Anda di halaman 1dari 7

I.

Dasar teori

Salbutamol merupakan agen beta adrenergik yang merupakan salah satu


bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak
digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang
menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced
broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol
telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare,
Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend,Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu,
salbutamol juga telah tersediadalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral
(tablet, sirup,kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi. Secara umum sifat
fisikokimia dari salbutamol adalah serbuk berbentuk kristal, berwarna putih atau hampir
putih. Larut dalam alkohol,sedikit larut dalam air. Terlindung dari cahaya. Salbutamol
termasuk dalamgolongan Antiasma dan obat untuk penyakit paru obstruktif kronik
Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian Salbutamol
a. Oral
(Lebih dipilih dengan inhalasi) :Dewasa : dosis 4mg (orang lanjut usia dan
penderita yang peka awalidengan dosis awal 2 mg) 3-4 kali sehari; dosis
maksimal 8mg dalam dosistunggal ( tetapi jarang memberikan keuntungan
ekstra atau dapat ditoleransidengan baik). Anak-anak dibawah 2 tahun : 100
mcg/kg 4 kali sehari(unlicensed); 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari; 6-12 tahun 2
mg 3-4 kalisehari. Injeksi s.c / i.m 500mcg ulangi tiap 4 jam bila perlu.

b. Injeksi
Injeksi IV bolus pelan 250 mcg diulangi bila perlu. IV infus, dosis awal
5mcg/menit, disesuaikan dengan respon dan nadi, biasanya dalam interval 3-20
mcg/menit, atau lebih bila perlu. Anak-anak 1-12 bulan 0,1-1mcg/kg/menit
(unlicensed).

c. Inhalasi
Dewasa : 100-200 mcg (1-2 semprot); untuk gejala yang menetap boleh di
berikan sampai 4 kali sehari. Anak-anak : 100mcg (1 semprot),dapat ditingkatkan
sampai 200 mcg (2 semprot) bila perlu; untuk gejala menetap boleh diberikan
sampai 4 kali sehari. Profilaksis pada exercise-induced bronchospasm, Dewasa
200mcg (2 semprot); anak-anak 100mcg (1semprot), ditingkatkan sampai
200mcg (2 semprot) bila perlu. Serbuk inhalasi : Dewasa 200-400 mcg; untuk
gejala yang menetap boleh diberikansampai 4 kali sehari; anak-anak 200mcg.
Profilaksis untuk exercise-induced bronchospasm Dewasa 400mcg; anak-anak
200 mcg

d. Sirup
Anak 2 – 6 tahun: dimulai dari dosis 0,1 mg/kg/pemberian sebanyak 3 kali;
maksimal 3 x 2 mg. Jika diperlukan dapat ditingkatkan menjadi 0,2
mg/kg/pemberian sebanyak 3 kali, maksimal 3 x 4 mg.
Anak 6 – tahun: 2 mg sebanyak 3 – 4 kali; dapat ditingkatkan sampai maksimal
24 mg/hari.
II. Rumur Struktur Salbutamol (IUPAC)

Nama lain : 2Hydroxy 4-1-cl Hydroxy - 2tert-Butylamino-1-(4-hydroxy-3-


hydroxymethylphenyl).
Identifikasi : Serapan inframerah zat yang didespersikan dalam kalium
bromide P, menunjukkan maksimum hanya pada panjang
gelombang yang sama seperti pada Salbutamol. Spektrum
serapan ultraviolet larutandalam asam klorida 0,1 N (1 dalam
12.500) menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
gelombang yang sama seperti salbutamol. Penetapan kadar
dengan menimbang seksama lebih kurang 400 mg, larutkan
dalam 50 ml asam asetat glacial P, titrasi dengan asam
perklorat 0,1 N LV mernggunaka indikator 2 tetes Kristal violet
LP, (Dinkes, 1995).

III. Karakteristik Salbutamol

Menurut farmakope Indonesia edisi IV hal. 751-752


Nama umum : Albuterol Sulfat
Nama kimia : Garam α’- [(tert-butylamino)methyl]-4-hydroxy-m-
xylene-α, α’ diol sulfat
Rumus kimia : (C13H21NO3)2.H2SO4
Berat molekul : 576,70
Kemurnian : Salbutamol sulfat mengandung tidak kurang dari 98,5
% dan tidak lebih dari 101,0 % (C13H21NO3)2.H2SO4
dihitung terhadap zat anhidrat
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih
Kelarutan : Mudah dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam k
loroformdan dalam eter
Baku pembanding : Salbutamol Sulfat BPFI; tidak boleh dikeringkan
sebelum digunakan
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.
IV. Proses Sintesis dan Retrosintesis dari Salbutamol

