Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI SEDIAAN SEMI PADART DAN CAIR

“Suspensi Attapulgit ”

Dosen Pengampuh : Lilih Riniwasih Khadiwijad

Disusun Oleh Kelompok 4 :


Mellinda Fransiska (1943050007)
Stefania Melti Miranti (1943050008)
Winda Septyani Sianipar (1943050056)
Reni Vionita (1943050001)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latat Belakang

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat


dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan
bila digojog perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali.
Dapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi
tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan
dituang.

Suspensi juga dapat dikatakan sebagai sediaan cair yang


mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah sediaan
seperti tersebut diatas, dan tidak termasuk kelompok suspensi yang
lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-lain.
Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain
berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu
dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.

Suspensi dalam pembawa yang mengandung air terkadang


menggunakan istilah susu yang ditujukan untuk pemakaian oral,
seperti Susu Magnesia. Istilah Magma sering digunakan untuk
menyatakan suspensi zat padat anorganik dalam air seperti lumpur,
jika zat padatnya mempunyai kecenderungan terhidrasi dan
teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti gel dan sifat
reologi tiksotropik seperti Magma Bentonit. Istilah Lotio banyak
digunakan untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk
pemakaian pada kulit seperti Lotio Kalamin. Beberapa suspensi dibuat
sediaan mata dan telinga. Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu
suspensi yang siap digunakan atau yang dikonstitusikan dengan
sejumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum
digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan
intratekal.

Attapulgite merupakan obat simtomatis lini pertama untuk


mengatasi diare akut dan keracunan makanan dengan kemampuannya
sebagai adsorben. Attapulgite menyerap cairan, racun, dan bakteria
pada saluran gastrointestinal. Attapulgite tidak diadsorbsi oleh tubuh
dan hanya bekerja secara lokalis.

Attapulgite membuat feses menjadi lebih padat dan frekuensi


defekasi berkurang. Walau demikian, penggunaannya tidak boleh
untuk jangka panjang karena akan menyebabkan konstipasi.

1.2 Tujuan

Tujuan pada praktikum ini adalah Mengenal dan memahami cara


pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan suspensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
A. Definisi Suspensi
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut, misal terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. (Anonim, 2004)
Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief,
M, 2005)
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu
cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut.
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada
suhu 20o, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1 bagian bobot zat padat atau 1
bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar.
(Anief, M., 2005)
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata,
maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan
jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik, jika larutan
diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai
suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas dan tidak termasuk kelompok
suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi topikal, dan lain-
lain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa
sediaan padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang
sesuai segera sebelum digunakan.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel yang
terdispersi dalam pembawa cair yang bertujuan untuk penggunaan pada
kulit. Beberapa suspensi yang diberikan etiket sebagai lotio termasuk golongan
ini. (Anonim, 1995).
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang
trdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojok perlahan-
lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat ditambahkan zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus
menjamin sediaan mudah digojok dan dituang.

Suspensi sering disebut pula mikstur gojog (mixtura agitandae). Bila


obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus
dibuat mikstur gojog atau disuspensi. (Anief, 2006).

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :


1. Ukuran partikel
Semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya
(dalam volume yang sama ). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel
daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel.

2. Kekentalan (viscositas)
Dengan menambah viscositas cairan maka gerakan turun dari partikel
yang dikandungnya akan diperlambat. Tatapi perlu diingat bahwa kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

3. Jumlah partikel (konsentrasi)


Makin besar konsentrasi pertikel, makin besar kemungkinan terjadi
endapan partikel dalam waktu yang singkat.

4. Sifat / muatan partikel


Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari babarapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada
kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan
yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah
merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya (Anonim,
2004).

B. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi


1. Metode pembuatan suspensi

 Metode dispersi

Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang


telah terbentuk kmudian baru diencerkan.
 Metode praesipitasi

Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik


yang hrndak dicampur dengan air. Setelah larut diencerkan dengan
larutan pensuspensi dalam air.

