 3-20%,
 untuk destruktif digunakan AS 30-60%,
 untuk memperbaiki penetrasi obat digunakan
AS3-5%.
AS berefek sinergik dengan sulfur, tidak aktif bila
bercampur dengan zinkoksida.
64
Komposisi: salep 2 - 4
Salicylic acid 2%, sulfur 4%

65
Sulfur
Sulfur memiliki khasiat sebagai
 Antisebore
 Antiakne
 Antiskabies
 Antibakteri gram positif
 Antijamur.
Bentuk yang sering digunakan sulfur presipitatum
dengan konsentrasi 4-20%.

66
Ter = ter arang batu
Liquor carbonis detergens = L C D
 Ter merupakan hasil destilasi kering dari batubara, yaitu
likuor karbonis detergen/LKD / LCD

 LKD dengan konsentrasi 3-10% bersifat antiproliferasi.

 Efek samping ter yang mngkin terjadi antara lain iritasi,


folikulitis, akne ter, fototoksik, dan bersifat karsinogenik.

67
Toksisitas Obat Topikal
 Toksisitas obat topikal pada kulit tergantung
 Obat yang digunakan
 Vehikulum
 Oklusi
 Lokasi
 Frekuensi
 Durasi
 Jenis kelainan kulit
 Kondisi ginjal dan hepar.
 Anak kecil mempunyai ratio obat dipermukaan kulit
lebih besar dibandingkan dewasa
68
Toksisitas akibat efek lokal dapat berupa

 iritasi, reaksi alergik, atrofik, komedogenik,


teleangiektasis, pruritus, stinging, dan nyeri,
dapat pula terjadi proses pengeringan kulit,
atau merusak lapisan kulit epidermis.

69
Toksisitas sistemik

 Toksisitas akibat efek sistemik dapat terjadi


akibat proses penyerapan perkutan, yang
dapat berefek pada SSP, ginjal, dan jantung,
dapat pula menimbulkan shok anafilaktik,
serta dapat berefek teratogen dan
karsinogen.
 Efek sistemik lain yang bersifat non
imunologik dapat terjadi pada keracunan
peptisida.
70
BEBERAPA EFEK OBAT TOPIKAL PADA KULIT

 Adstringentia  “Counter-irritantia”
 Emollientia  Keratolytica
 Demulgentia  Anti-persirantia
 Protektiva  Deodorantia
 Adsorbentia  “Melanizing &
 Hemostatik yang Demelanizing Agents”
dapat diserap  Tabir Surya
 Zat warna (”Sunscreening
 Iritansia Agents”)
71
Adstrigentia

 Bekerja secara lokal dengan cara mengendapkan


protein pada permukaan sel.
 Daya penetrasinya lemah, menyebabkan
permeabilitas sel turun.
 Contoh:
ZnSO4 0,25% dalam obat tetes mata,
Asam Tannat (penyerapan melalui saluran
gastrointestinal; dapat menyebabkan nekrosis
pada hepar!) dan garam-garam Al. seperti
aluminium asetat (Liquor Burowi)
72
Emollientia
 Merupakan golongan lemak atau minyak
 Berfungsi sebagai pelindung
 Menghaluskan melembutkan kulit ( mencegah
kekeringan)
 Sebagai vehiculum obat.

 Contoh: Ol. Olivarum, Ol. Maydis, Ol. Cocos


 ,Lanolin, Paraffinum

73
Demulgentia

 Zat bersifat melunakkan : seperti putih telur,


susu, larutan kanji. bahan perekat
 Melindungi selaput lendir dan meringankan
iritasi.
 Untuk mengatasi rangsangan kaustik yang
disebabkan oleh jenis-jenis racun tertentu.

74
Protektiva
digunakan sebagai pelindung terhadap
(1) air dan zat-zat kimiawi

(2) mengandung silikon yang bersifat inert secara kimiawi dan


akan membentuk suatu lapisan tipis dan plastis yang tidak
tampak secara visual dan tidak lengket
(2) terhadap sinat UV, mencegah kulit terbakar

75
Zat Warna

 Zat warna yang dimaksud adalah zat warna


sintetis yang dikenal dibawah nama “Coal Tar
Dyes” dan dipakai sebagai adstringen
/antiseptik (disamping dipakai juga terhadap
Protozoa, sebagai perangsang penyembuhan
luka dan untuk keperluan diagnostik).

76
 Kegunaaan zat warna diketahui sejak
ditemukannya efektivitas Gentian Violet
terhadap organisme Gram + dan Akriflavin
terhadap Trypanosoma.
 Setiap zat warna mempunyai perbedaan dalam
carakerja, aktivitas terhadap bakteri, daya
germisida, toksisitas terhadap jaringan, dsb.
 Contoh: Akridin, Akriflavin, Rivanol,
Fluorescein, Metilviolet.

77
Iritansia
 Iritansia : zat kimiawi bila diberikan secara lokal
pada kulit dan mukosa yang terluka/terkena
inflamasi, dapat menstimulasi dan mempercepat
proses penyembuhan,
 Iritan menyebabkan warna kulit memerah pada
tempat obat itu digunakan, karena menyebabkan
pembuluh darah disekitarnya melebar (dilatasi),
sehingga proses sirkulasi darah membaik.

78
Counter-irritantia

 Counter-irritantia bekerja dengan jalan


merangsang kulit yang utuh dengan maksud
mengatasi rasa nyeri pada viscera (neuralgi,
RA, bursitis dan nyeri otot),
 misalnya penggunaaan botol yang diisi air
panas, bantal panas listrik, Cantharidin,
Minyak Gandapura, Kamferspiritus

79
Keratolitik
 Keratolitik zat yang bekerja dengan jalan
melarutkan “cement” intraselular yang
mengikat stratum corneum pada penyakit
hiperkeratosis.
 Lapisan epitel menjadi lunak , sehingga
dapat dilepas dengan mudah setelah digosok.
 Contoh: Asam Benzoat dan Asam Salisilat
dalam Ung. Whitfield.

80
Fungisida Topikal
Bahan Aktif Kadar Contoh B S O
A Derivat Imidazol Clotrimazole 1% Canessten Cream
Canesten Powder
Lotremin Soln 1 %
Miconazole Nitrat 2% Daktarin Cream
Daktarin Powder
Ketoconazole 1% Fungasol Cream 1 %
Fungasol – SS 1 %
2% Fungasol –SS 2%
B Lain-lain Terbinafine 1% Interbi Cream
Naftiline 1% Exoderil Cream
Exoderil Lotion
Permethrine 5% Scabimite Cream

C Asam Organik Asam Benzoat 0.1 %


Asam salisilat 3- 6 % Salep
Asam Undesilinat 5 – 10 % 81
Anestetik lokal & Antipruritus
Indikasi Bahan Aktif Kadar
1 Anestesi lokal Benzocain 1%
2 Antipruritus Kamfer / camphora 2 – 10 %
Menthol 0.5 – 1 %
Resorsinol 2 – 10 %
LCD 2 – 20 %
Calamine 8%

Keratolitik & Kaustik


Indikasi Bahan Aktif Kadar
1 Keratolitik Asam Salisilat* 3 – 20 %
2 Keratolitik Resorsinol 2 – 10 %
3 Keratolitik Sulfur * 2- 10 %
4 Kaustik Perak Nitrat 0.1 %
82
Anti-persirant

 Anti-persirantia : untuk mengurangi


pengeluaran keringat yang berlebihan
dantersedia dalam bentuk aerosol, stik, krem
atau cairan
 Al. klorida, Al. Klorlhidrat, Al. fenol sulfonat,
Al. Sulfat dan seng fensulfonat
 Dapat mengurangi keringat sebanyak 20 –
40%, tergantung bahan aktif dan bahan
pembawanya.
83
Deodorantia

 Deodorantia : gol. obat yang dapat me - bau


keringat dengan cara mengurangi populasi
bakteri pada kulit dan menghambat proses
penguraian/dekomposisi keringat oleh
bakteri.
 Contoh: Benzalkoniumkhlorida, Neomisisn
Sulfat, Setilpiridiniumkhlorida dan
Benzetonium

84
“Melanizing & Demelanizing Agents”:

 “Melanizing Agents” menyebabkan


hiperpigmentasi dan cara kerjanya adalah
dengan jalan menimbulkan proliferasi
melanosit yang masih berfungsi, menaikkan
sintesa melanosom dan menaikkan aktivitas
tirokinase (Trioksalen)
 “Demelanizing Agents” menyebabkan
depigmentasi (Hidrokinon).

85
Tabir Surya

 Tabir surya melindungi kulit terhadap pengaruh


sinar UV; tahan lama dan dapat dipakai dengan
aman setiap hari. Ada dua jenis, yakni
(1) yang memantulkan sinar UV (“Reflectant”,
mis. TiO2, ZnO, Kaolin, MgO dan Talcum)
(2) yang menyerap gelombang sinar UV
(“Absorbant”) mis. persenyawaan PABA, Asam
Salisilat, Asam Sinamat, golongan Benzofenon
dan Antranilat)

86
Sun Protecting Factor (SPF)
 Alat pengukur efektivitas untuk UVA
absorbent adalah yang dikenal dibawah nama
SPF ( Sun Protecting Factor ) yang berbeda
dengan alat pengukur efektivitas UVA

87
ANTISEPTIK, DISINFEKTAN, FUNGISIDA, DLL

 daya kerjanya adalah dengan salah satu cara


berikut:
(1) mengkoagulasi protein,
(2) menurunkan tegangan permukaan larutan
dimana bakteri itu tumbuh
(3) bereaksi dengan sistem-sistem enzim
bakteri dan mengganggu metabolismenya.

88
Sifat-sifat ideal yang harus dimiliki bahan
anti-infeksi adalah:

(1) mempunyai potensi tinggi


(2) berspektrum lebar,
(3) ”onset”nya cepat dan menetap,
(4) memiliki tingkat resistensi rendah.

89
 Serta harus pula memiliki sifat-sifat kimiawi
dan fisika sebagai berikut:
(1) kelarutannya dalam lemak,
(2) “dispersibility” terhadap benda/luka,
(3) Non-destrukstif terhadap bahan lain
(4) tidak berwarna/mewarnai/berbau

90
 Kecepatan kerjanya tergantung daripada
(1) Konsentrasinya
(2) Suhu
(3) pH
(4) vehiculum obatnya

91
Logam berat:

 Sublimat
 Peraknitrat
 Merbromin
 Merkurokhrom
 Merkresin
 Thimerosal
 Sulfadiazin Ag
 ZnSO4,ZnO, ZnCl2
92
Halogenida:
 Yodium
 Khlor
 Yodium tinktur
 PVP-iodium
 Na-hipokhlorit
 Larutan Dakin
 Khlorheksidin
 Heksakhlorofen
 Khloramin T
 ClO2,
 larutan hipokhlorat
 “Chlorinated Lime”
93
 Oksidator: Kalium permanganat, Na-
perborat, Benzoylperoksida, Hidrogen
peroksida, Kalium perkhlorat
 Fenol: Fenol, Kresol, Resorsinol,
Heksakhlorofen, Timol, Heksilresorsinol

94
Persenyawaan-persenyawaan yang menurunkan
tegangan permukaan:

 Ada yang bersiat kationik, anionik, nonionik


dan amfoter.
 Bekerja dengan cara menurunkan tegangan
permukaan cairan;
 Dengan lemak yang terdapat pada kulit akan
membentuk emulsi: Benzalkoniumkhlorida

95
Fungisida

 Fungisida: Tiosulfas Na, Urea, Asam Benzoat,


Asam Salisilat, Siklopiroksolamin, Asam
Undesilinat, Zn-undesilinat, Imidazol,
Klotrimazol, Tolnaftat, Ekonazol.
 Asam Benzoat bersifat antiseptik disamping
sebagai fungisida. Digunakan dalam Ung.
Whitfield.

