PENDAHULUAN
2.1 Pendahuluan
Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, yaitu:3
a. Topical
b. Sistemik
c. Intralesi
Kalau cara pengobatan diatas ini belum memadai makan masih dapat
dipergunakan cara-cara lain, yaitu:3
Raditerapi
Sinal ultraviolet
Pengobatan laser
Krioterapi
Bedah plastic
Bedah skalpel
2. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum
venetum dan oxydum zincicum dalam komposisi yang sama.
Bedak memberikan efek sangat superfi sial karena tidak melekat
erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Efek
bedak ialah:
- Mendinginkan.
- Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek
vasokonstriksi.
- Anti-pruritus.
- Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat
(intertrigo).
- Proteksi mekanis.
Indikasi pemberian bedak adalah dermatosis yang kering dan
superficial.dan mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah,
misalnya pada varisela dan herpes zoster.. Sedangkan
kontraindikasinya adalah dermatitis yang basah, terutama bila
disertai dengan infeksi sekunder.3,4
3. Salep
Salap adalah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu
kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya
vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Indikasi pemberian
salap, yaitu dermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang
dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika
dibandingkan dengan bahan dasar lainnya dan dermatosis yang
bersisik dan berkrusta. Kontraindikasinya adalah salep tidak
dipakai pada radang akut, dermatitis madidans terutama
dermatosis eksudatif karena tidak dapat melekat, juga pada daerah
berambut dan lipatan karena menyebabkan perlekatan.3,4
4. Bedak Kocok
Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak, yang biasanya
ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat. Supaya bedak
tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi kering, maka jumlah
zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini
berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka
persentase tersebut jangan dilampaui. Indikasinya yaitu,
dermatosis yang kering, superficial dan agak luas, yang
diinginkan ialah sedikit penetrasi dan pada keadaan subakut.
Kontraindikasinya adalah dermatitis madidans.dan pada daerah
badan yang berambut.4,2
5. Krim
Krim merupakan campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan
emulgator. Krim ada 2 jenis, krim W/O: air merupakan fase
dalam dan minyak fase luar dan krim O/W: minyak merupakan
fase dalam dan air fase luar. Indikasi sebagai kosmetik aatau
untuk dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki adalah
penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok dan krim juga
boleh digunakan di daerah yang berambut. Sedangkan
kontraindikasinya adalah dermatitis madidans.3,4
6. Pasta
Pasta merupakan campuran homogeni bedak dan vaselin. Pasta
bersifat protektif dan mengeringkan. Efek pasta lebih melekat
dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi
lebih rendah dari salep. Indikasinya digunakan untuk dermatosis
yang agak basah. Dan kontraindikasinya dermatosis yang
eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah genital
eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena
terlalu melekat.3,4
8. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Gel ini
merupakan suatu suspensi yang terdiri dari alumunium hidroksida
yang tidak larut dan alumunium oksida hidrat. Sediaan ini
berbentuk kental, berwarna putih, yang efektif untuk menetralkan
asam klorida dalam lambung. Absorpsi pada kulit lebih baik
daripada krim. Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang
berambut. Berdasarkan sifat dan komposisinya, sediaan gel
memilliki keistimewaan yaitu mampu berpenetrasi lebih jauh dari
krim, sangat baik dipakai untuk area berambut dan isukai secara
kosmetika.3
b) Bahan Aktif
Memilih obat topikal selain factor vehikulum, juga factor bahan aktif
yang dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat
tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal. Di dalam resep harus
ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi satu
sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu
dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya
O.T.T. (obat tidak tercampurkan). Bahan aktif yang digunakan di
antaranya ialah:3
1. Alumunium Asetat
Contohnya ialah larutan Burowi yang mengandung aluminium
asetat 5%. Efeknya ialah astringen dan antiseptic ringan. Jika
hendak digunakan sebagai kompres diencerkan 1 : 10.3
2. Asam Asetat
Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptic
untuk infeksi Pseudomonas.3
3. Asam Benzoat
Asam benzoat mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal.
Digunakan dalam salap, contohnya dalam salap Whitfield dengan
konsentrasi 5%.3
4. Asam Borat
Konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai
bedak, kompres atau dalam salap berhubungan efek antiseptiknya
sangat sedikit dan dapat bersifat toksik, terutama pada kelainan
yang luas dan erosif terlebih-lebih pada bayi.3
5. Asam Salisilat
Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam
pengobatan topikal. Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel
dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu.3
6. Asam Undersilenat
Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap atau
krim. Dicampur dengan garam seng (Zn undecylenic) 20 %.3
7. Asam vit A (tretinoin, asam retinoat)
Efek vit A adalah memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika
terjadi gangguan, meningkatkan sintesis D.N.A dalam epithelium
germinatif, meningkatkan laju mitosis, menebalkan stratum
granulosom dan menormalkan parakeratosis. Indikasinya, yaitu
oenyakit dengan sumbatan folikular. penyakit dengan
hyperkeratosis. Dan ada proses menua kulit akibat sinar
matahari.3
8. Benzokain
Benzokain bersifat anesthesia. Konsentrasinya ½-5%, tidak larut
dalam air, lebih larut dalam minyak (1 : 35), dan lebih larut lagi
dalam alcohol. Dapat digunakan dalam vehikulum yang lain.
Sering menyebabkan sensitisasi.3
9. Benzil Benzoat
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan
sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% atau 25%.3
10. Camphora
Konsentrasinya 1-2%. Bersifat antiprutitus berdasarkan
penguapan zat tersebut sehingga terjadi pendinginan. Dapat
dimasukkan ke dalam bedak atau bedak kocok yang mengandung
alcohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dan
krim.3
11. Kortikosteroid Topikal
Penggolongan kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan
besar, di antaranya berdasarkan anti-inflamasi dan antimitotik.
Dermatosis yang responsif dengan K.T. adalah: psoriasis,
dermatitis atopik, dermatitis kontak, dermatitis seboroik,
neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis
statis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan
dermatitis solaris (fotodermatitis). Dipilih K.T. yang sesuai,
aman, efek samping sedikit dan harga murah; di samping itu ada
beberapa factor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis penyakit
kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit,
luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi.
Perlu juga dipertimbangkan umur penderita.3
Penggunaan K.T pada umumnya dianjurkan pemakaian salep 2-3
x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan
adanya gejala takifilaksis. Takifilaksis adalah menurunnya
respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat
yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek
vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan
menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan. Lama
pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu
untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk
potensi kuat. Efek samping terjadi akibat penggunaan K.T. yang
lama dan berlebihan dan penggunaan K.T. dengan potensi kuat
atau sangat kuat atau penggunaan secara oklusif. Gejala efek
sampingnya adalah atrofi, strie atrofise, telangiektasis, purpura,
dermatosis akneformis, hipertrikosis setempat, hipopigmentasi,
dermatitis perioral, menghambat penyembuhan ulkus, Infeksi
mudah terjadi dan meluas. Dan gambaran klinis penyakit infeksi
menjadi kabur.3
12. Mentol
Bersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada
camphora, konsentrasinya ¼-2%.3
13. Podofilin
Damar podofilin digunakan dengan konsentrasi 25% sebagai
tingtur untuk kondiloma akuiminatum. Setelah 4-6 jam
hendaknya dicuci.3
14. Selenium disulfid
Digunakan sebagai sampo 1% untuk dermatitis seboroik pada
kepala dan tinea versikolor. Kemungkinan terjadinya efek toksik
rendah. 3
15. Sulfur
Merupakan unsur yang telah digunakan selama berabad-abad
dalam dermatologi. Bersifat antiseboroik, anti-akne, antiskabies,
anti bakteri positif gram dan jamur. Yang digunakan ialah sulfur
dengan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum (belerang
endap) berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya dipakai dalam
konsentrasi 4-20%. Dapat digunakan dalam pasta, krim, salap,
dan bedak kocok. Contoh dalam salap ialah salap 2-4 yang
mengandung asam salisilat 2% dan sulfur presipitatum 4%.
Sedangkan contoh dalam bedak kocok ialah losio kummerfeldi
dipakai untuk akne.3
16. Ter
Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari
batubara, kayu dan fosil. Preparat ter sering yang digunakan ialah
karbonis detergens karena tidak berwarna hitam seperti yang lain
dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5%. Efeknya antipruritus,
antiradang, antiekzem, antiakantosis keratoplastik, dapat
digunakan untuk psoriasis dan dermatitis kronik dalam salap. Jika
terjadi lesi yang universal, misalnya pada psoriasis, tidak boleh
dioleskan di seluruh lesi karena akan diabsorbsi dan member efek
toksik terhadap ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3,
hari 1: kepala dan ekstremitas atas, hari 2: batang tubuh dan hari
3: ekstremitas bawah. Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu
diperhatikan adanya reaksi fototoksik, pada ter yang berasal dari
batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek
karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama.3
17. Urea
Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sebagai
emolien, dapat dipakai untuk iktiosis atau xerosis kutis. Pada
konsentrasi 40% melarutkan protein. 3
18. Zat antiseptik
Zat ini bersifat antiseptik dan/atau bakteriostatik. Zat-zat
antiseptic lebih disukai dalam bidang dermatologi daripada zat
antibiotic, sebab dengan memakai zat antiseptik persoalan
resistensi terhadap antibiotik dapat dihindarkan. Golongan
antiseptik : alkohol, fenol, halogen, zat-zat pengoksidasi, senyawa
logam berat dan zat warna.3
19. Obat Imunomodulator Topikal
Telah banyak kemajuan yang dicapai dalam riset obat yang
bersifat imunomodulator yaitu yang tercakup dalam terapi imun.
Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus (TKL) suatu
calcinerin inhibitors (CnLs) yaitu suatu makrolactam yang
pertama-tama diisolasi dari streptomyces. TKL dapat diberikan
secara oral, topikal, dan intravena. TKL di metabolisasi di hati
dan mempunyai bioavabilitas lebih tinggi. Formulasi topikal
mempunyai konsentrasi 0,03% dan 0,1% dalam bentuk salep.3
3.1 Kesimpulan
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Kadang diketahui penyebab yang multifaktor atau juga tidak
diketahui dengan pasti. Jadi pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan
menghilangkan atau mengurangi keluhan dan gejala, dan menekan
peradangan.
Pada terapi atau pengobatan kulit, banyak jenis dan bentuk sediaan
obat yang dapat digunakan. Jenis pengobatannya ada yang menggunakan
obat-obatan seperti penggunaan topikal dan sistemik, selain itu dengan
pengobatan fisik seperti tindakan atau operatif, sinar radiasi, sinar laser dan
berbagai macam jenis tindakan dalam pengobatan kulit.
DAFTAR PUSTAKA