Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kunjungan industri dipilih untuk menambah pengalaman siswa
tentang dunia kerja. Siswa dituntut untuk aktif menggali informasi tentang
Kunjungan Industri. Untuk memperoleh pengetahuan tentang proses
pembuatan kerajinan tekstil dan mengamati serta memahaminya.
Kunjungan Industri dilakukan untuk memberikan gambaran kepada siswa
tentang industri dan proses produksi di bidang tekstil dan mengetahui
seluk-beluk dunia tekstil. Siswa harus membandingkan proses produksi
yang dilakukan di dunia kerja dengan ilmu yang diperoleh di sekolah.
Siswa diwajibkan membuat laporan atas informasi yang diperoleh selama
Kunjungan Industri tentang perusahaan yang bersangkutan.
Kunjungan Industri dilaksanakan di Museum Batik, Batik
Winotosastro, Malioboro, dan Pantai Depok yang terletak di Yogyakarta.
Kegiatan ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan sebagai
inspirasi bagi siswa, agar meningkatkan prestasi belajarnya. Kunjungan
Industri ini adalah salah satu cara juga untuk meningkatkan kreativitas
sekaligus pengetahuan siswa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Museum Batik ?
2. Dimana lokasi Museum Batik ?
3. Koleksi apa saja yang ada di Museum Batik ?
4. Bagaimana sejarah berdirinya Batik Winotosastro ?
5. Dimana lokasi Batik Winotosastro ?

1
6. Bagaimana proses pembatikan dan produk apa yang dijual di Batik
Winotosastro ?
7. Bagaimana sejarah Malioboro ?
8. Dimana lokasi Malioboro ?
9. Produk apa yang dijual di Malioboro ?
10. Bagaimana sejarah Pantai Depok ?
11. Dimana lokasi Pantai Depok ?
12. Apa saja yang bisa ditemukan di Pantai Depok ?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya Museum Batik Yogyakarta.
2. Mengetahui lokasi Museum Batik.
3. Mengetahui koleksi apa saja yang ada di Museum Batik.
4. Mengetahui sejarah berdirinya Batik Winotosastro.
5. Mengetahui lokasi Batik Winotosastro.
6. Mengetahui proses pembatikan dan produk yang dijual di Batik
Winotosastro.
7. Mengetahui sejarah Malioboro.
8. Mengetahui lokasi Malioboro.
9. Mengetahui produk yang dijual di sekitar Malioboro.
10. Mengetahui sejarah Pantai Depok.
11. Mengetahui lokasi Pantai Depok.
12. Mengetahui hal apa saja yang bisa ditemukan di Pantai Depok.

D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis :
 Mendapat ilmu baru tentang kerajinan tekstil dan batik yang belum
diketahui.
 Mendapat pelajaran baru tentang dunia kerja.

2
 Mengetahui bagaimana jalannya usaha dari sebuah perusahaan.
 Melihat cara kerja, dan berbagai macam alat – alat produksi yang
ada di perusahaan.
 Mendapatkan inspirasi setelah melakukan kegiatan Kunjungan
Industri.
 Mengetahui produk yang di minati konsumen.

2. Manfaat Bagi Pembaca :


 Mendapatkan informasi baru.
 Mendapatkan referensi tentang tempat wisata.
 Meningkatkan pengetahuan dan kreativitas pembaca.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Museum Batik Yogyakarta


1. Sejarah Singkat

Yogyakarta dikenal dengan kota yang kaya akan budaya. Salah satu
budaya yang ada di Yogyakarta adalah kerajinan batik yang bahkan sudah dikenal
oleh masyarakat dunia. Museum Batik Yogyakarta adalah salah satu museum
batik pertama di Yogyakarta yang mempunyai visi misi mengembangkan dan
melestarikan kebudayaan batik. Didirikan pada tanggal 12 Mei 1997 oleh Bapak
Hadi Nugroho dan Ibu Dewi Sukaningsih, yang terletak di Jl. Dr. Sutomo No.
13A, Yogyakarta. Bapak Hadi Nugroho dan Ibu Dewi Sukaningsih merupakan
generasi ke empat dari keluarganya yang bergelut dalam dunia batik. Dan dari
generasi terdahulu mewariskan berbagai macam jenis batik, baik batik klasik dan
batik pesisir. Museum ini mendiami area seluas 400 m2 dan sekaligus dijadikan
tempat tinggal pemiliknya. Pada tahun 2000 museum ini memperoleh
penghargaan MURI atas karya sulaman terbesar dan batik berukuran 90x400 cm 2.
Kemudian pada tahun 2001, museum ini memperoleh penghargaan kembali dari
MURI sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.
Dengan ditetapkannya batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tahun
2001 dan diangkatnya kota Yogyakarta sebagai Kota Batik oleh WCC tahun 2014,
Museum Batik Yogyakarta mendukung upaya-upaya preservasi batik yang
otentik.
2. Lokasi
Museum Batik berada di Jl. Dr.Sutomo 13A, Yogyakarta dibuka setiap
hari senin-sabtu pukul 09.00 - 12.00 WIB dan 13.00 – 15.00 WIB. Hari minggu
juga dibuka tetapi dengan perjanjian untuk study tour (rombongan) dan tamu
person minimal 5 orang dengan harga tiket masuk Rp.20.000,00/orang.

4
3. Koleksi
Museum Batik Yogyakarta menyimpan lebih dari 1.200 koleksi
pembatikan yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124
canting (alat pembatikan), dan 35 wajan serta bahan pewarna termasuk lilin
malam. Koleksi museum ini terdiri dari berbagai gaya seperti Yogyakarta, Solo,
Pekalongan, dan gaya tradisional lainnya dalam bentuk kain panjang, sarung,
pakaian dan sebagainya. Motifnya kebanyakan berupa motif pesisiran, pinggiran,
terang bulan, dan motif esuk-sore. Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain:
Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun
tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik
(kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan
dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari
Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga
pendiri Museum Batik Yogyakarta.
Koleksi tertuanya adalah batik buatan tahun 1840. Museum ini juga
menyimpan berbagai kain panjang yang digunakan untuk upacara adat dan
pakaian biasa pada zaman dahulu yang setiap motifnya mempunyai makna
tersendiri. Seperti: batik sidomukti yang digunakan untuk orang yang menikah
dengan latar ukel, batik dengan motif tambal yang konon jika ada orang sakit
kemudian diselimuti dengan kain tersebut, maka akan sembuh. Sedangkan,
ratusan koleksi lainnya adalah hasil karya sendiri pemilik museum diantaranya
sulaman gambar presiden RI pertama yaitu Soekarno, mantan presiden Soeharto,
Megawati Soekarano Putri, dan Hamengkubuwono IX. Selain itu ada juga potret
wajah pahlawan Iman Bonjol dan pangeran Diponegoro, Ada pula sulaman Paus
Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa dari India. Selain koleksi tersebut terdapat
juga berbagai jenis canting dengan berbagai bentuk sesuai dengan fungsinya,
berbagai macam alat cap dengan berbagai motif, wajan, loyang cap, kompor
zaman dahulu hingga yang modern. Semua koleksi tersebut dijaga dan dirawat di
Museum Batik Yogyakarta agar generasi muda bisa mempelajari dan
mempertahankan kebudayaan asli Indonesia yang diakui UNESCO dan dunia.

5
B. Batik Winotosastro
1. Sejarah Singkat
Industri Batik Winotosastro didirikan oleh Alm. Bapak Hj. Winotosastro
dan Ibu Mudinah Winotosastro pada tahun 1940 sebagai generasi ke-4 batik di
daerah Yogyakata, dan kini usaha tersebut diturunkan kepada anaknya yaitu Ibu
Hani Winotosastro yang menjadi generasi ke-5 di Yogyakarta dan sebagai
generasi ke-2 dalam keluarga Winotosastro. Awalnya industri ini hanya memakai
pewarna alami saja namun dengan adanya pewarna kimia, perusahaan tersebut
juga menggunakannya untuk variatif warna. Meskipun demikian, industri
kerajinan batik ini tetap mengutamakan pewarna alami. Untuk meningkatkan
pengetahuan warna alami, Ibu Hani sering mengikuti seminar-seminar dan
workshop mengenai pewarna alami untuk tekstil yang diselenggarakan di
Indonesia maupun luar negeri. Selain itu, Ibu hani juga senang mengoleksi dan
menanam berbagai macam tumbuhan yang bisa dijadikan pewarna alami di
halaman rumahnya yang sekaligus dijadkan showroom dan di sekitar hotel
Winotosastro yang letaknya tidak jauh dari industri tersebut. Ibu Hani juga
mempunyai inisiatif untuk memberikan biji tanaman indigo kepada sejumlah
petani di Bantul, Yogyakarta untuk ditanam. Bila daunnya dipetik, dia akan
membelinya untuk dibuat pasta dan dimanfaatkan oleh Batik Winotosastro
sebagai bahan pewarna biru, karena warna biru merupakan salah satu ciri khas
batik klasik Yogyakarta disamping warna soga/cokat dan warna dasar yaitu putih.
2. Lokasi
Batik Winotosastro berlokasi di Jl. Tirtodipuran No.54, Yogyakarta.
Dengan nomor telepon +62(0)247375218 dan fax: +62(0)247372133, buka jam
10.00-16.00 WIB.
3. Proses Pembatikan dan Produk
Batik Winotosastro memproduksi batik tulis, batik cap, dan batik
kombinasi (batik tukis dan batik cap). Produksi dilakukan dibelakang showroom
dengan jumlah pegawai kurang lebih 20 orang. Alat dan bahan yang digunakan
seperti pada umumnya kain batik dibuat. Hanya saja, Batik Winotosastro
menyesuaikan dengan perkembangan zaman seperti: penggunaan tempat duduk
6
bagi pembatik yang menyesuaikan lekuk punggung agar tidak cepat merasa pegal,
penggunaan kompor listrik agar mengurangi polusi dan mempermudah pekerjaan
pembatik, ruang produksi yang mempunyai sirkulasi udara yang baik sehingga
pekerja merasa nyaman, tempat mengecap yang bersih dan pembagian tempat
yang baik dalam proses produksi. Berikut ini alat dan bahan untuk batik tulis
dengan warna alam di Batik Winotosastro:
 Kain mori: primisima, sutera dan rayon
 Lilin/malam
 Pewarna alami (indigofera tinctoria L untuk warna biru dan
campuran kulit kayu tegeran, kulit kayu tingi, kulit kayu jambal
untuk warna soga/coklat)
 Canting: klowong, isen,cecek, nembok, dan mbironi
 Kompor listrik
 Tempat duduk pembatik
 Gawangan
 Celemek
 Ember
 Wajan besar untuk melorod
 Tungku untuk melorod

Berikut proses singkat pembatikan batik tulis warna alam di Batik Winotosastro:
 Membuat Desain
Menggambar motif pada kertas dorslag.
 Nyorek
Memindah desain dari kertas ke kain.
 Nglowong
Melukiskan lilin pada garis motif dengan canting klowong.
 Isen-isen dan Nembok
Memberikan isi berupa cecek, sawut, rembyang, cecek telu dan
lain sebagainya pada motif dan menutup kain yang ingin tetap
berwarna putih.
7
 Medel
Memberi warna pertama pada kain dengan warna biru (indigofera
tinctiria L)
 Ngebyok
Menghilangkan lilin klowong dengan cara direbus dengan air
mendidih dalam wadah yang besar.
 Mbironi
Menutup warna biru agar tidak terkena warna pada pencelupan
berikutnya.
 Nyoga
Memberikan warna coklat/soga dari campuran kulit kayu tegeran,
kulit kayu tingi, kulit kayu jambal.
 Nglorod
Menghilangkan lilin yang berada pada kain dengan cara direbus
dengan air mendidih.
 Finishing
Kain disetrika dan dirapikan

Dari proses tersebut menghasilkan kain panjang, slayer, syal, maupun kain
yang kemudian dibuat pakaian. Tidak hanya produk batik dari warna alam tapi
ada juga produk batik dengan pewarna sintetis sebagai variatif warna. Produk
tersebut dijual di showroom Batik Winotosastro dan juga diekspor ke sejumlah
negara seperti: Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan negara-negara di Eropa dan di
Asia.

8
C. Malioboro
1. Sejarah Singkat
Malioboro sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan
bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan.
Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama
“Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M. Pendirian
jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta (Kediaman
Sultan). Malioboro juga menjadi sejarah perkembangan seni sastra Indonesia.
Dalam Antologi Puisi Indonesia di Yogyakarta 1945-2000 memberi judul
“MALIOBORO” untuk buku tersebut, buku yang berisi 110 penyair yang pernah
tinggal di Yogyakarta selama kurun waktu lebih dari setengah abad.
Pada tahun 1970-an, Malioboro tumbuh menjadi pusat dinamika seni
budaya Yogyakarta, perkembangan pada masa itu didominasi oleh Belanda dalam
membangun fasilitas untuk meningkatkan perekonomian dan kekuatan mereka,
Seperti pembangunan stasiun utama (1887) di Jalan Malioboro, yang secara fisik
berhasil membagi jalan menjadi dua bagian. Tetapi pada tahun 1980-an telah
menjadi jalan satu arah saja. Di sekitar Malioboro terdapat pula beberapa obyek
bersejarah dikawasan tiga jalan, antara lain: Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu,
Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan Monumen Serangan
Oemoem 1 Maret. Yang tentunya syarat akan sejarah yang penting untuk
dipelajari.
Dan pada saat ini, Malioboro merupakan jalan pusat kawasan wisatawan
terbesar di Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur
dengan kawasan komersial Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan
penuh sesak dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam barang
dagangan. Pada malam hari beberapa restoran terbuka (lesehan) beroperasi di
sepanjang jalan Malioboro.
2. Lokasi
Malioboro berlokasi di Jl. Malioboro, Yogyakarta. Nama Malioboro
dalam bahasa Jawa: dalan malioboro. Dekat pula dengan Taman Pintar, Pasar
Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret
9
Malioboro biasa disebut dengan jantung Yogyakarta karena letaknya yang berada
dipusat kota, sekaligus sebagai pusat perekonomian warga Yogyakarta.
3. Produk
Tak hanya syarat akan kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga
cinderamata di jantung Kota Yogyakarta. Malioboro adalah rangkaian sejarah,
kisah, dan kenangan yang terlukis di setiap benak orang yang pernah berkunjung.
Pesona jalan ini tak pernah pudar oleh jaman. Eksotisme Malioboro terus
terpancar hingga kini dan menginspirasi banyak orang, serta memaksa mereka
untuk terus kembali ke Yogyakarta. Kenangan dan kecintaan banyak orang
terhadap Malioboro-lah yang membuat ruas jalan ini terus bertahan hingga kini.
Jalan Malioboro dipenuhi toko yang menjual batik dan kerajinan tangan.
Di Maliboro Anda bisa memenuhi hasrat belanja karena disana menjual
berbagai produk buatan lokal dan dengan harga yang cukup terjangkau. Seperti:
pakaian bermotif batik, kaos khas Jogja, aksesoris (gelang, cincin, dan kalung),
blangkon, sandal, sepatu, emas, tas, dompet, kain batik, permata, perabotan rumah
tangga, hiasan dari rotan, perak, kerajinan dari bambu, miniatur kendaraan
tradisional (becak, andong, sepeda ontel) dan jika Anda pandai menawar harga,
Anda bisa membawa pulang dengan harga yang murah. Saat ini produk yang
paling diminati konsumen yaitu kaos khas Jogja, aksesoris, pakaian batik, kain
batik dan hasil kerajinan tangan khas Yogyakarta. Harga yang ditawarkan mulai
dari Rp.5.000,- untuk jenis aksesoris sampai dengan ratusan ribu rupiah untuk
produk yang mempunyai tingkat produksi yang sulit seperti batik. Biasanya para
pedagang awalnya memberikan penawaran harga yang sangat tinggi, makanya
kita harus pandai-pandai menawar harga. Para wisatawan dalam negeri maupun
luar negeri kurang sah jika ke Maliobro tak membeli oleh-oleh untuk keluarga
maupun untuk teman terdekat walaupun hanya gantungan kunci atau gelang khas
Yogyakarta saja.

10
D. Pantai Depok
1. Sejarah Singkat

Berdasarkan cerita dari orang setempat, nama Depok bermula dari


pecahnya kerajaan Majapahit, yang menjadikan prajurit melarikan diri ke sebuah
tempat dan di tempat tersebut para prajurit mendirikan padepokan, sehingga
daerah tersebut diberi nama Depok, yang berasal dari kata padepokan. Depok
diprakarsai oleh Tunggul Wulung, yang pada saat itu mempunyai anak angkat
yang bernama Aris Baya yang berperan untuk mengelola dusun Depok. Pada
suatu hari Tunggul Wulung meninggal yang mengakibatkan wilayah Depok
menjadi rebutan Grogol. Yang akhirnya terpecah menjadi dua bagian yaitu 24
ruah – nyadran Depok dan 25 ruah – nyadran grogol. Pada tahun 1947 kelurahan
Sono dan kelurahan Grogol bergabung menjadi kelurahan Tirtoarjo dikarenakan
adanya otonomi daerah, yang kemudian kelurahan Tirtoarjo berubah menjadi
kelurahan Parangtritis.

Pada tahun 1997, beberapa nelayan yang berasal dari Cilacap menemukan
tempat pendaratan yang memadai di Pantai Depok. Para nelayan itu membawa
hasil tangkapan yang cukup banyak sehingga menggugah warga Pantai Depok
yang umumnya berprofesi sebagai petani lahan pasir untuk ikut menangkap
ikan.Sejumlah warga pantai pun mulai menjadi "tekong", istilah lokal untuk
menyebut pencari ikan. Para tekong melaut dengan bermodal perahu bermotor
yang dilengkapi cadik. Kegiatan menangkap ikan dilakukan hampir sepanjang
tahun, kecuali pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat, yaitu Selasa Kliwon
dan Jumat Kliwon. Di luar musim paceklik ikan yang berlangsung antara bulan
Juni-September, jumlah hasil tangkapan cukup lumayan.Karena jumlah tangkapan
yang cukup besar, maka warga setempat pun membuka Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) yang kemudian dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
bernama Mina Bahari 45.

2. Lokasi

Pantai Depok secara administratif berlokasi di Kecamatan Kretek,


Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sekitar tiga puluh kilometer di

11
sebelah selatan kota Yogyakarta. Pantai ini juga berdampingan dengan Pantai
Parangtritis dan Pantai Parangkusumo. Akses menuju pantai ini kalau dari
Yogyakarta sama dengan jalur yang dipakai untuk menuju ke pantai Parangtritis.
Perbedaannya sebelum Anda masuk ke tempat retribusi pantai Parangtritis maka
Anda harus belok kekanan mengikuti petunjuk ke pantai Depok, karena retribusi
pantai Depok ini berlainan dengan pantai Parangtritis. Harga tiket masuk sekitar
Rp.5.000,-/orang.

