Anda di halaman 1dari 25

FARMASI FISIK

DISPERSI KASAR :
SEMI SOLID
KELOMPOK 1

DEWI NAWWAR SARI DINA PUTRI MARINA ENI ARISTA MUHAMMAD AKHBAR
(2201011049 ) PANJAITAN (2201011225) (2201011051) (2201011055)

NAZWA ADILLAH PUTRI SALSABILA SUCI ANGGITA PUSPITA


(2201011060) (2201011070) (2201011079)
Pengertian
Dispersi kasar adalah campuran heterogen antara fase
terdispersi padat dan medium pendispersi cair.

Dispersi kasar semi solid adalah sebuah sistem dispersi


yang terdiri dari fase terdispersi padat dan medium
pendispersi semi solid.

Fase terdispersi memiliki ukuran partikel lebih besar dari


10-5 cm, sehingga dapat dibedakan dari medium
pendispersi. Contoh dispersi kasar semi solid adalah salep,
Penggolongan Sediaan Semi Solid

Krim Gel Salep Pasta

Krim (cremores) adalah Gel merupakan sistem


bentuk sediaan setengah semi padat, Salep (unguents) adalah Pasta adalah salep yang
padat berupa padat berupa penampakannya jernih preparat setengah padat mengandung lebih dari
emulsi yang mengandung dan tembus cahaya untuk pemakaian luar 50% zat padat serbuk.
satu atau lebih bahan obat
yang terlarut atau Menurut farmakope
terdispersi dalam bahan Indonesia edisi ke-3
dasar yang sesuai dan adalah sediaan berupa
mengandung air tidak masa lembek yang
kurang dari 60% dimaksudkan untuk
pemakaian luar
Sifat Fisik Sediaan
Krim
Syarat – syarat sediaan krim
1. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu,
krim harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.

2. Lunak Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk
yang dihasilkan menjadi lunak serta homogen.

3. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling


mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
4. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata
melaluidasar krim padat atau cair pada penggunaan
Penggolongan krim

Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni

1. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold cream
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa dingin dan nyaman pada
kulit.

2. Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream. Vanishing
cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan, melembabkan dan
sebagai alas bedak.
Evaluasi krim
Evaluasi Mutu Krim Sediaan topikal, mata dan yang berhubungan dengan hidung, dalam kategori ini adalah
salep, krim, lotion, pasta, gel, dan aerosol non-material untuk kulit.
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses evaluasi mutu krim, antara lain organoleptik, pH, daya
sebar, penentuan ukuran droplet, dan aseptabilitas sediaan. Beberapa pengujian yang dilakukan dalam
proses evaluasi mutu krim, antara lain:

1. Organoleptik Uji
Organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan alat indera manusia sebagai alat ukur
terhadap penilaian suatu produk. Indera manusia adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor,
terdiri dari indra penglihatan, penciuman, pencicipan, perabaan dan pendengaran. Proses pengindraan
terdiri dari tiga tahap, yaitu adanya rangsangan terhadap indra oleh suatu benda, akan diteruskan oleh sel-
sel saraf dan datanya diproses oleh otak sehingga kita memperoleh kesan tertentu terhadap benda tersebut.

2.Uji pH
Semakin asam suatu bahan yang mengenai kulit dapat mengakibatkan kulit menjadi kering, pecah-pecah,
dan mudah terkena infeksi. Maka dari itu sebaiknya pH kosmetik diusahakan sama atau sedekat mungkin
dengan pH fisiologis kulit yaitu: antara 4,5-6,5.
3.Homogenitas
Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit krim di atas kaca objek dan diamati
susunan partikel yang terbentuk atau ketidakhomogenan partikel terdispersi dalam krim yang terlihat pada
kaca objek.

4. Daya sebar
Evaluasi ini dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas kaca yang berskala. Kemudian,
bagian atasnya diberi kaca yang sama dan ditingkatkan bebannya, dengan diberi rentang waktu 1-2 menit.
Selanjutnya, diameter penyebaran diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar
(dengan waktu tertentu secara teratur).

5. Penentuan ukuran droplet


Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim, digunakan alat biologi bernama mikroskop. Caranya,
sediaani diletakkan pada gelas objek, kemudian diperiksa adanya tetesan- tetesan fase dalam ukuran dan
penyebarannya.
6. Viskositas
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan
didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan
datar melewati permukaan datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang di antara permukaan tersebut
diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya.

7. Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah cara untuk
mengkarakteristikkan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan melalui angka ukur Alat yang digunakan
untuk mengukurnya disebut penetrometer.

8. Uji kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
sebaliknya (ketidaksukaan). Di samping penulis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya,
mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik.
9. Stabilitas
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dan kimia
dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini dihubungkan dengan menggunakan sampel
obat dengan kemurnian yang diketahui.Ketidakstabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk,
karena obat-obat yang digunakan sekarang adalah konstituen kimia yang beraneka ragam.
Sifat Fisik Sediaan Gel
• Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau
makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.
•Gel menunjukkan kondisi fisik dan sifat intermediet antara bentuk padatan dan cairan.
•Gel dapat dibedakan menjadi gel satu fase dan gel dua fase. Gel satu fase adalah gel yang makromolekulnya
disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya.
•Gel membutuhkan basis yang bersifat polimer, yaitu polimer alami, semi sintetis, atau sintetis.
•Gel dapat dibuat dengan proses peleburan atau proses khusus yang diperlukan untuk gel tertentu. Gel juga
dapat ditambahkan dengan bahan-bahan lain seperti antioksidan, pengawet, stabilisator, dan zat aktif.
Syarat syarat sediaan gel
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi ialah inert,aman dan tidak bereaksi dengan
komponen lain.
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama
penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh
pengocokan dalam botol,pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan
gel yang sulit untuk menyebar dan penetrasi obat di dalam kulit.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah
pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang
dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan
membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
7. Sediaan gel harus memiliki daya lekat yang besar pada tempat yang diobati karena sediaan tidak mudah
lepas sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan .
Karakteristik Gel
• Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi
pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi di antara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut
dengan gel.
• Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan
berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk
massa gel yang tegar.
• Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya
pada air yang dingin membentuk larutan yang kental.
• Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi
secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut).
• Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol
menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel.
• Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang khas dan menunjukkan jalan aliran non-Newton yang dikarakterisasi oleh penurunan
viskositas dan peningkatan laju aliran.

Pengujian Mutu Fisik

Pengujian mutu fisik sediaan gel bertujuan untuk mengevaluasi sediaan dan membandingkan dengan
standart yang ada pada literatur. Terdapat beberapa evaluasi sediaan gel yaitu sebagai berikut:
Daya lekat Uji organoleptis Uji homogenitas

Uji daya lekat adalah uji


yang dilakukan secara Pemeriksaan
visual dengan melihat Organoleptis merupakan homogenitas dapat
apakah sediaan dapat pengujian kualitas suatu dilakukan secara visual.
melekat sempurna apa tidak bahan atau produk Homogenitas gel
pada objeknya ketika menggunakan panca diamati pada kaca objek
diaplikasikan pada kulit. indra manusia. di bawah cahaya,
Daya lekat merupakan diamati apakah terdapat
kemampuan sediaan untuk bagian-bagian yang
menempel pada lapisan tidak tercampurkan
epidermis dengan baik. Gel yang
stabil harus
menunjukkan susunan
yang homogen.
Uji pH Uji viskositas Uji daya sebar
Viskositas merupakan
Nilai pH idealnya sama
gambaran suatu benda
dengan pH kulit atau Uji daya sebar
cair untuk mengalir.
tempat pemakaian. Hal ini dilakukan untuk
Viskositas menentukan
bertujuan untuk mengetahui kemampuan
sifat sediaan dalam hal
menghindari iritasi. pH penyebaran sediaan gel
campuran dan sifat
normal kulit manusia saat dioleskan dikulit.
alirnya, pada saat
berkisar antara 4,5-6,5.
diproduksi, dimasukkan
ke dalam kemasan, serta
sifat-sifat penting pada
saat pemakaian, seperti
konsistensi, daya sebar,
dan kelembaban.
Daya sebar sediaan semi padat berkisar pada diameter 3 cm-5 cm.
Contoh formulasi:

R/ Tiap 100 g mengandung 500 mg piroksikam.


Carbopol 940 5 g
Trietanolamin 3g
Tween 80 5 g
Aquadest ad 100 g

Sifat Fisik Sediaan Salep




Berbentuk setengah padat dan homogen.
Berwarna sesuai dengan bahan penyusunnya.
"
 Berbau sesuai dengan bahan penyusunnya atau tidak berbau.
 Memiliki tekstur yang halus dan lembut.
 Memiliki viskositas yang cukup untuk melekat pada kulit tetapi tidak terlalu kental
atau encer.
 Memiliki daya sebar yang baik sehingga mudah dioleskan pada kulit.
 Memiliki daya lekat yang baik sehingga tidak mudah terlepas dari kulit.
 Memiliki pH yang sesuai dengan kulit (5-6).
Persyaratan Salep Menurut FI Edisi III

1. Pemerian: tidak boleh bau tengik


2. Kadar: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) yang
digunaakan vaselin putih (vaselin album), tergantung dari sifat bahan obat dan
tujuan pemakaian salep, dapat Dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut:
a. Dasar salep hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kunig, malam putih atau
malam kunig atau campurannya.
b. Dasar salep serap: lemak, bulu domba campuran 3 bagian kolestrol dan 3 bagian
stearil alcohol, campuran 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih.
c.Dasar salep yang dapat larut dalam air
d. Dasar salep yangdapat dicuci dengan air
3. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
yang cocok harus menunjukan susunan yang homogen.
4. Penandaan: etiket harus tertera "obat luar "
Karakteristik dan Sifat Salep

1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada
suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen, sebab salep
digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. Dasar
salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
4. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada
pengobatan.

