Anda di halaman 1dari 15

OBAT OBAT TOPIKAL

DI SUSUN OLEH :
NAMA : KRISTIWI SUTANTI
NIM : 201651320
PENGERTIAN

Topikal adalah obat yang diberikan melalui kulit dan membran mukosa yang
pada prinsipnya menimbulkan efek lokal. Pemberian topical dilakukan
dengan mengoleskannya di suatu daerah kulit, memasang balutan lembab,
merendam bagian tubuh dengan larutan, atau menyediakan air mandi
yang dicampur obat yang bertujuan untuk mempertahankan hidrasi,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi.
MEKANISME KERJA

Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3 jalur. Beberapa perbedaan


mekanisme kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak
dan larut dalam air.
1. Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan
berperan melunakkan karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang
terdapat di atas permukaan kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi.
Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtura jauh lebih kuat. Namun
sediaan tingtura telah jarang dipakai karena efeknya mengiritasi kulit. Bentuk
sediaan yang pernah ada antara lain tingtura iodi dan tingtura spiritosa.
MEKANISME KERJA

2. Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga
memberi efek mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan
daya slip yang cukup besar. Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit
karena komposisinya yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan
sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran
pada daerah intertriginosa.
3. Salep
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas
permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan
dasar hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep
serap (salep absorpsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karen
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air
mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga banyak dipakai pada kondisi
yang memerlukan penetrasi yang dalam.
MEKANISME KERJA

4. Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena
komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas
permukaan kulit dan mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim
W/O kurang disukai secara kosmetik karena komponen minyak yang lama
tertinggal di atas permukaan kulit. Krim O/W memiliki daya pendingin lebih
baik dari krim W/O, sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W.
5. Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini
lebih dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada
suhu tubuh. Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap
lesi yang basah seperti serum.
MEKANISME KERJA

6. Bedak kocok
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit.
Penambahan komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak
melekat lama di atas permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.
7. Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat
sediaan ini lebiha komponen airnya yang besar. mudah berpenetrasi ke dalam
lapisan kulit, namun bentuknya yang lengket menjadikan sediaan ini tidak
nyaman digunakan dan telah jarang dipakai.
8. Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan
padakondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel analgetik. Rute difusi
jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan gel membentuk lapisan
absorpsi.
SEDIAAN TOPIKAL

1. Cairan 2. Bedak
 Cairan adalah bahan pembawa  Bedak Merupakan sediaan topikal
dengan komposisi air. Jika bahan berbentuk padat terdiri atas talcum
pelarutnya murni air disebut sebagai venetum dan oxydum zincicum dalam
solusio. Jika bahan pelarutnya alkohol, komposisi yang sama. Bedak
eter, atau kloroform disebut tingtura. memberikan efek sangat superfi sial
Cairan digunakan sebagai kompres dan karena tidak melekat erat sehingga
antiseptik. Bahan aktif yang dipakai hampir tidak mempunyai daya
dalam kompres biasanya bersifat penetrasi. Oxydum zincicum merupakan
astringen dan antimikroba. suatu bubuk halus berwarna putih
bersifat hidrofob. Talcum venetum
merupakan suatu magnesium polisilikat
murni, sangat ringan. Dua bahan ini
dipakai sebagai komponen bedak,
bedak kocok dan pasta.
SEDIAAN TOPIKAL

3. Salep 4. Krim
 Salep merupakan sediaan semisolid  Krim adalah bentuk sediaan setengah
berbahan dasar lemak ditujukan padat yang mengandung satu atau
untuk kulit dan mukosa. Dasar salep lebih bahan obat terlarut atau
yang digunakan sebagai pembawa terdispersi dalam bahan dasar yang
dibagi dalam 4 kelompok yaitu: dasar sesuai. Formulasi krim ada dua, yaitu
salep senyawa hidrokarbon, dasar sebagai emulsi air dalam minyak
salep serap, dasar salep yang bisa (W/O), misalnya cold cream, dan
dicuci dengan air dan dasar salep minyak dalam air (O/W), misalnya
yang larut dalam air. Setiap bahan vanishing cream.
salep menggunakan salah satu dasar
salep tersebut.
SEDIAAN TOPIKAL

5. Pasta 6. Bedak kocok


 Pasta ialah campuran salep dan bedak  Bedak kocok adalah suatu campuran
sehingga komponen pasta terdiri dari air yang di dalamnya ditambahkan
bahan untuk salep misalnya vaselin dan komponen bedak dengan bahan
bahan bedak seperti talcum, oxydum perekat seperti gliserin. Bedak kocok ini
zincicum. Pasta merupakan salep ditujukan agar zat aktif dapat
padat, kaku yang tidak meleleh pada diaplikasikan secara luas di atas
suhu tubuh dan berfungsi sebagai permukaan kulit dan berkontak lebih
lapisan pelindung pada bagian yang lama dari pada bentuk sediaan bedak
diolesi. Efek pasta lebih melekat serta berpenetrasi kelapisan kulit.
dibandingkan salep, mempunyai daya
penetrasi dan daya maserasi lebih
rendah dari salep.
SEDIAAN TOPIKAL

7. Gel 8. Jelly
 Gel merupakan sediaan setengah padat  Jelly merupakan dasar sediaan yang larut
yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari dalam air, terbuat dari getah alami seperti
partikel organik dan anorganik. Gel ini tragakan, pektin, alginate, borak gliserin.
merupakan suatu suspensi yang terdiri dari
alumunium hidroksida yang tidak larut dan
alumunium oksida hidrat. Sediaan ini
berbentuk kental, berwarna putih, yang
efektif untuk menetralkan asam klorida dalam
lambung. Gel segera mencair jika berkontak
dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorpsi pada kulit lebih baik daripada krim.
Gel juga baik dipakai pada lesi di kulit yang
berambut.
SEDIAAN TOPIKAL

9. Losion 10. Foam aerosol


 Losion merupakan sediaan yang terdiri dari  Aerosol merupakan sediaan yang dikemas di
komponen obat tidak dapat larut terdispersi bawah tekanan, mengandung zat aktif yang
dalam cairan dengan konsentrasi mencapai 20%. dilepas pada saat sistem katup yang sesuai
Komponen yang tidak tergabung ini ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian
menyebabkan dalam pemakaian losion dikocok lokal pada kulit, hidung, mulut, paru. Komponen
terlebih dahulu. Pemakaian losion meninggalkan dasar aerosol adalah wadah, propelen,
rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air. konsentrat zat aktif, katup dan penyemprot.
Beberapa keistimewaan losion, yaitu mudah Foam aerosol merupakan emulsi yang
diaplikasikan, tersebar rata, favorit pada anak. mengandung satu atau lebih zat aktif
Contoh losion yang tersedia seperti losion menggunakan propelen untuk mengeluarkan
calamin, losion steroid, losion faberi. sediaan obat dari wadah. Foam aerosol
merupakan sediaan baru obat topikal. Foam
dapat berisi zat aktif dalam formulasi emulsi dan
surfaktan serta pelarut. Sediaan foam yang
pernah dilaporkan antara lain ketokonazol foam
dan betametasone foam.
ABSORPSI SEDIAAN TOPIKAL

Saat suatu sediaan dioleskan ke kulit, absorpsinya akan melalui beberapa fase:
a. Lag phase
Periode ini merupakan saat sediaan dioleskan dan belum melewati stratum
korneum, sehingga pada saat ini belum ditemukan bahan aktif obat dalam
pembuluh darah.
b. Rising phase
Fase ini dimulai saat sebagian sediaan menembus stratum korneum,
kemudian memasuki kapiler dermis, sehingga dapat ditemukan dalam
pembuluh darah.
c. Falling phase
Fase ini merupakan fase pelepasan bahan aktif obat dari permukaan kulit
dan dapat dibawa ke kapiler dermis.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI

1. Bahan aktif yang dicampurkan dalam pembawa tertentu harus menyatu


pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang cukup.
2. Konsentrasi bahan aktif merupakan factor penting, jumlah obat yang
diabsorpsi secara perkutan perunit luas permukaan setiap periode waktu,
bertambah sebanding dengan bertambahnya konsentrasi obat dalam suatu
pembawa.
3. Penggunaan bahan obat pada permukaan yang lebih luas akan
menambah jumlah obat yang diabsorpsi.
4. Absorpsi bahan aktif akan meningkat jika pembawa mudah menyebar
ke permukaan kulit.
5. Ada tidaknya pembungkus dan sejenisnya saat sediaan diaplikasikan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORPSI

6. Pada umumnya, menggosokkan sediaan akan meningkatkan jumlah


bahan aktif yang diabsorpsi.
7. Absorpsi perkutan akan lebih besar bila sediaan topikal dipakai pada kulit
yang lapisan tanduknya tipis.
8. Pada umumnya, makin lama sediaan menempel pada kulit, makin
banyak kemungkinan diabsorpsi. Pada kulit utuh, cara utama penetrasi
sediaan melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada melalui folikel rambut
atau kelenjar keringat, karena luas permukaan folikel dan kelenjar keringat
lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung
elemen anatomi ini. Stratum korneum sebagai jaringan keratin akan berlaku
sebagai membrane semi permeabel, dan molekul obat berpenetrasi
dengan cara difusi pasif.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai