Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PRINSIP DAN TUJUAN


1.1 Prinsip Percobaan
1. Suspensi
Suspensi adalah suatu sistem dispersi kasar dimana partikel zat padat yang
sukar larut terdispersi secara merata dalam suatu medium cair.
2. Volume Sedimentasi
Rasio volume sediaan akhir dengan volume sediaan awal sebelum
terjadinya pengendapan
V
F= i
Vo
3. Derajat Flokulasi
Rasio volume sediaan suspensi flokulasi dengan volume akhir sediaan
suspensi deflokulasi
volume suspensi flokulasi
=
volume suspensi deflokulasi
4. Emulsi
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari butiran zat
cair yang terdistribusi secara merata ke seluruh medium yang tidak
bercampur
5. Redisperdibilitas
Suatu kemampuan sediaan untuk mendispersi kembali endapan yang
terjadi menjadi suatu sediaan yang homogen
6. Viskositas
Suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi
viskositasnya maka makin besar tahannya.
1.2 Tujuan Percobaan
Diharapkan mampu membuat sediaan suspense dan emulsi yang baik dan
dapat menetapkan parameter evaluasinya.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Dasar Teori

Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil yang dikenal sebagai


fase terdispersi yang terdistribusi secara merata keseluruh medium kontinu
atau medium dispersi. Bahan-bahan yang terdispersi bisa saja memiliki
ukuran partikel berdimensi atom atau molekul sampai partikel yang dapat
diukur dengan satuan milimeter. Oleh karena itu, cara paling mudah untuk
menggolongkan sistem dispersi adalah berdasarkan diameter dari partikel
rata-rata dari bahan yang terdispersi. Umumnya, sistem dispersi digolongkan
menjadi tiga, yaitu:
1. Dispersi kasar (suspensi)
Adalah partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar dari 100 nm.
2.
Dispersi
koloid
Adalah partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 nm 100 nm.
Sifat koloid berada antara larutan sejati dan suspensi.
3. Dispersi
molekuler
(larutan

sejati)

Adalah partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari 1 nm.
(Martin, 2008.).
perbedaan dispersi molekular, koloidal dan dispersi kasar adalah sebagai
berikut :
Larutan (Dispersi Molekuler)
Contoh : Larutan Gula
Homogen, tak dapat dibedakan

walaupun

menggunakan

mikroskop ultra
Diameter partikel lebih kecil dari 10-7cm.
Satu fase
Stabil
Tak dapat disaring dan tak memisah ketika didiamkan
Jernih
Bersifat transparan dan meneruskan cahaya
Koloid (Dispersi Koloid)
Contoh : susu
Secara makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika
diamati dengan mikroskop ultra (campuran antara homogen dan

heterogen)
Diameter partikel antara 10-7sampai 10-5cm.
Dua fase
Pada umumnya stabil

Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra dan tak

memisah ketika didiamkan


Tidak jernih
Suspensi (Dispersi Kasar)
Contoh : air kopi
Heterogen (Campuran)
Diameter partikel lebih besar dari 10-5cm
Dua fase
Tidak stabil
Dapat disaring dan memisah ketika didiamkan
Tidak jernih
Dapat menghamburkan cahaya
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel
obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa obat
dimana obat tersebut menunjukkan kelarutan yang sangat minimum.
Beberapa suspensi resmi diperdagangkan dalam bentuk siap pakai, ada juga
yang tersedia dalam bentuk serbuk kering (dry syrup) untuk disuspensikan
dalam cairan pembawa (umumnya berupa air), salah satu contohnya adalah
suspensi antibiotika yang biasa ditemukan dalam bentuk dry syrup.
Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan
suatu suspensi farmasetik yang baik. Di samping khasiat terapeutik, stabilitas
kimia dari komponen-komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk
estetik dari sediaan. Ada sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi:
1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat
mengendap secara lambat dan harus rata kembali bila
dikocok.
2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga
ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan
untuk yang lama pada penyimpanan.
3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat
dan homogen. (Ansel, 2005).
Terdapat beberapa point yang dapat menjadi penilai kestabilan
sediaan suspensi. Yaitu:
1. Volume sedimentasi

Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu)


terhadap volume mula-mula dari suspensi (Vo) sebelum
mengendap.
F=

Vi
Vo

2. Derajat flokulasi.
Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir
dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume
sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).
=

volume suspensi flokulasi


volume suspensi deflokulasi

3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan
redispersibilitas, membantu menemukan perilaku
pengendapan, mengatur vehicle dan susunan
partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu
temperatur diturunkan sampai titikbeku, lalu
dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara
ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok
menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel
dan sifat kristal. (Hoirul, 2010).
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan
obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan
pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok. Merupakan sistem dua fase,
yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. yang berukuran

0,1-100

mm,

yang

distabilkan

dengan

emulgator/surfaktan yang cocok.


Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi
sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi
digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak
dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak
yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase
internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam
minyak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang
tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal
sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
(Ansel, 2005).

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Cara Kerja
1. Pembuatan suspensi/emulsi
Zat aktif disuspensikan/diemulsikan dengan zat pesuspensi atau
emulgator yang ditentukan asisten, dengan variasi konsentrasi tertentu.
Dibuat pula blanko suspensi/emulsi tanpa zat pesuspensi/emuglator.
2. Pengamatan sedimentasi/creaming
Amati dan catat volume sedimentasi yang terjadi dalam interval waktu :
0, 15, 30, 60 dan 24 jam.
3. Tentukan redisperbilitas suspensi setelah 24 jam
3.2 Alat dan Bahan
Alat- alat :

Bahan :

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Motir
Stamper
Gelas Ukur
Corong
Batang Pengaduk
Magnetik stker
Bunsen
Kassa asbes
Botol
Beaker glass
Milimiter Blok

a. CMC
b. Paracetamol
c. air panas

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.2 Pembahasan

BAB V
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk


Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.
Aryani, Merliana. 2007. Perbandingan Larutan,
Koloid, dan Suspensi. Available online at
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_
web/2007/Merliana
%20Aryani/perbandingan.html [diakses
tanggal 24 Mei 2011]
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Hoirul. 2010. Emulsi dan Suspensi. Available
online

at

http://www.scribd.com/doc/25264308/EMULS
I-Www-hoirulblog-co-Cc-a-PengertianEmulsi-Adalah-Sediaan [diakses tanggal 30
Mei 2011]
Martin, Alfred. Swarwick. Cammarata. 2008.
Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press

Anda mungkin juga menyukai