Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PEMBUATAN SASIRANGAN

DISUSUN OLEH
Kelompok 4 :
1. Akhmad Ramadhani
2. Hamidah
3. M. Dhiyaul Akwan
4. M. Ilmi
5. Nurul Huda
6. Rusminah Hailli
7. Yolanda Safitri

XI MIPA 5
SMA NEGERI 1 BARABAI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan laporan
pembuatan sasirangan dapat terselesaikan dengan baik.
            Adapun penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang diperoleh
selama melakukan praktek pembuatan sasirangan. Kami menyadari bahwa
dalam penyusan laporan ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian kata pengantar ini dibuat, semoga dapat bermanfaat
khususnya bagi diri pribadi dan pembaca pada umumnya.

Barabai, 26 Juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................
Daftar Isi........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.................................................................................
2. Tujuan Pembuatan..........................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
1. Pengenalan Sasirangan...................................................................
2. Alat dan Bahan................................................................................
3. Tahap Pembuatan...........................................................................
4. Biaya Produksi.................................................................................
BAB III : PENUTUP
1. Kesimpulan......................................................................................
2. Saran...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer dan sangat penting bagi
kehidupan manusia sesudah kebutuhan akan pangan terpenuhi. Sejak zaman
dahulu manusia telah mengenal dan menggunakan pakaian, meskipun masih
sangat sederhana. Pakaian yang digunakan pada zaman dahulu terbuat dari
bahan yang sangat sederhana dan mudah didapatkan seperti rerumputan dan
dedaunan yang mudah mereka temukan di lingkungan sekitar. Mereka hanya
memikirkan bagaimana caranya menutupi serta melindungi tubuh dan kulit
mereka dari segala hal yang dapat mengganggu, tanpa memikirkan apakah
pakaian tersebut nyaman, bagus atau cocok untuk mereka kenakan. Hal
tersebut terjadi karena teknologi dan pemikiran manusia yang masih rendah
pada waktu itu. Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi yang
semakin canggih, kini pakaian dapat dibuat dari berbagai macam bahan, tidak
terbatas pada tumbuhan namun juga hewan dan bahan sintetis atau buatan.
Kain-kain yang digunakan untuk membuat pakaian terdiri atas beberapa
macam jenis sesuai dengan bahan asal pembuatannya serta pola yang diolah.
Salah satu jenis kain berdasarkan pola yang diolah yaitu kain batik. Kain batik
merupakan bahan tekstil yang mempunyai pola/corak (gambar) yang khas dan
dapat dibuat secara manual atau tradisional. Pola/corak yang dilukiskan pada
kain batik biasanya memiliki ciri khas dan nama yang berbeda pada setiap
daerah di Indonesia. Misalnya saja di Kalimantan Selatan disebut dengan Kain
Sasirangan. Di Kalimantan Selatan kain sasirangan tidak hanya digunakan
sebagai pakaian, namun juga digunakan sebagai aksesoris seperti tas, ikat
kepala, sabuk, kemben dan lain-lain.
Kain Sasirangan merupakan salah satu ciri khas Kalimantan Selatan yang
perlu dilestarikan dan dibudayakan oleh seluruh warga Indonesia, khususnya
warga Kalimantan Selatan sendiri. Salah satu cara apresiasi warga dalam
melestarikan kebudayaan kain sasirangan yaitu dengan cara mengetahui
proses pembuatannya hingga menjadi sebuah kain sasirangan yang dapat
ditemukan di pasaran. Hal tersebut melatarbelakangi penulisan makalah ini
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan.
2. Tujuan Pembuatan
Tujuan pembuatan sasirangan ini sebagai berikut :
a. Memenuhi tugas yang telah diberikan guru pengajar
b. Mengetahui tentang sasirangan
c. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan untuk membuat sasirangan
d. Mengetahui cara pembuatan sasirangan

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengenalan Sasirangan
Kain Sasirangan umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa
digunakan pada acara-acara adat suku Banjar. Kata sasirangan berasal dari kata
menyirang yang berarti menjelujur, karena dikerjakan dengan cara menjelujur
kemudian diikat dengan tali rafia dan selanjutnya dicelup, hingga kini
sasirangan masih dibuat secara manual.
Menurut sejarahnya, Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad XII
saat Lambung Mangkurat menjadi patih Negara Dipa. Awalnya sasirangan
dikenal sebagai kain untuk “batatamba” atau penyembuhan orang sakit yang
harus dipesan khusus terlebih dahulu (pamintaan) sehingga pembuatan kain
sasirangan seringkali mengikuti kehendak pemesannya. Oleh karena itu, Urang
Banjar seringkali menyebut sasirangan kain pamintaan yang artinya
permintaan. Selain untuk kesembuhan orang yang tertimpa penyakit, kain ini
juga merupakan kain sakral, yang biasa dipakai pada upacara-upacara adat.
Pada zaman dahulu kain sasirangan diberi warna sesuai dengan tujuan
pembuatannya dengan bahan-bahan alami, yakni sebagai sarana pelengkap
dalam terapi pengobatan suatu jenis penyakit tertentu yang diderita oleh
seseorang.
Di awal-awal kemunculannya, kain sasirangan dengan berbagai motif
mempunyai bentuk dan fungsi yang cukup sederhana, seperti ikat kepala
(laung), sabuk dan tapih bumin (kain sarung) untuk lelaki, selendang,
kerudung, udat (kemben), dan kekamban (kerudung) untuk perempuan.
Seturut perkembangannya, kain ini juga digunakan sebagai pakaian adat
yang dipakai oleh kalangan rakyat biasa ataupun keturunan bangsawan saat
mengikuti upacara-upacara adat. Namun perkembangan zaman juga yang
mengubah fungsi kain sasirangan dalam masyarakat Kalimantan Selatan. Nilai-
nilai sakral yang terkandung di dalamnya seolah-olah ikut memudar tergerus
arus globalisasi mode. Globalisasi menjadikan kain ini tidak hanya mengalami
proses desakralisasi sehingga kemudian berubah menjadi pakaian sehari-hari,
tetapi juga  semakin dilupakan.
Padahal bisa dikatakan kalau kain sasirangan merupakan salah satu
bentuk perwujudan dari pengetahuan lokal masyarakat Kalimantan Selatan.
Dengan mengenal sejarah kain sasirangan, kita bisa mengetahui beraneka
macam nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat setempat. Seperti
nilai tentang keyakinan, budaya, dan ekonomi.

2. Alat dan Bahan


Alat :
 Pensil
 Penggaris
 Jarum
 Cutter/silet
 Ember
 Sarung tangan
 Gelang karet
 Plastik
 Setrika
Bahan :
 Baju putih polos
 Karton
 Benang
 Pewarna
 Air
3. Tahap Pembuatan
Tahap pembuatan sasirangan yaitu sebagai berikut :
a. Siapkan karton dan buat pola/motif diatas karton tersebut
menggunakan pensil.
b. Jika pola sudah dibuat, potong karton mengikuti pola.
c. Letakkan karton/pola di baju dan garislah pola mengikuti garis/tepi pola
menggunakan pensil.
d. Jika baju sudah selesai dipola, jahit/jelujur baju menggunakan benang
berwarna mengikuti garis/pola.

e. Sisakan ujung benang sekitar 7 cm pada pola baju untuk memudahkan


proses penyisitan.
f. Sisit benang hingga benang pada pola tidak terlihat lagi dan kain yang
dijelujur menjadi mengkerut.
g. Kemudian ikat benang dengan kuat agar motif yang nanti dihasilkan
terlihat jelas.
h. Sebagian kain baju ditutupi dengan plastik kemudian ikat dengan karet
gelang.
i. Siapkan pewarna, yaitu dengan mencampurkan/mencairkan pewarna
dengan air panas.
j. Celupkan sambil remas baju menggunakan sarung tangan agar warna
yang dihasilkan bagus.

k. Keringkan baju dengan cara ditiriskan/dibiarkan.


l. Bagian baju yang telah berwarna ditutupi pakai plastik dan diikat dengan
karet gelang, bagian yang lain (bagian yang memerlukan warna
berbeda) kembali dicelupkan dengan hati-hati pada warna yang
berbeda.
m. Keringkan baju kembali, jika sudah agak kering benang-benang jahitan
atau ikatan pada baju tersebut dilepaskan seluruhnya.

n.

n. Keringkan baju yang sudah diwarnai di tempat yang teduh dan tidak
terkena cahaya matahari secara langsung.
o. Setelah baju sudah benar-benar kering, selanjutnya setrika baju
sasirangan ini agar licin dan terlihat bagus.

p. Sasirangan telah selesai dibuat.


Hasil sasirangan :
4. Biaya Produksi
N Nama Barang Harga
o
1 Baju putih polos Rp.0
2 Karton Rp.2500
3 Benang Rp.0
4 Pewarna Rp.30000
5 Air Rp.0
6 Pensil Rp.0
7 Penggaris Rp.0
8 Jarum Rp.0
9 Silet Rp.1000
10 Ember Rp.0
11 Sarung tangan Rp.0
12 Gelang karet Rp.0
13 Plastik Rp.0
Total Rp.33500

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kain Sasirangan merupakan salah satu ciri khas Kalimantan Selatan yang
perlu dilestarikan dan dibudayakan oleh seluruh warga Indonesia, khususnya
warga Kalimantan Selatan sendiri.
Di awal-awal kemunculannya, kain sasirangan dengan berbagai motif
mempunyai bentuk dan fungsi yang cukup sederhana. Namun perkembangan
zaman juga yang mengubah fungsi kain sasirangan dalam masyarakat
Kalimantan Selatan. Globalisasi menjadikan kain ini tidak hanya mengalami
proses desakralisasi sehingga kemudian berubah menjadi pakaian sehari-hari,
tetapi juga  semakin dilupakan.
Kata sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur,
karena dikerjakan dengan cara menjelujur kemudian diikat dengan tali rafia
dan selanjutnya dicelup, hingga kini sasirangan masih dibuat secara manual.
Kata Sasirangan berasal dari kata “Sa” yang berarti satu dan “Sirang” yang
berarti jelujur. Kata itu diambil dari proses pembuatan kain sasirangan itu
sendiri yaitu dengan cara dijelujur, kemudian jelujurnya disimpul dan
dicelupkan untuk proses pewarnaan.

2. Saran
Dalam membuat sasirangan hendaknya kita memiliki ketelitian dan
kesabaran agar motif maupun warna yang dihasilkan sesuai dengan yang kita
inginkan yaitu motifnya terlihat jelas dan warna yang menarik sehingga baju
sasirangan yang dihasilkan dapat menarik minat penglihat/orang lain dan
banyak orang yang akan memakai sasirangan dengan kata lain hal itu dapat
menjaga sasirangan tetap lestari. Dalam pembuatan sasirangan pun diperlukan
kerja sama agar proses pembuatannya berjalan lancar dan dapat hasil yang
sesuai ekspetasi.
Hendaknya sebagai warga Indonesia khususnya warga Kalimantan Selatan
kita selalu melestarikan kebudayaan daerah khususnya kain sasirangan yang
menjadi salah satu corak/ciri khas warga Kalsel. Serta hendaknya kita selalu
menghargai para pengrajin dengan cara membeli kain sasirangan asli buatan
tangan (manual) bukan yang berasal dari teknologi mesin.

Anda mungkin juga menyukai