Anda di halaman 1dari 56

Tugas Farmasi III

Olivia Magdalena
1765050215

Kepaniteraan Farmasi dan Farmakoterapi


Periode 6 April - 2 Mei 2020
FK UKI
JAKARTA
1. Dasar Teori Terkait Bentuk
Sediaan Obat Setengah Padat
(Semisolid) dan Perbedaannya :
a. Salep
b. Krim
c. Gel
d. Pasta
DEFINISI SEDIAAN OBAT SETENGAH
PADAT
Sediaan semisolid adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk
tujuan pengobatan topikal melalui kulit. Bentuk sediaan ini dapat
bervariasi tergantung bahan pembawa (basis) yang digunakan.

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
SALEP
• Salep : sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia III)
• salep : sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir (Farmakope Indonesia IV)

• Contoh : salep mata kloramfenikol

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
INDIKASI
• Salep dipakai untuk dermatosis (penyakit kulit) yang kering dan tebal
(proses kronik), termasuk likenifikasi (penebalan kulit sehingga garis-garis
lipatan kulit tampak lebih jelas), hiperkeratosis. Dermatosis dengan skuama
(pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit), berlapis, pada ulkus yang
telah bersih.

KONTRAINDIKASI
• Salep tidak dapat digunakan pada radang akut, terutama dermatosis
eksudatif (luka yang bernanah) karena salep tidak dapat melekat, demikian
pula pada daerah berambut dan lipatan karena menyebabkan perlengketan.

Tati S. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
PERSYARATAN SALEP
Pemberian • Tidak boleh berbau tengik

• Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang


Kadar mengandung obat keras atau narkotik, kadar
bahan obat adalah 10%.
• Kualitas dasar salep yang baik yaitu stabil, tidak terpengaruh oleh
suhu dan kelembapan, dan harus bebas dari inkompatibilitas selam
Dasar Salep pemakaian: lunak, harus halus, dan homogen, mudah dipakai, dasar
salep yang cocok,dapat terdistribusi secara merata.

• Jika salep dioleskan pada kekeping kaca atau bahan


Homogenitas transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan
yang homogen.

Penandaan • Pada etiket harus tertera ” obat luar


Dasar Salep
• Dasar salep hidrokarbon
• Dasar salep serap
• Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
• Dasar salep larut dalam air

SUMBER : Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
Dasar Salep Hidrokarbon
• Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain
vaselin putih; salep putih. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak
sebagai pembalut/ penutup. Dasar salep hidrokarabon digunakan
terutama sebagai emolien dan sukar dicuci, tidak mengering dan tidak
tampak berubah dalam waktu lama.
• Meliputi :
• Vaselin putih (white petrolatum/white soft parafin)
• Vaselin kuning (yellow petrolatum/yellow soft parafin ),
• Campuran vaselin dengan cera, parafin cair, parafin padat, minyak nabati

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
Dasar Salep Serap
• dibagi dalam 2 kelompok :
• Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur
dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (contoh : parafin
hidrofilik dan lanolin anhidrat)
• kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat
bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (conto : lanolin).
• Salep ini dapat dicuci namun kemungkinan bahan sediaan yang
tersisa masih ada walaupun telah dicuci dengan air, sehingga
tidak cocok untuk sediaan kosmetik
• Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air
• Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air misalnya salep
hidrofilik. Dasar ini dinyatakan“dapat dicuci dengan air” karena
mudah dicuci dari kulit, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar
kosmetik. Dasar salep ini tampilannya menyerupai krim karena fase
terluarnya adalah air. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah
dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi
pada kelainan dermatologik.

: Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
Dasar Salep Larut Dalam Air
• Dasar salep ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen
larut air.
• Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang
dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan yang tak larut dalam air
seperti lanolin anhidrat, parafin dan malam (cera).
• Dasar salep ini lebih tepat disebut “ gel “. Contoh dasar salep ini ialah
polietilenglikol.
• Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi salep bergantung pada
beberapa faktor, seperti kecepatan pelepasan bahan obat dari dasar salep,
absorpsi obat, kemampuan mempertahankan kelembaban kulit oleh dasar salep,
waktu obat stabil dalam dasar salep, pengaruh obat terhadap dasar salep.

: Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
Zat Aktif Dalam Salep
• Antibiotik : Gentamycin sulfat, Chloramphenicol.
• Antifungi : Mikonazol nitrat, Asam benzoat
• Keratolitik : Asam salisilat, Resorcinol, Ureum.
• Antiseptik/antiscabicid: Asam benzoat, LCD, Sulfur.
• Anti iritan : mentol, kamfer.

Tati S. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
CARA MERACIK SALEP
1. Bahan obat yang larut dalam dasar salep, dilarutkan di dalamnya,
jika perlu dengan pemanasan.
2. Bahan obat yang larut dalam air, dilarutkan di dalamnya. Dengan
catatan air yang digunakan dapat diserap oleh dasar salep.
3. Bahan obat yang sukar larut dalam dasar salep, digerus halus dan
dicampur dengan dasar salep.
4. Salep yang dibuat dengan cara melebur dasar salep, harus digerus
sampai dingi

Tati S. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
MENGERJAKAN BAHAN OBAT DALAM
SALEP
1. Bahan obat yang larut dalam air, harus dilarutkan dulu dalam air seperti Ureum, baru
kemudian dicampur dengan basis salep yang dapat menyerap air.
2. Bahan obat yang larut dalam Etanol 95%, harus dilarutkan terlebih dahulu dalam Etanol
95% seperti Asam Salisilat, Asam Benzoat, Menthol, Kamfer, Resorcinol dll, baru kemudian
ditambah basis salep.
3. Bahan obat yang harus ditambahkan terakhir karena mudah rusak bila diaduk terlalu
lama seperti Ichtammolum, Balsam Peru.
4. Bahan obat mudah menguap dimasukkan teakhir, karena bila dimasukkan sejak awal lebih
banyak yang menguap contoh: Liquor Carbonatis Detergent, minyak menguap seperti
Oleum Rosae, Minyak Cayuputi, Minyak Mentahe piperitae.
5. Untuk bahan lain yang tidak mempunyai sifat tersebut diatas, seperti Chloramphenicol,
Hidrocortison, Mikonazol, Sulfur, Zinc Oxyd, dihaluskan terlebih dahulu baru kemudian
dicampur dengan basis salep.

Tati S. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
KRIM
• Menurut Farmakope Indonesia IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat, mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan
untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air
(M/A).
• Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikro kristal asam-
asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci
dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Krim
dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui rektal dan vaginal.
• Contoh : hydrocortisone cream

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
PENYIMPANAN DAN PEMBUATAN KRIM

Ada dua tipe krim yaitu, krim tipe minyak air (M/A) dan krim tipe air minyak (A/M).
Pemilihan zat pengemulsi harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang
dikehendaki:

Untuk krim tipe A/M Sedangkan untuk krim tipe


M/A digunakan sabun
digunakan sabun monovalen seperti :
polivalen, span, trietanolamin, natrium
laurisulfat, kuning telur,
adepslanae, gelatinum, caseinum, CMC,
koleterol, dan cera. dan emulgidum.

Kestabilan krim akan terganggu atau rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
GEL
• Gel merupakan sediaan setengah padat yang tersusun atas
dispersi partikel anorganik kecil atau molekul organik besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika masa gel terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah, digolongkan sebagai sistem
dua fase (gel aluminium hidroksida).

• Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topical


atau dimasukkan dalam lubang tubuh, contoh Voltaren gel,
bioplasenton.

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
KELEBIHAN GEL

I. Stabil pada jangka waktu yang lama


II. Tampilan bagus
III. Pembawa yang tepat pada pengobatan yang ditujukan untuk kulit
dan membran mukosa yang memberikan laju pelepasan obat yang
tinggi dan absorpsi yang cepat.
Gel umumnya transparan atau tembus cahaya dan memiliki beberapa fungsi:
1. Gel anastetik
2. Gel belangkin yang digunakan pada pengobatan eksim atau psioriasis
Penggunaan Gel
Dalam sediaan farmasi gel digunakan untuk :
1. Sediaan oral : gel murni sebagai cangkang kapsul yang dibuat dari gelatin
2. Sediaan topical : langsung dipakai pada kulit, membran mukosa, mata
3. Sediaan dengan kerja lama yang disuntikkan secara i.m
4. Dalam Kosmetika :
- shampoo
- pasta gigi
- sediaan pewangi
- sediaan perawatan kulit dan rambut

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
Pelarut yang biasa digunakan dalam Gel :
1. Air ( hidrogel ) : magma bentonit, gelatine
2. Organik ( organogel ) : plastibase ( merupakan
Polietilen BM rendah, dilarutkan dalam minyak
mineral, dan didinginkan secara cepat )
3. Xerogel : gel padat, konsentrat, pelarut rendah,
Misal : Gom, polistiren, gelatine kering, selulosa
kering.

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
PASTA

• Menurut FI. IV, Pasta adalah sediaan semi padat yang mengadung satu
atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical.
• Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu
tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang
diolesi.
• Cara pemakaian dengan cara dioleskan langsung pada luka atau
mengoleskan pasta pada kain kassa, baru kemudian kasa ditempelkan
pada luka.
• Contoh : zink oxide (pasta berlemak)

Tati S. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
PASTA
• Pasta lebih mudah menyerap dibandingkan salep
• pembuatan pasta umumnya bahan dasar/basis yang berbentuk
setengah padat dicairkan terlebih dahulu baru kemudian dicampur
dengan bahan padat dalam keadaan panas agar basis salep tidak
cepat membeku, selama proses pencampuran hingga diperoleh massa
yang homogen.
• INDIKASI : untuk lesi akut dan superfisial

Tati S. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
MACAM MACAM PASTA
• Pasta berlemak
Pasta berlemak adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50%
bahan padat (serbuk).
• bahan dasar salep digunakan Vaselin, Parafin cair.
• Bahan tidak berlemak seperti gliserin, Mucilago atau sabun dan digunakan
sebagai antiseptik atau pelindung kulit.
• Pasta berlemak merupakan salep yang tebal, kaku, keras dan tidak meleleh
pada suhu badan. Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan
pelepasaan cairan berair yang tidak normal dari kulit. Karena jumlah
lemaknya lebih sedikit dibandingkan serbuk padatnya, maka supaya dapat
lebih homogen lemak-lemak dapat dikerjakan dengan melelehkannya
terlebih dahulu baru kemudian dicampurkan.

Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
• Pasta kering
Pasta kering merupakan suatu pasta yang tidak
berlemak, mengandung kurang lebih 60% bahan padat
(serbuk).
*) Jangan membuat pasta kering dengan Ichthamolum
atau Tumenol Ammonium karena akan membuat
campuran pasta menjadi encer.

• Pasta pendingin
Pasta pendingin merupakan campuran serbuk dengan
minyak lemak dan cairan mengandung air, dan dikenal
dengan Salep Tiga Dara
SUMBER : Gloria M. Praktikum Farmestika Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta. 2016.
CARA PEMAKAIAN PASTA

Cara Pemakaian dengan mengoleskan lebih dahulu dengan kain kassa.


Penyimpanan wadah dalam tertutup baik, wadah tertutup rapat atau dalam tube.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk memperoleh
efek lokal. Misal pasta gigi Triamsinolon Asetonida
2. Dasar Teori Terkait Bentuk Sediaan Obat
Cair dan Perbedaannya :
a. Larutan
b. Mixturaagitanda
c. Elixir
d. Suspensi
e. Emulsi

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Bahan ajar rekam medis dan infomasi kesehatan : Farmakologi. Diakses 8 April 2020
a. LARUTAN (SOLUTIO)
• Menurut Farmakope Indonesia ed. IV, solutiones
atau larutan adalah sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.
Komposisi :
• Bahan aktif/obat (solut) : berfungsi sebagai obat,.
Bahan aktif untuk sediaan bentuk larutan
umumnya bersifat larut dalam air atau garamnya
yang larut dalam air. Contoh : parasetamol,
amonium klorida, ibuprofen, mentol, dan lain lain

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Bahan ajar rekam medis dan infomasi kesehatan : Farmakologi. Diakses 8 April 2020
MIXTURA AGITANDA
• Campuran dimana konstituen mengandung
zat padat yang tidak dapat larut.
• Tidak cocok untuk diminum krn sulit
diperoleh dosis yg seragam
• Kebanyakan digunakan untuk obat luar

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Bahan ajar rekam medis dan infomasi kesehatan : Farmakologi. Diakses 8 April 2020
ELIXIR
Sediaan berupa larutan yang
mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat seperti gula/
zat pemanis, zat warna, zat pewangi
dan zat pengawet yang digunakan
sebagai obat dalam

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Bahan ajar rekam medis dan infomasi kesehatan : Farmakologi. Diakses 8 April 2020
SUSPENSI
• Merupakan campuran obat berupa zat
padat yang kemudian terdispersi dalam
cairan. Biasanya pada petunjuk
penggunaan obat terdapat keterangan:
“dikocok dahulu”.
• Suspensi terbagi ke dalam berbagai jenis
berdasarkan cara pemakaiannya: suspensi
oral, suspensi auriculare, dan lain-lain

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Bahan ajar rekam medis dan infomasi kesehatan : Farmakologi. Diakses 8 April 2020
EMULSI
• Merupakan campuran dari zat
kimia yang larut dalam minyak dan
larut dalam air. Untuk membuat
obat dengan sediaan emulsi
dibutuhkan zat pengemulsi atau
yang biasa disebut dengan
emulgator agar salah satu zat cair
dapat terdispersi dalam zat cair
yang lain

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Bahan ajar rekam medis dan infomasi kesehatan : Farmakologi. Diakses 8 April 2020
Komponen emulsi
Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus ada di dalam emulsi,
1. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu
zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
2. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) emulsi tersebut.
3. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi.
Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke
dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya Corrigen Saporis,
Odoris, Coloris, Pengawet dan antioksidan.

Dra Gloria Murtini. FARMASETIKA DASAR. KEMENKES RI. 2016


3a. Buatlah Jurnal dari resep dibawah ini !

I. PERSIAPAN
A. Alat dan Bahan yang digunakan : Timbangan gram halus dan kasar, mortir dan
stamfer, sudip, batang pengaduk, wadah pot.
PERHITUNGAN BAHAN
Acidum benzoicum = 500 mg
Acidum salicylicum = 500 mg
Lanolin = 4.5 mg (Adeps lanae + Air) dengan perbandingan 3 :1
Adeps lanae = ¾ x 4.5 mg = 3.375 mg = 3.4 mg = 0.0034 gram
Air = ¼ x 4.5 mg = 1.125 mg = 1.1 mg = 0.0011 gram
Vaselin flavum = 10 – ( 0.5 +0.5 + 0.0045) = 8.995 gram
II. Pelaksanaan
1. Siapkan alat dan bahan dan setarakan timbangan
2. Timbang Acidum benzoicum 500 mg ; Timbang Acidum Salicylicum 500 mg ;
Timbang Adeps lanae 3,4 mg dan air 1,1 mg; Timbang Vaselin flavum 8,995 gram .
3. Acidum benzoicum ditimbang dimasukkan kedalam mortir dilarutkan dengan
etanol 95% qs, digerus ditambahkan sebagian Vaselinum diaduk hingga homogen.
(Massa 1)
4. Acidum salicylicum ditimbang dimasukkan kedalam mortir dilarutkan dengan
etanol 95% digerus ditambahkan sisa Vaselinum diaduk homogen. Gerus hingga
homogen dan halus. (Massa 2)
5. Kemudian dimasukkan massa 1 dan massa 2 diaduk hingga homogeny
6. Adaps lanae dan air di campur dan diaduk sehingga menjadi lanolin
1. Lalu tambahkan Lanolin ke gabungan massa 1 dan 2, diaduk hingga massa
salep homogen.
8. Massa salep kemudian dimasukkan kedalam pot obat, ditimbang berat salep
dalam kemasan untuk mengetahui selisih berat salep yang dihasilkan
9. Mortir harus dibersihkan terlebih dahulu, pastikan tidak ada massa salep yang
tertinggal di mortir/di stamfer, agar selisih berat salep yang dihasilkan tidak
terlalu besar,
10. Berikan etiket biru
III. Etiket Biru
Apotek Farmasi
JL. DEWI SARTIKA, CAWANG, JAKARTA TIMUR
Apoteker : Banjar S.SI, Apt
SIP : 2231
Jakarta, 8 April 2020
No. 001
Tn. Badu
Salep
Untuk Pemakaian Luar
OBAT LUAR
3b. Buatlah Jurnal dari resep dibawah ini !

I. PERSIAPAN
A. Alat dan Bahan yang digunakan : Timbangan gram halus dan kasar,
mortir dan stamfer, sudip, batang pengaduk, wadah pot.
PERHITUNGAN BAHAN
• Acidum salicylicum = 300 mg = 0.3 gram
• Sulfur = 400 mg = 0.4 gram
• Vaselin album = 10 – ( 0.3 + 0.4) = 9.3 gram

R/ Acidum salicylicum 300mg


Sulfur 400mg
Vaselin album ad 10
m.f. l.a.
S. u. c.

Pro: Santi
Usia : 16 thn
II. Pelaksanaan
1. Siapkan alat dan bahan dan setarakan timbangan
2. Timbang Acidum Salicylicum 300 mg
3. Timbang Sulfur 400 mg
4. Timbang Vaselin album 9.3 gram .
5. Sulfur endap digerus hingga halus kemudian ditimbang lalu ditambahkan Vaselin
sebagian, diaduk homogen, lalu dikeluarkan dari mortir (Massa 1).
6. Acidum Salicylicum ditimbang dimasukkan kedalam mortir dilarutkan dengan etanol
95% hingga larut, lalu digerus, ditambahkan vaselinum sebagian diaduk hingga
homogen. (Massa 2)
7. Kemudian dimasukkan massa 1 dan massa 2, diaduk hingga homogen
8. Massa salep kemudian dimasukkan kedalam pot obat, ditimbang berat salep dalam
kemasan untuk mengetahui selisih berat salep yang dihasilkan
9. Agar selisih berat salep yang dihasilkan tidak terlalu besar, mortir harus bersih tidak ada
massa salep yang tertinggal di mortir/di stamfer.
10. Berikan etiket biru pada pot tersebut
III. Etiket Biru
Apotek Farmasi
JL. DEWI SARTIKA, CAWANG, JAKARTA TIMUR
Apoteker : Banjar S.SI, Apt
SIP : 2231
Jakarta, 8 April 2020
No. 023
Santi (16 tahun)
Salep
Pemakaian Diketahui
OBAT LUAR
3c. Buatlah Jurnal dari resep dibawah ini !

I. PERSIAPAN
A. Alat dan Bahan yang digunakan : Timbangan gram halus dan kasar,
mortir dan stamfer, sudip, batang pengaduk, wadah pot.
PERHITUNGAN BAHAN
Vaselin ad 10, yang artinya jumlah seluruh obat pada resep ini = 100% yang totalnya = 10 gram
• Ichthamolum = 10% x 10 gram = 1 gram
• Adeps lanae = 25% x 10 gram = 2.5 gram
• Vaselin = 10 – ( 1+ 2.5) = 6.5 gram
Berat seluruh bahan salep yang seharusnya = 1 gram + 2.5 gram + 6.5 gram = 10 gram

R/ Ichthamolum 10%
Adeps lanae 25%
Vaselin ad 10
m.f. Ungt.
S. u. n. No. X

Pro: Rudi
Usia : 8 thn
II. Pelaksanaan
1. Siapkan alat dan bahan dan setarakan timbangan
2. Timbang Ichthamolum 1 gram
3. Timbang Adeps lanae 2.5 gram
4. Timbang Vaselin album 6.5 gram .
5. Adeps lanae ditimbang dan dicampur dengan Vaselinum diaduk.
6. Terakhir ditambahkan Ichthammolum, diaduk hingga homogen
7. Massa salep kemudian dimasukkan kedalam pot obat, ditimbang berat salep dalam
kemasan untuk mengetahui selisih berat salep yang dihasilkan
8. Pot untuk kemasan salep disetarakan dengan pot kosong yang ukurannya sama.
9. Berikan etiket biru pada pot tersebut
III. Etiket Biru
Apotek Farmasi
JL. DEWI SARTIKA, CAWANG, JAKARTA TIMUR
Apoteker : Banjar S.SI, Apt
SIP : 2231
Jakarta, 8 April 2020
No. 002
Rudi (8 tahun)
Salep
Pemakaian Diketahui
OBAT LUAR
4. DOSIS
a. Apa bedanya dosis obat, kadar obat dan konsentrasi obat
b. Penggolongan Dosis dan perbedaannya
c. Metode/ Cara menentukan dosis pasien
d. Apa bedanya menara dengan mengkalibrasi
4a. Dosis Obat, Kadar Obat, Konsntrasi Obat
• Dosis obat adalah takaran obat/jumlah obat yang diberikan kepada
pasien yang dapat memberikan efek farmakoterapi (khasiat) yang
diinginkan
• Jumlah obat yang diberikan dalam satuan berat (g, mg, u) atau satuan isi
(ml, l, cc) atau satuan unit / UI (Unit Internasional)
• Kadar obat atau metabolit aktif obat dalam darah/serum/plasma memiliki
hubungan dengan efek farmakologis atau toksik.
• Konsentrasi obat adalah
• pengukuran jumlah atau kekuatan zat obat (obat mentah) dalam jumlah tertentu
zat lain,(misalnya, 2 mg / ml)
• ukuran yang menggambarkan banyaknya zat di dalam suatu campuran yang
dibagi dengan "volume total" dari campuran tersebut
Syamsuni. Ilmu Resep. EGC. 2007, hal. 33 William Clarke, dan Amitava Dasgupta, Clinical Challenges in Therapeutic Drug Monitoring, 2016 (7/12/2019) Anief, M. (2003) . Ilmu Meracik Obat . Teori dan
Praktek. Gadjah Mada University Press.
4b. Penggolongan Dosis
• Dosis Lazim (dosis medicinales /dosis terapeutik):
Suatu takaran obat yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan penderita
• Dosis minimum :
Suatu takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita
• Dosis Maksimum (DM):
Suatu takaran obat terbesar yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan keracunan pada
penderita

