Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

Emulsi Minyak Ikan

Oleh,

Nama : reni vionita

NIM : 1943050001

I. Tujuan : melakukan compounding resep emulsi Minyak Ikan.

II. Dasar Teori


1. Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil,
butirbutir ini bergabung (koalesen) dan membentuk dua lapisan air dan minyak
yang terpisah. (Anief, 2006)
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi
butirbutir kecil dalam cairan yang lain ( sistem dispersi, formulasi suspensi dan
emulsi Halaman 56)
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang
penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak
dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Surfaktan seringkali digunakan
dalam pembuatan suatu emulsi. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan
tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film
pada permukaan globul-globul fase terdispersinya. Zat pengemulsi adalah
PGA, Tragacanth, gelatin, sapo, senyawa Ammonium kwartener, cholesterol,
surfaktan seperti tween dan span (Ansel, 1989).
Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Flokulasi dan Creaming
Creaming merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapisan
cairan, dimana masing-masing lapisan mengandung fase dispers yang
berbeda.
b. Koalesen dan pecahnya emulsi (cracking atau breaking)
Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan
proses cracking ( pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali.
Pada creaming, flokul fase dispers mudah didispersi kembalidan terjadi
campuran homogen bila digojok perlahan. Sedang pada cracking,
penggojokan sederhana akan gagal untuk mengemulsi kembali
butirbutir tetesan dalam bentuk emulsi yang stabil.
c. Inversi, adalah peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi M/A ke
tipe A/M atau sebaliknya. (Anief, 2006)

Macam-macam emulsi
a. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak
dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam
tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
b. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya
sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang
penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
c. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan,
bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.

Tipe-tipe emulsi
a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang
tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air
sebagai fase eksternal.
b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang
tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal,
minyak sebagai fase eksternal.
Komponen emulsi
Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di
dalam emulsi, terdiri atas :
a. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam
zat cair lainnya.
b. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan
dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut.
c. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi. Contoh emulgator :
1. Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM
2. Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
3. Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
4. Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
5. CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang dihunakan
Metode Pembuatan Emulsi
a. Menurut (Ansel, Howard. 2005)
1. Metode GOM kering 4:2:1
a) GOM dicampur minyak sampai homogeny
b) Setelah homogen ditambahkan 2 bagian air,
campur sampai
homogeny
2. Metode GOM basah
a) GOM dicampur dengan air sebagian
b) Ditambahkan minyak secara perlahan, sisa
air ditambahkan lagi
3. Metode botol
a) GOM dimasukkan ke dalam botol + air,
dikocok
b) Sedikit demi sedikit minyak ditambahkan
sambil terus dikocok.
b. Menurut (Prof. Dr. supriyatna, Msc, 2009)
1. Metode kontinental (Gom kering)
Pembuatan emulsi primer/awal/utama atau kospus emulsi
terlebih dahulu dengan perbandingan minyak : air : emulgator =
4:2:1
2. Metode inggris (gom basah)
Cocok untuk membuat emulsi dari minyak-minyak yang sangat
kental. Dalam cara ini terlebih dahulu dibuat mucilago yaitu 1
bagian gom dengan 2 bagian air lalu ditambahkan minyak
sedikit-sedikit sambil digerus cepat.
3. Metode botol
Cocok membuat emulsi minyak yang mudah menguap (minyak
atsiri) dan mempunyai viskositas rendah (minyak yang tidak
kental) karena peracikan/semburan dapat dicegah. Satu bagian
emulgator keringdimasukan dalam botol dan tambahkan 2
bagian minyak atsiri, lalu kocok hingga terbentuk emulsi.
Tambahkan fase luar sisa sedikit-sedikit, kocok setiap
penambahan.

Stabilitas Emulsi
a. Jika didiamkan tidak membentuk agregat.
b. Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk
emulsi lagi.
c. Jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali.

2. Penggunaan Sediaan
Sediaan Oleum Iecoris yang akan dibuat adalah emulsi peroral. Emulsi
adalah system dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain
dalam bentuk tetesan kecil.

III. Formula
Resep standar (Fornas : 217)
Emulsi Minyak Ikan

Tiap 215 g mengandung : Oleum iecoris Aselli 100 g


Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamomi gtt IV
Aquadest ad 100 ml

Nama Jumlah (tiap 100 ml) Kegunaan dalam sediaan


Oleum Iecoris Aselli 100 g Fase minyak, sumber Vitamin
A dan D
Glycerolum 10 g Pelarut
Gummi Arabicum 30 g Emulgator
Oleum Cinnamomi gtt IV Corrigen saporis
Aqua destilata ad to 215 g Pelarut

IV. Monografi
a) Oleum Iecoris Aselli/Minyak Ikan (FI III hal. 457) 1.
Pemerian
Cairan; kuning pucat; baukhas, agak manis, tidak tengik; rasa khas.
2. Kelarutan
Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
3. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
4. Khasiat dan penggunaan
Sumber vitamin A dan vitamin D.

b) Glycerolum/Gliserol/Gliserin (FI III hal. 271)


1. Pemerian
Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti
rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu
rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang
tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20O.
2. Kelarutan
Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P, praktis tidak
larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak. 3.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik.
4. Khasiat dan penggunaan
Zat tambahan.

c) Gummi Arabicum/Gummi Acaciae/Gom Akasia/Gomarab (FI III hal. 279)


1. Pemerian
Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lender.
2. Kelarutan
Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
3. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik.
4. Khasiat dan penggunaan Zat tambahan.

d) Oleum Cinnamomi/Minyak Kayumanis (FI III hal. 454)


1. Pemerian
Cairan; suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas. Jika disimpan
dapat menjadi coklat kemerahan.
2. Kelarutan dalam etanol
Larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P; opalesensi yang terjadi tidak
lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat dengan menambahkan
0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran 0,5 ml natrium klorida

0,02 N dan 50 ml air.


3. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk.
4. Khasiat dan penggunaan
Zat tambahan; karminativum.

e) Aqua Destilata/Air Suling (FI III hal. 96 dan FI IV hal. 112)


1. Pemerian
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
2. Kelarutan
Bercampur dengan hampir semua pelarut polar.
3. Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik.
4. Titik leleh dan titik didih 0o – 100oC.
5. Stabilitas
Stabil dalam semua keadaan fisik (padat, cair, gas).
6. Inkompatibilitas
Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan bahan
lain yang dapat mengalami hidrolisis. Air dapat bereaksi kuat dengan
logam alkali dan dengan cepat dengan logam alkali tanah dan
oksidanya seperti kalsium oksida atau magnesium oksida. Air juga
bereaksi dengan garam anhidrat membentuk garam hidrat, dengan
beberapa bahan organik dan kalsium karbida.
7. Khasiat dan penggunan Pelarut.
V. Permasalahan dan Penyelesaian
1. Permasalahan
a) Terdapat 2 komponen yang berbeda fasa (air dan minyak) yang tidak
dapat bersatu.
b) Sediaan ini mempunyai baud an rasa tidak enak.
2. Penyelesaian
a) Ditambahkan PGA/Gomarab yang berungsi sebagai emulgator.
b) Ditambahkan Oleum Cinnamomi sebagai corrigen odoris dan corrigen
saporis.
VI. Perhitungan Bahan

1. Oleum Iecoris Aselli : x100 g=46,5g

2. Glycerolum : x10 g=4,65g

3. Gummi Arabicum : x30 g=14 g

Aquadest untuk PGA : 1,5 x 14 g = 21 ml

4. Oleum Cinnamomi : x 4 gtt=1,86 gtt2 gtt

5. Aqua destilata : ad 100 ml

VII. Penimbangan
1. Oleum Iecoris Aselli : 46,5 g
2. Glycerolum : 4,65 g
3. Gummi Arabicum : 14 g
Aquadest untuk PGA : 21 ml
4. Oleum Cinnamomi : 2 gtt
5. Aqua destilata : ad 100 ml
VIII. Teknik Pembuatan 1.
Disiapkan alat dan
bahan.
2. Disetarakan timbangan.
3. Ditimbang semua bahan yang digunakan.
4. Ditara/dikalibrasi botol 100 ml, beri tanda.
5. Dipanaskan aquadest untuk melarutkan Gomarab (PGA).
6. Setelah aquadest panas, masukan aquadest tersebut ke dalam mortir bersamaan
dengan Gomarab (PGA). Gerus hingga terbentuk mucilago yang kental.
7. Ditambahkan Minyak ikan sedikit demi sedikit, hingga terbentuk corpus
emulsi.
8. Ditambahkan Glycerolum, gerus homogen.
9. Ditambahkan Oleum Cinnamomi, gerus homogen.
10. Dimasukan ke dalam botol.
11. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas. Kocok homogen.
12. Diberi etiket.
13. Dilakukan uji sediaan.

IX. Etiket dan Brosur


Minyak Ikan
Emulsi
KOMPOSISI INDIKASI
Tiap 5 ml mengandung : Membantu memenuhi
Oleum lecoris Aselli....................46,5 g kebutuhan vitamin A dan
Glycerolum..................................4,65 g D untuk memelihara
Gummi Arabicum.....................................14 g kesehatan tubuh.
Aquadest ad..................................100 ml Memebantu memelihara
perkembangan kesehatan anak dan pertumbuhan tulang dan Oleum gigi.

EFEK SAMPING
Menyebabkan pendarahan internal dalam usus dan otak. Overdosis minyak ikan
dapat menghasilkan reaksi alergi dan menyebabkan masalah pernafasan.

ATURAN PAKAI
1-6 tahun : 1 x sehari 1 sendok makan (15 ml)
7-12 tahun : 2x sehari 1 sendok makan (15ml)
>12 tahun : 3x sehari 1 sendok makan (15 ml)

CARA PENYIMPANAN
Simpan pada suhu 30O C

KOCOK DAHULU SEBELUM DIMINUM

Kemasan Botol isi 100 ml


No. Reg DKL150302001B26

a) Etiket
KOMPOSISI Netto 100 ml INDIKASI
Tiap 15 ml mengandung : Membantu memenuhi kebutuhan
Emulsion
Oleum lecoris vitamin A dan D untuk memelihara
kesehatan tubuh.
Aselli..................46,5 g
Glycerolum...............................
Minyak Ikan Memebantumemelihara
perkembangan kesehatan anak dan
..4,65 g pertumbuhan tulang dan gigi.
Gummi
Arabicum.......................14 g KONTRA INDIKASI,
OleumCinnamomi..................... PERINGATAN, PERHATIAN,
.6tetes EFEK SAMPING DAN
Aqua destilata INTERAKSI OBAT: Lihat di brosur
ad.......................100 ml
No. Reg DKL150302001B26
ATURAN PAKAI HET : RP 19.300
1-6 tahun : 1 x sehari (15 ml) No.Bacth : 4557B8
7-12 tahun : 2x sehari (15ml) Tgl.produksi : March 16
>12 tahun : 3x sehari (15 ml)

Simpan dibawah suhu 30

KOCOK DAHULU

b) Brosur XI. Evaluasi Sediaan


1) Organoleptik
a. Warna = Putih kecoklatan
b. Bau = Bau ikan
c. Rasa = Minyak ikan
2) Berat jenis =-
3) Viskositas =-
4) pH sediaan =5
5) Volume terpindahkan = 61 ml
XIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membuat sediaan emulsi Minyak Ikan sebanyak
100 ml. Emulsi sendiri ialah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan
dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok. Pada pembuatan emulsi minyak ikan
ini, menggunakan bahan-bahan diantarany Oleum Iecoris Aselli, Glycerolum,
Gummi Arabicum (PGA), Oleum, dan Aquadest. Namun Glycerolum
penggunaannya digantikan dengan menggunakan Sirupus Simplex, hal ini
dikarenakan keterbatasannya bahan.
Emulsi merupakan campuran antara air dan minyak. Seperti yang kita
ketahui, air dan minyak tidak dapat dicampurkan begitu saja, sehingga perlu
adanya bantuan, yaitu emulgator. Dalam suatu sediaan emulsi, emulgator berfungsi
untuk menjaga kestabilan emulsi. Oleh karena itu, pemilihan emulgator yang tepat
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pembuatan emulsi.
Pada praktikum kali ini, emulgator yang digunakan adalah Gummi
Arabicum. Dalam pembuatan emulsi mnggunakan campuran surfaktan seperti
tween dan span, harus dihitung HLB butuh terlebih dahulu. Ini digunakan untuk
memperhitungkan apakah emulgator mampu mencampurkan fase air dan minyak
atau tidak.
Dalam pembuatan sediaan emulsi yaitu timbang semua bahan yang akan
digunakan. Kemudian kalibrasi botol dan diberi tanda. Panaskan terlebih dahulu
aquadest untuk melarutkan Gom arab, Gom arab dapat meningkatkan stabilitas
dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses
yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya dikontrol untuk
mempersingkat waktu pemanasan, mengingat Gom arab dapat terdegradasi secara
perlahan-lahan dan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan viskositas. Setelah
aquadest panas masukan air panas kedalam mortir, gerus sampai homogen atau
sampai terbentuk mucilage (diusahan kecepatan dalam menggerusnya konstan agar
sediaan dapat terbentuk mucilago yang sempurna). Kemudian masukan Minyak
ikan sedikit demi sedikit, gerus sampai terbentuk corpus emulsi. Setelah itu
tambahkan sedikit demi sedikit Sirupus simplex, gerus kembali. Penambahan
Sirupus simplex berfungsi sebagai pemanis, pembasah dan pengental. Dan yang
terakhir penambahan Oleum cinnamomi yang berfungsi sebagai corigen saporis.
Jika sediaan telah selesai, masukan kedalam botol tambahkan aquadest sampai
tanda batas, kemudian diberi etiket dan dilakukan uji sediaan.
Setelah melakukan pembuatan sediaan emulsi Minyak Ikan, emulsi yang
sudah jadi di evaluasi terlebih dahulu mulai dari organoleptiknya yaitu warna putih
kecoklatan, bau khas ikan dan rasa minyak ikan. Sediaan ini memiliki pH 5 dan
volume yang terpindahkan sebanyak 61 ml. Seteleh diamati selama 1 minggu
sediaan yang dibuat tidak terjadi pertumbuhan mikroba dan tidak terjadi
pengkristalan pada leher dari botol.

XIV. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Sediaan yang dibuat dalam praktikum kali ini dalam bentuk emulsi Minyak
ikan.
2. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat
dicampukan, biasanya fase minyak dan fase air dan perlu adanya penambahan
emulgator untuk mendispersikannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III .Departemen Kesehatan RI.Jakarta.


2. Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV .Departemen Kesehatan RI.Jakarta.
3. Anief, Moh. 1987. ILMU MERACIK OBAT. Yogyakarta:Gadjah Mada.
4. Ansel, Howard.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta : Universitas
Indonesia
5. Tjay, Drs.Tan Hoan dan Drs. Kirana Pahardja.2010.Obat – Obat Penting.
Jakarta : PT. Elex Media Komposino.

Anda mungkin juga menyukai