Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KASUS

REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN LAKI-LAKI USIA 42 TAHUN POST


ORIF DENGAN FRAKTUR TERTUTUP 1/3 DISTAL TIBIA FIBULA DEXTRA,
SEGMENTAL, DISPLACED
Pembimbing:
dr.Hj.Komang Kusumawati,Sp.KFR,M.Pd

Dipresentasikan Oleh :
Rizma Alfiani Rachmi
(J510155024)
Aldino Siwa Putra
(J510155096)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Masalah
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat
banyak menyita perhatian masyarakat. Dengan mobilitas
yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia
sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya
kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab
yang lain dapat dikarenakan kecelakaan kerja, olah raga dan
rumah tangga.

Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih


besar dari yang dapat diabsorpsinya. Patah atau fraktur tibia
merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan fraktur
batang tulang panjang lainnya. Periost yang melapisi tibia
agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi
kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen
11/16/16
frakturnya bergeser.

Definisi
Shaft Fracture Tibia/Fibula adalah fraktur pada bagian
diafisis tibia/fibula yang biasanya tidak meliputi bagian
artikular atau regio metafisis ( Hoppenfeld S. and Murthy
L.V, 2000).

Mekanisme cederanya merupakan sebuah High-energy


trauma yang dapat menghasilkan fraktur transversal atau
kominutif, yang biasanya merupakan fraktur terbuka
( Hoppenfeld S. and Murthy L.V, 2000).

11/16/16

Fase Penyembuhan
Fraktur

Waktu penyembuhan fraktur sangat bervariasi antara


individu satu dengan individu lainnya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyembuhan fraktur antara lain: usia pasien,
jenis fraktur, banyaknya displacement fraktur, lokasi fraktur,
pasokan darah pada fraktur, dan kondisi medis yang menyertai.

Pada fraktur, proses penyambungan tulang dibagi


dalam 5 tahap yaitu:

11/16/16

Gartland, 1974

Perubahan Patologi
Perubahan patologi segera setelah dilakukan operasi
adalah sebagai berikut :

11/16/16

Kisner, 1996

Pada pasien dengan fraktur paska operasi , komplikasi lanjut yang mungkin terjadi
yang berhubungan dengan setelah dilakukannya tindakan operasi, antara lain:

Garrison, 1996

Sedangkan untuk komplikasi karena fraktur, antara lain:

Bloch, 1986

Menurut Hoppenfeld S. And Murthy L.V, 2000, komplikasi awal


setelah dilakukannya tindakan operatif pada fraktur, antara lain :

(1) adanya oedem pada


tungkai bawah
(2) adanya nyeri gerak pada
lutut dan pergelangan kaki
(3) penurunan luas gerak
sendi ankle dan knee

terdapat keterbatasan
aktifitas fungsional terutama
berdiri dan berjalan

kesulitan dalam
melakukan
aktivitasnya
sebagai seorang
buruh karena
pasien mengalami
gangguan dalam
aktivitas berjalan

Garrison, S. J, 1996

Hoppenfeld S. And Murthy L.V, 2000

Menurut Hoppenfeld S. And Murthy L.V, 2000, tujuan rehabilitasi medik


paska operasi pada fraktur adalah sebagai berikut :
1. Mengembalikan atau mempertahankan lingkup gerak sendi dari lutut dan
pergelangan kaki.

Tabel 1. Lingkup gerak sendi pada lutut dan pergelangan kaki.


Movement

Normal

Functional

00-1300/1400

1100

00

00

Dorsiflexion

00-250

100

Plantarflexion

00-400

200

Knee
Flexion
Extension
Ankle

2. Meningkatkan kekuatan pada otot-otot berikut yang terpengaruh sebagai


akibat dari fraktur dan cedera.

Hoppenfeld S. And Murthy L.V, 2000

Menurut Hoppenfeld S. And Murthy L.V, 2000, tujuan rehabilitasi medik


paska operasi pada fraktur adalah sebagai berikut :

3. Tujuan Fungsi :
Menormalkan pola gait.
4. Perkiraan waktu penyembuhan tulang :
10 sampai 12 minggu
5. Perkiraan durasi rehabilitasi
12 sampai 24 minggu

Hoppenfeld S. And Murthy L.V, 2000

Teknologi Intervensi Terapi


Fisik
Rehabilitasi
Terapi latihan merupakan
salahdan
satu terapi
yang pelaksanaannya
menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan.

11/16/16

Teknologi Intervensi Terapi


Fisik
Rehabilitasi
Terapi latihan merupakan
salahdan
satu terapi
yang pelaksanaannya
menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan.

11/16/16

Teknologi Intervensi Terapi


Fisik
Rehabilitasi
Terapi latihan merupakan
salahdan
satu terapi
yang pelaksanaannya
menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan.

11/16/16

Modalitas Terapi
Modalitas yang menggunakan energi untuk efek terapi nya
sering diresepkan pada bagian terapi fisik dan rehabilitasi. Yang
termasuk diantaranya adalah :

11/16/16

Modalitas Terapi
Modalitas yang menggunakan energi untuk efek terapi nya
sering diresepkan pada bagian terapi fisik dan rehabilitasi. Yang
termasuk diantaranya adalah :

11/16/16

Program Rehabilitasi
Hari pertama sampai dengan 1 minggu
setelah
Medik
cedera
Tatalaksana pada bagian Rehabilitasi Medik antara lain
:
Hindari gerakan rotasi dengan kaki menginjak lantai
Range of Motion : Mulailah active range of motion atau
active-assisted ROM exercices pada lutut dan
pergelangan kaki jika tidak di cast.
Kekuatan Otot : Latihan isometrik pada otot
quadriceps, tibialis dan gastroc-soleus
Aktivitas Fungsional : ambulasi non-weight bearing
dengan alat bantu jalan ( Hoppenfeld S. And Murthy
L.V, 2000).

11/16/16

Program Rehabilitasi
Medik
2 minggu setelah cedera
Pada tahap ini nyeri dan bengkak juga seharusnya
telah berkurang. Gerakan aktif dari lutut dan
pergelangan kaki harus dapat dilakukan dan pasien
seharusnya tidak mempunyai masalah pada panggul.
Pasien dapat dianjurkan untuk menulis alfabet
menggunakan kaki sehingga pergelangan kaki dan
kaki dapat bergerak kesemua bidang.
Lanjutkan latihan isometrik untuk quadricep dengan
latihan isotonik dan isometrik untuk pergelangan kaki/
Ootot gastrocnemius berperan sebagai pompa
vaskular, mencegah adanya penumpukan darah pada
kaki.

11/16/16

Program Rehabilitasi
Medik
4 sampai dengan 6 minggu setelah cedera
Pada tahap ini pasien seharusnya memiliki lingkup
gerak sendi pada ankle dan knee joint yang lengkap
tanpa adanya ketidaknyamanan.
Tatalaksana pada bagian Rehabilitasi Medik, antara
lain :
Hindari gerakan rotasi dengan kaki menginjak lantai
Range of Motion : Active range of motion pada lutut
dan pergelangan kaki jika tidak di cast.
Kekuatan Otot : Latihan isometrik dan isotonik pada
lutut dan pergelangan kaki
Aktivitas Fungsional : ambulasi non-weight bearing
dengan alat bantu jalan ( Hoppenfeld S. And Murthy
L.V, 2000).
11/16/16

Program Rehabilitasi
Medik
8 sampai dengan 12 minggu
Pada tahap ini area fraktur mulai stabil. Merupakan
fase remodelling awal dimana pada pemeriksaan
radiografi seharusnya telah terlihat kalus pada
permukaan posterolateral dari tibia. Garis fraktur
seharusnya sudah mulai menghilang.
Program rehabilitasi medik yang dilakukan sama
dengan sebelumnya. Hanya pada tahap ini dimulai
weight bearing yang lebih progresif secara bertahap
( jika pada hasil radiografi menunjukkan fiksasi fraktur
yang telah stabil ) ( Hoppenfeld S. And Murthy L.V,
2000).

11/16/16

Program Rehabilitasi
Medik

3 sampai 6 bulan

Pada tahap ini aktivitas fungsional


menggunakan weight bearing secara bertahap
sampai dengan full-weight bearing pada bulan ke 6
dan menurunkan ketergantungan ambulasi
memakai alat bantu jalan dari 2 kruk ( tongkat
ketiak ) menjadi 1 kruk disisi yang sehat kemudian
tanpa alat bantu jalan. ( Akin K. et al,1996 )

11/16/16

Program Rehabilitasi
Medik
>6 bulan
Aktivitas fungsional normal yang biasa dilakukan
sehari-hari telah diperbolehkan. Namun, olahraga
tidak direkomendasikan untuk dilakukan selama satu
tahun ( Akin K. et al,1996 ).

11/16/16

Identitas Pasien

Nama
: Tn.B
Umur
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Lingkungan 9
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh Bangunan
No.RM
: 296***
Biaya
: BPJS Non PBI
Tanggal Pemeriksaan : 24 Oktober 2016
( di Bangsal Parangkusumo )

11/16/16

Keluhan Utama
Patah pada tulang
kering tungkai kanan

11/16/16

Riwayat Penyakit
Sekarang

1 hari SMRS Pasien terjatuh dari sepeda motor setelah


menghindari sepeda motor yang ingin melintasinya dari sebuah
gang dan menabrak mobil pick-up didepannya. Pasien terjatuh
dengan tumpuan badan disebelah kanan. Pasien mengakui
bahwa dirinya sadar penuh saat kejadian tidak terdapat adanya
pingsan. Pasien langsung mencoba menggerakkan kedua
tangan dan kedua kakinya, namun pada kaki sebelah kanan
pasien tidak dapat digerakkan. Pasien segera dibawa oleh
warga sekitar ke puskesmas terdekat.

11/16/16

HMRS Pasien dibawa ke Rumah Sakit Ortopedi


Prof.R.Soeharso dari puskesmas. Pasien dalam keadaan
sadar penuh dengan tungkai bawah kaki kanan dalam
keadaan dibidai, siku lengan kanan dan punggung atas
kanan tertutup kassa setelah penjahitan yang dilakukan
dipuskesmas karena luka robeknya. Pasien merasakan
nyeri hebat pada kaki kanannya, pergerakan yang terbatas
namun tidak didapatkan adanya keluhan mati rasa
ataupun kesemutan.

RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU

11/16/16

1.Riwayat
Tekanan Darah
Tinggi
2.Riwayat
Kencing Manis
3.Riwayat
penyakit hati
atau kuning
4.Riwayat
Mondok
sebelumnya
5.Riwayat Alergi

: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal

RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
1.Riwayat
Tekanan Darah
Tinggi
2.Riwayat
Kencing Manis
3.Riwayat
penyakit hati
atau kuning
4.Riwayat Alergi

11/16/16

: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien bekerja sebagai buruh bangunan, istri ibu rumah
tangga, memiliki 2 orang anak yang masih sekolah.
Biaya perawatan menggunakan BPJS non PBI. Kesan :
sosial ekonomi kurang.

11/16/16

PEMERIKSAAN FISIK

dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016

Inspeksi Umum

Keadaan Umum
Postur
Gait
IMT

:
:
:
:

tampak sakit sedang, VAS = 3


dalam batas normal
Antalgic Gait
22,04 (Normal)

PEMERIKSAAN FISIK

dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016

Status Neurologis

Kesadaran
: compos mentis, GCS E4V5M6 = 15
Fungsi Luhur
: Atensi bagus, memori bagus, bahasa lancar
Fungsi Vegetatif
: inkotinensia (-)
Fungsi Sensorik
: defisit neurologis (-)
Pemeriksaan Motorik dan reflek

Reflek Fisiologis

Kekuatan
5

TDE

Tidak

dilakukan

Tonus
N
Tidak

Reflek Patologis
N
N

Tidak

dilakuka

dilakuka

Nervus Cranialis : dalam batas normal

a.Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) / Range of Movement (ROM)


Ekstremitas

Inferior
Dextra

Sinistra

Gerak

terbatas

Tonus

normotonus

Normotonus

Trofi

eutrofi

eutrofi

LGS

1200
300
450
300
350
450

1200
300
450
300
350
450

1350
00

200
500

350
150

Hip
Fleksi
Ekstensi
Abduktsi
Adduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Knee
Fleksi
Ekstensi
Ankle
Dorso fleksi
Plantar fleksi
Foot
Inversi
Eversi

TDE

TDE
TDE
TDE
350
150

b.Pemeriksaan Kekuatan Otot / Manual Muscle Testing (MMT)


Ekstremitas Inferior
Hip

Dextra

Sinistra

Fleksor

m.Psoas Mayor

Ekstensor

m.Gluteus Maksimus

Abduktor

m.Gluteus Medius

Adduktor

m.Adductor Longus

Knee

Fleksor

Harmstring Muscle

-TDE

Ekstensor

Quadricep Femoris

-TDE

Ankle

Fleksor

m.Tibialis

- TDE

m.Soleus

- TDE

( tanggal 22 Oktober 2016 )


LABORATORIUM
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

Hematologi Lengkap
Hemoglobin

13.9

g/dl

13.0-18.0

Jumlah Eritrosit

4.43

10^6/uL

4.50-6.20

39.4

40.0-54.0

MCV

88.9

fL

81.0-99.0

MCH

31.4

pg

27.0-31.0

35.3

g/L

33.0-37.0

Eosinofil

0.8

0-4

Basofil

0.3

0-1

Neutrofil

83.4

50-70

11.6

20-40

3.9

2-8

PT

11

detik

10-14

APTT

33

detik

22-30

(L)
Hematokrit
(L)

(L)
MCHC
Hitung Jenis

(H)
Limfosit
(L)
Monosit
Koagulasi

(H)

Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis Pre Operatif


Fraktur tertutup segmental regio cruris
dekstra, displaced


11/16/16

Impairment
1)Fraktur tertutup segmental regio cruris dekstra,
displaced
2)Edem sekitar regio cruris dan ankle dekstra
Disabilitas
1)Belum mampu berjalan secara mandiri
2)Adanya gangguan aktivitas fungsional seperti ke
toilet
Functional Limitation
Pasien tidak dapat melakukan pekerjaannya
sebagai buruh bangunan

11/16/16

Fisioterapi
1)Alih baring pasien tiap 2 jam
2)Mobilisasi bertahap dilakukan sesegera mungkin tanpa
menunggu nyeri berkurang.
3)Latihan fisik ( non-modalitas ): Pada tungkai yang terpapar :
AROM-AAROM exercise, isometric strengthening exercise ; Pada
tungkai yang sehat ( anggota gerak atas d/s, anggotak gerak
bawah s) : isotonic strengthening exercise
4)Modalitas terapi : Infrared (IR), Trans Electrical Nerve
Stimulation (TENS), Krioterapi

Terapi Okupasi
1)Latihan peningkatan ADL personal
2)Latihan Proper Body Mechanic (posisi tubuh yang benar saat
beraktivitas)
Ortotik Prostetik
11/16/16
1)Pemakaian
alat bantu jalan berupa kruk

Psikologi
1)Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar
mentaati hal-hal yang perlu menjadi perhatian dan
menjalankan program rehabilitasi yang telah ditentukan.
2)Mengurangi stress akibat rasa nyeri yang dialami pasien

Sosial Medik
Evaluasi status sosial ekonomi dan kondisi rumah pasien
Edukasi:
1)Jangan menapakkan kaki/berjalan sebelum anjuran dokter
2)Selalu menggerakkan kaki baik disisi yang patah maupun
tidak
11/16/16

Hari / Tanggal : Selasa 25 Oktober 2016


Subjective
Pasien mengeluh
nyeri hebat pada
luka
bekas
operasi.

Objective
Ku : tampak sakit sedang
Kes : CM
Status lokalis regio cruris
dextra :
1.Look
Pembengkakan (+)
kemerahan (+)
2.Feel
Nyeri tekan (+) Panas
pada perabaan (+),
3.Movement
a.MMT : TDE
b.ROM (Aktif/Pasif) :
Knee
Fleksi : 100 / 200
Ekstensi : 00 / 00
Ankle :
Dorsofleksi : 100
Plantarfleksi : 200

Assesment
Post
ORIF
H+1
e/c
Fraktur
tertutup 1/3
distal
tibia
fibula dekstra
segmented,
displaced

Plan
-Mengatasi
nyeri
Mengembalik
an ROM
-Memperbaiki
kekuatan
-Mencegah
komplikasi
-pemberian
alat
bantu
berjalan
berupa 2 kruk

Prog. RM
FT :elevasi pada
tungkai
yang
terkena
-PROM exc. pada
knee, ankle dan
foot
-Strengthening
exc : isometrik exc
(pada
area
fraktur ), isotonik
exc
-Modalitas terapi :
Krioterapi
regio
cruris dextra
OP:Crutches
bilateral

Hari / Tanggal : Rabu 26 Oktober 2016


Subjective

Objective

Pasien
Ku
:
tampak
sakit
mengeluh nyeri sedang, VAS=3
sedang
pada Kes : CM
luka
bekas Status
lokalis
regio
operasi.
cruris dextra :
1.Look
Pembengkakan (+)
kemerahan (+)
2.Feel
Nyeri tekan (+) Panas
pada perabaan (+),
edem (+)
3.Movement
a.MMT : 2
b.ROM (aktif assistif) :
Knee :
Fleksi : 200
Ekstensi : 00
Ankle :
Dorsofleksi : 200
Plantarfleksi : 500

Assesment

Plan

Prog. RM

Post
ORIF
H+2
e/c
Fraktur
tertutup
segmental,
regio
cruris
dekstra,
displaced

-Mengatasi
nyeri,
VAS
=0
-mengurangi
oedem
Mengembalik
an ROM
Memperbaiki
kekuatan
-Mencegah
komplikasi
-Ambulasi
NWB

-elevasi
pada
tungkai
yang
terkena
-AROM/AAROM
exc. pada knee,
ankle dan foot
-isometric
strengthening exc
(pada
tungkai
bawah kanan ),
isotonik
strengthening exc
( pada anggota
gerak atas d/s dan
anggota
gerak
bawah kiri )
-Modalitas terapi :
Cryotheraphy
regio cruris dextra
-Ambulasi
NWB
dengan 2 kruk
OP
:
crutches
bilateral

Hari / Tanggal : Kamis 27 Oktober 2016


Subjective

Objective

Assesment

Plan

Prog. RM

Pasien
mengeluh nyeri
ringan pada luka
bekas operasi.

Ku : tampak sakit ringan


Kes : CM
Status
lokalis
regio
cruris dextra :
1.Look
Pembengkakan (+)
kemerahan (+)
2.Feel
Nyeri tekan (+) Panas
pada perabaan (+),
edem (+)
3.Movement
a.MMT : 3
b.ROM (aktif) :
Knee :
Fleksi : 1350
Ekstensi : 00
Ankle :
Dorsofleksi : 200
Plantarfleksi : 500

Post
ORIF
H+3
e/c
Fraktur
tertutup
segmental
regio
cruris
dekstra,
displaced

-Mengatasi
nyeri,
VAS
=0
-mengurangi
oedem
Mengembalik
an ROM
Memperbaiki
kekuatan
-Mencegah
komplikasi
-Ambulasi
non
weight
bearing

-elevasi
pada
tungkai
yang
terkena
-AROM/AAROM
exc. pada knee,
ankle dan foot
-isometric
strengthening exc
(pada
tungkai
bawah kanan ),
isotonik
strengthening exc
( pada anggota
gerak atas d/s dan
anggota
gerak
bawah kiri )
-ambulasi
NWB
dengan 2 kruk
-Modalitas terapi :
Cryotheraphy
regio cruris dextra
OP:Crutches
bilateral


11/16/16

Refleksi kasus
Pasien seorang laki-laki berinisial B, usia 42 tahun, seorang buruh
bangunan. Pasien datang rujukan dari puskesmas dengan keluhan nyeri
pada tungkai bawah kanan setelah mengalami kecelakaan motor pada
tanggal 22 Oktober 2016. Dari hasil pemeriksaan radiologi didapatkan
Fraktur tertutup1/3 distal Tibia Fibula dekstra, segmented, displaced.
Kemudian di RS orthopedi, pasien mendapat penanganan operatif berupa
ORIF. Untuk mengembalikan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari,
dibuat program rehabilitasi medik untuk memulihkan anggota gerak yang
terkena, program tersebut antara lain latihan fisik, modalitas terapi, alat
bantu

jalan

serta

memberi

motivasi

melaksanakan program rehabilitasi.

kepada

pasien

agar

selalu

Refleksi kasus

Dalam kehidupan sehari-hari, kecelakaan lalu lintas merupakan


penyebab nomor satu munculnya patah tulang akibat trauma
langsung di Indonesia. Salah satunya adalah fraktur pada tulang tibia
dan fibula. Fraktur pada daerah ini dapat mengakibatkan
terganggunya aktivitas fisik berupa berjalan sehingga problema
pengelolaan trauma pada tulang ini mempunyai arti sosial dan ilmu
kedokteran yang cukup penting.

Pada kasus ini dilakukan pemasangan ORIF sebagai fiksasi untuk


mempertahankan posisi regio cruris dextra.

Anda mungkin juga menyukai