Anda di halaman 1dari 4

Trauma Ureter

Cedera ureter sangat jarang dijumpai dan merupakan 1% dari seluruh cedera traktus
urogenitalia. Cedera ureter agak jarang ditemukan karena ureter merupakan struktur fleksibel
yang mudah bergerak di daerah retroperitoneal dengan ukuran kecil serta terlindung dengan
baik oleh tulang dan otot. Trauma ureter ini dapat terjadi karena trauma dari luar, yaitu
trauma tumpul maupun trauma tajam, atau trauma iatrogenik. Biasanya trauma ureter lebih
sering terjadi karena trauma tajam dibandingkan dengan trauma tumpul. Trauma tumpul
sering dikaitkan dengan fraktur pada tulang pelvis.7 Cedera pada ureter umumnya tidak
berdiri sendiri; sering disertai cedera organ lain, seperti duodenum, kolon, pembuluh darah
besar, atau organ intraabdomen lainnya.
Operasi endouroligi transureter (ureteroskopi atau ureterorenoskopi, ekstraksi batu
dengan Dormia, atau litotripsi batu ureter) dan operasi di daerah pelvis (diantaranya adalah
operasi ginekologi, bedah digestif, atau vaskuler) dapat menyebabkan terjadinya cedera ureter
iatrogenik. Cedera yang terjadi pada ureter akibat tindakan operasi terbuka dapat berupa
ureter terikat, crushing karena terjepit oleh klem, putus (robek), atau devaskularisasi karena
terlalu banyak jaringan vaskuler yang dibersihkan.
The American Association for the Surgery of Trauma (AAST) telah mengklasifikasikan
cedera ureter menjadi 5 derajat. Berikut ini adalah skala cedera ureter yang meliputi kelas
cedera, jenis cedera, dan deskripsi dari cedera:
Tabel 2. Klasifikasi trauma ureter
Gambaran klinis

Pada umumnya tanda dan gejala klinis tidak spesifik. Hematuria menunjukkan
cedera pada saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urin, dapat timbul urinoma pada
pinggang atau abdomen, fistel ureterokutan melalui luka atau tanda rangsang
peritoneum bila urin masuk ke rongga intraperiteneal. Pada trauma tumpul, gejalanya
sering kurang jelas sehingga diagnosis sering tertunda. Pada cedera ureter bilateral
ditemukan anuria.1
Terapi
Pada setiap trauma tajam harus dilakukan tindakan eksplorasi untuk menilai ada
tidaknya cedera ureter serta cedera ikutan lain. Yang paling penting adalah melakukan
penyaliran urin yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi.1 Tindakan yang
dilakukan terhadap cedera ureter tergantung pada saat cedera ureter terdiagnosis,
keadaan umum pasien, dan letak serta derajat lesi ureter. Tindakan yang dikerjakan
mungkin:2
1. Ureter saling sambung (anastomosis end to end). Teknik ini dipilih jika kedua
ujung distal dan proksimal dapat didekatkan tanpa tegangan (tension).

Gambar 3. Anastomosis end to end


2. Inplantasi ureter ke buli-buli (neoimplantasi ureter pada buli-buli, flap Boari,
atau psoas hitch). Cedera ureter distal yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan anastomosis end to end, atau implantasi ureter ke buli-buli
disebabkan tidak cukup bagian ureter distal. Bagian ureter distal dapat diganti
dengan bagian buli-buli yang dibentuk suatu tabung mirip ureter.
Gambar 4. Flap Boari
3. Uretero-kutaneostomi adalah menghubungkan ujung akhir ureter dengan dunia
luar melalui lubang di kulit (stoma)

4. Transuretero-ureterotomi (menyambung ureter dengan ureter pada sisi


kontralateral). Jika terlalu banyak segmen ureter distal yang rusak teknik ini
dapat dipilih.

Gambar 5. Transuretero-ureterotomi
5. Nefrostomi sebagai tindakan diversi.
6. Nefrektomi, yaitu pengangkatan ginjal.

Komplikasi
Komplikasi akut yang paling umum adalah kebocoran kemih yang berkepanjangan
dari anastomosis. Hal ini dapat bermanifestasi menjadi urinoma, abses, atau
peritonitis dan dapat dicegah dengan penempatan drainase intraoperatif di
retroperitoneum, sehingga memungkinkan baik drainase urin dan pengenalan dini
kebocoran urin dari anastomosis. Jika volume cairan drainase banyak, maka cairan
harus diperiksa kadar kreatinin. Pengenalan pada kebocoran urin yang terlambat
berkaitan dengan peristiwa terjadinya sepsis dan rekonstruksi yang lebih rumit
sehingga pasien akan di rawat dalam jangka waktu yang lebih lama.
Komplikasi lain yang umumnya terjadi dari semua tindakan adalah
kemungkinan untuk terjadinya striktur, hidronefrosis, abses, pembentukan fistula, dan
infeksi. Kuncinya adalah untuk mendiagnosa masalah awal dan untuk pengobatan
yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai