Anda di halaman 1dari 22

TEORI FARMASETIKA DASAR

DIII Farmasi
Poltekkes Hermina Jakarta
DASAR MERACIK SALEP, PASTA,
CREAM DAN GEL
Kelompok 2 :

1. Aprilia Maharani
2. Arofah Sayliyah
3. Helda Riska Ayuni
4. Mia Wulandari Dosen Pengampuh :
5. Michelle Kania
6. Mutiara Diva Azzahra
apt. Milda Rianty Lakoan,. M. Farm
7. Nanda Agustin
8. Nurlaila Marasabessy
9. Paskalina Matelda Yadohamang
10. Sakilah Alaisah Astuti
11. Salwa Aulia Afifah
12. Tafani Ayu Kireina
DEFINISI SEDIAAN SETENGAH PADAT (SALEP)

Sediaan obat setengah padat merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dan disukai karena
pemakaiannya mudah dan aman (tidak diserap ke dalam peredaran darah).

Lantas, apakah
yang dinamakan
dengan salep?

Menurut FI IV

Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.

Menurut FI III

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya
harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
PERSYARATAN SALEP

1. Tidak boleh berbau tengik

2. Kadar bahan obat 10%, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau
narkotika

3. Stabil, lunak, halus, dan homogen

4. Mudah dipakai

5. Dapat terdistribusi secara merata

6. Pada etiket tertera “obat luar”


PENGGOLONGAN SALEP

Penggolongan
Penggolongan Penggolongan Salep Berdasarkan
Salep Berdasarkan Salep Berdasarkan Bahan Dasar
Konsistensi Efek Terapi

Salep dapat digolongkan berdasarkan


1. Unguenta 1. Salep Epidermik 1. Salep Hidrofobik
(salep penutup) konsistensi, efek terapi, dan bahan dasarnya
2. Cream 2. Salep 2. Salep Hidrofilik (basis).
Endodermik
3. Pasta 3. Salep Diadermik Penggunaan salep yang digunakan harus
4. Cerata disesuaikan dengan kondisi pasien.
5. Gelones Spumae
BERDASARKAN KONSISTENSI

• Cerata
• Unguenta

Salep yang memiliki konsistensi seperti mentega dan tidak mencair Salep berlemak dengan kandungan lilin (wax) yang tinggi sehingga
pada suhu ruangan, tetapi mudah dioleskan tanpa memerlukan tenaga. konsistensinya lebih keras

• Cream

Cream (cremores) adalah salep yang banyak mengandung air dan • Gelones spumae
mudah diserap kulit. Salep jenis ini juga mudah dicuci air.
Gelones spumae (jeli) adalah salep yang lebih halus, umumnya cair,
• Pasta dan mengandung sedikit atau tanpa lilin. Jeli digunakan terutama
pada membran mukosa sebagai pelicin atau basis, dan biasanya
Salep yang mengandung padatan (serbuk) lebih dari 50% dan
merupakan salep tebal sehingga digunakan sebagai penutup atau
terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur
pelindung bagian kulit yang dioleskan. rendah.
BERDASARKAN EFEK
TERAPI

1. Salep Epidermik (salep penutup)

Digunakan pada permukaan kulit sebagai pelindung kulit dan


menghasilkan efek lokal karena bahan obat tidak diserap. Salep 3. Salep Diadermik (salep serap)
biasanya ditambahkan antiseptik atau adstringen untuk
meredakan iritasi. Basis salep yang terbaik adalah senyawa Bahan obat salep ini dapat menembus ke dalam kulit
hidrokarbon (vaselin). melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena
diserap seluruhnya, misalnya pada salep yang
2. Salep Endodermik
mengandung senyawa raksa (mercury), iodida, dan
Bahan obat dalam salep ini mampu menembus ke dalam kulit, belladonna. Basis salep yang baik adalah adeps lanae
tetapi tidak melalui kulit dan terserap sebagian. Umumnya, dan oleum cacao.
salep ditambahkan pengiritasi lokal untuk melunakkan kulit atau
selaput lendir. Basis salep yang baik adalah minyak lemak.
BERDASARKAN BAHAN
DASAR

• Salep Hidrofilik
• Salep Hidrofobik
Merupakan salep yang menarik air dengan kuat dan biasanya
Merupakan salep yang berbahan dasar lemak, misalnya berbasis salep tipe m/a (minyak dalam air) atau seperti basis
campuran lemak-lemak, minyak lemak, atau malam yang hidrofobik, tetapi konsistensinya lebih lunak. Salep hidrofilik
tidak tercuci air. ada juga yang bertipe a/m (air dalam minyak), seperti campuran
sterol dan petrolatum.
BASIS SALEP
Menurut FI IV, basis salep yang digunakan sebagai pembawa
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

Basis salep hidrokarbon, basis salep serap, basis salep tercuci


air, dan basis salep larut air. Basis salep harus memiliki kualitas yang
baik untuk digunakan sebagai pembawa obat
Pemilihan basis salep tergantung pada beberapa faktor, yaitu : sediaan setengah padat.

Khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, Basis salep harus stabil, tidak inkompatibel
ketersediaan hayati (bioavailabilitas), serta stabilitas dan dengan bahan lain dalam formula, dan tidak
ketahanan sediaan jadi. dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan
ruangan, harus lunak dan homogen serta
Dalam beberapa kasus, basis salep yang kurang ideal digunakan mudah dipakai dan dapat tersebar merata,
untuk memperoleh stabilitas yang diinginkan. Sebagai contoh, sesuai dengan bahan aktif dan kebutuhan
obat yang cepat terhidrolisis lebih stabil dalam basis salep pasien.
hidrokarbon daripada basis salep yang mengandung air,
meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam basis salep
yang mengandung air.
JENIS-JENIS SEDIAAN SALEP

Pasta Cream

Liniment
Gel
a

Oculenta
PASTA

Menurut FI IV, pasta adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Pasta ada dua jenis, yaitu pasta gel yang mengandung
air. contohnya pasta natrium karboksimetilselulosa, dan pasta berlemak, contohnya pasta zink
oksida. Pasta ini cenderung menyerap sekresi cairan seperti serum dan memiliki daya penetrasi serta
daya maserasi yang lebih rendah daripada salep. Oleh sebab itu, pasta digunakan untuk lesi akut
yang cenderung membentuk kerak, menggelembung, atau mengeluarkan cairan. Pasta umumnya
digunakan dengan mengoleskan terlebih dahulu dengan kain kasa. Contoh sediaan pasta lainnya
adalah pasta gigi.
CREAM
Menurut FI IV, cream adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk
sediaan setengah padat yang memiliki konsistensi relatif cair dan diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. cream juga dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vagina.
Zat pengemulsi yang digunakan dalam pembuatan cream harus disesuaikan dengan jenis dan sifat yang
dikehendaki. Untuk cream a/m, digunakan sabun polivalen, span, adeps lanae, kolesterol, dan cera. cream
merupakan sediaan emulsi sehingga kestabilan cream dapat terganggu/rusak oleh perubahan suhu, perubahan
komposisi yang disebabkan oleh perubahan salah satu fase secara berlebihan, atau zat pengemulsi tidak
tercampurkan satu sama lain.
cream dapat diencerkan jika diketahui pengencer yang sesuai dan dilakukan dengan teknik aseptik. yang
sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan.
GEL
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi partikel anorganik kecil atau
molekul organik besar yang terpenetrasi oleh suatu cairan. Massa gel yang terdiri dari jaringan
partikel kecil yang terpisah digolongkan sebagai sistem dua fase. Gel dua fase yang memiliki ukuran
partikel fase terdispersi relatif besar disebut magma. Sementara itu, gel fase tunggal terdiri dari
makromolekul organik yang tersebar sama rata dalam suatu cairan sehingga tidak memiliki ikatan
antara molekul makro zat terdispersi dan cairan.
Gel umumnya digunakan untuk pemberian topikal atau dimasukkan dalam lubang tubuh. Gel harus
disimpan dalam wadah tertutup baik, dalam tabung, atau dalam wadah bermulut lebar yang
terlindung dari cahaya serta dalam tempat sejuk.
LINIMENTA
Menurut FN 1978, linimenta (obat gosok/olesan) adalah sediaan cair atau kental analgetika
yang memiliki sifat rubifasien untuk melemaskan otot atau menghangatkan. Sediaan linimenta
digunakan dengan cara dioleskan menggunakan kain flanel lalu dipijatkan, dan tidak boleh
digunakan pada kulit yang luka atau lecet. Sediaan ini harus disimpan dalam botol berwarna,
bermulut kecil, dan di tempat sejuk.
Pada etiket, harus tertera tulisan "Obat Luar". Pembuatan linimenta dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu pencampuran seperti pada pembuatan salep contohnya linimen gondopuro (FN),
penyabunan seperti linimen amoniak dan lotio benzylis benzoas (FN), serta pembentukan emulsi
seperti peruvianum emulsum I dan II (FN).
OCULENTA
Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata. Sediaan ini bebas
partikel kasar serta memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep
mata. Basis salep yang sering digunakan untuk oculenta adalah oculentum simplex.
Basis salep mata lainnya adalah campuran carbowax 400 dan carbowax 4000. Salep
mata merupakan sediaan steril sehingga bahan-bahan dan peralatan yang digunakan
harus steril, bahan obat dan basis salep harus disterilkan dengan cara yang sesuai,
sedangkan tabung disterilkan dalam autoklaf pada suhu 115°-116°C selama 30 menit.
Pengisian bahan obat ke dalam wadah steril dilakukan secara aseptik.
KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SALEP
(MENURUT VAN DUIN)