3. Keindahan Pantai Depok


Di antara pantai-pantai lain di wilayah Bantul, Pantai Depok-lah yang
tampak paling dirancang menjadi pusat wisata kuliner menikmati makanan
seafood sambil menikmati deburan ombak yang hadir silih berganti menepi
dengan suara deburan yang begitu menenangkan telinga. Di pantai ini, tersedia
sejumlah warung makan tradisional yang menjajakan sea food, berderet tak jauh
dari bibir pantai. Beberapa warung makan bahkan sengaja dirancang menghadap
ke selatan dengan bentuk sederhana tapi tetap nyaman dan bersih, jadi sambil
menikmati hidangan laut, bisa melihat pemandangan laut lepas.
Beragam hidangan sea food bisa dicicipi. Hidangan ikan yang paling
populer dan murah adalah ikan cakalang. Jenis ikan lain yang bisa dinikmati
adalah kakap putih dan kakap merah. Jenis ikan yang harganya cukup mahal
adalah bawal. Selain ikan, ada juga kepiting, udang dan cumi-cumi. Hidangan sea
food biasanya dimasak dengan dibakar atau digoreng. Jika ingin memesannya,
anda bisa menuju tempat pelelangan ikan untuk memesan ikan atau tangkapan laut
yang lain. Setelah itu, anda biasanya akan diantar menuju salah satu warung
makan yang ada di pantai itu oleh salah seorang warga.
Selain bisa dimakan langsung, Anda juga bisa membawa pulang ikan yang
dibeli dari pasar ikan, tapi sebelumnya harus dimasak dahulu atau dimasukkan ke
dalam box yang diberi es batu agar ikan bertahan lama. Pantai Depok memang
tempat pariwisata yang tidak kalah asri dengan pantai-pantai lain yang ada di
sekitar Bantul.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan melakukan kunjungan Industri ke Museum Batik, Batik


Winotosastro, Malioboro, dan Pantai Depok kami mendapat pengalaman baru
tentang industri, lebih mengerti dunia kerja industri, dapat membandingkan ilmu
yang diperoleh di sekolah dengan dunia kerja industri. Observasi yang dilakukan
secara nyata dan langsung pengembangan atas tugas yang diemban oleh siswa
yang pada akhirnya sebagai bekal untuk tekun terjun di masyarakat ataupun di
dunia kerja. Dan kami dapat mengetahui produk yang sedang diminati oleh
konsumen saat ini.

B. Kritik
1. Pemandu dari industri terlalu tergesa-gesa dalam menerangkan suatu objek.
2. Bus pulang tidak sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

C. Saran

1. Sebaiknya pemandu dari industri yang dikunjungi lebih jelas dan tidak terburu-
buru dalam menjelaskan tugas karyawan dan proses maupun sejarah.

2. Acara harus sesuai dengan jadwal agar selesainya tidak terlambat.

3. Jika melakukan kunjungan Industri hendaknya menjaga nama baik sekolah.

4. Diharapkan agenda program Kunjungan Industri ini tetap berjalan setiap


tahunnya.

13
LAMPIRAN

MUSEUM BATIK

14
BATIK WINOTOSASTRO

15
MALIOBORO

16
PANTAI DEPOK

17
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Batik_Yogyakarta

https://gudeg.net/direktori/272/museum-batik-yogyakarta.html

https://griyabatik92.wordpress.com/museum-batik/

http://www.tiket.com/attractions/indonesia/daerah-istimewa-yogyakarta/hotel-
dekat-batik-winotosastro

http://vaibatik.blogspot.co.id/2008/07/haryani-winotosastro-melestarikan.html

http://www.winotosastro.com/hotel/profile.php

https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/other/malioboro/

http://pamungkaz.net/sejarah-malioboro-yogyakarta/

https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/beach/depok/

http://www.njogja.co.id/bantul/pantai-depok/

http://pantaidepokjogjakarta.blogspot.co.id/2010/04/sejarah-pantai-depok.html

18

Anda mungkin juga menyukai