Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan adalah fungsi normal dari tubuh, bukan suatu penyakit. Beberapa
faktor dapat menyebabkan penyulit pada kehamilan, termasuk keadaan yang telah
ada pada sebelumnya dan hal-hal yang berkembang selama kehamilan. Kehamilan
yang mengancam kesehatan janin atau ibu disebut sebagai kehamilan risiko tinggi.
Perdarahan adalah hilangnya volume darah dari pembuluh kapiler baik
mengucur maupun merembes dalam waktu yang cepat). perdarahan postpartum
merupakan satu dari tiga penyebab yang paling umum pada kematian maternal;
pereklamsia/eklamsia dan trombopeblitis adalah penyebab yang lainnya. Walaupun
kehilangan sedikit darah merupakan hal yang normal pada persalinan, kehilangan
1% atau lebih dari berat badan dipertimbangkan sebagai hal yang berbahaya
Angka Kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan,
persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau
pengeloalaanya tetapi bukan karena sebab- sebab lain seperti kecelakaan atau
terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup. AKI pada tahun 2012 menunjukan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup berdasarkan hasil survei penduduk Antar sensus (SUPAS) 2015
(kemenkes RI, 2017).
World Health Organization mengatakan sebanyak 99% kematian ibu Akibat
masalah persalinan. Pendarahan Pasca Persalinan menempati presentase tertinggi
penyebab kematian ibu 28 % (WHO, 2017). Di antara Negara ASEAN Indonesia
menduduki posisi ketiga AKI tertinggi tahun 2017 dengan 177 kematian/100 ribu
kelahiran (Mortality 2017) mengalami penurunan dari tahun 2015 sebanyak 305
kematian/100 ribu kelahiran . Dari data (Kemenkes RI 2019) didapatkan Jumlah
kematian ibu menurut provinsi tahun 2018-2019 terdapat penurunan dari 4.226
menjadi 4.221 kematian ibu.
Sedangkan Menurut Prawawihardjo 2016 Adapun Faktor risiko yang menyebabkan
terjadinya pendarahan post partum primer adalah umur, paritas, anemia dan
kekurangan gizi.
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2017
sebanyak 475 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian
ibu Tahun 2016 yang sebanyak 602 kasus. Angka Kematian Ibu di kota semarang
pada Tahun 2016 terbanyak yaitu sebanyak 32 kasus dan menjadi nomor ke 3 dari
35 di provinsi jawa tengah. Penyebab angka kematian ibu tertinggi kedua di jawa
tengah adalah dikarenakan pendarahan Post partum yaitu sebanyak 21,23 %
(Dinkes Provinsi Jateng, 2018)

Tahun 2018/2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi di 305 per 1000 kelahiran
hidup," ungkap Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia (UI), Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH. Dalam kesempatan
yang sama, Siswanto Agus Wilopo dari Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas
Gajah Mada menambahkan, akar masalah tingginya angka kematian ibu bermula
dari rendahnya pendidikan seks kepada anak. Akibatnya, mereka tidak paham
bahwa aktivitas seksual dan reproduksi pun butuh perencanaan matang. Menurut
Siswanto, AKI tinggi dapat disebabkan oleh perencanaan kehamilan yang kurang
matang, sehingga perempuan melahirkan terlalu banyak, terlalu dekat, terlalu
muda, atau terlalu tua. (Siswanto Agus Wilopo, 2019)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perdarahan selama kehamilan?
2. Bagaimana Pendarahan pasca Persalinan ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pendarahan selama kehamilan dan pasca
persalinan
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui pendarahan selama kehamilan
2. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan pendarahan selama kehamilan
3. Untuk Mengetahui pendarahan postpartum.
4. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan postpartum.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1   Perdarahan Antepartum


2.1.1  Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di
mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2015), perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang
terjadi pada akhir usia kehamilan
2.1.2   Jenis-jenis Perdarahan Antepartum
1. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang letaknya
tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian
atas rahim
 Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan plasenta atau ari-ari
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan
plasenta atau ari-ari.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau ari-ari berada
tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada segmen bawah
rahim akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
(Wiknjosastro, 2005).
 Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen bawah rahim tidak selalu
jelas. Plasenta previa bisa disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum
menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan
plasenta atau ari-ari untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum di ketahui atau
belum jelas, bermacam-macam teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai
etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne
menekankan bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua
kapsularis.
Faktor-faktor etiologinya :
1) Umur dan Paritas
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada umur di
bawah 25 tahun.
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas
kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda
dimana endometrium masih belum matang.
2) Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,
kuretase dan manual plasenta.
4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
6) Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).

 Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama
dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan
ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena
sejak itu segmen bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi,
dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari tumbuh pada segmen
bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim dan pembukaan leher rahim tidak
dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta
dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.

Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya


plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana
serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang
letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi

 Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari 35 tahun kira-kira 10
kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang kehamilan pertamanya berumur
kurang dari 25 tahun. Pada Ibu yang sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan
berumur lebih dari 35 tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur
kurang dari 25 tahun.

 Tanda dan Gejala


Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan secara tiba-tiba dan
tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada
sebelumnya apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun
perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi tidak jarang
pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat itu bagian bawah rahim
telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan yang terjadi berwarna
merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena
terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin tergantung dari bahayanya
perdarahan dan hanya kehamilan pada waktu persalinan

 Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya
ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis
bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya),
persalinan prematur dan vasa previa)

 Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai
dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan darah

1. Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi perdarahan antepartum
yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.

1. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
2. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber terjadinya
perdarahan
3. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta atau ari-ari.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi
4. Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya
dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan secara
langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).

 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan


Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak terdorong ke dalam
pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-kesalahan letak janin seperti letak
kepala yang mengapung, letak sungsang atau letak melintang.

Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum waktunya karena adanya
rangsangan koagulum darah pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-
ari yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-
ari dapat merangsang kontraksi
 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan menjadi tidak normal
2) Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat menyebabkan
terjadinya prolaps funikuli
3) Sering dijumpai inersia primer
4) Perdarahan

 Komplikasi Plasenta Previa


1) Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
2) Prolaps plasenta
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5) Perdarahan setelah kehamilan
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
7) Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah

 Pragnosis Plasenta Previa


Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat konservatif, maka angka
kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari
seluruh kasus terjadinya plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus
terjadinya plasenta previa.

Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan kesakitan
Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun. Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama
disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian
perinatal juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia,
prolaps funikuli dan persalinan buatan

 Penanganan Plasenta Previa


Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22 minggu harus dianggap
penyebabnya adalah plasenta previa sampai ternyata dugaan itu salah. Penderita harus
dibawa ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup.
Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :

1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu


Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya dan tindakan yang
dilakukan untuk meringankan gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum matang,
belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa
dipastikan janin masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat inap, tirah baring
dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk
memastikan tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi
janin bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20
mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada di sekitar
ostium uteri internum maka dugaan plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat (Manuaba, 2010).
2) Terapi Aktif atau Tindakan SegerA
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak harus segera dilaksanakan secara aktif tanpa memandang kematangan
janin. Bentuk penanganan terapi aktif
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan Ibu dan
anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap
melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang
cukup.
d. Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak
dilakukan
2. Solusio Plasenta
Pengertian Solusio Plasenta
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat
perlekatannya yang normal pada rahim sebelum janin dilahirkan
 Klasifikasi Solusio Plasenta
Menurut derajat lepasnya plasenta
1) Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat perletakannya.
2) Solusio Plasenta Totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat perlekatanny
3) Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam.
 Etiologi Solusio Plasenta
Penyebab Solusio Plasenta adalah
1) Trauma langsung terhadap Ibu hamil
a) Terjatuh trauma tertelungkup
b) Tendangan anak yang sedang digendong
c) Atau trauma langsung lainnya
2) Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan kebidanan
yang dilakukan :
a) Setelah versi luar
b) Setelah memecahkan air ketuban
c) Persalinan anak kedua hamil kembar
3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor predisposisi
terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil tua
b) Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
c) Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
d) Tekanan vena kava inferior yang tinggi
e) Kekurangan asam folik
 Patofisiologi Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara rahim dan plasenta belum terganggu dan tanda serta
gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang
pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan
bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.

Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.

Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan
ekstravasasi diantara serabut otot rahim.

Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding rahim. Apabila
sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin.
Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan
pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya
solusio plasenta, makin hebat terjadinya komplikasi (Manuaba, 2010).

 Frekuensi Solusio Plasenta


Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan

 Tanda dan Gejala Solusio Plasenta


Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit yang
tiba-tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat
dan akhirnya berhenti. Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.
 Diagnosis Solusio Plasenta
Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis ditemukan perdarahan
disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip penurunan sampai terhentinya gerakan janin
dalam rahim.
 Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut, perdarahan, dari jalan
lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.

 Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio plasenta,
pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan fisik secara umum
2) Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi, pemeriksaan dalam serta
ditunjang dengan pemeriksaan ultrasonogravi.

 Komplikasi Solusio Plasenta


1) Komplikasi langsung.
Adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok obstetrik.
2) Komplikasi tidak langsung
Adalah couvelair rahim, hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis yang
menyebabkan tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-kerusakan organ
seperti hati, hipofisis dan lain-lain

 Prognosis Solusio Plasenta


1) Terhadap Ibu
2) Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
Solusio plasenta. Hal ini dikarenakan perdarahan sebelum dan sesudah persalinan,
toksemia gravidarum, kerusakan organ terutama nekrosis korteks ginjal dan
infeksi.
3) Terhadap Anak
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari seluruh jumlah kasus
solusio plasenta. Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari pelepasan plasenta,
bila yang terlepas lebih dari sepertiga ari-ari maka kemungkinan kematian anak
100% selain itu juga tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.
4) Terhadap Kehamilan Berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta yang lebih
hebat dengan persalinan prematur

 Penanganan Solusio Plasenta


1) Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian persalinan
berlangsung spontan. Sambil menunggu berhentinya perdarahan kita berikan
suntikan morfin subkutan, stimulasi kardiotonika seperti coramine, cardizol dan
pentazol serta transfusi darah.
2) Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera
dilahirkan dan pedarahan berhenti.
Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat
bersalin secara normal.
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup dan pembukaan belum
lengkap, gawat janin tetapi persalinan normal tidak dapat dilaksanakan dengan
segera, persiapan untuk seksio sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu
kontraksi rahim dan observasi ketat kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.
Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat janin, pembukaan
lengkap dan bagian terendah didasar panggul, janin telah meninggal dan pembukaan
> 2 cm
2.1.3 Faktor Risiko dan Dampaknya
1. Faktor risiko yang menyebabkan pendarahan selama kehamilan yaitu
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan perdarahan saat hamil, di antaranya:
1. Implantansi
Perdarahan akibat implantasi biasanya muncul sebagai flek ringan, bahkan
sering tidak disadari oleh wanita yang mengalaminya. Kondisi ini disebabkan
oleh proses tertanamnya janin pada dinding rahim.Bagi wanita yang mengalami
perdarahan dengan ciri-ciri tersebut, jangan khawatir berlebihan. Sebab
perdarahan akibat implantasi akan berhenti dengan sendirinya tanpa
menimbulkan keluhan yang bermakna.
2. Keguguran
Keguguran diartikan sebagai terminasi atau berakhirnya kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar rahim. Kondisi ini biasanya terjadi pada 12 minggu
pertama atau trimester pertama kehamilan.Banyak wanita menyalahkan dirinya
saat mengalami keguguran. Padahal mayoritas keguguran tidak diketahui sebab
pastinya. Dan, kebanyakan wanita yang pernah mengalami keguguran
cenderung tidak mengalaminya lagi di kehamilan berikutnya (tidak berulang).
Perdarahan yang merupakan tanda keguguran biasanya disertai dengan rasa
nyeri hebat di area pelvis atau perut bawah. Meski demikian, tak menutup
bahwa perdarahan akibat keguguran terjadi tanpa adanya gejala yang berarti.
3. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah jenis kehamilan yang terjadi di luar rahim, misalnya
di tuba falopi. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan setelah seorang
wanita dinyatakan hamil melalui pemeriksaan. Pada kehamilan ektopik,
perdarahan biasanya terjadi pada trimester awal kehamilan. Perdarahan ini
terjadi misalnya akibat pecahnya tuba falopi karena tidak mampu menampung
pertumbuhan janin dan membutuhkan penanganan darurat segera.
4. Gangguan plasenta
Gangguan plasenta, seperti letak plasenta terlalu di bawah (plasenta previa) atau
plasenta yang terlepas (abrupsio plasenta) dapat menimbulkan perdarahan.
Gangguan tersebut dapat memengaruhi proses melahirkan.
Misalnya, pada  yang menutupi jalan lahir secara keseluruhan sehingga perlu
dilakukan tindakan operasi sectio. Sedangkan pada abrupsio plasenta,
kondisinya dapat bervariasi mulai ringan di mana pasien diminta untuk tirah
baring total, hingga terlepasnya keseluruhan plasenta yang membutuhkan
kelahiran janin segera.

2. Dampak Pendarahan selama kehamilan


Pendarahan anterpartum bisa menyebabkan berbagai komplikasi baik pada ibu
maupun bayi. Pada ibu, beberapa dampak pendarahan antepartum yang dapat
terjadi antara lain :
- Harus menjalani persalianan prematur
- Terbentuknya gumpalan di pembuluh darah
- Kerusakan ginjal akut
- Pendarahan postpartum
- Plasenta akreta atau plasenta yang tumbuh terlalu dalam ke dalam rahim
- Anemia
- Infeksi
- Gangguan psikologis
Sementara itu untuk bayi, komplikais yang terjadi antara lain :
- Etal hypoxia atau kekuarangan suplai oksigen
- Pertumbuhan janin terhambat
- Lahir prematur
- Meninggal dunia
2.1.4 Aspek etik dan legal
Pada kasus pendarahan selama kehamilan adapun aspek etik Dan legal yang dapat
diterapkan antara lain sebagai berikut :
1. Akuntabilitas
Perdarahan selama masa kehamilan merupakan kasus kegawagatdaruratan
yang dialami oleh ibu oleh karena itu memerlukan tindakan yang
mengharuskan seorang tenaga kesehatan khususnya bertindak cepat dan
tanggap. Sehingga mengharuskan untuk meminta persetujuan untuk informed
consent
dalam Pasal 63 AYAT 4 UU no 36/2009 berbunyi pelaksanaan pengobatan
dan atau perawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
2. Confidential.
Perawat berkewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang klien dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum

2.1.5 Peran dan Fungsi Perawat unuk mengatasi gangguan pendarahan selama kehamilan
Adapun beberapa peran dan fungsi perawat yang bisa kita lakukan dalam kasus
perdarahan
 Sebagai Edukator
Perawat memberikan penyuluhan kesehatan ibu tentang pemberian tablet zat
besi (Fe) agar tidak terjadi kompilikasi pendarahan selama kehamilan,
kemudian perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku
ibu selama kehamilan
 Sebagai Care Giver
Memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada ibu hamil, dan
melakukan tindakan secara mandiri, berkolaborasi dengan dokter, dan tenaga
kesehatan lainnya dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada ibu hamil
 Sebagai advokat
Membantu mempersiapkan persalinan dengan baik sehingga ibu dan bayi lahi
dengan selamat
 Sebagai Konsultan
Perawat adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien
jika diminta informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan
 Sebagai Peneliti

2.1.6 Asuhan Keperawatan


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan pendarahan selama kehamilan
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama  : Ny U
2. Tempat/tgl lahir/umur :-
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan   : Menikah
5. Pendidikan terakhir  : SMA
6. Pekerjaan  : Ibu rumah tangga
7. Alamat  :-
8. Suku Bangsa  :-
9. Diagnosa Medis  : Perdarahan antepartum, plasenta previa totalis.
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama  : Tn S
2. Umur  :-
3. Pendidikan terakhir  : SMA
4. Pekerjaan  : Swasta
5. Alamat  :-
6. Hubungan dengan pasien  : Suami
II. RIWAYAT KESEHATAN
1.  Keluhan utama:
Perdarahan saat kehamilan
2. Riwayat kesehatan sekarang:
Klien datang/kiriman dari Rumah Bersalin (RB) Alam Medica pada tanggal 1
Maret 2015, G3P2A0 dengan plasena previa totalis. rembesan air tidak ada,
perdarahan pervaginam bergumpal
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, DM.
4. Riwayat obstetrik yang lalu:
G3 P2 A0
No Masalah kehamilan Tipe Keadaan bayi Masalah pada masa
persalinan nifas
1. Tidak ada VE Bayi lahir aterm, jenis Tidak ada masalah
kelamin laki-laki, BBL 4 selama masa nifas.
kg, lahir langsung
menangis.
2. Tidak ada VE Bayi lahir aterm, jenis Tidak ada masalah
kelamin perempuan, BBL selama masa nifas.
3,1 kg, lahir langsung
menangis.
3. Hamil sekarang ini Belum - -
mengalami mengalami
perdarahan persalinan.
pervaginam,
placenta previa
totalis.
5. Riwayat kehamilan saat ini:
HPHT  : 30-7-2014
HPL  : 6-5-2015
TB  : 155 cm
BB sebelum hamil  : 56 kg
Penambahan BB selama hamil : 8 kg
Lila  : 25 cm
Usia Keluhan TFU Letak DJJ Data lain
gestasi janin/presentasi
30 Perdarahan 28 cm Presentasi + Punggung janin di
minggu pervaginam kepala. (12,11,12) bagian kanan (PUKA),
antepartum kepala belum masuk
dengan PAP.
pasenta
previa.
6.  Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun, seperti penyakit
jantung, paru, hipertensi, dan DM. Dalam keluarga, tidak ada anggota keluarga lain
yang pernah mengalami penyakit yang serupa dengan yang diderita oleh klien.
7.  Pola kesehatan fungsional (menurut Gordon, Handerson/modifikasi)
a. Pola nutrisi
Sebelum masuk RS, klien dalam sehari makan 3x sehari dengan menghabiskan 1
porsi makan. Saat hamil ini terkadang klien merasa mual, sehingga klien kadang
makan tidak teratur yaitu 2x dalam sehari. Setalah klien masuk RS pola nutrisi
klien tidak banyak mengalami perubahan, yaitu klien tetap makan 3x sehari
dengan menghabiskan 1 porsi makan yang diberikan dari RS.
b.  Pola eliminasi
Sebelum masuk RS pola eliminasi klien dalam hal BAB tidak ada masalah yaitu
dalam sehari klien BAB 1x sehari. Sedangkan elama hamil untuk BAK, klien
mengalami peningkatan frekuensi BAK, yaitu klien lebih sering BAK tetapi
dalam BAK tidak ada keluhan yang dapat mengganggu klien BAK. Setelah masuk
RS pola eliminasi (BAB dan BAK) klien tidak ada masalah yang dapat
mengganggu dalam proses BAB dan BAK klien.
c.  Pola aktivitas, istirahat dan tidur
Saat dirumah, sebelum klien mengalami perdarahan dan masuk RS, aktivitas klien
sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan hariannya hanya membersihkan rumah dan
mengurus suami saja. Namun setelah hamil aktivitas yang berat-berat saat
dirumah sudah dikurangi oleh klien. Dalam kesehariaanya klien tidur jam 21.00
malam dan bangun jam 04.00. terkadang klien tidur siang dan terkadang tidak.
Tidur siang biasanya lamanya 2 jam.
d.  Pola kebersihan diri
Sebelum sakit klien bisa melakukan ADL secara mandiri, namun setelah sakit dan
dirawat di RS dalam memenuhi ADLnya klien memerlukan banuan minimal.
Dalam hal kebersihandiri, klien bisa melakukan kebersihan diri secara mandiri.
e.  Pola reproduksi seksual:
Menstruasi pertama 12 tahun, lama siklus 7-8 hari, keputihan terkadang ada,
dismenore ada dan biasanya terjadi pada hari pertama dan kedua haid,
permasalahan dalam hubungan seksual tidak ada masalah, operasi pada alat
reproduksitidak pernah.
f. Aspek mental, intelektual, sosial, spiritual:
- Konsep diri:
Identitas diri:
Klien adalah seorang wanita dengan umur 41 tahun, pernah hamil 3x,
melahirkan 2x, abortus belum pernah. Pertama haid, klien berumur 12 tahun.
Kondisi genetalia klien normal tidak ada masalah.
- Harga diri:
Dalam kesehariannya klien sering berkumpul dengan tetangganya dirumah,
klien juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan dikampungnya yaitu seperti
arisan PKK, pengajian ibu-ibu, kerja bakti dll. Dalam berhubungan dengan
orang lain klien tidak pernah merasa minder atau malu.
- Intelektual (pengetahuan tentang penyakit yang diderita dan kesehatan secara
umum):
Menurut klien kesehatan itu merupakan hal yang sangat penting, sehingga
selama hamil klien selalu rutin memeriksakan kehamilannya di bidan praktek
yang ada di kampungnya. Namun saat klien mengalami perdarahan saat hamil
ini klien belum mengetahui secara jelasmengenai sakit yang dideritanya dan
klien belum paham mengenai penyebab sakit yang dialaminya sekarang.
- Hubungan interpersonal/sosial: hubungan perkawinan, keluarga dan
masyarakat:
Dalam beruhungan dengan anggota keluarga yang lain, hungungan dengan
masyarakat klien tidak ada masalah
- Mekanisme koping individu:
Dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi sekarang klien berusaha untuk
sabar dan tegar menghadapi sakitnya ini, walaupun klien terkadang merasa
cemas dengan kondisi janin yang ada dalam rahimnya bila sering terjadi
perdarahan.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: tingkat kesadaran CM status gizi tidak ada masalah, gizi
tercukupi.
2. TTV: suhu 37,1 0C, nadi 84 x/mnt, tekanan darah 100/70 mmHg, respirasi 20
x/mnt.
3. Pemeriksaan head to to:
a. Kepala: kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi
rambut: rambut klien pendek berwarna hitam, kebersihan rambut agak kotor karena
selama masuk RS klien belum pernah keramas.
b. Mata: kebersihan bersih, discharge tidak ada, refleks terhadap cahayanormal,
konjuctiva normal yaitu tidak pucat, sclera normal yaitu warna sklera putih tidak
ada kemerahan.
c. Hidung: simetris, bersih, discharge tidak ada.
d. Telinga: bentuk normal, kebersihan bersih dan discharge tidak ada, fungsi
pendengaran normal.
e. Mulut dan tenggorokan: kemampuan bicara tidak terdapat masalah, klien dapat
bicara secara normal, kebersihan bersih, tidak ada sianosis, adakah deviasi tidak
ada.
f. Leher: peningkatan JVP tidak ada, tiroid: pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
g. Tengkuk: kaku kuduk tidak ada.
h. Dada: inspeksi bentuk dada simetris, retraksi dinding dada tidak ada,gerakan
nafas tidak ada usaha napas tambahan, palpasi suara napasvesikuler, suara ronkhi
dan wezing tidak ada, nyeri tekan tidak ada, perkusi bunyi paru dan batas jantung
dan paru perkusi paru sonor, batas antara jantung dan paru jelas, auskultasi suara
paru vesikuler, bunyi jantung (I, II, III) S1 > S2, irama jantung reguler, murmur
tidak ada, gallop tidak ada.
i. Payudara: bentuk simetris, ukurannya mulai membesar, kebersihan bersih,
aerola terjadi peningkatan pigmentasi, ASI belum keluar, kolostrumbelum keluar,
konsistnsi/massa tidak ada, putting: menonjol.
j.  Abdomen: dinding perut supel, tidak ada pembesaran hati dan limpa, peristaltik
usus normal yaitu 12 x/mnt.
k. Punggung: vertebrae, ginjal dalam batas normal.
l.  Panggul: normal
m. Genetalia wanita: edema vulva ada, varises ada, keputihan tidak ada,
kebersihan bersih, condiloma tidak ada, pembesaran kelenjar Bartolinitidak ada.
n. Anus dan rectum: pembesaran vena tidak ada, haemoroid tidak ada, massa tidak
ada.
o. Ekstremitas atas dan bawah: kelengkapan anggota gerak lengkap edema bagian
kedua kaki, tonus otot normal, varises ada, refleks: refleks patologis positif dan
refleks patologis negatif, turgor kulit baik
4. Pemeriksaan khusus obstetrik:
Dilakukan pemeriksaan USG abdomen dengan hasil:
a. Tampak janin tunggal hidup intrauteri
b. Tampak plasenta previa menutupi orifisium uteri interna dengan disertai gambaran
hipoekoik diantaranya.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan urin lengkap (protein, reduksi, urobilin, bilirubin)
Pemeriksaan urin lengkap tidak dilakukan.
2. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, golongan darah,VDRL- papsmear bila ada indikasi)
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb = 9,1 gr/dL (L = 14-18, P = 13-16 gr/dL)
2) Leukosit = 8.000 / µL (5.000-10.000 / µL)
3) Ht = 28 % (L = 40-48, P = 37-43 %)
4) Eritrosit = 3,61 jt/ µL (L = 4,5 – 5,5 jt/ µL, P = 4-5 jt/ µL)
5) Trombosit = 179.000 / µL (150.000-400.000 / µL)
6) MCV = 77,8 fl (80-97 fl)
7) MCH = 25,2 pgr (26-32 pgr)
8) MCHC = 32,4 % (31-36 %)
b. Pemeriksaan hitung jenis
1) Basofil = 0 % (0-1 %)
2) Eosinofil = 1 % (1-4 %)
3) Batang = 0 % (2-5 %)
4) Segmen = 73 % (40-70 %)
5) Limfosit = 21 % (19-48 %)
6) Monosit = 5 % (3-9 %)
c. Faal hemostasis
1) PT = 13,8 dtk (10,8-14,4 dtk)
2) APTT = 29,7 dtk (24-36 dtk)
V. TERAPI
1. Vicillin 1x1 gr
2. Konservatif s/d aterm
3. Histolan tab 3x1
4. Dexametason 2x6 mg (2 hari)
5. Diet biasa
VI. PERSIAPAN PERSALINAN
 Senam hamil:
Tidak dilakukan.
 Rencana tempat melahirkan:
Klien berencana melahirkan di RS.
 Perlengkapan kebutuhan bayi:
Sudah dipersiapkan tetapi baru sedikit.
 Kesiapan mental ibu dan keluarga:
Ibu dan keluarga sudah siap mental untuk melahirkan karena ini sebelumnya klien
sudah pernah melahirkan 2x.
 Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan:
Ibu sudah mengetahui tanda-tanda saat akan melahirkan yaitu terjadi kontraksi di
bagian perut bawah, kontraksi makin lama makin kenceng. Keluar cairan ketuban saat
akan melahirkan. Menurut klien saat persalinan biasanya klien dibimbing oleh
perawat RS atau bidan tempat klien melahirkan untuk melakukan mengejan dan
pengaturan napas pada saat melahirkan. Tetapi klien belum mengetahui cara
menangani nyeri pada saat persalinan. Klien hanya mengetahui untuk mengurangi
nyeeri saat persalinan yaitu klien diberikan obat.
 Perawatan payudara:
selama kehamilan anak pertama dan ke dua, klien telah diajari cara melakukan
perawatan payudara agar ASI yang diberikan untuk bayi bisa keluar.

V11. Diagnosa Keperawatan


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif b.d. hipovolemia karena
kehilangan darah (perdarahan).
2. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai plasenta previa.
3 Cemas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan.

VIII. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan - Kaji penyebab
(plasental) tidak efektif b.d. tindakan keperawatan terjadinya
hipovolemia karena kehilangan darah selama 3x24 jam perdarahan (abrasi
(perdarahan). diharapkan pasien dapat plasenta, plasenta
menunjukkan perfusi previa, merokok,
yang adekuat, dengan penggunaan kokain,
kriteria hasil: PIH (pregnance
· Tanda-tanda vital induced hiertention).
stabil · Kaji secara akurat
· Membrane mukosa kemunginan harapan
berwarna merah muda hidup janin, kaji juga
· Pengisian kapiler kapan menstruasi
normal (<> terakhir ibu,
· Haluaran urin adekuat. prioritaskan
· Pernapasan adekuat pelaporan yang
didapat dari
Ultrasound atau
riwayat obstetrik.
· Inspeksi keadaan
perineum, hitung
jumlah dan
karkateristik
perdarahan.
· Monitor TTV
· Lakukan persiapan
prosedur emergency
antepartum , partum,
seperti terapi oksigen,
terapi parenteral IV
dan mungkin infuse
parallel.
· Catat masukan dan
pengeluaran makanan
dan minuman.
· Elevasikan
ekstremitas bawah
untuk meningkatkan
perfusi ke organ vital
dan fetus.
2. Kurang pengetahuan b.d. Setelah dilakukan · Kaji tingkat
keterbatasan informasi mengenai tindakan keperawatan pengetahuan klien
plasenta previa. selama 3x24 jam, klien tentang plasenta
dan keluarga mampu previa.
memperoleh · Jelaskan tanda dan
pengetahuan gejala plasenta previa.
- mengenai kelainan · Identifikasi
dalam kehamilan yang kemungkinan
ditandai dengan: penyebab plasenta
- Mengenai kelainan previa.
kehamilan yang sedang · Berikan informasi
dialami klien. tentang kondisi klien.
- Mengetahui faktor · Berikan informasi
penyebab atau faktor tentang hasil
pencetus pemeriksaan
- Mengetahui tanda dan diagnostik.
gejala · Diskusikan tentang
- Mengetahui komplikasi pilihan terapi.
dari plesenta previa · Instruksikan klien
- Mengetahui cara untuk melaporkan
mencegah komplikasi tanda dan gejala
- Menjelaskan kepada petugas.
penatalaksanaan · Jelaskan cara
plasenta previa. mencegah komplikasi.
· Jelaskan cara
penatalaksaan
plasenta previa.
3. Cemas b.d. perubahan yang Setelah dilakukan - Membantu klien
menyertai kehamilan tindakan keperawatan mengidentifikasi
selam 3x24 jam penyebab cemas yang
diharapkan klien dapat: dialaminya.
- Tidak terjadi trauma - Mengajari klien cara
fisik selama melakukan teknik
perawatan. relaksasi
- Mempertahankan - Klien dapat
tindakan yang menyebutkan
mengontrol cemas. penyebab cemas yang
- Mengidentifikasi sedang di alaminya.
tindakan yang harus - Memberikan
diberikan ketika penjelasan kepada
terjadi cemas. klien mengenai
- Memonitor faktor kondisi penyakit yang
risiko dari sedang dialaminya.
lingkungan.

WHO.2017. Maternal Mortality.World Health Organization

Mortality, Trendsmaternal. 2017. “TRENDS IN 2000 to 2017 TRENDS IN


MATERNAL MORTALITY : 2000 TO 2017.” WHO, UNICEF, UNFPA, World
Bank Group and the United Nations Population Division.

Jurnal Ilmu kebidanan-ISSN 2252-8121 Volume 9 momor 1 Tahun 2019


kemenkes RI, 2017. Survei Penduduk. Angka Kematian Ibu

Dinkes Provinsi Jateng, 2018. “Laporan Jumlah Kasus AKI”

Siswanto Agus Wilopo, 2019. Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gajah.

Nina Hertiwi Putri. Penyebab Bahaya pendarahan selama kehamilan dan postpartum

Artikel sehat com. Diunduh pada tanggal 15 maret 2021

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai