Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN

DENGAN SYOK KARDIOGENIK


DOSEN PENGAMPUH: Jenita L. Saranga, Ns, M.Kep

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

MARIA FRANSISKA MARIAN C2014201136

MARIA ISNA NGOLE C2014201138

MERLIN TANDI PADANG C2014201139

MEYSKE ALVIONITA MANGGASA C2014201140

MILDA C2014201141

MONICA TAMBA C2014201142

DAKOSTAANA MALE C2014201166

PROGRAM STUDI SI KHUSUS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS

MAKASSAR

2021
1|Syok Kardiogenik
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“SYOK KARDIOGENIK” ini tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi banyak tantangan dan


hambatan, akan tetapi dengan kerja sama antara anggota kelompok dan bantuan
berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwah makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

2|Syok Kardiogenik
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………....3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………...………4
1.3 Tujuan Penulisan………………………………...………………………..4

BAB II KONSEP DASAR MEDIK


2.1 Definisi…………………………………………………………………...5
2.2 Etiologi…………………………………………………………...............5
2.3 Patofisiologi………………………………………………………….......6
2.4 Manifestasi Klinis………………………………………………………..7
2.5 Pemeriksaan Penunjang…………………….……………………………7
2.6 Penatalaksaan………………………………………………………….....8
2.7 Komplikasi………………………………………………………….........9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian…………………………………………………………........10
3.2 Diagnosa…………………………………………………………...........11
3.3 Intervensi Keperawatan…………………………………………………11

BAB IV MANAJEMEN GAWAT DARURAT


4.1 Manajemen Gawat Darurat Syok Kardiogenik………………………….14
4.2 Peran Dan Fungsi Perawat Syok Kardiogenik…………………………..15

3|Syok Kardiogenik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………..………...20
5.2 Saran…………………………………………………………...............20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…….21

4|Syok Kardiogenik
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegawatdaruratan merupakan suatu keadaan yang mengancam jiwa,


untuk itu diperlukan perawat yang kompeten. Perawat juga harus meningkatkan
kemampuannya terkait dengan berbagai peran, serta perawat harus mengerti
karakteristik pelayanan keperawatan dengan tepat, cermat dan cepat, serta
mengerti cara bersikap dan cara berkomunikasi dengan baik dalam kondisi
emergency. Makin luas lingkup tanggung jawab yang diemban perawat dalam
pelayanan gawat darurat, makin banyak peran yang harus dilakukan, maka
semakin berat beban kerja yang dialami perawat (Sitohang, 2012).

Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan


komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau sakit yang
mengancam kehidupan. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di
rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan sesuai
dengan standar. Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari
seluruh lapisan masyarakat karena dapat menimbulkan dampak jangka pendek
maupun jangka panjang. Oleh sebab itu, perlu penanggulangan yang terpadu
dan menyeluruh dalam waktu yang lama. Penyakit hipertensi menimbulkan
angka kematian dan kesakitan yang tinggi. Berdasarkan data WHO (2012)
bahwa diseluruh dunia sekitar 982 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,4% wanita
(Wicaksono, 2016).

5|Syok Kardiogenik
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok Kardiogenik?


2. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan pada klien dengan Syok
Kardiogenik?
3. Bagaimana Manajemen Gawat darurat pada klien dengan Syok
Kardiogenik?
4. Bagaimana peran dan fungsi perawat pada klien dengan Syok Kardiogenik?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok


Kardiogenik
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar keperawatan pada klien dengan Syok
Kardiogenik
3. Untuk mengetahui manajemen gawat darurat dan peran serta fungsi
perawat pada klien dengan Syok Kardiogenik

6|Syok Kardiogenik
BAB II

KONSEP DASAR MEDIK

2.1 Definisi
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak
ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok
kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang
dari 90 mmHG atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHG)
dan atau penurunan pengeluaran urine (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju
nadi lebih dari 60 kali permenit dengan atau tanpa adanya kongesti organ
(Brunner & Suddarth, 2012).
Syok kardiogenik disebabkan dari kegagalan pompa otot jantung,
penurunan curah jantung, dan perfusi jaringan yang tidak adekuat, pada adanya
volume intravaskular yang adekuat. Karena jantung tidak lagi memompakan
darah secara efektif, serta tidak mampu mempertahankan curah jantung yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. (Emergency Nurses Association.
2013).
Kesimpulan dari kelomppok kami syok kardiogenik yaitu gangguan
sistem sirkulasi dimana sistem kardiovaskular ( jantung dan pembuluh darah )
tdk mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai
yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigen jaringan
2.2 Etiologi
Penyebab syok kardiogenik meliputi berikut ini:
a. Infark miokard (IM) atau iskemia
- MI adalah penyebab paling umum syok kardiogenik terutama dengan
masalah dinding anterior ventrikel kiri

7|Syok Kardiogenik
- Syok kardiogenik umumnya adalah hasil dari hilangnya lebih dari 40%
dari fungsi otot jantung
- Pupillary muscle robek atau rupture septum ventrikel yang merupakan
gejala sisi dari MI akut yang menyebabkan syok kardiogenik
- Infark ventrikel kanan dapat menyebabkan syok kardiogenik dimana
penggantian volume menjadi penting. Biasanya intervensi terapeutik
untuk syok kardiogenik lebih sering memberikan kontribusi dari pada
merubah level syok pada situasi tersebut
b. Blunt cardiac trauma
c. Disritmia jantung yang berkelanjutan
d. Disfungsi katup jantung akut
e. Kardiomeopati tahap akhir. (Emergency Nurses Association. 2013).

2.3 Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan
jantung pada fase terminal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke
aliran darah koroner berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya pada otot
jantung yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard
pada fase awal, namun bila berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai
infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik akan
menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi syok,
metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami perubahan pada kondisi
anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam laktat terus
meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun tertekan
yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi
sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah. Semakin
Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan
kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok

8|Syok Kardiogenik
volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama
sekali. Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun O2 sangatlah menurun
kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan akral
dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatkan
denyut nadi yang berdampak pada penurunan tekanan darah Juga tidak
memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada
penurunan cardiac output,yang berdampak pada penurunan laju filtrasi
glomerulus (GFR). Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin dan
aldostreron akan , menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi
urine berkurang (Oliguri < 30ml/ jam).
Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang menyebabkan
adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana kondisi ini akan
semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis valvular .Hal
tersebut dapat menyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi cairan
maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema paru

2.4 Manifestasi Klinis


Kebanyakan pasien dengan syok kardiogenik memiliki gejala yang
sama dengan MI akut. Manifestasi klinik syok kardiogenik mencerminkan
gagal jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat dan sering dikaitkan
dengan gejala iskemia jantung akut.
- Nyeri dada iskemik atau angina equivalents
- Sumbatan paru termasuk takipnea, ronki, dan kemungkinan edema paru
frank
- Sinus takikardia dan disritmia jantung lainnya
- S5 bunyi hati
- Tingkat perubahan kesadaran

9|Syok Kardiogenik
- Pucat, dingin, kulit lembab dan dingin dengan tertunda kapiler waktu isi
ulang
- Outpute urine minimal (kecil)
- Hipotensi (tekanan darah sistolik <90 mmHG atau penurunan MAP 30
mmHG. (Emergency Nurses Association. 2013).
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
peningkatan tekanan pulmonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung.

2.6 Penatalaksaan Medis

1. Non-farmakologis
a. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
b. Berikan oksigen 8–15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg.
c. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
d. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi.
e. Bila mungkin pasang CVP.
f. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
10 | S y o k K a r d i o g e n i k
2. Farmakologis
a. Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
b. Ansietas, bila cemas
c. Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
d. Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
e. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
f. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan
amrinon IV.
g. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
h. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

Menurut Sakti Wadhi Nurmey(2017) pada kondisi kritis, posisi


merupakan salah satu tindakan keperawatan yang akan mempengaruhi
perubahan kondisi hemodinamik pasien. Dari hasil analisis intervensi
Pemberian Lateral Position pada pasien syok kardiogenik yang beliau
lakukan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada nilai
Mean Arterial Pressure (MAP).(Nurmey, 2017)
2.7 Komplikasi
a. Cardiopulmonary arrest
b. Disritmi
c. Gagal multisistem organ
d. Stroke
e. Tromboemboli

11 | S y o k K a r d i o g e n i k
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : mengkaji bagaimana persepsi


pasien dan keluarga mengenai kesehatan untuk memelihara kekuatan
jantung dan penyakit apa yang dapat terjadi jika tidak melakukan pola
hidup sehat,
2. Pola nutrisi metabolisme : adanya mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati,
nyeri abdominal, sangat kehausan, penurunan turgor kulit, kulit kering,
berkeringat, perubahan berat badan.
3. Pola eliminasi : adanya oliguri, produksi urine < 20 ml/jam.
4. Pola aktivitas dan latihan : klien akan tampak lemah, lelah, takikardi,
dispnea pada istirahat atau aktivitas.
5. Pola istirahat dan tidur : adanya insomnia/susah tidur, kesulitan saat akan
tidur dan sering terbangun saat tidur akibat nyeri dan sesak napas.

12 | S y o k K a r d i o g e n i k
6. Pola kognitif perseptual : biasanya bagaimana klien memikirkan mengenai
penyakitnya dan pengubahan pola pikirnya.
7. Pola persepsi diri : adanya keputasaan karena kesulitan melakukan tugas
perawatan diri.
8. Pola hubungan peran : klien akan menarik diri dan merasa tidak dapat
melakukan aktivitas seperti biasanya.
9. Pola seksualitas-reproduksi : klien dapat membedakan perilaku sesuai
gender dan eksplorasi tubuh.
10. Pola koping-toleransi stres : klien akan merasa stres, kesulitan koping
dengan stressor, menarik diri, gelisah, cemas.
11. Pola nilai kepercayaan : kebutuhan spiritual akan meningkat karena klien
mengetahui penyakitnya.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontraktilitas miokard


2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

3.3 Intevensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1. Penurunan curah Setelah 1. Auskultasi suara jantung


jantung dilakukan 2. Memastikan level aktivitas yang tidak
berhubungan tindakan mempengaruhi kerja jantung yang berat.
dengan keperawatan 2 x 3. Tiingkatkan secara bertahap aktivitas ketika

13 | S y o k K a r d i o g e n i k
kontraktilitas 24 jam maka kondisi klien stabil, misal aktivitas ringan yang
miokard hasil yang disertai masa istirahat
diharapkan 4. Monitor TTV secara teratur
pemompaan 5. Instruksikan pasien untuk melaporkan adanya
jantung dapat ketidaknyamanan di dada
kembali efektif. 6. Lakukan penilaian sirkulasi perifer (edema, CRT,
warna, temperatur, dan nadi perifer)
7. Edukasi pasien dan keluarga mengenai
pembatasan aktivitas
8. Kolaborasi pada pemeriksaan ulang EKG, foto
dada, dan pemeriksaan laboratorium darah
9. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian
obat antidisritmia sesuai indikasi
2. Ketidakefektifan Setelah 1. Monitor kecepatan,irama, kedalaman dan
pola napas dilakukan kesulitan bernafas.
berhubungan tindakan 2. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok
dengan keperawatan 2 x atau mengi
hiperventilasi 24 jam maka 3. Monitor pola nafas (misalnya bradipnea,takipnea
hasil yang hiperventilasi,pernafasan kusmaul)
diharapkan 4. Monitor saturasi oksigen pada pasien yang
pasien dapat teredasi (seperti SaO2,SvO2,SpO2 ) sesuai
bernapas secara dengan protocol yang ada
normal atau 5. Auskultasi suara nafas,catat area diaman terjadi
tidak penururunan atau tidak adanya ventilasi dan
mengalami keberadaan suara nafas tambahan
sesak napas 6. Kaji perlunya penyedotan pada jalan nafas
dengan auskultasi sura nafas ronchi diparu
7. Auskultasi suara nafas setelah tindakan,untuk

14 | S y o k K a r d i o g e n i k
dicatat
8. Monitor hasil pemeriksaan ventilasi
mekanik,catat peningkatan inspirasi dan
penurunan volume tidal
9. Monitor kemampuan batuk pasien
3. Nyeri akut Setelah 1. Lakukan pengkajian nyeri kompeherensif yang
berhubungan dilakukan meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
dengan agen cidera tindakan frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
biologis keperawatan 2 x dan faktor pencetus.
24 jam maka 2. Pilih dan implementasikan tindakan yang
hasil yang beragam (misanyalnya: farmakologi,
diharapkan nonfrmakologi, interpersonal) untuk memfasilitasi
nyeri dapat penurunan nyeri,sesuai dengan kebutuhan.
berkurang atau 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
teratasi 4. Ajarkan teknik non farmakologi
5. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan
nyeri
6. Kolaborasi dengan pasien,orang terdekat dan tim
kesehatan untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
non farmakologi sesuai kebutuhan.
7. Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri
berdasarkan respon pasien.
4. Intoleransi Setelah 1. Monitor toleransi pasien terhadap aktivitas
aktivitas dilakukan 2. Instruksikan pasien mengenai perawtn diri pada
berhubungan tindakan saat mengalami nyeri dada (minum
dengan keperawatan 2 x nitrogliserin,sublingual setiap 5 menit selama 3
ketidakseimbangan 24 jam maka kali jika nyeri dada belum hlang cari pelayan

15 | S y o k K a r d i o g e n i k
antara suplai dan hasil yang medis gawat darurat)
kebutuhan oksigen diharapkan 3. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai
pasien dapat modifikasi factor risiko jantung ( misalnya
melakukan menghentikan kebiasaan merokok,diet dan
aktivitas sehari- olaraga) sebagaimna mestinya.
hari seperti
biasanya

BAB IV

MANAJEMEN GAWAT DARURAT

Pentalaksanaan syok kardiogenik


4.1 Langkah 1. Tindakan resusitasi segera
 Tujuannya adalah untuk mencegah kerusakan organ mepertahankan
tekanan arteri rata-rata untuk mencegah sekule neurologi dan ginjal
 Memberikan aliran oksigen intubasi atau ventilasi harus dilakuan segera
jika ditemuka abnormalitas difusi oksigen
 Dopamine dan noradrenalin untuk meningkatkan tekanan arteri rata-rata
dengan hipotensi
 Dobutamin dan dopamine dalam dosis sedang untuk kedaan low output
tanpahipotensi yang nyata
 Intra-aortic balon counterpulsation (LABP)

16 | S y o k K a r d i o g e n i k
 Memonitor gas darah dan memberi tekanan udara positif berkelnjutan
indikasi
 Memonitor EKG dan mempersiapkan alat defribilator,obat antiaritmia,
seperti amiodaron dan lindokain
 Terapi fibrinolatik harus dimulai pada pasien dengan elevasi ST jika
diantisipasi keterlambatan angiogrrafi lebih dari 2 jam
 Pada infark miokard dengan elevasi non ST yang menunngu kateteriasi
diberikan inhibitor glikoprotein llb/lla
4.2 Langkah 2. Menentukan secaradini anatomi coroner
Hal ini merupakan langkah penting dalam tatalaksana syok kardiogenik yang
berasal darib kegagalan pompa iskemik yang pedominan.hipotensi diatasi
segera dengan LABP.syok mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh darah.

4.3 Langkah 3. Melakukan revaskularisasi


Trial SHOCK merekomendasikan CABG emergenci pada pasienleft
maen atau 3 pembuluh darah besar.

Terapi atrial filter


1) Pada pasien simtomatis dengan atrial flutter yang baru,terapinya kardioversi
elektrik untuk mengembalikan irama sinus
2) Flutter dapat di terminasi dengan stimulasi atrial dengan menggunakan
pacemaker sementara atau permanen. Prosedur ini dilakukan setelah pemasangan
kabel pacemaker pada tindakan operasi. Selain itu bebarapa ini pacemaker dan
implamantasi defibrillator dapat deprogram jika terjadi atrial flutter
3) Pasien yang tidak menggunakan tindakan kardioversi segera dapat memulai
terapi farmakologis, pertama kecepatan ventricular diperlambat dengan obat AV

17 | S y o k K a r d i o g e n i k
block (beta blocker, CCB, atau digoxin). Setelah efektif diperlambat dapat diberi
obat yang memperlambat atau meemperpanjang periode refaktori.
4) Untuk terapi kronik dapat ditangani dengan ablasi kateter. pada metode ini
elektroda kateter dimasukan melalui vena femoralis melewati inferior vena cava
dan melakukan lokalisasi dan ablasi pada bagian reentran untuk menghentikan
secara permanen.

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

1. Peran

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi
oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran
adalah bentuk dari perilaku yangdiharapkan dari seesorang pada situasi sosial
tertentu.

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat
dalampraktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui
dan diberi kewenanganoleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung
keperawatan secara profesional sesuaidengan kode etik profesional.

a. Pelindung dan Advokat Klien


Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostic ataupengobatan. Contohnya,
perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yangsedang berusaha
untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga
melindungi hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak

18 | S y o k K a r d i o g e n i k
aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau
menentang hak-hak klien (Potter & Perry, 2005).
b. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggota tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika
mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya
model praktik memberikanperawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur
karier yang ingin ditempuhnya. Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan
dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan
lainnya.
c. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya.

d. Pemberi Kenyamanan
Peran sebagai pemberi kenyamanan, merupakan merawat klien sebagai
seorang manusia, merupakan peran tradisional dan historis dalam keperawatan
dan telah berkembang sebagai sesuatu peran yang penting dimana
perawat melakukan peran baru. Sebagai pemberi kenyamanan, perawat
sebaiknya membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan
memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya (Potter & Perry, 2005).
e. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas.
Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan
klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.

19 | S y o k K a r d i o g e n i k
Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi
kebutuhan individu, keluarga dan komunitas. (Potter & Perry,2005).
f. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentangkesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan
diri, menilai apakahklien memahami hal-hal yang dijelaskan dan
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.Perawat menggunakan metode
pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhanklien serta
melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran
yang direncanakannya. Misalnya, ketika perawat mengajarkan cara
menyuntikkan insulin secaramandiri pada klien yanng diabetes (Potter &
Perry, 2005).
g. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yangterdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasipelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalampenentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
h. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuankesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahanperilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
i. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakankeperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien tehadapinformasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
j. Pembaharu

20 | S y o k K a r d i o g e n i k
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan,kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberianpelayanan keperawatan

2. Fungsi Perawat

Dalam melakukan pengkajian pada individu sehat maupun sakit dimana


segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki, aktifitas ini dilakukan dengan berbagai cara untuk me
ngembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk proses
keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa
Keperawatan), Perencanaan,Implementasi dan Evaluasi.

a. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan
fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan
danelektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan
aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan,
pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri
dan aktualisasi diri.

b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas
pesan atau instruksidari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan

21 | S y o k K a r d i o g e n i k
pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primerke perawat
pelaksana.

c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan diantara satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
yang mempunyai penyakit kompleks.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kardiogenik syok adalah keadaan menurunnya cardiac output dan


terjadinya hipoksia jaringan sebagai akibat dari tidak adekuatnya volume
intravaskular. Kriteria hemodiamik hipotensi terus menerus (tekanan darah
sistolik < 90 mmHg lebih dari 90 menit) dan bekurangnya cardiac index
(<2,2/menit per m2) dan meningginya tekanan kapiler paru (>15 mmHg).
Sebagian besar disebabkan oleh infark miokardial akut
Gambaran syok pada umumnya, seperti takikardi, oligouri, vasokontriksi
perifer, asidosis metabolik merupakan gambaran klinik pada kardiogenik syok.

22 | S y o k K a r d i o g e n i k
5.2 Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan sebagai
acuan dalam Asuhan Keperawatan Gawat Darurat tentang penatalaksanaan
syok kardiogenik
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan dimasa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, &. S. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Hurst ,, m. (2015). Keperawatan Medikl Bedah. Jakarta: EGC.

Krisanty, P., Manurung, , S. &. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: TIM.

Michael I., G. (2008). Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga.

Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing:


Principles and Practice. 7 ed. St Louis: Elsevier Inc

Nurmey, S. (2017). ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN


SYOK KARDIOGENIK DENGAN INTERVENSI INOVASI LATERAL POSITION
TERHADAP PENINGKATAN NILAI MEAN ARTERIAL PRESSURE (MAP) DI
RUANG HIGH CARE UNIT RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA. 4, 9–15.

23 | S y o k K a r d i o g e n i k
24 | S y o k K a r d i o g e n i k

Anda mungkin juga menyukai