Sifat Fisik Sediaan Salep


 Berbentuk setengah padat dan homogen.
 Berwarna sesuai dengan bahan penyusunnya.
 Berbau sesuai dengan bahan penyusunnya atau tidak berbau.
 Memiliki tekstur yang halus dan lembut.
 Memiliki viskositas yang cukup untuk melekat pada kulit tetapi tidak terlalu kental atau encer.
 Memiliki daya sebar yang baik sehingga mudah dioleskan pada kulit.
 Memiliki daya lekat yang baik sehingga tidak mudah terlepas dari kulit.
 Memiliki pH yang sesuai dengan kulit (5-6).
Persyaratan Salep Menurut FI Edisi III
1. Pemerian: tidak boleh bau tengik
2. Kadar: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) yang digunaakan vaselin putih (vaselin
album), tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat Dipilih beberapa bahan dasar
salep sebagai berikut:
a. Dasar salep hidrokarbon: vaselin putih, vaselin kunig, malam putih atau malam kunig atau campurannya.
b. Dasar salep serap: lemak, bulu domba campuran 3 bagian kolestrol dan 3 bagian stearil alcohol, campuran 8
bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih.
c.Dasar salep yang dapat larut dalam air
d. Dasar salep yangdapat dicuci dengan air
3. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok harus menunjukan
susunan yang homogen.
4. Penandaan: etiket harus tertera "obat luar “
Karakteristik dan Sifat Salep
1. Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada
suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
2. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen, sebab salep
digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
3. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. Dasar
salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
5. Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada
pengobatan.

Penggolongan Salep
Menurut Konsistensinya, salep digolongkan menjadi 5 golongan yaitu penjelasannya sebagai berikut:
1. Unguenta adalah salep yang memiliki konsistensi seperti mentega. Tidak mencair pada suhu biasa tetapi mudah
dioleskan tanpa memakai tenaga.
2. Cream adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
3. Pasta adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal karena
merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
4. Cerata adalah suatu salep berlemak yang mengandung presentase tinggi lilin (waxes), sehingga konsistensinya
lebih keras.
5. Gelones Spumae (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit atau tanpa
lilin.
Sifat Fisik Sediaan Pasta

 Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian luar atau topikal.
 Pasta memiliki konsistensi yang lebih kenyal dan kaku daripada salep, karena mengandung serbuk padat
yang tidak larut dalam jumlah besar (biasanya lebih dari 50%).
 Pasta menunjukkan aliran dilatan, yaitu aliran yang semakin sulit terjadi seiring dengan meningkatnya
gaya yang diberikan. Pasta juga memiliki nilai yield, yaitu gaya minimum yang harus diberikan agar pasta dapat
mengalir.
 Pasta dapat dibedakan menjadi pasta berlemak dan pasta tidak berlemak. Pasta berlemak dibuat
dengan mencampurkan serbuk padat dengan basis berlemak seperti vaselin atau parafin cair. Pasta tidak
berlemak dibuat dengan mencampurkan serbuk padat dengan basis tidak berlemak seperti gliserol, musilago,
atau sabun.
 Pasta memiliki daya absorbsi yang lebih besar daripada salep, sehingga sering digunakan untuk
mengabsorpsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian. Pasta juga dapat berfungsi sebagai antiseptik
atau pelindung kulit.
 Pasta tidak sesuai digunakan pada bagian tubuh yang berbulu, karena dapat menyebabkan iritasi atau
rasa tidak nyaman.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu sediaan pasta:

1. Bentuk butiran dan produk akhir pasti elastis.


2. Mudah menyatu dengan air, airnya tidak boleh menguap jika kulit terkena pasta namun tetap
melepaskan aromanya.
3. Tidak mudah terserang jamur pada daerah lembab dan tidak mudah teroksidasi ataupun
terlalu mudah lapuk.
4. Bentuk produk akhirnya berbentuk cair atau gel ataupun bentuk lainnya yang memudahkan
penggunaannya.
5. Pasta mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Bentuknya dapat berupa garam,
batang, atau cincin. Ukuran pasta harus sesuai dengan nama jenis dan aturan pemakaian.
6. warna putih atau sedikit kekuningan
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai