Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN

SYOK HIPOVOLEMIK
DOSEN PENGAMPUH: Jenita L. Saranga, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

MARIA FRANSISKA MARIAN C2014201136

MARIA ISNA NGOLE C2014201138

MERLIN TANDI PADANG C2014201139

MEYSKE ALVIONITA MANGGASA C2014201140

MILDA C2014201141

MONICA TAMBA C2014201142

DAKOSTAANA MALE C2014201166

PROGRAM STUDI SI KHUSUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “SYOK
HIPOVOLEMIK” ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi banyak tantangan dan hambatan, akan
tetapi dengan kerja sama antara anggota kelompok dan bantuan berbagai pihak akhirnya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwah makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………..………………………………....4
1.2 Rumusan Masalah……………………..……………………...………5
1.3 Tujuan Penulisan…………………..………...………………………..5

BAB II KONSEP DASAR MEDIK


2.1 Definisi…………………..…………………………………………...6
2.2 Etiologi……………..………………………………………...............6
2.3 Patofisiologi……..……………………………………………….......7
2.4 Klasifikasi………..…………………………………………………..8
2.5 Manifestasi Klinis………..…………………………………………..9
2.6 Penatalaksaan…….………………………………………………......8
2.7 Pemeriksaan Penunjang………..……………………………………12
2.8 Komplikasi….………………………………………………….........15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian……………………………………………………….....17
3.2 Diagnosa……………………………………………………............18
3.3 Intervensi Keperawatan……………………………………….……18

BAB IV MANAJEMEN GAWAT DARURAT


4.1 Manajemen Gawat Darurat Syok Hipovolemik…………………….22
4.2 Peran Dan Fungsi Perawat Syok Hipovolmik,…………….………..26

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………..………...27

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…….28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok adalah suatu sindrom klinis ditandai dengan kegagalan dalam pengaturan
peredaran darah sehingga terjadi kegagalan untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Kegagalan sirkulasi ini biasanya disebabkan oleh kehilangan cairan (hipovolemik), karena
kegagalan pompa jantung ataupun karena perubahan resistensi vaskuler perifer. Berdasarkan
sumber penyebabnya terdapat 4 macam syok, yaitu syok hipovolemik, syok kardiogenik,
syok obstruktif, dan syok distributif.
Syok hemoragik (hipovolemik) disebabkan kehilangan akut dari darah atau cairan
tubuh. Cairan di tubuh manusia terdiri dari cairan intraselular dan cairan ekstraselular terbagi
dalam cairan intravaskular, cairan interstisial, dan cairan transelular.3 Volume kompartemen
cairan sangat dipengaruhi oleh natrium dan protein plasma. Natrium paling banyak terdapat
di cairan ekstraselular, di cairan intravaskular (plasma) dan interstisial kadarnya sekitar 140
mEq/L. Hipovolemia menyebabkan beberapa perubahan yaitu vasokonstriksi organ sekunder
(viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan organ primer (otak, jantung) dengan aliran darah
yang tersisa. Vasokonstriksi menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi metabolisme anaerobik
dengan produk asam laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat.
Kondisi hipovolemik adalah penyebab tersering dari keadaan syok dibandingkan
dengan sebab yang lain akibat suatu trauma/ non trauma yang menyebabkan kehilangan
sejumlah besar darah atau cairan tubuh. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami
syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 94%.
Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 64%. Berdasarkan paparan diatas maka
kami mengangkat judul mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
SYOK HIPOVOLEMIK”.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok Hipovolemik?
2. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan pada klien dengan Syok Hipovolemik?
3. Bagaimana Manajemen Gawat darurat pada klien dengan Syok Hipovolemik?
4. Bagaimana peran dan fungsi perawat pada klien dengan Syok Hipovolemik?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok Hipovolemik
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar keperawatan pada klien dengan Syok Hipovolemik
3. Untuk mengetahui manajemen gawat darurat dan peran serta fungsi perawat pada klien
dengan Syok Hipovolemik
BAB II
KONSEP DASAR MEDIK

2.1 Definisi
Syok Hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan dalam pembuluh darah atau
keluaran jantung tidak cukup tinggi untuk mempertahankan peredaran darah, sehingga
pasokan oksigen dan bahan bakar ke organ vital, terutama otak, jantung, dan ginjal tidak
cukup sehingga untuk mempertahankan organ ini tubuh akan mengimbangi dengan menutup
nadi pada organ yang kurang vital seperti kulit, usus (Krisanty, et al., 2016).
Syok Hipovolemik mengacu pada suatu kondisi dimana darah, plasma, atau kehilangan
cairan menyebabkan penurunan volume sirkulasi darah dan cardiac output. Hal ini
menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat. (Emergency
Nurses Association. 2013)
Jadi, syok hipovolemik adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekuarang atau
kehilangan cairan berupa darah, plasma yang mengakibatkan tubuh tidak mampu
mempertahankan sirkulasi atau perfusi ke jaringan tidak adekuat. Sehingga kebutuhan
metabolisme tubuh tidak dapat dipenuhi yang maka terjadi kegagalan pada organ-orga
tubuh.
2.2 Etiologi
Penyebab umum syok hipovolemik meliputi berikut ini ( Emergency Nurses Association.
2013)
a. Trauma tajam
b. Cedera organ padat internal dan perdarahan
c. Rupture aneurisma abdomen
d. Perdarahan gastrointestinal berat
e. Plasenta previa dan solusio plasenta
f. Rupture tuba falopi sekunder pada kehamilan ektopik
g. Pankreatitis akut
h. Asites
i. Luka bakar yang luas
j. Muntah-muntah hebat atau diare

2.3 Patofisiologi

Syok hipovolemik merupakam suatu kondisi terjadi ketika penurunan volume


intravaskuler secara signifikan (Timby&Smith,2010). Hal ini diakibatkan karena perdarahan
atau kehilangan cairan secara berlebihan salah satunya saat kondisi dehidrasi berat. Ketika
tubuh kehilangan banyak darah atau cairan, akan mempegaruhi pengembalian darah dari vena
ke jantung (Smelthzer et al,2010). Pengaruh tersebut berupa terjadi penurunan volume drah
yang dibawah oleh vena menuju jantung ketika darah yang dibawah oleh vena mempunyai
kapasitas atau volume yang sedikit, pengisian ventrikel pun akan menjadi sedikit sehingga,
akan terjadi penurunan stroke volume(sv) dan mempengaruhi penurunan kardiak output serta
penurunan tekanan darah.

Pada kondisi syok hipovolemik, terjadi ketidakadekuatan volume darah yang


bersikulasi ke jaringan sehingga tubuh akan berusaha menyusuaikan segala perubahan yang
terjadi dengan melakukan mekanisme kompensasi (Black&Hawks,2014). Tanpa adanya
mekanisme kompensasi maka tubuh akan kehilangan volume vaskuler yang sangat cepat dan
hal ini akan mengakibatkan syok irreversible (Porth&Grossman,2014). Mekanisme
kompensasi dibagi menjadi dua yaitu, untuk mempertahankan fungsi jantung dan
mempertahankan volume darah.

Pada mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung, dipengaruhi oleh


saraf simpatik dimana saraf tersbut memiliki respon yang sangat cepat apabila terjadi
penurunan perfusi (Porth&Grossman,2014). Jantung akan menjadi takikardi akibat respon
dari saraf simpatik selain it, akan terjadi fase kontriksi pembuluh darah supaya meningkatkan
aliran balik dri vena ke jantung

Jantung dan liver (Porth&Grossman,2014). Pada hipotalamus, akan teraktivasi


stimulasi rasa haus agar klien mempunyai keinginan utnuk memasukan cairan ke tubuhnya.
Hati akan melakukan mekanisme kompensasi dengan fase kontriski agar meningkatkan
tekanan darahdari vene menuju ke jantung (Porth&Grossman,2014). Selain itu, akan
teraktivasi pula kelenjar pituitary untuk menstimulasi pelepasan ADH ke ginjal sehingga,
terjadi penurunan urine output.

Ginjal jga akan mengaktifkan Renin-Angiotensin-Aldosteron sistem (RAAs) untuk


meningkatkan tekanan darah serta volume darah. Aktivasi RAAs diawali dari terjadinya
penurunan perfusi pada ginjal sehingga ginjal akan mengeluarkan renin yang menjadi
angiontensin satu dengan mengeluarkan enzim angiontenisnogen (William&Hopper,2009).
Selanjutnya, angiontensin satu akan berubah menjadi angiontensin dua dengan bantuan ACE
dari paru paru. Angiontensin dua berperan sebagai vasokonstruktor yang mengakibatkan
lasokontruksi pembuluh darah. Selain itu, akan terjadi pelepasan aldosterone oleh korteks
adrenal yang berfungi untuk retensi natrium dan air sehingga volume darah akan meningkat
dan urin output juga dapat menurun (William&Hopper,2009)

Manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan syok dapat tergantung pada tingkat
keparahan yang terjadi. Namun pada orang dewasa, terkadang tidak terlihat manifestasi
klinisnya apablia klien kehilangan darah kurang dari 500ml (White, Duncan & Baumle,
2013). Menurut (Timby & Smith, 2010) manifestasi klinis dari syok hipovolemik tidak akan
terlihat terkecuali tubuh telah kehilangan darah sekitar 15% atau lebih dari 30% (750ml atau
lebih dari 1000ml) manifestasi yang mucul juga berkaitan dengan berbagi mekanisme
kompensasi yang terjadi. Pada awalnya, manifestasi klinis yang muncul adalah takikardi dan
penurunan tekanan darah hingga kurang dari 90/40 mmHg. Selain itu, pasien akan terlihat
cemas, gelisah, akral dingin, pengisisan kapiler juga tertunda, output kurang dari 10ml/jam,
serta terjadi peningkatan pada laju pernapasan (White, Duncan & Baumle, 2013).
2.4 Klasifikasi Syok Hipovolemik
Berikut klasifikasi syok hipovolemik berdasarkan jumlah kehilangan darah dan respons
fisiologis. (Emergency Nurses Association. 2013)
KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV
Kehilangan <750 750-1500 1500-2000 >2000
darah (ml)
Kehilangan <15% 15%-30% 30%-40% >40%
darah
Denyut <100 100-120 120-140 >140
(detak per
menit)
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Pernapasan 14-20 20-30 30-40 >35
(napas per
menit)
Output urine >30 20-30 5-20 Negligible
(mL/jam)
Sistem saraf Sedikit cemas Agak cemas Cemas, bingung Bingung, letargi
pusat
Penggantian crystalloid crystalloid Crystalloid dan Crystalloid dan
cairan darah darah

1.5 Manifestasi Klinis


Pada syok hipovolemik, ukuran kompartemen vascular tetap tidak berubah
sedangkan volume cairan berkurang. Penurunan volume intravascular sebagai akibat
penurunan darah vena ke jantung (preload) diikuti oleh penurunan stroke volume dan
cardiac output. Rangaian ini menunjukkan penurunan perfusi jaringan dan gangguan
metabolism sel.
Tubuh merespon terhadap perdarahan akut dengan meningkatkan semua system
fisiologis mayor. Tingkat keparahan dari presentasi klinis dan intervensi yang diperlukan,
sebagian besar ditentukan oleh jumlah cairan yang hilang atau bergeser dari ruang
intravascular karena cedera. Kehilangan cairan dapat diperkirakan dengan jenis injury.
ESTIMASI KEHILANGAN DARAH AKIBAT CEDERA
Cedera Perkiraan kehilangan cairan darah
Fraktur pelvis 3000 mL
Fraktur femur 1000 mL
Fraktur tibia 650 mL
Cedera Intra Abdominal 2000 mL
Cedera torak 2000 mL

Estimasi kehilangan volume dan penilaian tanda-tanda vital, produksi urine, dan
status mental akan membantu pemberi layanan kesehatan (perawat dan dokter) dalam
menentukan tingkat keparahan syok hipovolemik. Usia dan kondisi medis sebelumnya juga
berperan dalam keparahan respons fisiologis darah.
Poin tambahan untuk dipertimbangkan ketika menilai pasien berpotensi
hipovolemik adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan denyut jantung yang diharapkan (karena stimulasi simpatis) mungkin tidak ada
atau berkurang pada pasien yang menggunakan obatbeta-blocker.
b. Nilai tekanan darah bukan merupakan indicator terhadap syok. Vasokonstriksi dan
peningkatan kontraktilitas miokard (respon tambahan untuk stimulasi simpatis) dapat
mempertahankan tekanan darah untuk beberapa waktu.
c. Pulse pressure (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic) merupakan indicator stroke
volume. Pulse pressure menurun ketika level keparahan syok pasien meningkat.
Berikut alur terjadinya syok hipovolemik. :

Perdarahan atau penurunan volume cairan intravaskuler



↓ Penurunan cardiac output

↓ penurunan perfusi jaringan
Mekanisme kompensasi diaktifkan

Pelepasan epinephrine Stimulasi sistem renin-


dan norephinephrine angiotensin-adosteron

↓ ↓

↑ detak jantung meningkat Pelepasan ADH

dan perlawanan sistem ↓


vaskuler Perpindahan cairan
intraseluler ke intravaskuler

↑ peningkatan volume darah

↑ peningkatan cardiac darah

Kegagalan mekanisme kompensasi

↓↓ cardiac output semakin menurun

↓↓↓ tekanan darah semakin menurun

↓↓semakin menurun nya organ vital

Kegagalan organ multisistem

1.6 Penatalaksanaan
1. Intervensi Terapeutik
Manajemen pasien syok hipovolemik diarahkan untuk mencegah kehilangan cairan lebih
lanjut dan memulihkan volume sirkulasi. Perdarahan berkontribusi terhadap presentase
terbesar dari mortality pada satu jam pertama dan dan 50% kematian pada hari pertama
setelah trauma. (Emergency Nurses Association. 2013)
a. Intervensi untuk syok hipovolemik termasuk manajemen jalan napas yang agresif.
Pasien mungkin memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.
Ventilasi positif pressure yang berlebihan harus dihindari karena dapat
mengurangi aliran balik vena ke jantung.
b. Control perdarahan merupakan prioritas pada pasien dalam fase perdarahan aktif.
Tekanan langsung ke area perdarahan tetap merupakan intervensi awal yang
penting.
c. Dukungan sirkulasi memerlukan resusitasi cairan dengan dua kateter intravena
(IV kateter) dengan ukuran yang besar dan infus larutan kristaloid yang hangat.
- Memulai dengan IV kristaloid isotonik yang hangat, biasanya 1-2 liter bolus
untuk orang dewasa atau 20 mL/kg untuk pasien pediatric.
d. Pasang monitor jantung pada pasien dan kaji adanya disritmia
e. Siapkan pasien untuk procedur diagnostik dan kemungkinan intervensi surgical.
Prosedur diagnostic dilakukan secara rutin dapat mencakup :
- Serial hemoglobin dan hematocrit
- Berat jenis urine
- Serum elektrolit
- Kadar asam laktat (>4 mmol/L)
- Meningkatnya deficit basa (tingkat normal adalah 2 mEq/L)
- Computed tomography
- Radiografi sesuai indikasi untuk menentukan sumber perdarahan.
f. Pasang kateter urin dan memonitor keluaran urin per jam.
g. Mencegah hipotermia dengan menggunakan selimut hangat, pemanasan lampu,
atau pemanas konveksi.
h. Pasang selang NGT untuk mengurangi distensi lambung yang berhubungan
dengan muntah dan aspirasi.

Menurut Vinthia yuliana(2017) terdapat pengaruh posisi trendelenberg terhadap


tekanan darah pada pasien syok hipovolemik sehingga beliau menyarankan untuk
perawat agar dapat mengimplikasikan posisi trendelenberg yang dimodifikasi dengan
meninggikan tungkai pasien sekitar 20 derajat, lutut diluruskan, trunchus horizontal
dan kepala agak dinaikkan pada pasien syok hipovolemik dengan memperhatikan
hemodinamiknya. Tujuannya untuk meningkatkan arus balik vena yang dipengaruhi
oleh gaya gravitasi.(Yuliana, 2017)

Pertimbangkan memposisikan pasien syok dalam posisi dengan kaki ditinggikan,


posisi ini dapat memfasilitasi aliran balik vena ke jantung. Jangan memposisikan
pasien dalam posisi trendelenburg. Posisi tersebut tidak dapat meningkatkan kinerja
jantung, dapat memperburuk pertukaran gas, dan dapat berdampak aspirasi pada
pasien.

2. Kristaloid dan Koloid


Kristaloid mengembalikan volume secara cepat, mudah didapat dan murah, dan memiliki
insiden efek samping rendah karena alasan ini kristaloid umumnya pilihan yang paling
disukai untuk inisiasi resusitasi cairan. Cairan normal saline (NS) dan ringer laktat adalah
kristaloid paling umum digunakan. Ringer laktat harus digunakan secara bijak, karena
dapat mengakibatkan peningkatan kandungan laktat, yang bisa mengakibatkan tidak
adekuatnya perfusi. Orang dewasa dapat menerima1-2 Liter secara cepat dan pasien anak
harus menerimabolus sebesar 20 mL/kg.
Koloid dapat digunakan setelah resusitasi cairan awal untuk mempertahankan volume
intravascular. Produksi koloid diklasifikasikan sebagai yang berbasis protein (albumin)
atau berbasis non-protein (hetastarch dan dekstran). Karena tekanan onkotik, koloid tetap
berada di ruang intravascular lebih lama dari kristaloid dan dengan demikian memperluas
volume intravascular ke tingkat yang lebih besar. Biaya koloid jauh lebih tinggi dari
kristaloid dan penggunaannya dalam resusitasi cairan belum menunjukkan perbaikan
terhadap angka mortalitas.
Jangan menggunakan dextrose 5 % dalamair untuk resusitasi cairan. Karena dapat
didistribusikan ke seluruh kompartemen tubuh, tikak memberikan kontribusi untuk
ekspansi volume intravascular.

3. Penggantian darah
Penggantian volume darah dengan darah lengkap (whole blood), sel darah merah (packed
red blood cell), fresh frozen plasma (plasma), dan pengganti darah, merupakan bagian
penting dari manajemen syok hemoragik hipovolemik. Jenis-spesifikasi dan
crossmtached darah lebih disukai jika waktu memungkinkan untuk dilakukan
pencocokan. Dalam kasus hipovolemia hemoragik yang berat, darah O-negatif dapat
digunakan, sampai type dan crossmatch yang lengkap selesai dilakukan, pasien laki-laki
dan perempuan setelah usia subur bisa diberikan darah O-positif. Dalam kasus trauma
torax, pertimbangan autotransfuse jika ada kehilangan darah dalam jumlah besar atau,
jika lebih dari 500 mL darah dikumpulkan. Autotransfusi merupakan kontraindikasi pada
kasus trauma berat dengan potensi kontaminasi dengan konten usus.
4. Transfusi Masif
Defeisi dari transfusi masif belm ditetapkan. Namun sebagian besar mendefinisikan
yang mengacu kepada pergantian dari volume darah pasien denganpresentasi besar dan
waktu yang relatif singkat(biasanya < 24 jam). Karena PRBCs kekurangan trombosit
sebagai faktor pembeku yang cukup, disarankan setiap pemberian 1 unit trombosit
diberikan untuk setiap 1 atau 2 unit PRC untuk mencegah coagulopathies.
Semua cairan dan transfuse darah yang didistribusikan selama resusitasi harus
dihangatkan untuk meminimalkan hipotermia dan asidosis metabolic. Saat menerima
darah pasien harus diperiksa secara rutin untuk respon terhadap pengobatan dan
komplikasi terkait dengan infus darah (transfusi).
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: Analisis complate
blood count (CBC), kadar elektrolit (Ma,K,Cl,HCO3,BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT,
APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah
sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokkan.
2. Pemeriksaan penunjang lainnya:
a. Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemik langsung
dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
b. Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di
unit gawat darurat. Jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abnominalis. Jika dicurigai
terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang Naso gastrik, dan Gastric
Lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak di lakukan jika di curigai ulkus
pervorasi atau syndrom boerhaase. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien
tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.
c. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika
pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi
pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas
tersebut.
d. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos
dada awal, dapat dilakukan Transesovagial Ecocardiografi, Aortografi atau CT-scen
dada.
e. Jika dicurigai terjadi cidera abdomen, dapat dilakukan pemerikasaan VAST (focused
abnominal sonografi for trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak
stabil.

2.8 Komplikasi
1. Kegagalan multiorgan akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena
hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas
sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian 11 pola gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya perdarahan, seperti perdarahan bagian luar tubuh ketika mengalami cedera atau
perdarahan organ dalam ketika disebebkan oleh berbagai penyakit dalam seperti infeksi.
Selain perdarahan, kehilangan banyak cairan seperti diare, muntah-muntah, keringat
berlebihan, dan luka bakar juga bisa menyebebkan penurunan jumlah darah yang
diedarkan dalam tubuh.
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Tidak adanya nafsu makan
b. Penurunan berat badan
3. Pola eliminasi
a. Produksi urin berkurang
b. Keringat yang berlebihan
c. Diare
d. Muntah-muntah
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Kelelahan
b. Pusing
c. Pernapasan dangkal dan cepat
d. Kelemahan
e. Nadi lemah
f. Hilang kesadaran
g. Denyut jantung cepat
h. Sesak
5. Pola tidur dan istirahat
Penurunan kualitas tidur

6. Pola persepsi dan kognitif


Adanya penurunan kesadaran
7. Pola persepsi dan konsep diri
a. Merasa cemas dengan penyakit yang diderita
b. Keterbatasan dalam beraktivitas akibat penyakit
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Interaksi dengan lingkungan berkurang
9. Pola reproduksi dan seksualitas
a. Penurunan peran dan hubungan seksual reproduksi
b. Keterbatasan gerak untuk melakukan peran dalam proses seksual repeoduksi
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
a. Gelisah
b. Cemas dan takut
11. Pola nilai dan kepercayaan
Penurunan aktivitas beribadah

