Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suspensi merupakan suatu sediaan cair yang berisi sedikitnya satu bahan
aktif padatan yang tidak larut dalam pembawanya tetapi terdispersi di dalamnya.
British Pharmacopeia mendefinisikan suspense farmasetik sebagai sediaan cair
oral satu atau lebih zat aktif yang terdispersi pada suatu pembawa yang cocok. Zat
padat terdispersi tersebut dapat memisah secara perlahan – lahan namun dapat
segera terdispersi kembali dengan mudah. Berbeda dengan larutan yang semua zat
aktifnya terlarut, suspensi cenderung membentuk endapan sehingga diperlukan
penggojogan sebelum digunakan. (Aulton,1996).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus
yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus
dantidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan haris
segeraterdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk
menjaminstabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan
disebut sebagaiemulgator (Winfield, 2004).
Dalam suspensi, terdapat dua fase yaitu fase internal (fase terdispersi)
serta fase eksternal (medium disperse). Fase internal terdiri atas partikel padatan
yang tidak larut dengan range ukuran tertentu (untuk menjamin homogenitasnya)
yang terdispersi dalam fase eksternal dengan bantuan suatu suspending agent
tertentu (tunggal maupun kombinasi). Sedangkan fase eksternal pada umumnya
merupakan fase air tetapi dapat juga berupa fase organic atau cairan berminyak
untuk pemakaina non oral(Aulton,1996).
Suspensi merupakan sediaan dimana obatnya mempunyai rasa tidak enak
dan merupakan sediaan yang cocok untuk pengobatan kulit dan membrane
muskosa. Suspensi sirup antibiotika biasanya mengandung 25-500 mg partikel
padat perdosis. Untuk pemakaian kulit, kosmetik dan dimaksud pelindung
mengandung fase dispers 20%. Suspensi untuk parental mengandung 0,5-30%
partikel padat yang tersuspensi. Pemakaian injeksi masalah vikositas ukuran
partikel, faktor penting karena member efek depot terapi (Anief, 2007).
1.2 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pembuatan suspense merupakan terdispersinya suatu
fase sebagai partikel kecil keseluruh fase yang lain, dalam hal ini
pengembangan CMC Na dalam air panas kemudian ditambahkan tween
80, serta penambahan bahan obat lainya akan menimbukan terdispersinya
suatu fase keseluruahanf ase yang lain.
1.3 Tujuan Percobaan
 Mengetahui bentuk sediaan suspensi.
 Mengetahui bahan tambahan untuk sediaan suspensi.
 Mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan suspensi.
 Mengetahuipersyaratan evaluasi suspensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair (Dikjen POM, 1995).
Sediaan bentuk suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fasa cair. Parikel yang tidal larut
tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorbsi yang digunakan sebagai
obat dalam atau untuk pemakaian luar dengan tujuan penyalutan. Diameter
partikel suspensi >1μm, umumnya 10 – 50μm. Sasaran utama didalam merancang
sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi
dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi
dengan baik, jadi tidak untuk mencegah terjadinya pemisahan fasa(Ansel,1999).
Suspensi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan
kriteria tertentu. Berdasarkan tempat aplikasinya, suspensi digolongkan menjadi
suspensi oral, suspensi eksternal, dan suspensi parenteral. Berdasarkan proporsi
fase internalnya, suspensi digolongkan ke dalam dilute suspension (2 – 10% w/v)
dan concentrated suspension (50% w/v). Berdasarkan sifat elektrokinetik fase
internalnya digolongkan menjadi suspensi terflokulasi dan suspensi terdeflokulasi.
Sedangkan berdasarkan ukuran fase internalnya digolongkan menjadi suspensi
koloidal (1mikron), serta nano suspension (10nano). Dalam pembuatan suatu
suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik fase terdispersi dan
medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai afinitas
terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah ”dibasahi” oleh pembawa
tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh
pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu
atau mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk
mula-mula harus dibasahi dahulu dengan apa yang disebut ”zat pembasah” agar
serbuk tersebut lebih bisa dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan
cairan higroskopis lainnya digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa
air akan digunakan sebagai fase dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi
menggantikan udara dicelah-celah partikel, mendispersikan partikel tersebut dan
kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium dispersi ke dalam serbuk
(Aulton, 1996).
Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan
partikel-partikel menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill),
pada skala kecil, bahan-bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper.
Begitu serbuk dibasahi, medium dispersi (yang telah ditambah semua komponen-
komponen formulasi yang larut seperti pewarna, pemberi rasa, dan pengawet)
ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan campuran itu dipadu secara
merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian dari pembawa
tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari suspenoid,
dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin bahwa
suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan (Aulton,
1996).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi formulasi sediaan suspensi
antara lain adalah: ukuran partikel dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia
sediaan suspensi, ditinjau dari Hukum Stokes :
2r2 ( ρL – ρS ) g
V=
9η (Mollet,2001).
Dapat dilihat bahwa besarnya partikel dapat mempercepat kecepatan
sedimentasipartikel didalam larutan; Permukaan padat – cair : zat padat yang tidak
larutumumnya mempunyai sifat mudah dibasahi (hidrofil) yang dengan mudah
dapatterdispersi dengan sedikit pengocokan, tetapi ada juga zat padat yang
sukardibasahi (hidrofob). Beberapa sifat zat padat yang harus diperhatikan antara
lainadalah : pembasahan, sudut kontak dan tegangan permukaan. Untuk
memodifikasisifat pembasahan serbuk digunakan surfaktan yang berfungsi
sebagai zat yangdapat mengurangi tegangan antar permukaan zat padat –
cair.Pertimbangan segi rheologi penting dalam pembuatan suspensi viskositas
sebagai pengaruhnya terhadap pengendapan dari partikel terdispersiserta
perubahan sifat-sifat alir dari suspensi bila wadahnya dikocok dan bilahasilnya
dituang dari botol. Penggunaan bahan pensuspensi dalam suspensidimaksudkan
untuk memodifikasi viskositas dan menstabilkan zat padat yangtidak larut dalam
medium pendispersi. Berbagai macam bahan pensuspensi dapatdigunakan a.l.
golongan derivat sellulosa seperti na cmc, metil sellulosa;polisakarida seperti
tragakan dan dari golongan silikat terhidrasi seperti bentonit,veegum, dll. Bahan
tambahan lain yang dapat ditambahkan dalam formulasi dapar, pemanis, flavor,
zat warna, pengawet, bahan untuk flokulasi, dan lain-lain (Mollet,2001).
Pada fase awal formulasi harus dibuat keputusan mengenai tipe
suspensiyang diinginkan apakah sistem flokulasi atau sistem dispersi/deflokulasi
yangmasing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sistem flokulasi
bisatampak kasar karena terbentuknya flokul/agregat dan cepat mengendap
tetapidapat dengan mudah disuspensi, sistem dispersi/deflokulasi lambat
mengendaptetapi partikel-partikel cenderung untuk membentuk endapan yang
keras atau cakeyang sukar disuspensikan kembali. Karakteristik rheologis suatu
suspensi pentingdalam mengoptimisasi stabilisasi fisika, khususnya karakteristik
rheologistiksotropik yang diinginkan dalam sistem suspensi(Mollet,2001).
Evaluasi/pengujian kestabilan suspensi memungkinkan
formulator/pembuatformulasi menyeleksi penyiapan awal yang dibuat dan juga
menentukan formulasiyang dibuat sesuai dengan yang diinginkan. Parameter
pengujian yang dilakukan volume sedimentasi, derajat flokulasi, ukuran partikel,
redispersibilitas(Mollet,2001).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk
halusyang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus
halus dantidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan haris
segeraterdispersi kembali.Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk
menjaminstabilitasnya, sebagaistabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan
disebut sebagaiemulgator (Winfield, 2004).
Suspensi juga dapat didefenisikan sebagai preparat yang
mengandungpartikel obat yang terbagi sevara halus (dikenal sebagai suspensoid)
disebarkansecara merata dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan
yang sangatminimum. Beberapa suspensi resmi diperdagangkan tersedi dalam
bentuk siappakai, telah disebarkan dalam cairan pembawa dengan atau tanpa
penstabil danbahan tambahan farmasetik lainnya (Ansel, 1999).
Bahan obat yangdiberikan dalam bentuk suspensi bentuk obat
minum,mempunyai keuntungan bahwa (oleh karena partikel sangat halus)
penyarapan zatberkhasiatnya lebih cepat dari pada bila obat diberikan dalam
bentuk kapsul atautablet, bioavailabilitasnya pun baik. Suspensi dapat dibagi
dalam dua jenis yaitu:suspensiyang siap digunakan atau suspensi yang
dikonstitusikan dengan jumlah airuntuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai
sebelum digunakan. Suspensi tidak bolehdiinjeksikan secara intevena. Pada
bentuk sediaan suspensi harus diperhatikanbahawa obatnya betul diminum denagn
sendok yang sesuai, sehingga obat diminumdengan dosis yang tepat (Winfield,
2004).
Beberapa faktor penting dalam formulasi sediaanobat bentuk suspensi
adalah :
 Derajat kehalusan partikel yang terdispersi,
 Tidak tebentuk garam kompleks yang tidak dapat diabsorbsi dari saluran
pencernaan.