1. Peraturan Salep Pertama 2. Peraturan Salep Kedua

Zat-zat yang dapat larut dalam Bahan-bahan yang dapat larut dalam
campuran lemak dilarutkan ke air-jika tidak ada peraturan-peraturan
dalamnya, jika perlu dengan lain-dilarutkan terlebih dahulu dalam
pemanasan. air dan air yang digunakan harus dapat
diserap seluruhnya oleh basis salep.
Jumlah air yang dipakai dikurangi dari
basis.
3. Peraturan Salep Ketiga 4. Peraturan Salep Keempat
Bahan-bahan yang sukar atau hanya Salep dibuat dengan pelelehan dan
sebagian larut dalam lemak dan air campuran harus digerus hingga
harus diserbuk terlebih dahulu, dingin.
kemudian diayak dengan pengayak
No. 100
BAHAN TAMBAHAN TERAKHIR PADA MASSA
SALEP

Terdapat bahan tambahan yang hanya ditambahkan terakhir pada massa salep karena alasan tertentu, seperti bahan
mudah menguap atau tidak tahan panas.

1. Ichtyol

Dapat mengalami pemisahan jika ditambahkan pada massa salep yang panas atau digerus terlalu lama.

2. Balsem dan minyak atsiri

Balsem merupakan campuran damar dan minyak atsiri. Jika digerus terlalu lama akan keluar damarnya, sedangkan
minyak atsiri akan menguap.

3. Air

Berfungsi sebagai pendingin dan mencegah permukaan mortir menjadi licin.

4. Gliserin

Tidak dapat bercampur dengan basis yang panas dan mencair. Gliserin harus ditambahkan sedikit demi sedikit karena
tidak dapat diserap basis salep dengan mudah.
CONTOH RESEP SALEP

• R/ Acid boric 1 g

Vaselin album ad 20 g Cara Kerja Inti :


Mf.Ungt
1. Masukan acid boric kedalam lumpang
S.ue tambah kan vaselin album sedikit demi sedikit
gerus hingga homogen.
Pro : Azizah
2. Masukan kedalam pot salep 30 g

Perhitungan bahan : 3. Beri etiket dan label

1. Acid boric 1 g
2. Vaselin album 20g - 1g = 19g
KESIMPULAN

Salep digunakan untuk pemakaian luar daerah kulit (penyakit kulit) yang memiliki bahan dasar
hidrokarbon yang seperti vaselin, tetapi bahan hidrokarbon itu sebagai bahan penutup. Dasar salep
yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis
sehingga banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam.
Referensi

Ai kuraesin,S.Si.,Apt | Irfah iskandar,S.Farm.,Apt | Nurtendi,S.Farm.,Apt |


Paryati.2018.Dasar Dasar Kefarmasian Ilmu Resep.Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Kemenkes RI.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Farmasetika Dasar,
Jakarta.
Kemenkes RI.2016.Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum
Farmasetika Dasar, Jakarta.
"Kunci kesuksesan adalah fokus pada
tujuan, bukan hambatan”

TERIMAKASIH
SEMOGA BERMANFAAT
-Kelompok 2-

Anda mungkin juga menyukai