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
2. Ketidakefektifan pola napas b/d keletihan otot pernapasan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan mencerna
makanan

3.3 Intervensi Keperawatan


DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda tanda vital
perfusi jaringan keperawatan selama…x24  Monitor tekanan darah,
perifer b/d kurang jam diharapakan nadi, suhu, dan status
pengetahuan  Pengisian kapiler jari pernafasan dengan cepat
tentang proses (040715) dipertahankan  Catat gaya dan frekuensi
penyakit pada deviasi cukup besar yang luas pada tekanan
dari kisaran normal skala darah
2 ditingkatkan ke deviasi  Identifikasi kemungkinan
sedang dari kisaran penyebab perubahan tanda
normal skala 3. tanda vital
 Nilai rata-rata tekanan  Periksa secara berkala
darah (040740) keakuratan instrument yang
dipertahankan pada digunakan untuk perolehan
deviasi yang cukup besar data pasien
skala 2 ditingkatkan ke
deviasi sedang dari
kisaran normal skala 3.
 Kerusakan kulit (040746)
dipertahankan pada skala
2 deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal
dan di tingkatkan ke skala
4 deviasi ringan dari
kisaran normal.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitor pernapasan
pola napas b/d keperawatan selama…x24  Monitor pola napas
keletihan otot jam diharapkan: (misalnya, bradipneu,
pernapasan  Frekuensi pernafasan takipneu, hiperventilasi,
(041501) dipertahankan pernapasan kusmaul, dll)
pada deviasi yang cukup-  Auskultasi suara napas,
cukup berat dari kisaran catat area dimana terjadi
normal skala 2 penurunan atau tidak
ditingkatkan ke deviasi adanya ventilasi dan
ringan dari kisaran normal keberadaan suara napas
skala 4 tambahan
 Kedalaman inpirasi  Kaji perlunya penyedotan
(041530) dipertahankan nafas dengan auskultasi
pada deviasi cukup cukup suara nafas ronki di paru
berat dari kisaran normal  Berikan bantuan terapi
skala 2 ditingkatkan ke nafas jika diperlukan
deviasi ringan dari kisaran (misalnya,nebulizer)
nomal skala 4
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama..x 24  Tentukan status gizi pasien
kebutuhan tubuh jam diharapkan : dan kemampuan pasien
b/d  Asupan gizi (100401) untuk memenuhi kebutuhan
ketidakmampuan dipertahankan pada gizi
mencerna makanan banyak menyimpang dari  Identifikasi adanya
rentang normal skala 2 alergiatau intoleransi
ditingkatkan ke sedikit makanan yang dimiliki
menyimpang dari rentang pasien
normal  Tentukan jumlah kalori dan
 Asupan cairan (100408) jenis nutrisi yang
dipertahankan pada dibutuhkan untuk
banyak menyimpang dari memenuhi persyaratan gizi
rentang normal skala 2  Ciptakan lingkungan yang
ditingkatkan ke sedikit optimal pada saat
menyimpang dari rentang mengkonsumsi makanan
normal skala 4 (misalnya, bersih,
 Energy (100403) berventilasi, santai, dan
dipertahankan pada bebas dari bau yang
banyak penyimpangan menyengat
dari rentang normal skala
2 ditingkatkan ke sedikit
penyimpangan dari
rentang normal skala 4
BAB IV
MANAJEMEN GAWAT DARURAT

4.1 Manajemen Gawat Darurat dalam Syok Hipovolemik


1. First aid
Ketika terdapat pasien yang menunjukan tanda dan gejala syok hipovolemia, tindakan
pertama adalah segera mungkin mencari bantuan medis. Sementara menunggu bantuan
medis datang lakukan hal-hal berikut
a. Buat pesien merasa nyaman dan hangat (untuk mencegah terjadinya hipovolemia)
b. Pastikan bahwa tidak ada permasalahan pada ABC (Airway, Breathing, dan Circilation)
c. Apabila tampak adanya perdarahan external, maka lakukan penekanan secara langsung
pada lokasi perdarahan. Apabila hal tersebut gagal lakukan penekanan secara tidak
langsung atau pun cara memberikan tourniquet
d. Baringkan pasien dalam posisi datar dengan kaki ditinggikan 45 derajat untuk
mempertahankan sirkulasi. Apabila terdapat cidera pada kepala, leher, tungkai bawah,
seperti fraktur, maka jangan berusaha untuk digerakkan sebelum sudah terfiksasi
dengan baik kecuali apabila pasien dalam keadaan darurat
e. Jika terjadi reaksi alergi, tangani reaksi alergi tersebut
2. Field care
Pada perawatan di lapangan atau saat transportasi menuju ke rumah sakit, berikan oksigen
kepada pasien untuk mempertahankan suplai ogsigen ke jaringan. Terapi cairan intravena
seperti pemberian ringer lactate dapat mengkompesasi kehilangan darah pada pasien,
namun cairan intravena tidak mengangkut darah pada pasien, sehingga lebih baik untuk
mendapatkan trensfusi darah.
3. Hospital care
a. Syok Hipovolemik Karena Perdarahan
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ditujukan terhadap diagnosis kelainan yang mengancam nyawa
dan meliputi penilaian terhadap ABC. Pencatatan data penting untuk monitoring
lebih lanjut. Tanda vital, jumlah urine dan tingkat kesadaran penting untuk dicatat.
2) Airway Breathing
Jalan nafas dan pernafasan tetap merupakan prioritas pertama untuk menjaga
tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
3) Sirkulasi dan Kontrol perdarahan
Prioritas adalah : control perdarahan luar, dapatkan akses vena yang cukup besar dan
nilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka eksternal biasanya dapat dikontrol
dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka, seperti kepala leher dan
ekstremitas. Perdarahan internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS
biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan >PASG (Gurita) dapat dipakai
mengontrol perdarahan pelvic dan ekstremitas inferior, tetapi alat ini tidak boleh
menggangu pemasangan infuse. Pembidaian dan spalk traksi dapat membantu
mengurangi perdarahan pada tulang panjang.
4) Disability (pemeriksaan neurologis)
Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan bola mata dan reaksi pupil, fungsi
motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk menilai perfusi otak.
5) Exposure (pemeriksaan menyeluruh)
Setelah menetukan prioritas terhadap keadaan yang mengancam nyawa korban
gawat darurat dilepas seluruh pakaian untuk mendapatkan gambaran menyeluruh
mengenai kelainan yang ada tetapi harus dicegah hipotermi.

6) Dilatasi Gaster –Decompresi


Dilatasi gaster kerap kali terjadi pada korban gawat darurat trauma, dan mungkin
menyebabkan aspirasi – suatu komplikasi yang mungkin fatal NGT harus terpasang
pada alat suction dan berfungsi baik.
7) Kateter Uretra
Memungkinkan untuk pemeriksaan urine akan adanya hematuri serta penilaian
perfusi akan hasil resusitasi cairan.Darah pada uretra atau prostat dengan letak tinggi
mudah bergerak atau tidak tersentuh pada laki laki merupakan kontra indikasi
mutlak bagi pemasangan kateter ureta.
8) Akses Vaskular
Akses vascular harus segera dan sebaiknya memakai 2 kateter intra vena yang besar
(minimum no 16 G). Tempat untuk vena adalah berturut turut : 1. Vena perifer
2.Vena sectie 3.Vena sentral. Pada anak kecil kurang dari 6 tahun cara intra oseus
dapat dicoba sebelum vena sentral
9) Pemberian Cairan
Larutan elektrolit isotonic digunakan untuk resusitasi awal. Cairan jenis ini akan
menambah volume intravascular lebih stabilkarena akan mengisi cairan inter selular
serta intra selular. Cairan ringer lactate merupakan pilihan pertama. Cairan NaCl
0.9% adalah pilihan kedua, namun pada pemberian yang massif akan mengakibatkan
asidosis hiperkloremik, terutama apabila disertai gangguan faal ginjal. Diberikan
bolus secepatnya. Dosis adalah 1-2 liter untuk dewasa dan 20 cc/kg BB untuk anak.
Korban gawat darurat diobservasi selama diguyur dan keputusan korban gawat
daruratnya akan diapakan harus didasarkan pada respon korban gawat darurat
terhadap cairan.
10) Evaluasi resusitasi cairan dan perfusi Organ
Gejala dan tanda yang dipakai diagnosis syok juga digunakan untuk menilai hasil
resusitasi. Kembalinya tekanan darah, tekanan nadi dan denyut nadi adalah tanda
bahwa sirrkulasi membaik. Namun tanda diatas tidak menandakan perfusi
organ.Perbaikan kesadaran dan keadaan kulit menunjukan perbaikan
perfusi,namun sulit dihitung secara kuantifikasi. Yang paling baik adalah hasil
urine/jam. Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran
urin sekitar 0,5 ml/kg/jam pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anak anak dan
2ml/kg/jam untuk bayi(dibawah umur 1 th). Ringer lactate 2000 cc pada dewasa,
20 cc / kgBB pada anak anak.
11) Tranfusi Darah
Pemberian darah tergantung respon korban gawat darurat terhadap pemberian
cairan sebelumnya>pada fase pra RS jarang dilakukan pemberian tranfusi darah.
Tranfusi darah lazimnya diberikan dipelayanan kesehatan, namun demikian apabila
memang dibutuhkan dapat diberikan di rumah sakit lapangan.
12) Menilai kembali respon penderita dan menghindari komplikasi
Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian volume
yang tidak adekuat.terapi yang segera tepat dan agresif untuk memulihkan perfusi
organ akan memperkecil kejadian yang tidak dikehendaki ini sekecil mungkin.

1) Perdarahan yang berlanjut. Perdarahan yang tidak kelihatan adalah penyebab


yang paling umum dari respon buruk penderita terhadap terapi pemberian
cairan.
2) Kebanyakan cairan (overload ) dan pemantauan CVP

b. Syok Hipovolemik karena Dehidrasi


Klasifikasi Klinis Pengelolaan
Dehidrasi ringan : Nadi Normal atau nadi Penggantian volume
Kehilangan cairan sedikit meningkat cairan yang hilang
tubuh sekitar 5% BB dengan cairan kristaloid
(NaCl 0,9% atau RL)
Dehidrasi Sedang : Nadi cepat, TD mulai Penggantian volume
Kehilangan cairan menurun, selaput lendir cairan yang hilang
tubuh sekitar 8% BB sangat kering, Oliguria, dengan cairan kristaloid
lesu, lemas (NaCl 0,9% atau RL)
Dehidrasi Berat: Nadi sangat cepat dan Penggantian volume
Kehilangan cairan kecil, sulit diraba, TD cairan yang hilang
tubuh >10%BB turun, Anuria, kesadaran dengan cairan kristaloid
menurun. (NaCl 0,9% atau RL)

4.2 Peran dan Fungsi Perawat


1. Perawat memantau perubahan-perubahan dalam tingkat kesadaran, keadaan umum pasien,
kulit, keluaran urin dan tanda-tanda vital (Tanda vital adalah indikator penting dari status
hemodinamik pasien, tekanan darah adalah metode pemantauan tidak langsung hipoksia
jaringan. Sampai waktu terjadinya penurunan tekanan darah, kerusakan telah terjadi pada
kerusakan seluler dan jaringan. Oleh karena itu, penting sekali bahwa pasien yang
beresiko terhadap syok dikaji dan dipantau dengan ketat sebelum terjadi penurunan
tekanan darah)
2. Perawat juga harus memantau Hasil pemeriksaan lab secara ketat.
3. Perawat pula memantau status hemodinamik pasien dan dengan cepat melaporkan
penyimpangan yang terjadi kepada dokter, membantu dan mengidentifikasi dan mengatasi
kelainan mendasar melalui pengkajian pasien secara dalam, memberikan cairan dan
medikasi yang diresepkan dan meningkatkan keselamatan pasien.
4. Perawat pula berperan dalam pengaturan tetesan infus
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Syok Hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan dalam pembuluh darah atau keluaran
jantung tidak cukup tinggi untuk mempertahankan peredaran darah, sehingga pasokan
oksigen dan bahan bakar ke organ vital, terutama otak, jantung, dan ginjal tidak cukup
sehingga untuk mempertahankan organ ini tubuh akan mengimbangi dengan menutup nadi
pada organ yang kurang vital seperti kulit, usus. Yang disebabkan oleh kehilangan darah
akibat perdarahan, kehilangan plasma, misalnya pada luka bakar, kehilangan cairan akibat
muntah dan diare yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA

Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing: Principles and
Practice. 7 ed. St Louis: Elsevier Inc

Brunner & Suddarth . (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Hardisman. (2013). Memahami Patofisisologis dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik. Jurnal
Kesehatan, 2-3.

Krisanty, P., Manurung, S., Wartonah, Sumartini, M., Dalami, E., Rohimah, & Setiawati, S.
(2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM.

Michael I.Greenberg, R. (2008). Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga.

Yuliana, V. (2017). PENGARUH POSISI TRENDELENBURG TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN SYOK
HIPOVOLEMIK.
SKENARIO KASUS

Tn. J umur 23 tahun yang hendak berangkat kerja, saat dalam perjalanan menuju tempat kerjanya,
Tn.J mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung di bawa ke IGD RS,Tn. Tn. J yang mngendarai
motor tertabrak oleh mobil Kampas lalu terpental ke pinggir jalan kemudian Tn. J tidak sadarkan
diri, dengan nilai GCS ( M:3, V:2, E:2 ). Tn. J megalami fraktur terbuka femur disertai perdarahan
hebat. Saat pengkajian didapatkan TTV : TD 90/60mmg,Nadi 126x/menit, P : 28 kali/menit, S :
36,1. Akral dingin, pasien juga tampak pucat, turgor kulit juga buruk, CRT > 3 detik, nadi cepat
tetapi lemah, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi.
FORMAT PENGKAJIAN GAWAT DARURAT
STIK STELLA MARIS MAKASSAR
PROGRAM PROFESI NERS

Nama Mahasiswa :Florawaty Dettumanan


NIM : NS2014901052

A. Identitas Pasien
Nama Pasien (Initial) : Tn.J
Umur : 23 Thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal/Jam MRS :
Tanggal/Jam Pengkajian :
Diagnosa Medis :

B. Pengkajian
1. Keadaan Umum: pasien tampak tidak sadarkan diri saat masuk IGD, saat pengkajian di
dapatkan TD 90/60 mmHg, RR 28 x/m, Nadi 126x/m, suhu 36,1 CRT > 3 detik, dan
kulit terlihat pucat, akral dingin, turgor kulit jelek Jumlah perdarahan ± 1900 cc
2. Triase
Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5
Alasan (kondisi pada saat masuk): tampak pasien mengalami penurunan kesadaran dengan
nilai GCS 7 (M3V2E2), Perdarahan dan dispnea

3. Keluhan Utama : fraktur femur terbuka disertai perdarahan

Riwayat Keluhan Utama (Kaji Mekanisme Trauma Jika Pasien Trauma): (Tn.J (23th)
mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung dibawah ke IGD RS A. Tn.J yang
mengendarai motor tertabrak mobil lalu terserempet pickup kemudian terpental kepinggir
jalan dan tidak sadarkan diri. Tn.J mengalami fraktur terbuka femur disertai pendarahan
hebat ±1900 cc

4. Riwayat Penyakit Terdahulu: keluarga mengatakan, Tn.J tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya

5. Survey Primer
a. Airway dan Control Cervikal
Paten SuaraNapas:
 Tidak paten Normal
 Benda asing  Stridor
 Sputum  Snoring
 Cairan/darah  Gurgling
 Lidahjatuh  Tidak ada suara napas
 Spasme  Lainnya:………………
 Lainnya:……………
Fraktur servikal
 Ya
Tidak
Data lainnya:
b. Breathing
Frekuensi : 28 x/menit
SaturasiOksigen: 88 %
 Apnea
 Orthopnue
Sesak

Tanda distress pernapasan: Suara Tambahan


 Retraksi dada/interkosta  Wheezing
Penggunaan otot bantu napas  Ronchi
 Cuping hidung  Rales
 Lainnya:…………….
Irama pernapasan
 Teratur Perkusi
Tidak teratur Sonor
 Dalam  Pekak
Dangkal  Redup
Lokasi:……………………..
Pengembangan Dada
Simetris Krepitasi
 Tidak Simetris  Ya
Tidak
Suara Napas
Vesikuler Distensi Vena Jugularis
 Broncho-vesikuler  Ya
 Bronkhial Tidak

Vocal Fremitus: Jejas


 Ya
Tidak
Lokasi:…………………

Luka/Fraktur
Ya, sebutkan: fraktur terbuka femur
 Tidak Data

Lainnya:

c. Circulation

Tekanan Darah: 90/60 mmHg

Suhu: :36,10C

Nadi Tidak teratur


Frekuensi: 126 x/menit
 Tidak Teraba Mata cekung
 Kuat  Ya
Lemah Tidak
 Teratur
Turgor kulit CRT >3 detik
 Elastis  Edema
Menurun  Lainnya:………………..
Buruk
Diaphoresis
Bibir  Ya
Lembab Tidak
Kering
Perdarahan
Ya, Jumlah: 1900cc
Kulit dan ekstremitas Warna: merah segar
 Hangat
Melalui: paha sebelah kiri
Dingin
Sianosis  Tidak
Pucat
Data Lainnya:

d. Disability
Tingkat Kesadaran GCS
Kualitatif : supor
Kuantitatif: M: 3
V: 2
E: 2
∑: 7

Pupil
Isokor
 Anisokor
 Midriasis

Refleks cahaya
Positif
 Negatif

Test Babinsky:
 Fisiologis
Patologis

Kaku kuduk
 Ya
Tidak
Uji Kekuatan Otot:

1 1

0 1

Kesimpulan:

Data Lainnya:

e. Exposure (khusus pasien trauma), lakukan log roll:


Luka
 Jejas
Jelaskan: tampak luka terbuka pada paha kiri
Data Lainnya:

f. Foley Chateter
Terpasang, Output: 15cc/jam
Warna: kuning
Lainnya:…………………
Tidak terpasang

g. Gastric Tube
 Terpasang, Output: .................cc/jam
Warna:…………………...
Lainnya:…………………
Tidak terpasang

h. Heart Monitor
Terpasang, Gambaran: sinus takikardi
Lainnya: …………………
 Tidakterpasang

6. Survey Sekunder meliputi pemeriksaan head to toe (dilakukan jika survey primer telah
stabil):

AMPLE (Khusus pasien trauma)


Alergi: pada tidak ada alergi
Medikasi: pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan
Past medical history: pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
Last Oral Intake: pasien minum teh pada pagi hari bersama keluarga di rumah sebelum
berangkat kerja/kecelakaan
Events: pasien mau berangkat kerja

7. PemeriksaanPenunjang
a. Elektorkardiogram (EKG) : sinus takikardi
b. Foto rontgen
c. CT-Scan
d. Laboratorium :
- HB : 9 g/dl
- Tombosit : 120.000 µL
- Leukosit: 9.000
- Hematokrit :30%
e. Analisis Gas Darah (AGD)

8. Farmakoterapi (namaobat/dosis/waktu/jalurpemberian):

1. cairan RL 30 tetes/menit

2. ceftriaxone 1gr/IV

3. asam traneksamat 500mg/5ml/IV.

NamaMahasiswa Yang Mengkaji NIM TTD


Analisis Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Kekurangan Perfusi perifer tidak


DO : volume cairan, efektif
- perdarahan 1900cc penurunan aliran
- turgor kulit pasien tampak buruk
arterisan/vena
- TD: 90/60, nadi 126 x/menit
- CRT > 3 detik
- SaturasiOksigen: 88 %
- akral teraba dingin
- bibir pasien tampak kering
- HB : 9 g/dl
- Hematokrit : 30 %
- Urin 15 ml/jam

2. DS : keluarga pasien megatakan, Tn.J tidak memiliki Hambatan upaya pola nafas tidak efektif
riwayat alergi . napas (kelemahan
DO : otot pernapasan)
- pernafasan 28 x/mnt
- nadi 126 x/menit
- spO2 : 88%
- pasien tampak sesak
- pasien tampak menggunaan otot bantu
napas
- pernapasan cepat dan dangkal
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

NO SDKI SLKI SIKI


1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawat 1x6 jam Intervensi utama : Manajemen Syok
b/d d/d: perfusi prifer efektif dengan kriteria hasil: Tindakan observasi :
- perdarahan 1900cc - Sensasi luka menurun - Moitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
- turgor kulit pasien - Turgor kulit membaik frekuensi napas, TD, MAP)
tampak buruk - Tekanan darah sistolik dan diastolik membaik - Monitor status oksigensi (saturasi oksigen, AGD)
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- SpO2 88%
- Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil
- TD: 90/60, nadi 126
x/menit - Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
- CRT > 3 detik Tindakan terapeutik:
- akral teraba dingin - Pasang jalur IV berukuran besar
- bibir pasien tampak - Lakukan penekanan langsung pada perdarahan eksternal
kering - Berikan untuk mempertahan kan saturasi oksigen >94%
- HB : 9 g/dl - Pasang kateter urin untuk menilai produksi urine
- Hematokrit : 30 % - Berikan posisi syok (modified trendelenberg)
- Urin: 15ml/jam - Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
Tindakan kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid (mis. NaCl, RL) 1-2
L
- Kolaborasi pemberian produk darah (jika perlu)
2. Pola napas tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x6 jam Intervensi utama : manajemen jalan napas
hambatan upaya napas d/d : diharapkan pola nafas dapat membaik dengan Tindakan observasi :
- pernafasan 28x/mnt kriteria hasil : - Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, dan upaya napas
- spO2 : 88% - Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
- Dyspnea cukup menurun
- pasien tampak - Penggunaan otot bantu napas cukup wheezing,ronkhi kering)
menurun
sesak Tindakan terapeutik:
- Frekuensi napas cukup membaik yaitu 20
- pasien tampak x/menit - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Kedalaman napas cukup membaik - Berikan oksigen
menggunaan otot
bantu napas
- pernapasan cepat
- dan dangkal
0 |Syok Hipovolemik

Anda mungkin juga menyukai