Dipresentasikan Oleh :
Rizma Alfiani Rachmi
(J510155024)
Aldino Siwa Putra
(J510155096)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat
banyak menyita perhatian masyarakat. Dengan mobilitas
yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia
sebagai salah satu penyebab paling sering terjadinya
kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab
yang lain dapat dikarenakan kecelakaan kerja, olah raga dan
rumah tangga.
Definisi
Shaft Fracture Tibia/Fibula adalah fraktur pada bagian
diafisis tibia/fibula yang biasanya tidak meliputi bagian
artikular atau regio metafisis ( Hoppenfeld S. and Murthy
L.V, 2000).
11/16/16
Fase Penyembuhan
Fraktur
11/16/16
Gartland, 1974
Perubahan Patologi
Perubahan patologi segera setelah dilakukan operasi
adalah sebagai berikut :
11/16/16
Kisner, 1996
Pada pasien dengan fraktur paska operasi , komplikasi lanjut yang mungkin terjadi
yang berhubungan dengan setelah dilakukannya tindakan operasi, antara lain:
Garrison, 1996
Bloch, 1986
terdapat keterbatasan
aktifitas fungsional terutama
berdiri dan berjalan
kesulitan dalam
melakukan
aktivitasnya
sebagai seorang
buruh karena
pasien mengalami
gangguan dalam
aktivitas berjalan
Garrison, S. J, 1996
Normal
Functional
00-1300/1400
1100
00
00
Dorsiflexion
00-250
100
Plantarflexion
00-400
200
Knee
Flexion
Extension
Ankle
3. Tujuan Fungsi :
Menormalkan pola gait.
4. Perkiraan waktu penyembuhan tulang :
10 sampai 12 minggu
5. Perkiraan durasi rehabilitasi
12 sampai 24 minggu
11/16/16
11/16/16
11/16/16
Modalitas Terapi
Modalitas yang menggunakan energi untuk efek terapi nya
sering diresepkan pada bagian terapi fisik dan rehabilitasi. Yang
termasuk diantaranya adalah :
11/16/16
Modalitas Terapi
Modalitas yang menggunakan energi untuk efek terapi nya
sering diresepkan pada bagian terapi fisik dan rehabilitasi. Yang
termasuk diantaranya adalah :
11/16/16
Program Rehabilitasi
Hari pertama sampai dengan 1 minggu
setelah
Medik
cedera
Tatalaksana pada bagian Rehabilitasi Medik antara lain
:
Hindari gerakan rotasi dengan kaki menginjak lantai
Range of Motion : Mulailah active range of motion atau
active-assisted ROM exercices pada lutut dan
pergelangan kaki jika tidak di cast.
Kekuatan Otot : Latihan isometrik pada otot
quadriceps, tibialis dan gastroc-soleus
Aktivitas Fungsional : ambulasi non-weight bearing
dengan alat bantu jalan ( Hoppenfeld S. And Murthy
L.V, 2000).
11/16/16
Program Rehabilitasi
Medik
2 minggu setelah cedera
Pada tahap ini nyeri dan bengkak juga seharusnya
telah berkurang. Gerakan aktif dari lutut dan
pergelangan kaki harus dapat dilakukan dan pasien
seharusnya tidak mempunyai masalah pada panggul.
Pasien dapat dianjurkan untuk menulis alfabet
menggunakan kaki sehingga pergelangan kaki dan
kaki dapat bergerak kesemua bidang.
Lanjutkan latihan isometrik untuk quadricep dengan
latihan isotonik dan isometrik untuk pergelangan kaki/
Ootot gastrocnemius berperan sebagai pompa
vaskular, mencegah adanya penumpukan darah pada
kaki.
11/16/16
Program Rehabilitasi
Medik
4 sampai dengan 6 minggu setelah cedera
Pada tahap ini pasien seharusnya memiliki lingkup
gerak sendi pada ankle dan knee joint yang lengkap
tanpa adanya ketidaknyamanan.
Tatalaksana pada bagian Rehabilitasi Medik, antara
lain :
Hindari gerakan rotasi dengan kaki menginjak lantai
Range of Motion : Active range of motion pada lutut
dan pergelangan kaki jika tidak di cast.
Kekuatan Otot : Latihan isometrik dan isotonik pada
lutut dan pergelangan kaki
Aktivitas Fungsional : ambulasi non-weight bearing
dengan alat bantu jalan ( Hoppenfeld S. And Murthy
L.V, 2000).
11/16/16
Program Rehabilitasi
Medik
8 sampai dengan 12 minggu
Pada tahap ini area fraktur mulai stabil. Merupakan
fase remodelling awal dimana pada pemeriksaan
radiografi seharusnya telah terlihat kalus pada
permukaan posterolateral dari tibia. Garis fraktur
seharusnya sudah mulai menghilang.
Program rehabilitasi medik yang dilakukan sama
dengan sebelumnya. Hanya pada tahap ini dimulai
weight bearing yang lebih progresif secara bertahap
( jika pada hasil radiografi menunjukkan fiksasi fraktur
yang telah stabil ) ( Hoppenfeld S. And Murthy L.V,
2000).
11/16/16
Program Rehabilitasi
Medik
3 sampai 6 bulan
11/16/16
Program Rehabilitasi
Medik
>6 bulan
Aktivitas fungsional normal yang biasa dilakukan
sehari-hari telah diperbolehkan. Namun, olahraga
tidak direkomendasikan untuk dilakukan selama satu
tahun ( Akin K. et al,1996 ).
11/16/16
Identitas Pasien
Nama
: Tn.B
Umur
: 42 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Lingkungan 9
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh Bangunan
No.RM
: 296***
Biaya
: BPJS Non PBI
Tanggal Pemeriksaan : 24 Oktober 2016
( di Bangsal Parangkusumo )
11/16/16
Keluhan Utama
Patah pada tulang
kering tungkai kanan
11/16/16
Riwayat Penyakit
Sekarang
11/16/16
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
11/16/16
1.Riwayat
Tekanan Darah
Tinggi
2.Riwayat
Kencing Manis
3.Riwayat
penyakit hati
atau kuning
4.Riwayat
Mondok
sebelumnya
5.Riwayat Alergi
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
1.Riwayat
Tekanan Darah
Tinggi
2.Riwayat
Kencing Manis
3.Riwayat
penyakit hati
atau kuning
4.Riwayat Alergi
11/16/16
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
11/16/16
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi Umum
Keadaan Umum
Postur
Gait
IMT
:
:
:
:
PEMERIKSAAN FISIK
Status Neurologis
Kesadaran
: compos mentis, GCS E4V5M6 = 15
Fungsi Luhur
: Atensi bagus, memori bagus, bahasa lancar
Fungsi Vegetatif
: inkotinensia (-)
Fungsi Sensorik
: defisit neurologis (-)
Pemeriksaan Motorik dan reflek
Reflek Fisiologis
Kekuatan
5
TDE
Tidak
dilakukan
Tonus
N
Tidak
Reflek Patologis
N
N
Tidak
dilakuka
dilakuka
Inferior
Dextra
Sinistra
Gerak
terbatas
Tonus
normotonus
Normotonus
Trofi
eutrofi
eutrofi
LGS
1200
300
450
300
350
450
1200
300
450
300
350
450
1350
00
200
500
350
150
Hip
Fleksi
Ekstensi
Abduktsi
Adduksi
Endorotasi
Eksorotasi
Knee
Fleksi
Ekstensi
Ankle
Dorso fleksi
Plantar fleksi
Foot
Inversi
Eversi
TDE
TDE
TDE
TDE
350
150
Dextra
Sinistra
Fleksor
m.Psoas Mayor
Ekstensor
m.Gluteus Maksimus
Abduktor
m.Gluteus Medius
Adduktor
m.Adductor Longus
Knee
Fleksor
Harmstring Muscle
-TDE
Ekstensor
Quadricep Femoris
-TDE
Ankle
Fleksor
m.Tibialis
- TDE
m.Soleus
- TDE
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hematologi Lengkap
Hemoglobin
13.9
g/dl
13.0-18.0
Jumlah Eritrosit
4.43
10^6/uL
4.50-6.20
39.4
40.0-54.0
MCV
88.9
fL
81.0-99.0
MCH
31.4
pg
27.0-31.0
35.3
g/L
33.0-37.0
Eosinofil
0.8
0-4
Basofil
0.3
0-1
Neutrofil
83.4
50-70
11.6
20-40
3.9
2-8
PT
11
detik
10-14
APTT
33
detik
22-30
(L)
Hematokrit
(L)
(L)
MCHC
Hitung Jenis
(H)
Limfosit
(L)
Monosit
Koagulasi
(H)
Pemeriksaan Radiologi
11/16/16
Impairment
1)Fraktur tertutup segmental regio cruris dekstra,
displaced
2)Edem sekitar regio cruris dan ankle dekstra
Disabilitas
1)Belum mampu berjalan secara mandiri
2)Adanya gangguan aktivitas fungsional seperti ke
toilet
Functional Limitation
Pasien tidak dapat melakukan pekerjaannya
sebagai buruh bangunan
11/16/16
Fisioterapi
1)Alih baring pasien tiap 2 jam
2)Mobilisasi bertahap dilakukan sesegera mungkin tanpa
menunggu nyeri berkurang.
3)Latihan fisik ( non-modalitas ): Pada tungkai yang terpapar :
AROM-AAROM exercise, isometric strengthening exercise ; Pada
tungkai yang sehat ( anggota gerak atas d/s, anggotak gerak
bawah s) : isotonic strengthening exercise
4)Modalitas terapi : Infrared (IR), Trans Electrical Nerve
Stimulation (TENS), Krioterapi
Terapi Okupasi
1)Latihan peningkatan ADL personal
2)Latihan Proper Body Mechanic (posisi tubuh yang benar saat
beraktivitas)
Ortotik Prostetik
11/16/16
1)Pemakaian
alat bantu jalan berupa kruk
Psikologi
1)Memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga agar
mentaati hal-hal yang perlu menjadi perhatian dan
menjalankan program rehabilitasi yang telah ditentukan.
2)Mengurangi stress akibat rasa nyeri yang dialami pasien
Sosial Medik
Evaluasi status sosial ekonomi dan kondisi rumah pasien
Edukasi:
1)Jangan menapakkan kaki/berjalan sebelum anjuran dokter
2)Selalu menggerakkan kaki baik disisi yang patah maupun
tidak
11/16/16
Objective
Ku : tampak sakit sedang
Kes : CM
Status lokalis regio cruris
dextra :
1.Look
Pembengkakan (+)
kemerahan (+)
2.Feel
Nyeri tekan (+) Panas
pada perabaan (+),
3.Movement
a.MMT : TDE
b.ROM (Aktif/Pasif) :
Knee
Fleksi : 100 / 200
Ekstensi : 00 / 00
Ankle :
Dorsofleksi : 100
Plantarfleksi : 200
Assesment
Post
ORIF
H+1
e/c
Fraktur
tertutup 1/3
distal
tibia
fibula dekstra
segmented,
displaced
Plan
-Mengatasi
nyeri
Mengembalik
an ROM
-Memperbaiki
kekuatan
-Mencegah
komplikasi
-pemberian
alat
bantu
berjalan
berupa 2 kruk
Prog. RM
FT :elevasi pada
tungkai
yang
terkena
-PROM exc. pada
knee, ankle dan
foot
-Strengthening
exc : isometrik exc
(pada
area
fraktur ), isotonik
exc
-Modalitas terapi :
Krioterapi
regio
cruris dextra
OP:Crutches
bilateral
Objective
Pasien
Ku
:
tampak
sakit
mengeluh nyeri sedang, VAS=3
sedang
pada Kes : CM
luka
bekas Status
lokalis
regio
operasi.
cruris dextra :
1.Look
Pembengkakan (+)
kemerahan (+)
2.Feel
Nyeri tekan (+) Panas
pada perabaan (+),
edem (+)
3.Movement
a.MMT : 2
b.ROM (aktif assistif) :
Knee :
Fleksi : 200
Ekstensi : 00
Ankle :
Dorsofleksi : 200
Plantarfleksi : 500
Assesment
Plan
Prog. RM
Post
ORIF
H+2
e/c
Fraktur
tertutup
segmental,
regio
cruris
dekstra,
displaced
-Mengatasi
nyeri,
VAS
=0
-mengurangi
oedem
Mengembalik
an ROM
Memperbaiki
kekuatan
-Mencegah
komplikasi
-Ambulasi
NWB
-elevasi
pada
tungkai
yang
terkena
-AROM/AAROM
exc. pada knee,
ankle dan foot
-isometric
strengthening exc
(pada
tungkai
bawah kanan ),
isotonik
strengthening exc
( pada anggota
gerak atas d/s dan
anggota
gerak
bawah kiri )
-Modalitas terapi :
Cryotheraphy
regio cruris dextra
-Ambulasi
NWB
dengan 2 kruk
OP
:
crutches
bilateral
Objective
Assesment
Plan
Prog. RM
Pasien
mengeluh nyeri
ringan pada luka
bekas operasi.
Post
ORIF
H+3
e/c
Fraktur
tertutup
segmental
regio
cruris
dekstra,
displaced
-Mengatasi
nyeri,
VAS
=0
-mengurangi
oedem
Mengembalik
an ROM
Memperbaiki
kekuatan
-Mencegah
komplikasi
-Ambulasi
non
weight
bearing
-elevasi
pada
tungkai
yang
terkena
-AROM/AAROM
exc. pada knee,
ankle dan foot
-isometric
strengthening exc
(pada
tungkai
bawah kanan ),
isotonik
strengthening exc
( pada anggota
gerak atas d/s dan
anggota
gerak
bawah kiri )
-ambulasi
NWB
dengan 2 kruk
-Modalitas terapi :
Cryotheraphy
regio cruris dextra
OP:Crutches
bilateral
11/16/16
Refleksi kasus
Pasien seorang laki-laki berinisial B, usia 42 tahun, seorang buruh
bangunan. Pasien datang rujukan dari puskesmas dengan keluhan nyeri
pada tungkai bawah kanan setelah mengalami kecelakaan motor pada
tanggal 22 Oktober 2016. Dari hasil pemeriksaan radiologi didapatkan
Fraktur tertutup1/3 distal Tibia Fibula dekstra, segmented, displaced.
Kemudian di RS orthopedi, pasien mendapat penanganan operatif berupa
ORIF. Untuk mengembalikan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari,
dibuat program rehabilitasi medik untuk memulihkan anggota gerak yang
terkena, program tersebut antara lain latihan fisik, modalitas terapi, alat
bantu
jalan
serta
memberi
motivasi
kepada
pasien
agar
selalu
Refleksi kasus