Anda di halaman 1dari 14

Makalah Sediaan Semi Padat

Posted on 2 Juni 2014 by purnamirahma

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan kemauan, kesadaran dan kemampuan


masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri dan mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan ini tidak dapat dilepaskan dari pembangunan sektor
kefarmasian.

Peran aktif masyarakat membutuhkan ketersediaan informasi yang berkaitan dengan ilmu
kefarmasian. Informasi yang disampaikan harus menjaga nilai-nilai ilmiah yang berlaku dengan
tetap memperhatikan kemudahan dipahami oleh masyarakat. Mengingat akan pentingnya suatu
kesehatan bagi masyarakat maka diperlukan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang kesehatan
itu sendiri terutama bagi kalangan mahasiswa dalam mempelajari dunia kefarmasian.

1. Rumusan Masalah

1. Apa definisi sediaan semi padat (salep) ?


2. Komponen-komponen apa sajakah yang terdapat dalam sediaan semi padat ?
3. Peraturan pembuatan salep menurut F.Van Duin ?

1. Tujuan Penulisan

1. Mampu menjelaskan pengertian sdiaan semi padat dari berbagai referensi.


2. Mampu menjelaskan dan menyebutkan komponen-komponen yang ada pada sediaan
semi padat.
3. Mampu menjelaskan dan menyebutkan peraturan pembuatansalep menurut F.Van Duin.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Sediaan Semi Padat (salep)

Menurut FI.IV. Salep adalah sediaan setengah padat ditunjukkan untuk pemakaian topikal pada
kulit. Salep tidak boleh berbau tengik kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
tidak mengandung obat keras atau narkotika adalah 10 %.

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok untuk mencapai
hasil yang dimaksud harus memperhatikan peraturan-peraturan pembuatan salep. Seperti yang
terteradalam F.I.Ed.II.

1. Komponen-komponen Salep

1. Dasar Salep

 Menurut FI.III dasar salep kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dsar digunakan vaselin
putih. Tergantung dari sifat bahan obatdan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu
bahan dasar berikut.
ü Dasar salep senyawa hidrokarbon vaselin putih, vaselin kuning atau campurannya dengan
malam putih dengan malam kuning atau dengan senyawa hidrokarbon lain yang cocok.

ü Dasar salep lemak bulu domba:campuran 3 bagian kolesterol,3 bagian steril alkohol, 8 bagian
malam putih dan 8 bagian vaselin putih:campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian
minyak wijen.

ü Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dalam air.

ü Dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikol atau campurannya.

Pemilihan dasar salep tergantung dari beberapa faktor, yaitu :

 Khasiat yang diinginkan


 Sifat bahan obat yang dicampurkan
 Ketersediaan hayati
 Stabilitas
 Ketahanan sediaan jadi

2. Bahan Obat

 Zat padat dan larut dalam dasar salep.

Ex : Camphorae, pellidol, iodium

 Zat padat larut dalam air.

Ex : Protargol, Colargol, Argentum nitrat, Fenol

 Bahan obat yang dapat larut dalam air tetapi tidak bolehdilarutkan dalam air.

Ex : Hydrargyri

 Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep.

Ex : Ichtyol, Gliserin, Marmer album

 Zat padat tidak larut dalam air.

Ex : Acidum boricum (diambil bentuk yang pulveratum)


1. Penggolongan Salep

i. Menurut Konsistensinya Salep dibagi menjadi :

1. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega tidak mencair
pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memeakai tenaga.
2. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu
tipe yang dapat dicuci dengan air.

Menurut F.I.II krim atau cremores adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung
sedikit air tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan utuk pemakaian luar.

Ada 2 tipe krim, krim tipe o/w dan tipe krim w/o.

1. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50 % zat padat (serbuk).
Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
Sedangkan menurut F.I.Ed.IV Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang ditunjukkan untuk pemakaian topikal.
2. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
(waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
3. Gelones : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung
sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran mukosa sebagai pelicin atau
basis. Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur
yang rendah.

ii. Menurut Efek Terapinya salepdibagi atas :

1. Salep Epidermic (Salep Penutup)

Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan
menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan
antiseptik, astringen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa
hidrokarbon (vaselin).

1. Salep Endidermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam tetapi tidak melalui kulit dan terabsobsi
sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasarsalep yang baik
adalah minyak lemak.

1. Salep Diadermic (Salep Serap)

Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam molekul kulit dan mencap[ai efek yang
diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa
Mercuri, Iodida, Belladonae. Dasar salep yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.

iii. Menurut Dasar Salepnya Salep dibagi atas :

a) Salep Hydrophobicdasa : yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak misalnya


campyuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tidak tercuci dengan air.

b) Salep Hydrophilic : yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep tipe
o/w atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek kemnungkinana juga tipe
w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.

1. Dasar Salep

Menurut F.I.IV dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok, yaitu
dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air,
dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan dasar salep tersebut.

1. Dasar Salep hidrokarbon

Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain vaselin putih dan salep putih.
Hanya sejumlah kecil komponen berair yang dapatdicampurkan kedalamnya. Salep ini
dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dsar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, sikar dicuci,
tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.

2. Dasar Salep Serap

Dsar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang
dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin
anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur
dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.

3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan Air

Dasar salep ini adalah emulsi munyak dalam air , antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar salep
ini juga dinyatakan sebagai dapat dicuci dengan air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap
basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi
lebih efektifmenggunakan dasar salep ini daripada dasar salep hidropkarbon. Keuntungan lain
dari dasar salep ini adalah dapt diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi
pada kelainan dermatologik.

4. Dasar Salep Larut dalam Air

Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari klonstituen larut air.

Dasar salep jenuis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci
dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air, seperti paraffi, lanolin anhidrat atau
malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.

Pemilihan dasar saleptergantung dari beberapa faktor yaitu khasiat yang diinginkan, sifatbahan
obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam
beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas
yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep
huidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih
efektifdalam dasr salep yang mengandung air.

1. Kualitas Dasar Salep yang Baik

Adapun kualitas dasar salep yang baik adalah :

1. Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan
kelembapan kamar.
2. Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk
harus lunak dan homogen.
3. Mudah dipakai.
4. Dasar salep yang cocok.
5. Dapat terdistribusi merata.
1. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep

Menurut F.Van Duin

1. Peraturan Salep Pertama

Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan
pemanasan.

2. Peraturan Salep Kedua

Bahan-bahan yang dapt larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan terlebih
dahulu kedalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep.
Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.

3. Peraturan Salep Ketiga

Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air. Harus diserbuk
terlebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak No.60.

4. Peraturan Salep Keempat

Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.

Bahan-bahan yang ikut dilebur, penimbangannya harus dilebihkan 10-20 % untuk mencegah
kekurangan bobotnya.
BAB III

PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah Swt. Akhirnya penyusun dapaty
menyelesaikan Makalah ini dengan lancar walaupun dalam pelaksanaannganya masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki.

Banyak ilmu dan pengetahuan yang penyusun dapatkan dari pembuatan makalah ini. Hal yang
sebelumnya penyusun tidak ketahui menjadi lebih jelas dan dimengerti..

Makalah merupakan sarana yang tepat untuk mengkaji ilmu dan pengetahuan. Sehingga makalah
sangatlah berperan dalam menyimpulkan isi-isi penting dari sebuah bahan kajian atau materi.
Sehingga penyusun tidak hanya sekedar melaksanakan tugas kuliah saja namun benar-benar
mendapat ilmu dan pengetahuan.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. Penyusun menyadari masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam
makalah ini. Semoga mereka yang telah membantu baik moril maupun materi atas pelaksanaan
pembuatan makalah ini mendapat balasan yang setimpal dengan kebaikannya.

About these ads

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook
 Google

Memuat...
Tandai permalink.

Post navigation
Berikan Balasan
Cari

Pos-pos Terakhir
 Makalah Sediaan Semi Padat

Komentar Terakhir
Arsip
 Juni 2014

Kategori
 Tak Berkategori

Meta
 Mendaftar
 Masuk log
 RSS Entri
 RSS Komentar
 Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Buat situs web atau blog gratis


II. KRIM
Pengertian Krim :
Menurut Farmakope Indonesia III definisi Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi
mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Dan menurut Farmakope Indonesia IV, Cream adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sedangkan menurut
Formularium Nasional Cream adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air
tidak kurang dari 60 % dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

Komposisi Formula Krim


Sebagai zat pengemulsi dapat digunakan emulgit, lemak bulu domba, setaseum, setilalkohol, steril
alcohol, terietanolaminil stearat, dan golongan sorbitan, polisorbat, polietilenglikol, sabun.

Basis
Krim itu adalah salep dengan basis emulsi. Emulsi sendiri ada 2 tipe, tipe minyak dalam air (m/a) yaitu
mengandung banyak air dan minyak terbagi rata di dalam air, dan tipe air dalam minyak (a/m) yaitu
mengandung banyak minyak dan butir-butir air terbagi di dalam minyak.
1. Tipe M/A
Biasanya digunakan pada kulit, mudah dicuci, sebagai pembawa dipakai pengemulsi campuran
surfaktan. Sistem surfaktan ini juga bisa mengatur konsistensi.

Sifat Emulsi M/A:


Dapat diencerkan dengan air. Mudah dicuci dan tidak berbekas. Untuk mencegah terjadinya
pengendapan zat maka ditambahkan zat yang mudah bercampur dengan air tetapi tidak menguap
(propilen glikol). Formulasi yang baik adalah cream yang dapat mendeposit lemak dan senyawa
pelembab lain sehingga membantu hidrasi kulit.
Contohnya : sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera.
2. Tipe A/M
Mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lanae, wool alcohol, atau ester asam
lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi dua.
Sifat Emulsi A/M:
Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak merupakan fase luarnya.
Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang dari 25% dan mengandung sebagian
besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat
sulit bercampur/dicuci dengan air.
Contohnya : Sabun monovalen (TEA, Na stearat, K stearat, Amonium stearat), Tween, Na lauril sulfat,
kuning telur, Gelatin, Caseinum, CMC, Pektin, Emulgid.

Pembuatan Krim
Pembuatan krim dapat dilakukan dengan dua metode berbeda.
Metode pertama yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas
penangas air pada suhu 70 0C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase
air) dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0C sampai semua bahan larut,
kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim.
Sedangkan dengan metode kedua, semua bahan, baik fase minyak maupun fase air dicampurkan untuk
dilebur di atas penangas air sampai lebur, baru kemudian langsung digerus sampai terbentuk massa
krim. Baik metode pertama maupun metode kedua, sama-sama menghasilkan sediaan krim yang stabil,
bila proses penggerusan dilakukan dengan cepat dan kuat dalam mortar yang panas sampai terbentuk
massa krim. Tetapi dengan metode kedua, kita dapat menggunakan peralatan yang lebih sedikit
daripada metode pertama.

III. PASTA
Pengertian pasta
Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat
dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin atau
parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun.
Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit.

Komposisi Formula
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan
vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago,
atau sabun.

Basis
Macam-macam Basis Pasta :
1. Basis Hidrokarbon
Karakteristik :
- Tidak diabsorpsi oleh kulit
- Inert
- Tidak tercampurkan dengan air
- Daya absorbs air rendah
- Menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air & meningkatkan hidrasi
sehingga meningkatkan abbsorbsi obat melalui kulit
2. Basis Absorpsi
Karakteristik : bersifat hidrofil dan dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair.
- Non emulsi co : wool fat, wool alcohol, Bees wax, kolesterol.
- Emulsi A/M co : Hydrous wool fat (lanolin), Oily cream.
3. Larut Air
contoh : PEG

Cara pembuatan pasta


Bahan dasar yang berbentuk setengah padat dicairkan lebih dulu, baru dicampur dengan bahan padat
dalam keadaan panas agar lebih tercampur dan homogen.
Pembuatan pasta baik dalam ukuran besar maupun kecil dibuat dengan dua metode:
(1) Pencampuran
Komponen dari pasta dicampur bersama-sama dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.
(2) peleburan.
Semua atau beberapa komponen dari pasta dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan
dengan pengadukan yang konstan sampai mengental.Komponen-komponen yang tidak dicairkan
biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk.

IV. CERATA
Cerata adalah salep berminyak mengandung konsentrasi tinggi dari lilin sehingga keras dan titik lebur
tinggi

V. JELLY
Jelly adalah salep sangat lunak, hampir mencair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin, digunakan
pada membran mukosa, sebagai pelicin atau dasar salep obat, dapat dicuci dengan air.

Evaluasi akhir Sediaan semisolid


Dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Evaluasi Fisik.
Homogenitas diantara dua lapis film, secara makroskopis : alirkan di atas kaca.
Konsistensi, tujuan : mudah dikeluarkan dari tube dan mudah dioleskan. Pengukuran konsistensi dengan
pnetrometer. Konsistensi / rheologi dipengaruhi suhu; sedian non newton dipengaruhi oleh waktu
istirahat oleh karena itu harus dilakukan pada keadaan yang identik.
Bau dan warna untuk melihat terjadinya perubahan fasa. pH, pH berhubungan dengan stabilitas zat
aktif, efektifitas pengawet, keadaan kulit.
2. Evaluasi Kimia.
Kadar dan stabilitas zat aktif dan lain-lain.
3. Evaluasi Biologi.
a. Kontaminasi mikroba.
Salep mata harus steril untuk salep luka bakar, luka terbuka dan penyakit kulit yang parah juga harus
steril.
b. Potensi zat aktif.
Pengukuran potensi beberapa zat antibiotik yang dipakai secara topikal.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1990. ”Ilmu Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Martin, A.N. 1970. Physical Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep jilid I, Jakarta.
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf

Reactions:
0 comments:
Post a Comment
Links to this post

Create a Link

Newer Post Older Post Home

Blog Archive

 ▼ 2011 (31)
o ► May (5)
o ▼ June (10)
 OBAT-OBAT ANTIBIOTIKA DAN ANTI JAMUR, PENYAKIT YA...
 SEDIAAN SEMISOLID
 PENGARUH TEMPERATUR DAN KELARUTAN PADA PROSES EKS...
 Antiinflamasi
 emulsifikasi pangan
 Fosforilasi oksidatif
 Kelarutan Protein
 Sediaan Parenteral
 Antioksidan
 Pembersihan Permukaan Atom
o ► August (5)
o ► September (1)
o ► October (10)

 ► 2012 (15)

 ► 2013 (55)

 ► 2014 (14)

Anda mungkin juga menyukai