Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian TERAPI TOPIKAL


Kulit merupakan organ tubuh terbesar dan memiliki banyak fungsi penting, di
antaranya adalah fungsi proteksi, termoregulasi, respons imun, sintesis senyawa biokimia,
dan peran sebagai organ sensoris. Terapi untuk mengkoreksi berbagai kelainan fungsi
tersebut dapat dilakukan secara topikal, sistemik, intralesi, atau menggunakan radiasi
ultraviolet.
Terapi topikal didefinisikan sebagai aplikasi obat dengan formulasi tertentu pada kulit yang
bertujuan mengobati penyakit kulit atau penyakit sistemik yang bermanifestasi pada kulit.
Metode pengobatan topikal telah lama digunakan pada berbagai kebudayaan kuno di dunia.
Bangsa Mesir kuno menggunakan sejenis rumput papyrus yang dicampur dengan berbagai
minyak binatang dalam pengobatan alopesia. Sementara bangsa Indian kuno menggunakan
senyawa arsen dalam pengobatan kusta. Campuran merkuri dan sulfur juga mereka gunakan
dalam pengobatan pedikulosis, sedangkan pasta yang mengandung besi sulfat, empedu,
tembaga sulfat, sulfur, arsen, dan antimoni digunakan dalam pengobatan pruritus
B. Kelebihan dan Kekurangan Terapi Topikal
Terapi topikal merupakan metode yang nyaman, namun keberhasilannya bergantung pada
pemahaman kita mengenai fungsi sawar kulit. Keuntungan utamanya adalah dapat memintas
jalur metabolisme obat pertama (first-pass metabolism) di hati. Terapi topikal juga dapat
menghindari risiko dan ketidaknyamanan seperti pada terapi yang diberikan secara intravena,
serta berbagai hal yang mempengaruhi penyerapan obat pada terapi peroral, misalnya
perubahan pH, aktivitas enzim, dan pengosongan lambung. Keuntungan lain, yaitu karena
penyerapan sistemik pada terapi topikal dapat diabaikan maka efek samping maupun
interaksi obat pada terapi topikal jarang terjadi.
Meskipun demikian, pengobatan topikal juga memiliki berbagai kelemahan misalnya: 1)
dapat menimbulkan iritasi dan alergi (dermatitis kontak), 2) permeabilitas beberapa obat
melalui kulit yang relatif rendah, sehingga tidak semua obat dapat diberikan secara topikal,
dan 3) terjadinya denaturasi obat oleh enzim pada kulit.
Asmara, A., Daili, S.F., Noegrohowati, T. and Zubaedah, I., 2012. Vehikulum dalam
dermatoterapi topikal. FK Universitas Indonesia dan RS. dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta, 39(1).

C. Jenis-jenis Obat Topikal


Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa
(vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal yang memiliki efek
terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari sediaan topikal dapat berbentuk
cair atau padat yang membawa bahan aktif berkontak dengan kulit. Idealnya zat pembawa
mudah dioleskan, mudah dibersihkan, tidak mengiritasi serta menyenangkan secara
kosmetik. Selain itu, bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah
dilepaskan

Sedian obat topikal ada beberapa jenis, yakni :


1. Cairan
Cairan adalah bahan pembawa dengan komposisi air. Jika bahan pelarutnya murni air
disebut sebagai solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, eter, atau kloroform disebut
tingtura. Cairan digunakan sebagai kompres dan antiseptik. Bahan aktif yang dipakai
dalam kompres biasanya bersifat astringen dan antimikroba.
2. Bedak
Merupakan sediaan topikal berbentuk padat terdiri atas talcum venetum dan oxydum
zincicum dalam komposisi yang sama. Bedak memberikan efek sangat superfisial karena
tidak melekat erat sehingga hampir tidak mempunyai daya penetrasi. Oxydum zincicum
merupakan suatu bubuk halus berwarna putih bersifat hidrofob. Talcum venetum
merupakan suatu magnesium polisilikat murni, sangat ringan. Dua bahan ini dipakai
sebagai komponen bedak, bedak kocok dan pasta
3. Salep
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan
mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci dengan
air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep menggunakan
salah satu dasar salep tersebut.
4. Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu
sebagai emulsi air dalam minyak (W/O), misalnya cold cream, dan minyak dalam air
(O/W), misalnya vanishing cream.
5. Pasta
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari bahan untuk
salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum zincicum. Pasta
merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai
lapisan pelindung pada bagian yang diolesi.
6. Bedak Kocok
Bedak kocok adalah suatu campuran air yang di dalamnya ditambahkan komponen bedak
dengan bahan perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini ditujukan agar za aktif dapat
diaplikasikan secara luas di atas permukaan kulit dan berkontak lebih lama dari pada
bentuk sediaan bedak serta berpenetrasi kelapisan kulit.
7. Pasta Pendingin
Pasta pendingin disebut juga linimen merupakan campuran bedak, salep dan cairan.
Sediaan ini telah jarang digunakan karena efeknya seperti krim.
8. Gel
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
organik dan anorganik. Gel dikelompokkan ke dalam gel fase tunggal dan fase ganda. Gel
fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul besar yang terdispersi dan
cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya karbomer)
atau dari gom alam (seperti tragakan).
9. Jelly
Jelly merupakan dasar sediaan yang larut dalam air, terbuat dari getah alami seperti
tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.
10. Lotion
Losion merupakan sediaan yang terdiri dari komponen obat tidak dapat larut terdispersi
dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. Komponen yang tidak tergabung ini
menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok terlebih dahulu. Pemakaian losion
meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air. Beberapa keistimewaan
losion, yaitu mudah diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. Contoh losion yang
tersedia seperti losion calamin, losion steroid, losion faberi.
Gunawan, S. 2017. KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL.
D. Cara Pemberian Obat Topikal
Pemberian obat pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan, bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi
iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti
krim, losion, aerosol dan spray.
1. Pemberian obat pada telinga
Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada
umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga khususnya pada telinga tengah dapat berupa
antibiotic
2. Pemberian obat pada hidung
Cara memberikan obat pada hidung dengan tetes hidung yang dapat dilakukan pada seseorang
dengan peradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring
3. Pemberian obat pada mata
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata.Obat tetes mata
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata

Anda mungkin juga menyukai