Anda di halaman 1dari 4

Trauma Ureter

Definisi

Trauma ureter ialah trauma yang disebabkan oleh rudapaksa tajam maupun tumpul
dari luar ataupun iatrogenik terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh darah
panggul, atau tindakan endoskopik. Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan
dilindungi oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi.
Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat terjadi karena
insersi intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat
juga membuat ureter mengalami trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau
decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter. Tindakan
kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam atau alkali yang
terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.

DERAJAT CEDERA URETER

 Kelas I: hematoma tanpa devaskularisasi


 Kelas II: laserasi terpotong <50%
 Kelas III: laserasi terpotong> 50%
 Kelas IV: laserasi luka lengkap & devaskularisasi 2 cm
 Kelas V: avulasi hilus ginjal & devaskularisasi> 2 cm

Epidemiologi

Cedera ureter sangat jarang dijumpai dan merupakan 1% dari seluruh cedera traktus
urogenitalia. Cedera ureter agak jarang ditemukan karena ureter merupakan struktur fleksibel
yang mudah bergerak di daerah retroperitoneal dengan ukuran kecil serta terlindung dengan
baik oleh tulang dan otot.

Etiologi

Trauma ureter ini dapat terjadi karena trauma dari luar, yaitu trauma tumpul maupun
trauma tajam, atau trauma iatrogenik. Biasanya trauma ureter lebih sering terjadi karena
trauma tajam dibandingkan dengan trauma tumpul. Trauma tumpul sering dikaitkan dengan
fraktur pada tulang pelvis. Cedera pada ureter umumnya tidak berdiri sendiri; sering disertai
cedera organ lain, seperti duodenum, kolon, pembuluh darah besar, atau organ intraabdomen
lainnya. Operasi endouroligi transureter (ureteroskopi atau ureterorenoskopi, ekstraksi batu
dengan Dormia, atau litotripsi batu ureter) dan operasi di daerah pelvis (diantaranya adalah
operasi ginekologi, bedah digestif, atau vaskuler) dapat menyebabkan terjadinya cedera ureter
iatrogenik. Cedera yang terjadi pada ureter akibat tindakan operasi terbuka dapat berupa
ureter terikat, crushing karena terjepit oleh klem, putus (robek), atau devaskularisasi karena
terlalu banyak jaringan vaskuler yang dibersihkan.
Patofisiologi

Pada cedera ureter akibat Rudapaksa tajam biasanya ditemukan hematuria mikrosikopik
pada cedera ureter bilateral terdapat peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah. Pada
umumnya tanda dan gejala klinik tidak perlu sfesifik. Hematuria menunjukan cedera pada
saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urine dapat timbul urinom, fistel uretro-kutan melalui
luka atau tanda rangsang peritonium dan menyebabkan peritonitis. Hematuria terjadi akibat
robeknya pembuluh darah disekitar ureter. Bila cedera ureter disebabkan oleh Rudapaksa
tumpul, gejalanya sering kurang jelas sehingga diagnosa sering tertunda. Pada cedera
bilateral ditemukan anuria.

Manifestasi Klinis

Kecurigaan adanya cedera ureter pada trauma dari luar adalah adanya hematuria pasca
trauma, sedangkan kecurigaan adanya cedera ureter iatrogenik bisa diketemukan pada saat
operasi atau setelah pembedahan. Jika diduga terdapat kebocoran urine melalui pipa drainase
pasca bedah, pemberian zat warna yang diekskresikan lewat urine, memberikan warna pada
cairan di dalam pipa drainase atau pada luka operasi. Selain itu pemeriksaan kreatinin atau
ureum cairan yang diambil dari pipa drainase kadarnya sama dengan yang berada di dalam
urin.

Diagnosis

 Tes fungsi ginjal menjadi abnormal bila traumanya bilateral.


 Urografi ekskresi memperlihatkan obstruksi parsial atau lengkap.
 Urografi retgrorad menentukan sifat dan letak trauma.

Kecurigaan Cedera Ureter Iatrogenik

Lapangan operasi banyak cairan


Saat operasi Hematuria
Anuria/oligouri jika cedera bilateral
Demam
Ileus
Nyeri pinggang akibat obstruksi
Pasca bedah
Sampai beberapa hari cairan drainase jernih dan banyak
Hematuria persisten dan hematoma/urinoma di abdomen
Fistula ureterokutan/fistula ureterovagina

Pada umumnya tanda dan gejala klinis tidak spesifik. Hematuria menunjukkan cedera
pada saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urin, dapat timbul urinoma pada pinggang atau
abdomen, fistel ureterokutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum bila urin masuk ke
rongga intraperiteneal. Pada trauma tumpul, gejalanya sering kurang jelas sehingga diagnosis
sering tertunda. Pada cedera ureter bilateral ditemukan anuria.1
Pada pemeriksaan IVU tampak ekstravasasi kontras atau kontras berhenti di daerah lesi
atau terdapat deviasi ureter ke lateral karena hematoma atau urinoma. Pada cedera yang lama
mungkin didapatkan hidroureteronefrosis sampai pada daerah sumbatan. Cedera ureter dari
luar seringkali diketemukan pada saat melakukan eksplorasi laparotomi dari suatu cedera
organ intraabdominal.

Terapi

Pada setiap rudapaksa tajam harus diakukan tindakan eksplorasi untuk menilai ada
tidaknya cerdera ureter serta cedra ikutan lain. Yang paling penting adalah melakukan
penyuliran urine yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi.
Rekonstruksi ureter tergantung pada jenis, bentuk, luas serta letak cedera. Prinsip
rekonstruksi ureter adalah debrideman, patulasi, isolasi anatomosis bila disertai cedra
usus. Untuk cedera ureter bagian atas dapat dilakukan uretro-ureterostomi, nefrostomi,
uretro-kutaneostomi, autotransplantasi dan nefrektomi bila rekrontruksi tidak memungkinkan.
Pada cedera ureter bagian tengah dapat dilakukan uretro- ureterostomi atau transuretro-
ureterostomi.
Alternatif rekrontuksi ureter distal adalah uretro-ureterostomi, uretroneosistomi,
misalnya melalui tabung yang dibuat dari dinding kandung kemih yang disebut Boari Flap.
Sumber: Sjamsuhidajat De Jong.R. 1997

Terapi trauma ureter :


1. Deligasi
2. Stent ureter
3. Reimplantasi ureter
4. Transureteroureteroskopi
5. Autotransplantsi
6. Ureterolisis
7. Diversi ureter

Pada setiap trauma tajam harus dilakukan tindakan eksplorasi untuk menilai ada tidaknya
cedera ureter serta cedera ikutan lain. Yang paling penting adalah melakukan penyaliran urin
yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi. Tindakan yang dilakukan terhadap cedera
ureter tergantung pada saat cedera ureter terdiagnosis, keadaan umum pasien, dan letak serta
derajat lesi ureter. Tindakan yang dikerjakan mungkin.

1. Ureter saling sambung (anastomosis end to end). Teknik ini dipilih jika kedua ujung
distal dan proksimal dapat didekatkan tanpa tegangan (tension).
2. Inplantasi ureter ke buli-buli (neoimplantasi ureter pada buli-buli, flap Boari, atau psoas
hitch). Cedera ureter distal yang tidak memungkinkan untuk dilakukan anastomosis end
to end, atau implantasi ureter ke buli-buli disebabkan tidak cukup bagian ureter distal.
Bagian ureter distal dapat diganti dengan bagian buli-buli yang dibentuk suatu tabung
mirip ureter.
3. Uretero-kutaneostomi adalah menghubungkan ujung akhir ureter dengan dunia luar
melalui lubang di kulit (stoma).
4. Transuretero-ureterotomi (menyambung ureter dengan ureter pada sisi kontralateral).
Jika terlalu banyak segmen ureter distal yang rusak teknik ini dapat dipilih

Komplikasi
 Fistula ureter
 Infeksi retroperitonial
 Obstruksi ureter karena stenosis
 Peritonitis bila urine keluar kedalam kavum peritoneal

Anda mungkin juga menyukai