2. Sistem pembentukan suspensi

 System flokulasi

1. partikel merupakan agregat yang bebas

2. sedimentasi terjadi capat

3. sediment terbentuk cepat

4. sediment tidak membentuk cake yang keras dan padat dan


mudah terdispersi kembali seperti semula
5. wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi
cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
 System deflokulasi

1. partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain

2. sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing partikel mengendap


terpisah dan ukuran partikel adalah minimal
3. sediment terbentuk lambat

4. akhirnya sediment akan membentuk cake yang keras dan sukar


terdispersi lagi. ( Anonim, 2004 )

C. Keuntugan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut :

a. Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat .
b. Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
c. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam
larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.

D. Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut :


a. Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
b. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya
pulveres, tablet, dan kapsul.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia
antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator
(Anief, M., 1987).

2.2 Monografi Bahan


1. Propil Paraben
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol(95%)
P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat
dan penggunaan sebagai pengawet (Depkes RI, 1979).

2. Metil Paraben
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak berasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, 3,5 bagian
etanol (95%) P dan 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam
larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam
40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Khasiat dan penggunaan sebagai pengawet (Depkes RI, 1979).

3. Sorbitol
Warna : Putih
Rasa : rasa manis
Bau : tidak berbau
Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%)
P, dalam metanol P, dan dalam asetat P.
Titik didih : suhu lebur hablur antara 174⁰C – 179⁰C.
Stabilitas : terhadap udara higroskopis.

4. Sakarin (FI ed. IV, hal. 748)


Nama obat : Sakarin
Rumus Molekul : C7H5NO3S
Berat Molekul : 183,18
Pemerian : Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau
aromatic lemah, larutan encer sangat manis, larutan asam bereaksi terhadap
lakmus.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%.
Kegunaan. : Pemanis
Konsentrasi : 0,02-0,5%.
Stabilitas. : Terjadi dekomposisi hanya pada suhu 125°C dan dalam
pH yang rendah (pH2).

5. Oleum Menthae Piperitae (FI ed. III, hal. 458)


Nama lain : Minyak permen, peppermint oil
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan,
aromatik, rasa pedas dan hangat, kemudian dingin.
Kelarutan : Larut dalam 4 bagian volume etanol (70%)P
Berat Jenis : 0,896 g/cm3.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari
cahaya.
Kegunaan : Karminativa, stimulansia, bahan tambahan, odoris.

6. Akuades (FI ed III, hal. 96)


Nama resmi : Aqua Destllata
Nama lain : Air suling, Aquadest, H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Berat Jenis : 0,997
Berat Molekul : 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah Tertutup baik

7. Etanol
Nama kimia : Etil alkohol
Rumus kimia : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Kemurnian : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b
dan tidak lebih dari 93,8 % b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9 % v/v
dan tidak lebih dari 96,0 % v/v C2H5OH, pada suhu 15,56⁰
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna.
Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.Mudah menguap
walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°.Mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
8. Attapulgit

Attapulgit ini merupakan alumunium silikat hidrat. Rumus


kimianya MgO.Al2O3.SiO2.H2O. Memiliki luas permukaan yang menengah
(125-160 m2/gm) sehingga memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dari
kaolin. Suspensi yang dihasilkannya bersifat tiksotropik dan memiliki pH
sekitar 8,5. Viskositas maksimum dicapai pada pH 6-8,5. Attapulgit ini tersedia
dalam dua grade, yaitu : bentuk aktif yang regular (ukuran partikel 2,9 m)
dimana memiliki kemampuan adsorpsi yang baik tetapi kemampuan
koloidalnya rendah; dan bentuk aktif koloidal (ukuran partikel 0,14 m) dimana
memiliki kemampuan koliodal dan adsorpsi yang baik.