Farmakope Indonesia Edisi I, tahun 1962


Farmakope Indonesia Edisi III, tahun 1979
Syamsuni. Ilmu Resep. EGC. 2007, hal. 34
4b. Penggolongan Dosis
• Dosis Letak :
takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan kematian pada penderita
a. L.D 50 : takaran yang menyebabkan kematian pada 50%
hewan percobaan
b. L.D 100 : takaran yang menyebabkan kematian pada 100%
hewan percobaan
• Dosis toksis :
suatu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan keracunan pada penderita

Syamsuni. Ilmu Resep. EGC. 2007, hal. 33


4b. Penggolongan Dosis
• Loading dose (Dosis muatan)
sebagai dosis awal sehingga tercapai kadar dalam
darah yang cukup untuk menghasilkan efek terapeutik
• Maintenance dose:
Dosis pemeliharaan untuk mempertahankan kadar
obat dalam darah agar tetap menghasilkan efek
terapeutik

Farmakope Indonesia Edisi I, tahun 1962


Farmakope Indonesia Edisi III, tahun 1979
Syamsuni. Ilmu Resep. EGC. 2007, hal. 33
4c. Metode/Cara Menentukan Dosis
Anak
1. Berdasarkan
umur

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8


a. Rumus young (untuk anak <8 tahun) tahun)
n x Dosis dewasa n : umur dalam tahun  n x Dosis dewasa   n : umur dalam tahun
n+12 20

c. Rumus Fried (untuk bayi)


n x dosis dewasa n : umur dalam bulan
150

Syamsuni. Ilmu Resep. EGC. 2007, hal. 33 - 36


4c. Metode/Cara Menentukan Dosis
Anak

2. Berdasarkan BB
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih
tepat karna sesuai dengan kondisi pasien ketimbang umur
yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila
memungkinkan hitung dosis melalui berat badan
Rumus Thermich-Fier
Bobot badan anak (kg) x dosis dewasa
70

Syamsuni. Ilmu Resep. EGC. 2007, hal. 36


4c. Metode/Cara Menentukan Dosis
Anak

3. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh

Luas Permukaan Tubuh =tinggi (cm)x Bobot (kg)_


3600

Farmakologi UI th 1968 Rumus Catzel


LPT anak x dosis dewasa LPT anak x 100 x dosis dewasa
1.75 LPT dewasa

Syamsuni. Ilmu Resep. EGC. 2007, hal. 37


4d. Beda Menara dengan Mengkalibrasi
• Menara biasanya dipakai untuk mengukur dalam
satuan gram (berat)
• Mengkalibrasi biasa dipakai untuk mengukur dalam
satuan volume (mililiter).

Irvan Khairudin S.Si., Apt


4d. Beda Menara dengan Mengkalibrasi

Kalibrasi adalah
1. proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari alat ukur dengan cara membandingkannya
dengan standar/tolak ukur. Kalibrasi diperlukan untuk memastikan bahwa hasil pengukuran yang
dilakukan akurat dan konsisten dengan instrumen lainnya. Hasil pengukuran yang tidak konsisten
akan berpengaruh langsung terhadap kualitas produk.
2. Serangkaian tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat kesamaan nilai yang
diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur, atau nilai yang direpresentasikan dari pengukuran
bahan dan membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar.

Menara untuk menimbang zat-zat tertentu yang memerlukan wadah, untuk menimbang :
• (Zat padat yang secara fisik : mudah menyublim, bersifat korosif, bersifat oksidator)
• (Zat cair dengan jumlah sedikit)
• (Ekstrak kental dengan jumlah banyak)

Petunjuk Oprasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2012 JILID I , halaman 637.
TERIMAKSIH

Anda mungkin juga menyukai