SYOK HIPOVOLEMIK
DOSEN PENGAMPUH: Jenita L. Saranga, Ns, M.Kep
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
MILDA C2014201141
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “SYOK
HIPOVOLEMIK” ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi banyak tantangan dan hambatan, akan
tetapi dengan kerja sama antara anggota kelompok dan bantuan berbagai pihak akhirnya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwah makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………..………………………………....4
1.2 Rumusan Masalah……………………..……………………...………5
1.3 Tujuan Penulisan…………………..………...………………………..5
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………..………...27
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…….28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok adalah suatu sindrom klinis ditandai dengan kegagalan dalam pengaturan
peredaran darah sehingga terjadi kegagalan untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh.
Kegagalan sirkulasi ini biasanya disebabkan oleh kehilangan cairan (hipovolemik), karena
kegagalan pompa jantung ataupun karena perubahan resistensi vaskuler perifer. Berdasarkan
sumber penyebabnya terdapat 4 macam syok, yaitu syok hipovolemik, syok kardiogenik,
syok obstruktif, dan syok distributif.
Syok hemoragik (hipovolemik) disebabkan kehilangan akut dari darah atau cairan
tubuh. Cairan di tubuh manusia terdiri dari cairan intraselular dan cairan ekstraselular terbagi
dalam cairan intravaskular, cairan interstisial, dan cairan transelular.3 Volume kompartemen
cairan sangat dipengaruhi oleh natrium dan protein plasma. Natrium paling banyak terdapat
di cairan ekstraselular, di cairan intravaskular (plasma) dan interstisial kadarnya sekitar 140
mEq/L. Hipovolemia menyebabkan beberapa perubahan yaitu vasokonstriksi organ sekunder
(viscera, otot, kulit) untuk menyelamatkan organ primer (otak, jantung) dengan aliran darah
yang tersisa. Vasokonstriksi menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi metabolisme anaerobik
dengan produk asam laktat yang menyebabkan asidosis asam laktat.
Kondisi hipovolemik adalah penyebab tersering dari keadaan syok dibandingkan
dengan sebab yang lain akibat suatu trauma/ non trauma yang menyebabkan kehilangan
sejumlah besar darah atau cairan tubuh. Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami
syok hipovolemik di rumah sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 94%.
Sedangkan angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 64%. Berdasarkan paparan diatas maka
kami mengangkat judul mengenai “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
SYOK HIPOVOLEMIK”.
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok Hipovolemik?
2. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan pada klien dengan Syok Hipovolemik?
3. Bagaimana Manajemen Gawat darurat pada klien dengan Syok Hipovolemik?
4. Bagaimana peran dan fungsi perawat pada klien dengan Syok Hipovolemik?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok Hipovolemik
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar keperawatan pada klien dengan Syok Hipovolemik
3. Untuk mengetahui manajemen gawat darurat dan peran serta fungsi perawat pada klien
dengan Syok Hipovolemik
BAB II
KONSEP DASAR MEDIK
2.1 Definisi
Syok Hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan dalam pembuluh darah atau
keluaran jantung tidak cukup tinggi untuk mempertahankan peredaran darah, sehingga
pasokan oksigen dan bahan bakar ke organ vital, terutama otak, jantung, dan ginjal tidak
cukup sehingga untuk mempertahankan organ ini tubuh akan mengimbangi dengan menutup
nadi pada organ yang kurang vital seperti kulit, usus (Krisanty, et al., 2016).
Syok Hipovolemik mengacu pada suatu kondisi dimana darah, plasma, atau kehilangan
cairan menyebabkan penurunan volume sirkulasi darah dan cardiac output. Hal ini
menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat. (Emergency
Nurses Association. 2013)
Jadi, syok hipovolemik adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekuarang atau
kehilangan cairan berupa darah, plasma yang mengakibatkan tubuh tidak mampu
mempertahankan sirkulasi atau perfusi ke jaringan tidak adekuat. Sehingga kebutuhan
metabolisme tubuh tidak dapat dipenuhi yang maka terjadi kegagalan pada organ-orga
tubuh.
2.2 Etiologi
Penyebab umum syok hipovolemik meliputi berikut ini ( Emergency Nurses Association.
2013)
a. Trauma tajam
b. Cedera organ padat internal dan perdarahan
c. Rupture aneurisma abdomen
d. Perdarahan gastrointestinal berat
e. Plasenta previa dan solusio plasenta
f. Rupture tuba falopi sekunder pada kehamilan ektopik
g. Pankreatitis akut
h. Asites
i. Luka bakar yang luas
j. Muntah-muntah hebat atau diare
2.3 Patofisiologi
Manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan syok dapat tergantung pada tingkat
keparahan yang terjadi. Namun pada orang dewasa, terkadang tidak terlihat manifestasi
klinisnya apablia klien kehilangan darah kurang dari 500ml (White, Duncan & Baumle,
2013). Menurut (Timby & Smith, 2010) manifestasi klinis dari syok hipovolemik tidak akan
terlihat terkecuali tubuh telah kehilangan darah sekitar 15% atau lebih dari 30% (750ml atau
lebih dari 1000ml) manifestasi yang mucul juga berkaitan dengan berbagi mekanisme
kompensasi yang terjadi. Pada awalnya, manifestasi klinis yang muncul adalah takikardi dan
penurunan tekanan darah hingga kurang dari 90/40 mmHg. Selain itu, pasien akan terlihat
cemas, gelisah, akral dingin, pengisisan kapiler juga tertunda, output kurang dari 10ml/jam,
serta terjadi peningkatan pada laju pernapasan (White, Duncan & Baumle, 2013).
2.4 Klasifikasi Syok Hipovolemik
Berikut klasifikasi syok hipovolemik berdasarkan jumlah kehilangan darah dan respons
fisiologis. (Emergency Nurses Association. 2013)
KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV
Kehilangan <750 750-1500 1500-2000 >2000
darah (ml)
Kehilangan <15% 15%-30% 30%-40% >40%
darah
Denyut <100 100-120 120-140 >140
(detak per
menit)
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Pernapasan 14-20 20-30 30-40 >35
(napas per
menit)
Output urine >30 20-30 5-20 Negligible
(mL/jam)
Sistem saraf Sedikit cemas Agak cemas Cemas, bingung Bingung, letargi
pusat
Penggantian crystalloid crystalloid Crystalloid dan Crystalloid dan
cairan darah darah
Estimasi kehilangan volume dan penilaian tanda-tanda vital, produksi urine, dan
status mental akan membantu pemberi layanan kesehatan (perawat dan dokter) dalam
menentukan tingkat keparahan syok hipovolemik. Usia dan kondisi medis sebelumnya juga
berperan dalam keparahan respons fisiologis darah.
Poin tambahan untuk dipertimbangkan ketika menilai pasien berpotensi
hipovolemik adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan denyut jantung yang diharapkan (karena stimulasi simpatis) mungkin tidak ada
atau berkurang pada pasien yang menggunakan obatbeta-blocker.
b. Nilai tekanan darah bukan merupakan indicator terhadap syok. Vasokonstriksi dan
peningkatan kontraktilitas miokard (respon tambahan untuk stimulasi simpatis) dapat
mempertahankan tekanan darah untuk beberapa waktu.
c. Pulse pressure (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolic) merupakan indicator stroke
volume. Pulse pressure menurun ketika level keparahan syok pasien meningkat.
Berikut alur terjadinya syok hipovolemik. :
↓ ↓
1.6 Penatalaksanaan
1. Intervensi Terapeutik
Manajemen pasien syok hipovolemik diarahkan untuk mencegah kehilangan cairan lebih
lanjut dan memulihkan volume sirkulasi. Perdarahan berkontribusi terhadap presentase
terbesar dari mortality pada satu jam pertama dan dan 50% kematian pada hari pertama
setelah trauma. (Emergency Nurses Association. 2013)
a. Intervensi untuk syok hipovolemik termasuk manajemen jalan napas yang agresif.
Pasien mungkin memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik.
Ventilasi positif pressure yang berlebihan harus dihindari karena dapat
mengurangi aliran balik vena ke jantung.
b. Control perdarahan merupakan prioritas pada pasien dalam fase perdarahan aktif.
Tekanan langsung ke area perdarahan tetap merupakan intervensi awal yang
penting.
c. Dukungan sirkulasi memerlukan resusitasi cairan dengan dua kateter intravena
(IV kateter) dengan ukuran yang besar dan infus larutan kristaloid yang hangat.
- Memulai dengan IV kristaloid isotonik yang hangat, biasanya 1-2 liter bolus
untuk orang dewasa atau 20 mL/kg untuk pasien pediatric.
d. Pasang monitor jantung pada pasien dan kaji adanya disritmia
e. Siapkan pasien untuk procedur diagnostik dan kemungkinan intervensi surgical.
Prosedur diagnostic dilakukan secara rutin dapat mencakup :
- Serial hemoglobin dan hematocrit
- Berat jenis urine
- Serum elektrolit
- Kadar asam laktat (>4 mmol/L)
- Meningkatnya deficit basa (tingkat normal adalah 2 mEq/L)
- Computed tomography
- Radiografi sesuai indikasi untuk menentukan sumber perdarahan.
f. Pasang kateter urin dan memonitor keluaran urin per jam.
g. Mencegah hipotermia dengan menggunakan selimut hangat, pemanasan lampu,
atau pemanas konveksi.
h. Pasang selang NGT untuk mengurangi distensi lambung yang berhubungan
dengan muntah dan aspirasi.
3. Penggantian darah
Penggantian volume darah dengan darah lengkap (whole blood), sel darah merah (packed
red blood cell), fresh frozen plasma (plasma), dan pengganti darah, merupakan bagian
penting dari manajemen syok hemoragik hipovolemik. Jenis-spesifikasi dan
crossmtached darah lebih disukai jika waktu memungkinkan untuk dilakukan
pencocokan. Dalam kasus hipovolemia hemoragik yang berat, darah O-negatif dapat
digunakan, sampai type dan crossmatch yang lengkap selesai dilakukan, pasien laki-laki
dan perempuan setelah usia subur bisa diberikan darah O-positif. Dalam kasus trauma
torax, pertimbangan autotransfuse jika ada kehilangan darah dalam jumlah besar atau,
jika lebih dari 500 mL darah dikumpulkan. Autotransfusi merupakan kontraindikasi pada
kasus trauma berat dengan potensi kontaminasi dengan konten usus.
4. Transfusi Masif
Defeisi dari transfusi masif belm ditetapkan. Namun sebagian besar mendefinisikan
yang mengacu kepada pergantian dari volume darah pasien denganpresentasi besar dan
waktu yang relatif singkat(biasanya < 24 jam). Karena PRBCs kekurangan trombosit
sebagai faktor pembeku yang cukup, disarankan setiap pemberian 1 unit trombosit
diberikan untuk setiap 1 atau 2 unit PRC untuk mencegah coagulopathies.
Semua cairan dan transfuse darah yang didistribusikan selama resusitasi harus
dihangatkan untuk meminimalkan hipotermia dan asidosis metabolic. Saat menerima
darah pasien harus diperiksa secara rutin untuk respon terhadap pengobatan dan
komplikasi terkait dengan infus darah (transfusi).
1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: Analisis complate
blood count (CBC), kadar elektrolit (Ma,K,Cl,HCO3,BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT,
APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah
sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokkan.
2. Pemeriksaan penunjang lainnya:
a. Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemik langsung
dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan.
b. Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di
unit gawat darurat. Jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abnominalis. Jika dicurigai
terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang Naso gastrik, dan Gastric
Lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak di lakukan jika di curigai ulkus
pervorasi atau syndrom boerhaase. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien
tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.
c. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika
pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi
pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas
tersebut.
d. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos
dada awal, dapat dilakukan Transesovagial Ecocardiografi, Aortografi atau CT-scen
dada.
e. Jika dicurigai terjadi cidera abdomen, dapat dilakukan pemerikasaan VAST (focused
abnominal sonografi for trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak
stabil.
2.8 Komplikasi
1. Kegagalan multiorgan akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang
berkepanjangan.
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena
hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas
sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian 11 pola gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya perdarahan, seperti perdarahan bagian luar tubuh ketika mengalami cedera atau
perdarahan organ dalam ketika disebebkan oleh berbagai penyakit dalam seperti infeksi.
Selain perdarahan, kehilangan banyak cairan seperti diare, muntah-muntah, keringat
berlebihan, dan luka bakar juga bisa menyebebkan penurunan jumlah darah yang
diedarkan dalam tubuh.
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Tidak adanya nafsu makan
b. Penurunan berat badan
3. Pola eliminasi
a. Produksi urin berkurang
b. Keringat yang berlebihan
c. Diare
d. Muntah-muntah
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Kelelahan
b. Pusing
c. Pernapasan dangkal dan cepat
d. Kelemahan
e. Nadi lemah
f. Hilang kesadaran
g. Denyut jantung cepat
h. Sesak
5. Pola tidur dan istirahat
Penurunan kualitas tidur
5.1 Kesimpulan
Syok Hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan dalam pembuluh darah atau keluaran
jantung tidak cukup tinggi untuk mempertahankan peredaran darah, sehingga pasokan
oksigen dan bahan bakar ke organ vital, terutama otak, jantung, dan ginjal tidak cukup
sehingga untuk mempertahankan organ ini tubuh akan mengimbangi dengan menutup nadi
pada organ yang kurang vital seperti kulit, usus. Yang disebabkan oleh kehilangan darah
akibat perdarahan, kehilangan plasma, misalnya pada luka bakar, kehilangan cairan akibat
muntah dan diare yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing: Principles and
Practice. 7 ed. St Louis: Elsevier Inc
Brunner & Suddarth . (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Hardisman. (2013). Memahami Patofisisologis dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik. Jurnal
Kesehatan, 2-3.
Krisanty, P., Manurung, S., Wartonah, Sumartini, M., Dalami, E., Rohimah, & Setiawati, S.
(2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM.
Yuliana, V. (2017). PENGARUH POSISI TRENDELENBURG TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN SYOK
HIPOVOLEMIK.
SKENARIO KASUS
Tn. J umur 23 tahun yang hendak berangkat kerja, saat dalam perjalanan menuju tempat kerjanya,
Tn.J mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung di bawa ke IGD RS,Tn. Tn. J yang mngendarai
motor tertabrak oleh mobil Kampas lalu terpental ke pinggir jalan kemudian Tn. J tidak sadarkan
diri, dengan nilai GCS ( M:3, V:2, E:2 ). Tn. J megalami fraktur terbuka femur disertai perdarahan
hebat. Saat pengkajian didapatkan TTV : TD 90/60mmg,Nadi 126x/menit, P : 28 kali/menit, S :
36,1. Akral dingin, pasien juga tampak pucat, turgor kulit juga buruk, CRT > 3 detik, nadi cepat
tetapi lemah, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi.
FORMAT PENGKAJIAN GAWAT DARURAT
STIK STELLA MARIS MAKASSAR
PROGRAM PROFESI NERS
A. Identitas Pasien
Nama Pasien (Initial) : Tn.J
Umur : 23 Thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal/Jam MRS :
Tanggal/Jam Pengkajian :
Diagnosa Medis :
B. Pengkajian
1. Keadaan Umum: pasien tampak tidak sadarkan diri saat masuk IGD, saat pengkajian di
dapatkan TD 90/60 mmHg, RR 28 x/m, Nadi 126x/m, suhu 36,1 CRT > 3 detik, dan
kulit terlihat pucat, akral dingin, turgor kulit jelek Jumlah perdarahan ± 1900 cc
2. Triase
Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5
Alasan (kondisi pada saat masuk): tampak pasien mengalami penurunan kesadaran dengan
nilai GCS 7 (M3V2E2), Perdarahan dan dispnea
Riwayat Keluhan Utama (Kaji Mekanisme Trauma Jika Pasien Trauma): (Tn.J (23th)
mengalami kecelakaan lalu lintas dan langsung dibawah ke IGD RS A. Tn.J yang
mengendarai motor tertabrak mobil lalu terserempet pickup kemudian terpental kepinggir
jalan dan tidak sadarkan diri. Tn.J mengalami fraktur terbuka femur disertai pendarahan
hebat ±1900 cc
4. Riwayat Penyakit Terdahulu: keluarga mengatakan, Tn.J tidak memiliki riwayat penyakit
sebelumnya
5. Survey Primer
a. Airway dan Control Cervikal
Paten SuaraNapas:
Tidak paten Normal
Benda asing Stridor
Sputum Snoring
Cairan/darah Gurgling
Lidahjatuh Tidak ada suara napas
Spasme Lainnya:………………
Lainnya:……………
Fraktur servikal
Ya
Tidak
Data lainnya:
b. Breathing
Frekuensi : 28 x/menit
SaturasiOksigen: 88 %
Apnea
Orthopnue
Sesak
Luka/Fraktur
Ya, sebutkan: fraktur terbuka femur
Tidak Data
Lainnya:
c. Circulation
Suhu: :36,10C
d. Disability
Tingkat Kesadaran GCS
Kualitatif : supor
Kuantitatif: M: 3
V: 2
E: 2
∑: 7
Pupil
Isokor
Anisokor
Midriasis
Refleks cahaya
Positif
Negatif
Test Babinsky:
Fisiologis
Patologis
Kaku kuduk
Ya
Tidak
Uji Kekuatan Otot:
1 1
0 1
Kesimpulan:
Data Lainnya:
f. Foley Chateter
Terpasang, Output: 15cc/jam
Warna: kuning
Lainnya:…………………
Tidak terpasang
g. Gastric Tube
Terpasang, Output: .................cc/jam
Warna:…………………...
Lainnya:…………………
Tidak terpasang
h. Heart Monitor
Terpasang, Gambaran: sinus takikardi
Lainnya: …………………
Tidakterpasang
6. Survey Sekunder meliputi pemeriksaan head to toe (dilakukan jika survey primer telah
stabil):
7. PemeriksaanPenunjang
a. Elektorkardiogram (EKG) : sinus takikardi
b. Foto rontgen
c. CT-Scan
d. Laboratorium :
- HB : 9 g/dl
- Tombosit : 120.000 µL
- Leukosit: 9.000
- Hematokrit :30%
e. Analisis Gas Darah (AGD)
8. Farmakoterapi (namaobat/dosis/waktu/jalurpemberian):
1. cairan RL 30 tetes/menit
2. ceftriaxone 1gr/IV
2. DS : keluarga pasien megatakan, Tn.J tidak memiliki Hambatan upaya pola nafas tidak efektif
riwayat alergi . napas (kelemahan
DO : otot pernapasan)
- pernafasan 28 x/mnt
- nadi 126 x/menit
- spO2 : 88%
- pasien tampak sesak
- pasien tampak menggunaan otot bantu
napas
- pernapasan cepat dan dangkal
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN