Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID

DAN SEMI SOLID

“PEMBUATAN SUSPENSI”

Instruktur : apt. Ari Wahyudi, S. Farm., M.pharm

DISUSUN OLEH :
NAMA : Siti Amanah Tunggal Putri
NIM : 34210394
KELAS : A/DF/III
KELOMPOK : B3
HARI/TANGGAL : Rabu 28 September 2022

LABORATORIUM TFS/TSS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
PERCOBAAN II
Pembuatan Suspensi

I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengenal cara, pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan


suspensi

II. DASAR TEORI

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut

yang terdispersi dalam fase cair.

Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi

dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan

untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu

atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung

digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus

dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum

digunakan. Sediaan seperti ini disebut “ Untuk Suspensi oral”

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak

larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung

digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus

dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum

digunakan. Komposisi pembuatan suspense meliputi bahan aktif, bahan


tambahan seperti pewarna, pengawet, suspending agent yang sedang

digunakan yaitu akasia, tragacanth, gom arab dan sebagainya, Syarat-syarat

suspensi meliputi (Anonim, 1995) :

1. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan intrarektal

2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus

mengandung anti mikroba

3. Suspensi harus dikocok sebelum digunakan

4. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.

Suspensi digunakan pada sistem penghantaran obat untuk agen

terapetik yang mempunyai kelarutan rendah. Suspensi juga digunakan

untuk menutupi rasa tidak enak dari BO. Selain itu, tujuan pembuatan

suspensi adalah untuk pasien yang tidak bisa menelan sediaan obat dalam

bentuk padatan, contohnya tablet (Jones, 2008).

Formula umum suspensi adalah zat aktif yang berupa partikel

padat yang tidak larut dalam fase pembawanya, suspending agent,

flocculating agent. Wetting agent, pemanis, pengawet dan corigen odoris.

Evaluasi yang dilakukan pada sediaan suspensi adalah volume sedimentasi

dan derajat flokulasi. Selain itu, evaluasi lain yang dilakukan adalah

evaluasi organoleptik, pH, berat jenis, homogenitas dan waktu redispersi.

Secara garis besar pembuatan suspensi terdiri dari langkah pembasahan

zat padat, penambahan suspending agent. Penambahan bahan eksipien


yang sebelumnya telah dilarutkan, pengadaan sampai volume tertentu, dan

evaluasi (Ansel, 1985).

Pembuatan sediaan obat suspensi dibedakan menjadi empat fase

yaitu: penditribusian atau penghalusan fase terdispersi; pencampuran dan

pendispersian fase terdipersi di dalam bahan pendispersi; stabilisasi untuk

mencegah atau mengurangi pemisahan fase dan homogenisasi yang

diartikan sebagai perataan fase terdispersi dalam bahan pendispersi.

Setelah penghalusan sampai ukuran partikel yang dikehendaki, bahan

padat mula-mula digerus homogen dengan sejumlah kecil bahan

pendispersi, kemudian sisa cairan dimasukkan sebagian demi sebagian.

Jika pembawa terdiri dari beberapa cairan maka untuk menggerus

digunakan cairan dengan viskositas yang tertinggi atau yang memiliki

daya pembasahan paling baik terhadap partikel terdispersi (Voight, 1971).

Dalam proses pembuatan suspensi masalah yang dihadapi adalah

cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas

partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga

stabilitas. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap stabiltas suspensi

adalah sebagai berikut (Syamsuni, 2006):

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel

tersebut dan daya tekanan ke atas dari cairan suspensi itu, Hubungan
antara ukuran partikel dan luas penampang, berbanding terbalik dan

antara luas partikel dan daya tekan keatas linier, maka semakin luas

permukaan penampangnya maka daya tekan cairan keatas semakin

memperlambat gerakan partikel untuk mengendap.

2. Viskositas

Mempengaruhi kecepatan aliran dari cairan, semakin kental maka

Turunnya partikel sesuai hukum stokes.

3. Jumlah partikel (Kosentrasi)

Apabila jumlah partikel besar maka partikel pada suatu ruangan. Akan

susah melakukan gerakan karena berbenturan dengan partikel yang

lain, dan menyebabkan terjadinya endapan, sehingga makin besar

kosentrasi partikel maka kemungkinan terjadi endapan partikel dalam

waktu singkat semakin tinggi.

4. Sifat Muatan partikel

Dalam suatu suspensi kemungkinan terdiri dari beberapa campuran

dengan sifat tidak sama sehingga kemungkinan terjadinya interaksi

dengan bahan lainnya, maka akan menghasilkan bahan yang sukar

larut.

a. Berikut Jenis-jenis Suspensi :

1. Suspensi oral

Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang


terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai,

dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi

etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.

2. Suspensi topikal

Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang

terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada

kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio” termasuk

dalam kategori ini.

3. Suspensi tetes telinga

Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-

partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

4. Suspensi optalmik

Seperti tertera pada Sediaan Obat Mata.

Macam-macam Bentuk Sediaan Suspensi

Suspensi dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk, hal ini

terkait dengan cara dan tujuan penggunaan sediaaan suspensi tersebut.

Beberapa bentuk sediaan suspensi antara lain:

1. Suspensi injeksi intramuskuler (mis: suspensi penisilin)

2. Suspensi sub kutan

3. Suspensi tetes mata (misal : suspensi hidrokortison asetat)

4. Per oral (misal : suspensi amoksisilin)


5. Rektal (misal : suspensi para nitro sulfatiazol)

6. Sebagai reservoir obat

7. Patch transdermal

8. Formulasi topikal konvensional.

III. ALAT DAN BAHAN

A. ALAT :

1. Alat-alat pembuat suspensi

2. Alat-alat gelas

3. Rak tabung reaksi

4. Pipet ukur 1 ml

5. Gelas ukur

6. Cawan porselin besar

7. 2 labu takar 25 ml

B. BAHAN :

1. Sulfadiazina

2. Sulfamerazina

3. Sulfaldimidina

4. Asam sitrat

5. CMC-Na

6. Metil Paraben
7. NaOH

8. Gula

9. Etanol

IV. CARA KERJA

Percobaan formula:

Tiap 5 ml mengandung :

R/ Sulfadiazina 167mg

Sulfamerazina 167mg

Suladimidina 167mg

Asam sitrat 200ng

CMC-Na 50mg

Metil Paraben 5mg

NaOH 100mg

Sirup simplek 1,5mg

Etanol 50ml

Aqua ad 5ml

Tiap formula buat sebanyak 250 ml

1. Cara Presipitasi :

CMC-Na dikembangkan dengan air panas yang tersedia sekitar


15 ml selama 15 menit dalam Beaker glass (campuran 1)

Metil paraben dilarutkan dalam etanol, campurkan ke dalam campuran I


yang sudah mengembang
Campur ketiga sulfa tersebut di atas dalam mortir

Larutkan NaOH pada sebagai air, kemudian tambahkan


pada campuran ketiga sulfa tersebut di atas, aduk
hingga larut (Campuran II)

Tambahkan campuran II ke dalam campuran I sedikit demi sedikit aduk hingga


homogen (tidak ada gumpalan CMC), lalu tambahkan sirup simplek (dibuat
dari gula dan aquades dg perbandingan 65:35, pemanasan jangan terlalu
tinggi), pindahkan ke dalam Beaker glass yang sesual

Sambil diaduk, tambahkan larutan asam sitrat ke dalam


campuran tersebut

Tempatkan suspensi dalam wadah dan tabung untuk pengamatan.

2. Cara Dispersi
Kembangkan CMC-Na dalam air panas yang tersedia sekitar 15 ml
(selama 15 menit (campuran 1)

Larutkan metil paraben dalam etanol, tambahan ke dalam


campuran yang telah mengembang

Tambahkan sirup simplek ke dalam campuran I aduk hingga


tidak ada lagi gumpalan CMC

Campur ketiga macam sulfa dalam mortir, tambahkan


sedikit demi sedikit campuran I hingga homogen

Tambahkan larutan asam sitrat dan larutan NaOH sedikit


demi sedikit, aduk hingga homogen

Tempatkan suspensi ke dalam wadah dan tabung untuk


Pengamatan

Lakukan evaluasi suspensi yang meliputi :

1. Volume sedimentasi
2. Redispersibilitas

Suspensi dimasukkan dalam tabung berskala, kemudian diputar 360° dengan

kecepatan 20 rpm dengan alas, catat waktu yang diperlukan hingga dasar tabung

bersih dari endapan suspensi

3. Waktu luang

Suspensi dimasukkan ke dalam tabung reaksi 20ml, digojog homogen, kemudian

suspensi dituang dengan sudut 45° dan dicatat waktu yang diperlukan sampai

suspensi tertuang seluruhnya.

Pengamatan dilakukan pada hari ke 1 dan 3

Bandingkan hasil yang diperoleh dengan cara A dan B

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III. Dep.Kesehatan RI. Jakarta .


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Dep.Kesehatan RI. Jakarta .

Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.

UIPress, Jakarta.

Jones D. 2008. Fasttrack : Pharmaceutical Dosage Form and Design

.Pharmaceutical Press. London.

Syamsuni H. 2006, Ilmu Resep, EGC Jakarta

Voight R. 1971. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai