Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PRAKTIKUM SEMISOLID

FORMULASI KRIM HIDROKORTISON

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat merancang formula sediaan semisolid krim
hidrokortison asetat
Mahasiswa mampu memformulasi dan mengevaluasi sediaan krim
hidrokortison asetat

II. DASAR TEORI

Menurut FI III, krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe
krim ada dua yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A).
Menurut FI IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal
asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci
dengan air.Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa
surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000).
Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi)
dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana
panas yaitu temperatur 700- 800C. (Dirjen POM,1995).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M)
dan emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). sebagai pengemulsi dapat
digunakan surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe A/M
digunakan : sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain-
lain. Krim tipe M/A mudah dicuci. (Anief,1994).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang
digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Stabil
b. Lunak
c. Mudah dipakai
d. Dasar krim yang cocok
e. Terdistribusi merata
Fungsi krim adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat
berbahaya. (anief,1999)

Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan


antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat kulit
topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa keadaan,
dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada pengobatan
penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang mengandung kortikosteroid.
Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai efek
farmakologi sebagai anti-inflamasi, anti-pruritis dan aksi vasokonstriksi
Mekanisme kerja kortikosteroid sebagai antiinflamasi adalah kortikosteroid
mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel
dendritik, eosinofil,neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menghambat
respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut. Kerja
kortikosteroid menekan reaksi inflamasi pada tingkat molekuler terjadi
melalui mekanisme genomik dan nongenomik. Antiinflamasi kortikosteroid
topikal dimediasi oleh penghambatan rilis fosfolipase A2, yang merupakan
enzim produksi prostaglandin, leukotrien, dan turunan asam arakhidonat.
Obat ini juga bekerja dengan menghambat transkripsi gen yang
mengaktifasi proinflamasi. Hal tersebut yang menjadikan kortikosteroid
menghambat fagositosis dan menstabilkan membran liposomal dari sel
fagosit yang berkontibusi pada efek antiinfalmasi.
Mekanisme sebagai efek imunosupresif dari kortikosteroid topikal adalah
dengan dimediasi dengan menurunkan produksi dan aksi hormon yang
terlibat pada respon inflamasi, menghambat migrasi leukosit ke daerah
inflamasi, dan mengganggu fungsi granulosit, sel endotel, sel mast dan
fibroblast.
Sedangkan mekanisme kortikosteroid topikal sebagai antiproliferatif adalah
dimediasi untuk mengganggu sintesis DNA dan mitosis. Menghambat juga
aktivitas fibroblast dan pembentukan kolagen.
Efek vasokontriksi pada kortikosteroid topikal dimediasi dengan
menghambat vasodilator alami termasuk antihistamin, bradikinin dan
prostaglandin. (Chabassol, A & Green Peter. 2012)

DAPUS : (Allison Chabassol and Peter green , MD, FRCPC. Topical Corticosteroid
Therapy:WhatYou Need to Know . The Canadian Journal of Diagnosis / February 2012

Secara umum, kortikosteroid topikal akan memberikan efek samping baik


lokal maupun sistemik. Efek samping sistemik terjadi setelah penyerapan steroid.
Kortikosteroid efektif karena berpenetrasi ke dalam kulit. Anak-anak memiliki
permukaan kulit yang relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa dan efek
samping sistemik lebih mungkin terjadi. Setelah penyerapan secara sistemik,
kortikosteroid mengganggu sintesis kortikosteroid dalam kelenjar adrenal.
Sehingga, produksi endogen akan dihambat dan terjadi kekurangan cadangan
kortikosteroid. Hal ini menyebabkan penurunan respon stres fisik. Ketika
penyerapan kortikosteroid berlangsung selama waktu yang lama, dan terutama
ketika steroid kuat digunakan, aktivitas kortikosteroid dalam tubuh mungkin terlalu
tinggi. Hal ini menyebabkan efek metabolik, yaitu Sindrom Cushing secara luas
dikenal. Pada anak-anak akan terjadi keterbelakangan pertumbuhan akibat
penggunaan yang berkepanjangan kortikosteroid.
Farmakokinetika kortikosteroid adalah tingkat penyerapan perkutan
kortikosteroid topikal ditentukan oleh beberapa faktor yaitu pembawa/basis ,
integritas penghalang epidermis , dan penggunaan dressing oklusif .Kortikosteroid
topikal dapat diserap dari kulit utuh normal. Peradangan dan / atau lainnya proses
penyakit di kulit meningkatkan penyerapan perkutan .Dressing oklusif secara
substansial meningkatkan penyerapan perkutan kortikosteroid topikal .Dengan
demikian , dressing oklusif dapat menjadi tambahan yang berharga untuk terapi
pengobatan dermatosis resisten. Setelah diserap melalui kulit , kortikosteroid
topikal ditangani melalui farmakokinetik jalur yang sama dengan kortikosteroid
sistemik diberikan . Kortikosteroid adalah terikat protein plasma dalam derajat
yang bervariasi . Kortikosteroid dimetabolisme terutama di hati dan kemudian
diekskresikan oleh ginjal . Beberapa kortikosteroid topikal dan metabolitnya
juga diekskresikan ke dalam empedu .

Mekanisme masuknya obat ke kulit??????????/


III. EVALUASI PRODUK REFEREN

Nama Produk Kandungan Indikasi Kontra Indikasi Dosis

Armacort - Hidrokortison asetat 2,5 % Nyeri inflamasi dari - Oleskan 3-4x sehari
- Kloramfenikol 2% dermatosis yang responsif menutupi bagian yang sakit
terhadap kortikosteroid
Bufacort-N - Hidrokortison asetat 1% - Dermatitis yang terinfeksi -penderita TBC Oleskan 2-3x sehari
- Neomisin sulfat 0,5 % - Infetigo furunkulosis - herpes simpleks menutupi bagian yang sakit
- Akne - vericella
- vaccine
Calacort - Hidrokortioson 2,5 % - Pengobatan topikal berbagai - Infeksi virus Oleskan 2-3x sehari
kelainan kulit akut, sub akut, - Lesi kulit karena menutupi bagian yang sakit
kronik tuberkulosis (10 gram)
- Infeksi jamur
-
Camviocorthon - Kliokinol 1 % - Peradangan kulit - Oleskan 2-4x sehari
Cendo - Hidrokortison asetat 1 % - Alergi menutupi bagian yang sakit
- Kamfer 1 % - infeksi (5 gram)
IV. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF
Rek.. tulis yang hidrokortison asetat aja

No. Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Karakteristik Karakteristik Kimia Sifat Lain
Fisik
1. Hydrocortisone Anti alergi hipersensitivitas Pemerian : Rumus molekul :
Antiradang serbuk hablur C21H30O5
Eksim putih atau BM : 362.5
hampir putih,
tidak berbau

Kelarutan : sukar
larut dalam air
dan dalam eter,
agak sukar larut
dalam etanol dan
dalam aseton,
sukar larut
dalam kloroform
2. Hydrocortisone Acetate Anti alergi hipersensitivitas Pemerian : Rumus molekul : Hidrokortison
Antiradang serbuk hablur C23H32O6 asetat
Eksim putih atau BM : 404,5 merupakan
hampir putih, bahan dengan
tidak berbau, karakteristik
rasa tawar fisik yang
kemudian pahit tidak bersifat
higroskopis,
Kelarutan : volatil, mudah
praktis tidak melebur , dan
larut dalam air, kristal.
sukar larut
dalam etanol dan Hidrokortison
dalam asetat dalam
kloroform. bentuk kering
(bahan baku)
mempunyai
shelf life
(waktu
terjadinya
degradasi
10%obat
menjadi tidak
stabil) adalah
selama 1tahun.

3. Hydrocortisone Butyrate Anti alergi hipersensitivitas Pemerian : Rumus molekul :


Antiradang serbuk hablur, C25H36O6
Eksim putih hingga BM : 432,56 (FI 4)
praktis putih,
praktis tidak
berbau

Kelarutan :
praktis tidak
larut dalam air,
sukar larut
dalam air, sukar
larut dalam eter,
larut dalam
methanol, dalam
etanol dan dalam
aseton, mudah
larut dalam
kloroform

4. Hydrocortisone Valerate Anti alergi hipersensitivitas Rumus molekul :


Antiradang C26H38O6
Eksim
BM =446.6 clarkes
analysis
Alasan pemilihan bahan aktif :

Bahan aktif yang digunakan adalah hidrokortison asetat

Karena :

Menurut Bakker,P.et.al.1990 hidrokortison asetat adalah steroid lemah yang masuk di


dalam daftar obat esensial WHO. Secara luas digunakan, mudah didapat dan tidak
mahal. Digunakan pada beberapa sediaan. Pada sediaan krim dan salep hidrokortison
asetat mempunyai stabilitas lebih baik dari pada lotion. Sehingga sediaan
hidrokortison bentuk krim dan salep banyak digunakan.
Menurut Bakker,P.et.al.1990 Hidrokortison asetat merupakan bahan dengan
karakteristik fisik yang tidak bersifat higroskopis, volatil, mudah melebur , dan
kristal.
Menurut Bakker,P.et.al.1990 hidrokortison asetat tidak terjadi reaksi rearragement
seperti yang terjadi pada betametason-17-valerat , karena hidrokortison asetat
merupakan 21-monoester. Sedangkan yang mengalami reaksi rearragement dan
aktivitasnya menurun adalah terjadi untuk semua 17-monoester dengan gugus
hidroksi bebas pada posisi 21.
Dalam produk referen banyak sediaan krim hidrokortison yang menggunakan bahan
aktif hidrokortison asetat
Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya dikombinasi dengan asam seperti
hidrokortison dan asam asetat yang disebut hidrokortison asetat

Target Organ yg dituju : subkutan

Tujuan terapi : Lokal


Bentuk sediaan yang dipilih : krim o/w

Alasan

Sifat krim lebih nyaman dan cenderung disukai oleh masyarakat


Dengan basis o/w bahan aktif yang bersifat hidrofob mudah lepas
Di kebanyakan produk referen berupa krim
Sediaan krim direkomendasikan untuk mengobati lesi subkutan, lesi kronik

Dosis

Menurut martindale, Untuk topikal bisa dalam bentuk salep, lotion, dan cream.
Dengan konsentrasi 0,25 -2,5 %.
Menurut Martindale, 100 mg hidrokortison setara dengan :
Hidrokortison asetat 112 mg
Hidrokortison buteprate 135 mg
Hidrokortison butirat 119 mg
Hidrokortison cipionat 134 mg
Hidrokortison hidrogen suksinat 128 mg
Hidrokortison sodium fosfat 134 mg
Hidrokortison valerat 123 mg
Pada formula yang kami rancang, dosis yang digunakan sebesar 2,5 % hidrokortison
asetat, karena krim hidrokortison 2,5% memberikan kuantitas pelepasan zat aktif
yang lebih banyak dibandingkan dengan Krim Hidrokortison dengan kadar 1%.
Maka dalam jika sediaan krim sebesar 10 gram, maka :

Hidrokortison asetat = x 10 gram = 0,25 gram = 250 mg

Digunakan 3 x sehari. Tidak boleh menggunakan 50 g krim dalam satu minggu, atau
atas anjuran dokter
FORMULA

BAHAN Konsentrasi Penimbangan Penimbangan FUNGSI


(10 gram) (200 g)
Hidrokortison asetat 2,5 % 0,25 gr 5 gr Bahan aktif
Metilparaben/nipagin 0,25 % 0,025 gr 0,5 gr Pengawet
Propilparaben/nipasol 0,15 % 0,015 gr 0,3 gr Pengawet
Propilen glikol 0,2 % 0,2076 gr 4,152 gr Pelarut
pengawet
Aqua rosae q.s q.s q.s Corigen
odoris
Asam stearat 15 % 1,5 gr 30 gr Emulgator
Cera alba 2% 0,2 gr 4 gr Fase minyak
Vaselin album 8% 0,8 gr 16 gr Fase minyak
TEA 1,5% 0,15 gr 3 gr Emulgator
Propilen glikol 8% 0,8 gr 16 gr Fase air
Aquadest Ad 100 6,0524 gr 121,048 gr Fase Air

PERHITUNGAN BAHAN :

Dibuat krim sebesar 10 gram


Hidrokortison asetat = x 10 g = 0,25 gram

Metil paraben = x 10 g = 0,025 gram

Propil paraben = x 10 g = 0,015 gram

Propilen glikol yang dibutuhkan untuk melarutakan metil paraben dan propil paraben
adalah 0,2 % = 0,2 ml
Didapatkan dari
kelarutan Metil paraben : propilen glikol = 1 : 5

maka = x = 0,125 ml

kelarutan Metil paraben : propilen glikol = 1 : 3,9


maka = x = 0,058 ml
Jadi, jumlah propilen glikol untuk melarutkan nipagin dan nipasol sebesar 0,125 ml +
0,058 ml = 0,1835 ml dibulatkan jadi 0,2 ml

Massa propilenglikol = x v = 1,038 gr/ml x 0,2 ml = 0,2076 gr

Aqua rosae = q.s

Asam stearat = x 10 = 1,5 gram

Cera alba = x 10 = 0,2 gram

Vaselin album = x 10 = 0,8 gram

TEA = x 10 = 0,15 gram

Propilen glikol = x 10 = 0,8 gram

Aquadest
= 10 gr (0,25 gr+0,025 gr+ 0,015 gr+ 0,2076 gr+ 1,5 gr+ 0,2 gr+ 0,8 gr+ 0,15 gr+
0,8 gr) = 6,0524 gr
STUDI PREFORMULASI BAHAN-BAHAN EKSIPIEN

1. Metil paraben (nipagin) (HPE hal. 441)

C8H8O3

Fungsi :

Pengawet, antimikroba, efektif pada range pH yang luas, untuk sediaan topical 0,02
0,3 % . Aktivitas meningkat ketika digunakan dengan golongan paraben yang lainnya
Melawan mikroba pada pH 4-8

Mengalami inkompatibilitas dengan bentonit, tragacant, sorbitol

Pemerian : Kristal tak berwarna dan tidak berbau

Melting point : 125 -128 oC

Kelarutan :

Pelarut Perbandingan
Ethanol 1:2
Ethanol (95%) 1:3
Ethanol (50%) 1:6
Ether 1 : 10
Glycerin 1 :60
Propylene glycol 1:5
Water 1 : 400
1 : 50 pada suhu 50 oC
1 : 30 pada suhu 80 oC

2. Propil paraben (nipasol) (HPE hal.596)

C10H12O3
Fungsi :

Pengawet, antimikroba, efektif pada range pH yang luas. Untuk sediaan topical 0,01
0,6 %, aktivitas meningkat ketika digunakan dengan golongan paraben yang lainnya
,melawan mikroba pada pH 4-8

Pemerian : Kristal putih, tidak berasa, tidak berbau

Boiling point 295oC

Kelarutan :

Solven Kelarutan suhu 20 C


Aseton larut
Etanol (95 %) 1 : 1,1
Etanol (50 %) 1 : 5,6
Eter Larut
Gliserin 1 : 250
Propilenglikol 1 : 3,9
Propilenglikol (50%) 1 : 110
Air 1 : 4350 suhu 15 C
1 : 225 suhu 80 C

3. PROPILEN GLIKOL

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM

Nama sinonim : propilenglikol

Rumus molekul : C3H8O2

Berat molekul : 76,10

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak

manis, higroskopik

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan

kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur

dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan :

Kegunaan Sediaan konsentrasi


Humektan topical 15 %
Pengawet Larutan, semisolid 1530 %
Solvent / kosolvent Oral solutions 1025 %
Topicals 580 %

4. CERA ALBA (HPE hal. 779)


Pemerian
lilin putih , tidak berasa, berwarna putih , bau hampir sama dengan cera flava tapi
kurang intensif
Fungsi :
Meningkatkan konsistensi krim dan salep, menstabilkan emulsi w/o, untuk
menghaluskan tablet salut, dan mengatur titik lebur suppositoria. Digunakan untuk
film-coating tablet lepas lambat
Kelarutan :
larut di kloroform, eter,minyak, minyak menguap, dan karbon disulfida, sedikit larut
di etanol (95%), praktis tidak larut di air.
Suhu lebur : 61 65 C
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan agen pengoksidasi
Stabilitas dan kondisi penyimpanan
pemanasan diatas 150 C akan terjadi esterifikasi, nilai asam turun, dan suhu lebur
turun. Stabil dalam wadah tertutup dan terlindung dari cahaya
Keamanan : digunakan untuk formulasi topikal dan oral, tidak toksik dan non-iritan,
dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas

5. Trietanolamin (TEA) (HPE. Hal 754)


C6H15NO3 149.19

Pemerian :
Jernih, tidak berwarna sampai kekuningan, berbau amonia.

Stabilitas dan kondisi penyimpanan :


TEA dapat berwarna coklat jika terpapar udara dan cahaya

Fungsi :
Emulsifying agent, agen basa. Konsentrasi untuk emulgator topikal sebesar 2 4
%v/v.

Karakteristik fisik :
pH :10,5 (larutan 0,1)
Suhu didih : 335 C
Suhu lebur : 20 21 C
Kelembapan :0,09 %

Kelarutan :
Pelarut Kelarutan pada suhu 20 C
Aceton Tidak larut
Benzen 1 : 24
Karbon tetraklorida Tidak larut
Etil eter 1 : 63
Metanol Tidak larut
Air Tidak larut

6. ASAM STEARAT (HPE hal. 697)

Pemerian :
Keras, berwarna putih sampai kuning, mengkilap, bentuk kristal padat atau ada juga
dalam bentuk serbuk putih sampai kuning, sedikit berasa.

Fungsi :
Emulsifyng agent, solubilizing agent, lubrikan tablet dan kapsul

Kegunaan Konsentrasi
(%)
Salep dan krim 1 20
Lubrikan tablet 1-3

Karakteristik Fisik :
Koefisien partisi (minyak : air) = 8 : 2
Nilai saponifikasi 200 220
Suhu lebur 69 70 C

Kelarutan :
Larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut di etanol (95%),
heksan, dan propilen glikol, praktis tidak larut di air.

Stabilitas :
Stabil, antioksidan juga bisa ditambahkan. Simpan ditempat tertutup dan kering.

Inkompatibilitas :
Asam stearat inkompatibel dengan logam hidrogen dan basa, agen pereduksi dan agen
pengoksidasi.

7. VASELIN ALBUM (HPE Hal. 483)


Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah padat,
diperoleh dari minyak bumi dan keseluruhan atau hampir keseluruhan dihilangkan
warnanya.

Pemerian
Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis setelah
didinginkan pada suhu 0 C.

Kelarutan
Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas dan dalam etanol
mutlak dingin, mudah larut dalam benzenea, dalam karbon disulfida, dalam
kloroform, larut dalam heksan, dan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak
atsiri.

8. AQUADEST (FI.Edisi III Hal.96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama sinonim : Air suling, Air murni

Rumus molekul : H2O

Berat molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai

rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Zat tambahan


CARA PEMBUATAN

1 Asam stearat, cera alba, 2 TEA, Propilen Glikol dan


vaselin album (fase aquadest (Fase Air)
minyak)

Diaduk, hingga terbentuk massa


krim. Tunggu sampai dingin

4
Masukkan hidrokortison asetat yang
telah digerus dimortir lain

Larutan nipasol dan


nipagin Menambahkan aqua
5
rosae q.s

Menambahkan
propilen glikol 0,2 ml Aduk, ad homogen

Masukkan dalam Krim hidrokortison asetat


beaker glass

Masukkan wadah, beri etiket dan label

Menimbang nipasol
dan nipagin
3
CARA EVALUASI SEDIAAN
Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati secara
visual (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Spesifikasi krim yang
harus dipenuhi adalah memiliki konsistensi lembut, warna sediaan homogen, dan
baunya harum..
Uji Homogenitas

Menyiapkan sejumlah krim yang diamati

Mengoleskan krim pada kaca benda yang bersih dan kering sehingga
membentuk suatu lapisan yang tipis

Menutup dengan kaca preparat (cover glass)

Mengamati krim dibawah mikroskop

Krim dinyatakan homogen apabila pada pengamatan menggunakan


mikroskop, mempunyai tekstur yang tampak rata dan tidak menggumpa

(Voight, 1994).
Uji pH
Sejumlah sediaan diencerkan dengan aquadest sampai volume tertentu, diukur pH
dengan menggunakan indicator universal
1 gram sediaan diencerkan dalam 10 ml aquadest, aduk ad homogen

Diamkan agar mengendap

Ukur air dengan indicator universal

Catat pH

Penentuan viskositas

Uji ini menggunakan alat Viscotester VT-04

Kalibrasi viscometer

Pasang spindle ke dalam sampel

Jalankan viskotester

Baca angka yang tertera setelah konstan


Uji Daya Sebar

Menyiapkan sejumlah krim yang diamati

Meletakkan kaca transparan diatas kertas grafik

Menutup dengan kaca preparat (cover glass)

Mengamati krim dibawah mikroskop

Meletakkan 0,5 gram krim pada kaca

Menutup dengan kaca transparan dan dibiarkan selama selama 5 detik


untuk mendapatkan berapa diameter daerah yang terbentuk

Menambahkan beban diatas kaca transaparan tersebut beban 50, 100,


200, dan 500 gram

Mengamati diameter daerah yang terbenuk

Spesifikasi sediaan adalah krim dapat menyebar dengan mudah dan


merata.
Uji Daya Lekat

Meletakkan krim pada satu sisi kaca objek yang pada sisi bawahnya
telah dipasangkan tali untuk mengikat beban (50 gram)

Menempelkan pada kaca objek yang lain

Mengamati waktu yang dibutuhkan beban tersebut untuk memisahkan kedua


kaca tersebut.

Uji Stabilitas Suhu

Menyimpan krim pada suhu kamar 282C serta suhu tinggi 402C

Melakukan pengamatan secara organoleptis, homogenitas fisik serta


perubahan fisik selama penyimpanan

Melakukan pengamatan pada minggu ke-1, 2, dan 3

Spesifikasi sediaan adalah stabil dalam berbagai suhu tanpa ada


perubahan organoleptis, pH dan homogenitasnya

Anda mungkin juga menyukai