96
Golongan Asam
 Golongan Asam: Asam Asetat, Asam Benzoat, Asam
Borat, Asam Laktat, Asam Propionat, Asam Salisilat,
Asam Undesilinat.
 Asam asetat digunakan dalam konsentrasi 1 % untuik
kompres, bersifat antiseptik untuk infeksi
Pseudomonas.
 Asam Borat digunakan dalam konsentrasi 3 %; tidak
dianjurkan untuk dipakai dalam serbuk, kompres atau
salep, karena sifat antiseptiknya lemah dan dapat
bersifat toksis, terutama pada kelainan yang luas dan
erosif, terlebih-lebih pada bayi.
97
Asam Salisilat

 Asam Salisilat merupakan keratolitik yang tertua yang


dikenal dalam pengobatan lokal.
 Efeknya adalah mengurangi proliferasi epitel dan
menormalisasi keratinisasi yang terganggu.
 Pada konsentrasi rendah (1 – 2 %) mempunyai efek
keratoplastik, yakni menunjang pembentukan keratin yang
baru.
 Pada konsentrasi yang lebih tinggi (3 – 20 %) bersifat
keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang
hiperkeratolitik
 konsentrasi lebih tinggi (40 %) dipakai untuk kelainan-
kelainan yang dalam, dan bersifat destruktif.
98
Asam salisilat

 Jika dipakai sebagai kompres dalam


konsentrasi 1 %, bersifat antiseptik dan pada
komsentrasi 3 – 5 % bersifat mempertinggi
penyerapan perkutan zat aktif.

99
Asam Undesilinat dan Asam Retinoat

 Asam undesilinat 5 % dalam salep/krem


dikombinasi dengan Zn-undesilinat.
 Ada pula turunan Asam Vit. A, yakni Trenitoin,
Asam Retinoat dan digunakan a.l. untuk
Acne, proses menua kulit, ikhtiosis, lichen
planus

100
ASAM-ASAM Α-HIDROKSI (AHA)

 Asam-asam α-hidroksi (AHA) bahan dasar


yang paling efektif yang digunakan dalam
kosmetik
 Mengurangi tanda-tanda ketuaan visual

101
 .
 AHA menyebabkan adhesi seluler pada
permukaan sel atau lapisan-lapisan terluar pada
epidermis lepas,
 Meremajakan sel-sel, pemakaian secara
kontinu AHA akan menyebabkan tekstur kulit
menjadi lebih baik,
 warna kulit menjadi lebih terang, kulit menjadi
lebih kencang dan keriput-keriput pada kulit
berkurang.

102
Manfaat AHA

1. Meningkatkan produksi kolagen alami pada kulit.


2. Meningkatkan dan memperbaiki keelastisan dan ketebalan
kulit.
3. Mengurangi komedo dan jerawat.
4. Mengecilkan pori-pori kulit yang membesar.
5. Melembutkan dan menghaluskan tekstur kulit.
6. Meningkatkan warna kulit (hiperpigmentasi, blothiness,
meringankan bintik-bintik penuaan di wajah).
7. Mengurangi garis-garis halus dan kerutan di wajah.
8. Efektif untuk merawat kulit kering.
9. Memperbaiki kulit yang rusak karena sinar matahari.

103
 Sekali telah dimulai terapi dengan AHA, maka
usahakan, agar supaya kulit jangan sampai
terkena pengaruh sinar UV dan dianjurkan
menggunakan tabir surya berspektrum lebar.
 Perhatikan pula, bahwa sebaiknya pH dari
sediaan-sediaan yang mengandung AHA
mempunyai pH sama dengan pH kulit kita,
yakni 4.

104
PENUTUP

 Penyakit kulit harus didiagnosis dan diobati


dengan tepat.
 Keberhasilan pengobatan tergantung pada
umur, pemilihan agen yang tepat, lokasi
tubuh yang terkena, luas, stadium penyakit,
jenis lesi, konsentrasi bahan aktif dalam
vehikulum, metode aplikasi, dan penentuan
lama penggunaan obat.

105
 Sediaan yang dapat digunakan untuk kulit
dapat berupa sediaan solid, semisolid, dan
sediaan cair.
 Bahan aktif yang digunakan dapat digunakan
dalam sediaan topikal untuk kulit adalah
asam salsilat, sulfur, ter, asam borat,
kortikosteroid, antibiotik, dan antijamur.

106
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

107

Anda mungkin juga menyukai