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Formula

R/ Antapulgit koloidal 14%

Larutan sorbito 70% 10

Kalium sitrat 0,6%

Methyl Paraben 0,2%

Prophyl Paraben 0,02%

Sacharin 0,1%

Minyak pepermint 0,005%

ET alkohol 1%
Aquades qs

3.2 Alat dan Bahan

A. Alat
1. Kertas perkamem
2. Sendok tanduk
3. Mortir dan stamper
4. Gelas beaker 100ml
5. Gelas Kimia 250ml
6. Gelas ukur 50ml
7. Batang pengaduk
8. Neraca Analitis
9. Botol

B. Bahan
1. Antapulgit koloidal
2. Larutan sorbito
3. Kalium sitrat
4. Methyl Paraben
5. Prophyl Paraben
6. Sacharin
7. Minyak pepermint
8. ET alkohol
9. Aquades

3.3 Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan


2. Timbang bahan sesuai yg di minta
3. Masukkan attapulgite ke dalam mortir dan gerus hingga halus.
4. Tambahkan etanol gerus ad larut dan homogen.
5. Masukkan larutan sorbitol ke dalam gelas ukur tambahkan meth paraben
aduk ad homogen.
6. Tambahkan Kalium sitrat aduk ad homogen
7. Masukkan ke dalam mortir yang berisi attapulgit gerus ad homogen
8. Tambahkan sacharin gerus ad homogen.
9. Masukkan ke dalam botol.
10. Masukkan minyak pepermint.
11. Masukkan aquadest sampai tanda kalibrasi botol.

3.4 Evalusia Suspensi


1. Uji organoleptik
Meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa dari sediaan suspensi.
2. Uji Volume
Suspensi dimasukkan ke dalam gelas ukur. Kemudian dicatat volume yang
didapat dan dibandingkan dengan yang ada di etiket.

3. Uji Bobot Jenis


Bobot jenis dihitung dengan menggunakan piknometer yang bersih, kering
dan telah dikalibrasi kemudian menimbang bobot piknometer kosong dan
bobot air + piknometer pada suhu 25 0. Lalu piknometer yang telah kering dan
bersih diisi dengan sediaan suspensi, kemudian ditimbang. Berat jenis suspensi
dihitung

Rumus : BJ =

4. Uji pH
Dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator universal.

5. Uji Viskositas (kekentalan)


Memasukkan cairan melalui tabung V hingga permukaan cairan terletak
antara tanda X dan Y dari ruang A. Kemudian viskometer diletakkan dalam
tangas bersuhu seperti yang tertera pada masing-masing monografi ± 0,10
hingga ruang C tercelup semuanya, didiamkan selama 20 menit. Tabung Z
ditutup, cairan diisap dari ujung tabung W hingga permukaan terletak di
tengah-tengah ruang C, kemudian tabung Z dibuka dan dengan segera tabung
W ditutup. Pada saat cairan pada dasar kapiler mulai mengalir turun, tabung W
dibuka dan dicatat waktu t dalam detik selama permukaan cairan bergerak dari
tanda E sampai F.

Rumus : ηcairan
Keterangan : - ηair : kekentalan air pada suhu penetapan
- tair : waktu alir dalam detik
- tcairan : waktu alir cairan dalam detik
- dair : bobot per ml air dalam g / ml
- dcairan : bobot per ml cairan dalam g / ml

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Perhitungan Bahan

Untuk sediaan suspensi 100mL

14
1. Antapulgit koloidal 14% = mg x 100% = 14 mg
100
2. Larutan sorbito 70% 10= 10 ml
0,6
3. Kalium sitrat 0,6% = mL x 100% = 0,6 mL
100
0,2
4. Methyl Paraben 0,2% = ml x 100% = 0,2 mL
100
0,02
5. Prophyl Paraben 0,02% = ml x 100% = 0,02 mL
100
0,1
6. Sacharin 0,1% = ml x 100%= 0,1 mL
100
0,005
7. Minyak pepermint 0,005% = ml x 100% = 0,005 mL
100
1
8. ET alkohol 1% = ml x 100% = 1 mL
100
9. Aquades qs = seperlunya/secukupnya

4.2 Hasil Evaluasi


1. Uji Organoleptis
Warna : Putih kecoklatan
Bau : Mint
Rasa : Mint manis

2. Uji Volume
Volume Suspensi yang diukur adalah 100 ml.

3. Uji pH pH suspensi yang diukur adalah 9.


4. Uji Viskositas Faktor Spindle : 61
Speed Reading Nilai faktor Viskositas
1,5 50,5 40 50,5 x 40 =
2020
3 80 20 80 x 20 =
1600
6 96 10 96 x 10 = 960
Nilai rata2 viskositas 1526,667 cP

5. Uji Bobot Jenis


Bobot piknometer kosong : 13,836 g
Bobot piknometer + air : 39,067 g
Bobot piknometer + Suspensi : 41,700 g

BJ
41,7500 g−13,836 g
= = 1,1041 g/ml
39,067 g−13,836 g

4.2 Pembahasan

Pada percobaan kali ini adalah sediaan suspensi. Suspensi menurut


Farmakope Indonesia edisi IV merupakan sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sedangkan suspensi
menurut farmakope Indonesia edisi III merupakan sediaan yang mengandung
bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Attapulgite adalah obat untuk meredakan diare. Walaupun termasuk
dalam obat bebas yang bisa dibeli tanpa resep dokter, obat ini perlu digunakan
sesuai anjuran dokter agar lebih aman.

Dalam praktikum kali ini, dilakukan proses pembuatan sediaan


farmasi berupa suspensi. Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik
tidak stabil, bila dikocok dalam waktu yang lama partikel

partikel mengalami agregasi dan pengendapan yang kadang

kadang bisa menimbulkan caking. Caking merupakan salah satu


masalah yang sangat sulit yang harus diatasi pada saat formulasi sediaan
suspensi. Caking tidak dapat diatasi hanya dengan pengecilan ukuran partikel
dan peningkatan viskositas medium, caking dapat diatasi dengan flokulasi yaitu
apabila partikel bergabung dengan ikatan yang lemah.

Pada dasarnya obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua


bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak
stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul ada
juga dalam sediaan emulsi. Semua sediaan diformulasikan khusus demi
tercapainya efek terapi yang diinginkan.
Ada beberapa alasan pembuatan suspensi. Salah satu adalah karena
obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila
disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi menjamin stabilitas kimia terapi
dengan cairan. Untuk banyak pasien bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk
padat (tabel atau kapsul dari obat yang sama), karena mudahnya menelan cairan
dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih
mudah untuk pemberian dosis yang relatif sangat besar, aman, mudah diberikan
untuk anak-anak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak Secara
umum sulit untuk membuat sediaan suspensi yang baik (aman, stabil, dan
memiliki penampilan yang menarik). Dalam pembuatan suspensi harus
diperhatikan beberapa faktor antara lain sifat partikel terdispersi (derajat
pembasahan partikel), zat pembasah, medium pendispersi serta komponen-
komponen formulasi seperti pewarna, pemberi rasa dan pengawet yang
digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan
sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.

Kestabilan suatu suspensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan


viskositas medium dispersi, mengecilkan ukuran partikel terdispersi, dan
mengurangi perbedaan berat jenis partikel dan medium dispersi dapat dilakukan
dengan meningkatkan densitas cairan dengan menambahkan poliol (gliserin).

Dalam pembuatan formula suspensi yang stabil secara fisik terdiri


dari duakategori, yaitu :

1. Pada penggunaan ”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel suspensi


Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit,
dan lain-lain.

2. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun


terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah
disuspensikan kembali

Attapulgite bekerja dengan cara memperlambat gerakan usus besar,


membantu agar tinja lebih padat, dan mengurangi kram perut pada orang yang
sedang mengalami diare. Obat ini juga mampu mengikat bakteri atau racun
penyebab diare dan mengurangi kehilangan cairan.

Attapulgit bukan merupakan terapi utama untuk diare pada anak-


anak. Diare pada anak-anak umumnya disebabkan oleh infeksi rotavirus. Terapi
utamanya adalah untuk mencegah dehidrasi dengan menjaga kadar cairan tubuh
yang berkurang akibat diare karena infeksi rotavirus.
Adapun cara pengerjaan resep ini yaitu disiapkan dan ditimbang serta
dikalibrasi botol 100 ml. Attapulgite digerus sampai halus, tambahkan etanol ke
dalam mortir gerus ad larut. Masukkan larutan sorbitol ke dalam gelas ukur,
tambahkan kalium sitrat aduk ad homogen. Larutan dimasukkan ke dalam mortir
yang berisi attapulgit gerus ad homogen, tambahkan sacharin gerus ad homogen
dimasukkan ke dalam botol. Ditambahkan oleum papermint sebagi pengaroma
dan masukkan aquadest sampai tanda batas kalibrasi lalu dikocok serta diberi
etiket berwarna putih sebagai tanda obat dalam.

Attapulgite bekerja dengan cara memperlambat gerakan usus besar,


membantu agar tinja lebih padat, dan mengurangi kram perut pada orang yang
sedang mengalami diare. Obat ini juga mampu mengikat bakteri atau racun
penyebab diare dan mengurangi kehilangan cairan.

Attapulgit bukan merupakan terapi utama untuk diare pada anak-


anak. Diare pada anak-anak umumnya disebabkan oleh infeksi rotavirus. Terapi
utamanya adalah untuk mencegah dehidrasi dengan menjaga kadar cairan tubuh
yang berkurang akibat diare karena infeksi rotavirus.
Evaluasi
Berdasarkan hasil pada praktikum yaitu hasil uji organoleptis, memperoleh
warna putih kecoklatan, memiliki bau mint dan terdapat rasa mint manis. Hasil
pada uji volume yaitu 100ml, hasil pada uji Ph, yaitu 9. Hasil pada uji visko faktor
spindle 61. Hasil pada uji bobot jenis, yang di ketahui bobot piknometer kosonh
13,836g, B.pikno + air 49,067g, B.pikno+ suspensi 41,700g, dan hasil dari BJ
yang dihitung yaitu 1,1041g/ml. Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap suspensi
attapulgit tersebut yaitu setiap nilai uji yang dilakukan normal dan memenuhi
syarat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan :


1. Attapulgite bekerja dengan cara memperlambat gerakan usus besar,
membantu agar tinja lebih padat, dan mengurangi kram perut pada orang
yang sedang mengalami diare. Obat ini juga mampu mengikat bakteri atau
racun penyebab diare dan mengurangi kehilangan cairan. Cara pembuatan
sediaan suspensi attapulgite sama seperti cara pembuatan suspensi yang
lainnya.
2. Hasil evaluasi, yaitu : uji organoleptis, memperoleh warna putih kecoklatan,
memiliki bau mint dan terdapat rasa mint manis. Hasil pada uji volume
yaitu 100ml, hasil pada uji Ph, yaitu 9. Hasil pada uji visko faktor spindle
61. Hasil pada uji bobot jenis, yang di ketahui bobot piknometer kosonh
13,836g, B.pikno + air 49,067g, B.pikno+ suspensi 41,700g, dan hasil dari
BJ yang dihitung yaitu 1,1041g/ml.

DAFTAR PUSTAKA

Anief M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press,
Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Ansel, C.H. 1999. Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems,

Philadelphia.

Lieberman, H.A.1996. Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems, Ne

w York.

Mollet, H. 2001. Formulation Technology, NewYork.

Winfield, A.J.,2004. Pharmaceutical Practice, London.

Mollet, H., Formulation Technology, NewYork, 2001

LAMPIRAN KEMASAN
PACKAGING

Anda mungkin juga menyukai