Sintesis salbutamol pertama telah dilaporkan pada tahun 1966. Salbutamol (Albuterol
= 2-tert-butylamino-1-4(hydroxy-3-hydroxymethylphenyl) ethanol. Pada dasarnya
berbeda dengan semua senyawa simpatomitetik yang lain yang gugus hidroksilnya
pada C3 dari cincin aromatic digantikan oleh gugus hidroksimetil.
Salbutamol adalah β2-adrenergik simpatomimetik amin dengan aksi farmakologi yang
mirip dengan terbutalin. Salbutamol tidak memiliki efek β1-adrenoreseptor pada
jantung. Senyawa ini menunjukkan efek bronkolitik, mencegah atau mengurangi
bronkospasme, menurunkan resistensi saluran napas dan meningkatkan kapasitas vital
paru paru. Salbutamol digunakan secara luas pada kasus asma bronchial dan
gangguan lain saluran pernapasan yang diakibatkan olek keadaan spasme dari bronki.
Sinonim dari salbutamol adalah albuterol, aloprol, ventolin, volma, salbuvent dll.

LANGKAH-LANGKAH SINTESIS

1. Sintesis dari subtituen Asetofenon

Salbutamol dapat dibuat dari 4-hydroxyacetophenone (I), klormetilasi dari senyawa ini
menghasilkan 4-hydroxy-3-hydroxymethylacetophenone (II). Asilasi dari (II) dengan
anhidrida asetat/asam asetat/natrium asetat membentuk derivat diasetil (III) yang
kemudian dibrominasi membentuk bromoacetophenone (IV). Selanjutnya,
bromoecetophenon direaksikan dengan N-benzyl-N-tert-butylamin menghasilkan
derivat asetophenon (V). Gugus asetilnya kemudian dihidrolisis dengan HCl
menghasilkan produk (VI), mengalami reduksi dengan sodium borohydride untuk
mengubah gugus keto menjadi gugus hidroksil, menghasilkan produk (VII). Kemudian
dihidrogenasi menggunakan katalisator palladium untuk melepaskan benzyl-protecting
group membentuk salbutamol (VIII).
2. Sintesis dari metil ester salisilat

Cara ini sedikit berbeda dari cara pertama, dan dimulai dari pembentukan 4-hidroksi-
3-asetoksibromoasetofenon (III) dengan cara asilasi dari metil ester salisilat (I)
menggunkan bromoasetilklorida (II). Senyawa ini lalu bereaksi dengan N-benzil-tert-
butylamin dan membentuk senyawa produk (IV), lalu dihidrolisis sempurna dengan
litium aluminium hidrida menjadi salbutamol tersubtitusi N-Benzil (V). Gugus benzyl
kemudian digantikan dengan hidrogen menggunakan katalisator palladium
menghasilkan salbutamol (VI).
3. Reaksi Friedel-Crafts

Reaksi Friedel and Crafts menggunakan formaldehid dalam HCl mengawali pembentukan 3’-
chloromethyl 4’-hydroxyacetophenon dalam jumlah 85%. Asetilasi pada fenol dan gugus
chloromethyl akan terbentuk dengan menggunakan pelarut campuran asetat anhidrida, natrium
asetat dan asam asetat. Tahap selanjutnya adalah reaksi bromine dalam chloroform membentuk
α-bromoketon melalui tautomerisasi enol. Reduksi yang selektif dari keton oleh natrium
borohidrida dan diikuti dengan siklisasi mengawali pembentukan epoksida. Pada akhirnya,
pembukaan nukleofilik dari cincin epoksida melalui ikatan amin primer akan membentuk fungsi
amino alcohol dan deproteksi dari gugus hidroksi akan menyempurnakan senyawa target.

4. Sintesis dari Norephinephrin

Salbutamol dikembangkan dengan cara modifikasi norephinephrin, suatu


neurotransmitter alami. Modifikasi ini diawali dengan subtitusi ion hydrogen pada
gugus amin dengan isopropyl membentuk senyawa isoproterenol (isoprenalin), yang
meningkatkan efek stimulasi β-adrenoreseptor. Mekanisme selanjutnya adalah
subtitusi gugus isopropyl dengan gugus t-butyl.
5. Sintesis dari Adrenalin

Dengan penambahan gugus metil pada ujung molekulnya, maka diperoleh senyawa
isoproterenol dan tahap selanjutnya adalah subtitusi gugus isopropyl dengan t-butil
membentuk salbutamol.

Anda mungkin juga menyukai