 Tidak terbentuk kristal/hablur.
 Derajat viskositas cairan(Winfield, 2004).
Menurut Ansel (1999), sifat-sifat yang diinginkan dalam semua
sediaanfarmasi dan sifat-sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi untuk
suspensifarmasi adalah :
 Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara
lambatdan harus rata bila dikocok
 Karakteristik suspensi harus sedenikian rupa sehingga partikel
darisuspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada
penyiapan(Anief,2000).
 Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan
homogen(Anief,2000).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair.
 Suspensi oral : sediaaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan
untuk penggunaan oral(Anief,2000).
 Suspensi topikal : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat
yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang dimaksudkan untuk
pemakaian pada kulit(Anief,2000).
 Suspensi otic : sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro
dengan maksud ditanamkan di luar telinga(Anief,2000).
Macam-macam Suspensi Berdasarkan Penggunaan (Ditjen POM, 1995)
1. Suspensi oral, sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan
untuk penggunaan oral.
2. Suspensi topikal, sediaan cair mengandung partikel-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan kulit.
3. Suspensi tetes telinga, sediaan cair mengandung partikel-partikel halus
yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel
yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik :
 Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea(Aulton,1996).
 Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang
mengeras atau penggumpalan(Aulton,1996).
Berdasarkan istilahsuspensimeliputi :
1. Susu, untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung air yang
ditujukan untuk pemakaian oral. (contoh : Susu Magnesia)(Aulton,1996).
2. Magma, suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur, jika zat
padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan teragregasi kuat yang
menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat reologi tiksotropik (contoh :
Magma Bentonit) (Aulton,1996).
3. Lotio, untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk pemakaian pada
kulit (contoh : Lotio Kalamin)(Aulton,1996).
Berdasarkan sifat suspensidibedakanatas:
Suspensi Deflokulasi
 Partikel yang terdispersi merupakan unit tersendiri dan apabila kecepatan
sedimentasi bergantung daripada ukuran partikel tiap unit, maka
kecepatannya akan lambat (Aulton,1996).
 Gaya tolak-menolak di antara 2 partikel menyebabkan masing-masing
partikel menyelip diantara sesamanya pada waktu mengendap
(Aulton,1996).
 Supernatan sistem deflokulasi keruh dan setelah pengocokan kecepatan
sedimentasi partikel yang halus sangat lambat (Aulton,1996).
 Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis yang relatif
homogen pada waktu yang lama karena kecepatan sedimentasinya yang
lambat.
 Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali diredispersi
karena terbentuk masa yang kompak(Aulton,1996).
 Sistem deflokulasi dengan viskositas tinggi akan mencegah sedimentasi
tetapi tidak dapat dipastikan apakah sistem akan tetap homogen pada
waktu paruhnya(Aulton,1996).
Suspensi Flokulasi
 Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat
terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel
dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif
besar(Aulton,1996).
 Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang
disebabkan flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan
ukuran yang bermacam-macam(Aulton,1996).
 Keunggulannya :sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar
dan mudah diredispersi(Aulton,1996).
 Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak elegan karena
kecepatan sedimentasinya tinggi(Aulton,1996).
Flokulasi dapat dikendalikan dengan :
a. Kombinasi ukuran partikel
b. Penggunaan elektrolit untuk kontrol potensial zeta.
c. Penambahan polimer mempengaruhi hubungan/ struktur partikel dalam
suspensi(Aulton, 1996).
Syarat-syarat suspensi ialah
1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara iv dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba.
3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan
4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
5. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
6. Jika dikocok, harus segera terdispersi kembali
7. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
8. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan dituang.
9. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan (Ansel,
1999).
Penggunaan Suspensi dalam Farmasi
1. Beberapa orang terutama anak-anak sukar menelan obat yang berbentuk
tablet / zat padat. Oleh karena itu diusahakan dalam bentuk larutan. Kalau
zat berkhasiat tidak larut dalam air, maka bentuk suspensi-dimana zat aktif
tidak larut-terdispersi dalam medium cair merupakan suatu
alternatif(Aulton,1996).
2. Mengurangi proses penguraian zat aktif didalam air. Untuk zat yang
sangat mudah terurai dalam air, dibuat bentuk yang tidak larut. Dengan
demikian, penguraian dapat dicegah. Contoh : untuk menstabilkan
Oxytetrasiklin HCl di dalam sediaan cair, dipakai dipakai garam Ca karena
sifat Oxytetrasiklin yang mudah sekali terhidrolisis di dalam
air(Aulton,1996).
3. Kontak zat padat dengan medium pendispersi dapat dipersingkat dengan
mengencerkan zat padat medium dispersi pada saat akan
digunakan. Contoh : Ampisilin dikemas dalam bentuk granul, kemudian
pada saat akan dipakai disuspensikan dahulu dalam medim
pendispersi. Dengan demikian maka stabilitas ampisilin untuk 7 hari pada
temperatur kamar masih dapat dipenuhi(Aulton,1996).
4. Apabila zat aktif sangat tidak stabil dalam air, maka digunakan medium
non-air sebagai medium pendispersi. Contoh : Injeksi Penisilin dalam
minyak dan Phenoxy penisilin dalam minyak kelapa untuk oral
(Aulton,1996).
5. Suspensi yang terdiri dari partikel halus yang terdispersi dapat menaikkan
luas permukaan di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
mengabsorpsi toksin-toksin atau menetralkan asam yang diproduksi oleh
lambung. Contoh Kaolin, Mg-Karbonat, Mg-Trisilikat. (antasida/Clays)
(Aulton,1996).
6. Sifat adsorpsi daripada serbuk halus yang terdispersi dapat digunakan
untuk sediaan yang berbentuk inhalasi. Zat yang mudah menguap seperti
mentol, Ol. Eucaliptus, ditahan dengan menambah Mg-Karbonat yang
dapat mengadsorpsi tersebut (Aulton,1996).
7. Dapat menutup rasa zat berkhasiat yang tidak enak atau pahit dengan lebih
baik dibandingkan dalam bentuk larutan. Untuk suspensi Kloramfenikol
dipakai Kloramfenikol Palmitas yang rasanya tidak pahit (Aulton,1996).
8. Suspensi BaSO4 untuk kontras dalam pemeriksaan X-Ray.
Suspensi untuk sediaan bentuk aerosol(Aulton,1996).
Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Suspensi
1. Kecepatan sedimentasi (Hk. Stokes)
2. Pembasahan serbuk
3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh :
4. Pertumbuhan kristal
5. Pengaruh gula (sukrosa)
BAB III
METODOLOGIPERCOBAAN

3.1 Formula
R/ Magnesii hidroksida 2,4
Alumunium hidroksida 2,4
Simetikon 0,240
Tween 80 1%
CMC Na 0,5%
Sirup Simplex 20
Ol.met.pip. gtt III
Aquadest ad 60 ml
m.f.susp.
S.t.d.d.Cth a.c

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
 Mortir dan stamper
 Beaker glass 50 ml
 Gelas ukur 50 ml
 Cawan arloji
 Cawan penguap
 Pipet tetes
 Spatula
 Sudip
 Timbangan gram
 Timbangan milligram
 Anaktimbangan gram danmiligram
 Kertasperkamen
 Penara kecil dan besar
3.2.2 Bahan
 Magnesii hidroksida
 Alumunium hidroksida
 Tween 80
 CMC Na
 Sirup simplex
 Oleum methae pip.
 Air panas
3.3 Perhitungan
 Magnesii hidroksida 2,4 = 2,4 g
 Alumunium hidroksida 2,4 = 2,4 g
1
 Tween 80 1% = 100 x 60 ml=0,6ml
1
 CMC Na 0,5% 0,5 = 100 x 60 ml =0,3ml

 Sirup simplex 20 = 20 ml
 Oleum menthae pip. = 3 tetes
3.4 Prosedur Kerja
 Ditimbang bahan dan dikalibrasi beaker glass
 Dimasukkankedalammortir magnesii hidroksida dan alumunium
hidroksida, digerus hingga halus.
 Dimasukkan ke dalam mortir Tween 80 dan diaduk dengan stamfer
hingga merata.
 Didalam beaker glass yang dikalibrasi, dimasukkan air panas sesuai
ukuran kalibrasi.
 Dimasukkan air panaskedalamcawanpenguap yang telah dikalibrasi.
Dimasukkan CMC Na kedalam cawan penguap diatas permukaan air
panas yang tersebar merata, ditunggu selama 15 menit.
 Diaduk CMC Na setelah 15 menit hingga berbentuk seperti jelly
 Dimasukkan CMC Na yang seperti jelly kedalam campuran di mortir dan
daduk hingga merata.
 Dimasukkan sirup simplex kedalam campuran dan diaduk hingga merata.
 Dimasukkan campuran tersebut kedalam gelas ukur untuk diuji hasil
sedimentasi.
3.5 Evaluasi
 UjiPengamatan Sendimentasi Ratio
Uji pengamatan sendimentasi ratio setelah e hari disimpan, tinggi
endapan 4ml dan dapat terdispersi kembali.

Anda mungkin juga menyukai