Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN

SEMI SOLID
PRAKTIKUM III
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SIRUP

Di Susun Oleh :
Nama : Nila Apriyana
NIM : 34210379
Kelas : A/DF/III
Kelompok : A
Instruktur : apt. Ari Wahyudi, S.Farm.,M.Pharm.

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMI SOLID


PRODI DIII FARMASI STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2022
PERCOBAAN III

Pembuatan sirup

I. TUJUAN

Mengenal cara, pembuatan dan evaluasi bentuk sediaan sirup.

II. DASAR TEORI

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Sirup adalah sediaan cair berupa

larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak

kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Sirup adalah larutan oral yang

mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (Anonim, 1995).

Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat

atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah

sediaan cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.

Hal-hal yang harus diperhatikan jika konsentrasi obat digunakan

melebihi kriteria kelarutan agar dapat sediaan larutan yang homogen :

a. PH, Sejumlah besar zat kemoterapi modern adalah asam lemah atau basa

lemah. Kelarutan zat-zat ini dapat dengan nyata dipengaruhi oleh PH

lingkungannya.

b. Konsolvensi, elektrolit-elektrolit lemah dan moleukul-moleukul nonpolar

seringkali mempunyai kelarutan dalam air yang buruk.


c. Kelarutannya biasanya dapat ditingkatkan dengan penambahan

komposisi cosolvent dengan suatu konstanta suatu pelarut yang dapat

bercampur dengan air dimana dalam pelarut tersebut obat mempunyai kelarutan

yang baik.

d. Solubilisasi, Merupakan tempatnya moleukul-moleukul zat terlarut yang

larut dsalam air secara spontanke dalam larutan air dari suatu sabun atau

detergen, dimana di bentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamik.

e. Kompleksasi, Senyawa- senyawa organik dalam larutan umumnya

cenderung bergabung satu sama lain sampai tingkat tertentu.

f. Hidrotopi

g. Modifikasi kimia obat. Banyak obat yang sukar larut dapat dimodifikasi

secara kimiawi menjadi turunan-turunan yang larut dalam air.

Berikut komponen – komponen sirup :

a. Pemanis

Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari

kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan

pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya

sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti

laktosa

b. Pengawet antimikroba

Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan


agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau

jamur.

c. Perasa dan Pengaroma

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau

bahan- bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup

mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair,

pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.

Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma

yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan

rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma

citrus.

d. Pewarna

Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi

dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran

pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair

terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna

biasanya dibuat konsisen dengan rasa.

e. Kosolven

Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan

kelarutan.

Berikut sifat – sifat fisika dan kimia sirup

a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang

berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan

didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan

secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati

permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang

diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan

ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat

uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan

suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang

berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan

dalam batas idak lebi dari 0,1 C.

b. Uji mudah tidaknya dituang

Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas

sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang

rendah menjadikan cairan akan smakin mudah dituang dan

sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan

cair selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent

mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu berpengaruh

terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang

terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.

c. Uji Intensitas Warna

Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada

warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama


penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang

disimpan Selama waktu tertentu.

Ada beberapa persyaratan mutu dalam pengerjaan sirup :

a. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida

antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.

b. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk

persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet

lain yang cocok.

c. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa,

bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah

dari 62 % sirup akan membusuk.

d. Bj sirup kira-kira 1,3

e. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah

menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam

inversi dapat terjadi lebih cepat.

f. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan

menyebabkan terjadinya gula invert.

g. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer

sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ),

tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.

h. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak


dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati

i. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh.

Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi

jamur.

j. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan

bahan pengawet misalnya nipagin.

k. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam

pembuatan sirupus Iodeti ferrosi. Hal ini disebabkan karena sirup

merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi

bentuk ferri. Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan

memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.

l. Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka

sakarosa dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang

tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus dan Thymi

compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi

sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.

Beberapa sirup bukan obat yang sebelumnya resmi dimaksudkan sebagai

pembawa yang memberikan rasa enak pada obat yang ditambahkan kemudian,

baik dalam peracikan resepsecara mendadak atau dalam pembuatan formula

standar untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau

bahan obat. Sirup obat dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahan awal yaitu

dengan menggabungkan masing-masing komponen tunggal darisirup seperti


sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan pewarna, bahan terapeutik dan

bahan-bahan lain yang diperlukan dan diinginkan (Anief, 1994).

Jenis obat yang diberikan dalam bentuk sirup-sirup obat yang sering

ditemukan adalah antitusif dan antihistamin. Ini tidak berarti bahwa jenis obat-

obat lainnya tidak ada yangdiformula menjadi sirup, tentu saja banyak macam zat-

zat obat dapat ditemukan dalam bentuk sirup dalam compendia resmi dan diantara

produk-produk dagang yang banyak. Sirup (Sirupi) adalah merupakan larutan

jernih berasa manis yang dapat ditambahkan Gliserol,Sorbitol, Polialkohol yang

lain dalam jumlah sedikit dengan maksud untuk meningkatnyakelarutan obat dan

menghalangi pembentukan hablur sukrosa. Kadar sukrosa dalam sirupadalah 64-

66%, kecuali dinyatakan lain. Larutan gula yang encer, merupakan medium

pertumbuhan bagi jamur, ragi, dan bakteri (Anief,1994). Ada tiga macam sirup

yaitu:

1. Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v.

2. Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat

tambahandan digunakan untuk pengobatan

3. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau

penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa

tidak enakdan bau obat yang tidak enak (Anief, 1986).

Sebagian besar sirup – sirup mengandung komponen – komponen berikut

disamping airmurni dan semua zat – zat obat yang ada seperti gula, biasanya

sukrosa atau pengganti gulayang digunakan untuk memberi rasa manis dan

kental, pengawaet antimikroba, pembau dan pewarna. Juga banyak sirup –


sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan,mengandung pelarut –

pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator. sediaan sirup

paling sering dibuat dengan satu dari empat cara umum, tergantung dari sifat

kimia dan fisika bahan – bahan.

Dinyatakan secara luas, cara – cara ini adalah:

1. Larutan dari bahan-bahan dengan bantuan panas.

2. Larutan dari bahan-bahan dengan pengadukan tanpa penggunaan panas.

3. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang

diberi rasa.

4. Dengan perkolasi dari sumber-sumber bahan obat atau sukros

Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah

Acetaminophenum dan bahan tambahan yang digunakan adalah propilenglycol,

Nipagin, dan aquadestilata. Parasetamol yang akan dibuat sediaan sirup untuk

anak-anak yaitu sirup parasetamol non alkoholik. Masalah yang dihadapi dalam

pembuatan larutan adalah kelarutan parasetamol terhadap cairan pembawanya

karena sediaan parasetamol non-alkoholik jadi pelarut atau cairan pembawa

pengganti alkohol dapat menggunakan propilen glikol dangliserin walaupun

memiliki kelarutan yang lebih rendah dibandingkan alkohol. Parasetamol yang

memiliki struktur seperti di atas memiliki kelarutan dalam air (1:70), propilen

glikol (1:9) dan gliserin (1:40).


III. MONOGRAFI BAHAN

1. Parasetamol (Sumber FI Edisi V, Hal. 998)

Nama resmi : ACETAMONPHENUM

Nama sinonim : Parasetamol, asetaminofen

Pemerian : Serbuk hablur

Kelarutan :Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian

etanol (95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut

dalam 40 bagian gliserol, larut dalam sebagian

propilen glikol, larut dalam alkali hidroksida

Khasiat : Analgetikum, Antipiretikum

2. Propilen Glikol (FI. Edisi V Hal. 1070)

Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM

Nama sinonim : Propilenglikol

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

rasa agak manis, higroskopik

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P,

dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P,

tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P, dan

dengan minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat :Zat tambahan, pelarut


3. Etanol (FI V hal. 399)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama sinonim : Alkohol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap dan

mudah bergerak; bau khas; rasa panas.mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; terlindung dari cahaya;

ditempat sejuk; jauh dari nyala api

Khasiat : Zat tambahan, pelarut

4. Sirup Simplex ( FI V hal. 1120)

Nama resmi : SIRUPUS SIMPLEX

Nama sinonim : Sirup Gula

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna

Kelarutan :-

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk

Khasiat : Zat tambahan, pemanis

5. Asam Benzoat ( FI V hal. 151)

Nama resmi : ACIDUM BENZOICUM

Nama sinonim : Asam Benzoat

Pemerian : Hablur halus dan ringan ; tidak berwarna : tidak


berbau.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air, dalam

lebih kurang 3 bagian etanol (95%) P, dalam 8

bagian kloroform P dan dalam 5 bagian eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Antiseptikum ekstern, antijamur

6. Aquadest ( FI V hal. 63)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama sinonim : Air Suling

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan, pelarut


IV. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan :

1. Batang pengaduk

2. Cawan porselen

3. Corong kaca

4. Gelas beker

5. Gelas ukur

6. kertas saring

7. Mortir dan Stamper

8. Piknometer

9. timbangan analitik

10. Viscometer.

Bahan yang digunakan :

1. Parasetamol 120 mg/5 ml

2. Aquadest ad 60 mL

3. Asam benzoat 0,1%

4. Essence qs

5. Pewarna qs

6. Propilenglikol 7 mL

7. Sirup simplex 20%


V. CARA KERJA

a. Cara pembuatan

Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dan mengkalibrasi botol 60 mL.

Timbang parasetamol, masukkan ke dalam mortir.

Mengukur etanol 70% sebanyak 5 mL - 10 mL, dimasukkan ke dalam mortir untuk melarutkan
parasetamol, diaduk sampai larut.

Mengukur propilenglikol sebanyak 7 mL, dimasukkan ke dalam mortir,diaduk hingga tercampur.

Timbang asam benzoat, setelah itu dimasukkan ke dalam mortir,aduk hingga tercampur dengan
bahan lainnya.

sirupus simplex dimasukkan ke dalam mortir dan ditambahkan dengan pewarna dan essence yang
diinginkan diaduk sampai homogen.

Memasukkan semua bahan yang ada di dalam mortir ke dalam corong yang sudah dilapisi dengan
kertas saring.

Memasukkan hasil sirup yang disaring ke dalam botol, menambahkanaquadest sampai tanda batas
kalibrasi.

b. Evaluasi Sediaan

1. Pemeriksaan Organoleptis

a. Memeriksa sirup yang telah dibuat yang meliputi bau, warna, dan rasa
b. Kelarutan (Pemerian dikatakan baik, jika warna sirup tidak berubah dan

2. Uji pH

a. Menyiapkan pH meter,

b. Mengukur pH menggunakan pH meter dengan mencelupkan pH meter ke

dalam larutan sirup.

3. Uji Bobot Jenis

a. Alat dan bahan disiapkan

b. Disiapkan 3 piknometer kosong, ditimbang dan dicatat hasilnya

c. Piknometer diisi dengan air, kemudian dimasukkan kedalam bak yang

berisi air es

d. Diukur hingga suhunya mencapai 20°C

e. Diisi kekurangan air pada piknometer

f. Piknometer ditutup, kemudian ditimbang dan dicatat hasilnya

4. Uji Viskositas

a. Alat dan bahan disiapkan

b. Dimasukkan 10 ml air pada lubang yang besar pada viscometer Ostwald

c. Disedot dari lubang yang kecil, hingga air naik sampai batas tanda atas

d. Penyedot dilepaskan bersamaan dengan menyalakan stopwatch

e. Dicatat waktu air turun dari batas atas hingga batas bawah.

5. Uji kejernihan

a. Menggunakan layar warna putih, untuk mengetahui di dalam sirup ada

kotoran yang berwarna hitam

b. Menggunakan layar warna hitam, untuk mengetahui di dalam sirup ada


kotoran yang berwarna putih.

VI. HASIL PENGAMATAN

Dalam praktikum kali ini melakukan beberapa uji yaitu :

A. Uji organoleptic

Sediaan Sirup

Bentuk Cair

Warna Putih kekuningan

Bau Jeruk

Rasa Manis

Uji sediaan Hasil pengamatan


Ph 4 ( asam )
Kejernihan Kurang jernih tapi masih bisa

tembus cahaya.

B. Uji viskositas

Rotor :1 speed : 6 Rpm

Data : 1.00 mPa.s

Percent : 0,1%

1 pas : 10 cp 1cp= 10-3 m.Pas

Data : 1.00 m.Pas

: 10 cp

Nilai viskositas sirup yang baik 10-30 cp atau 1-3 dpas.


C. Uji bobot jenis

No Penimbangan Bobot

1 Pikno kosong 27,58 gr

2 Pikno + air 25°c 38,06 gr

3 Pikno + sampel 38,83 gr


Perhitungan :

1. Penentuan volume pikno pada suhu percobaan

Bobot pikno + air = 38,06 gr

Bobot pikno kosong = 27,58 gr

Bobot air = (berat pikno + air ) – (berat pikno kosong )

= 38,06 – 27,58

= 10,48 gr

bobot air 10,48 gr


ρ air =
Vp
= 10 = 1,048

2. Penentuan kerapatan / bobot jenis sampel

Bobot sirup + pikno = 38,83 gr

Bobot pikno kosong = 27,58 gr

Berat sampel = (berat pikno sampel) – ( berat pikno

kosong )

= 38,83 gr – 27,58 gr

= 11,25 gr

Vol pikno = 10,52

Kerapatan = 0,996 (1)

bobot sampel 11,25 gr


ρ  sampel =
Vp
= 10
= 1,125 (1,3

g/ml)

ρ sampel 1, 1 25 gr
Berat jenis sampel (d) = ρ air
= 1 , 0 48 = 1,073
VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini melakukan evaluasi sediaan sirup. Sirup

adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar

sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Zat aktif yang

digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah Acetaminophenum

dan bahan tambahan yang digunakan adalah etanol, propilenglycol, sirup

simplex, asam benzoat dan aquadestilata. Mengenal cara, pembuatan dan

evaluasi bentuk sediaan sirup.

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu

tabung Reaksi yang berfungsi untuk mereaksikan suatu zat. Corong kaca

yang berfungsi untuk memindahkan larutan ke tempat lain, Pipet

digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah yang sedikit atau dalam

jumlah tetes. Batang Pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk larutan

dan dapat membantu memindahkan larutan dari satu wadah ke wadah lain.

Beaker Glass digunakan sebagai tempat cairan, gelas ukur yang berfungsi

untuk mengukur cairan atau bahan dengan ketelitian yang tinggi.

Sedangkan bahan yang digunakan yaitu paracetamolyang merupakan zat

aktif dalam pembuatan sirup ini memiliki khasiat analgetic antipiretik,

propilenglikol sebagai zat tambahan atau pelarut, etanol sebagai pelarut,

sirupus simplex sebagai pemanis , asam benzoat sebagai antiseptikum,

antijamur dan aquadest sebagai pekarut.

Langkah Langkah yang dilakukan dalam melakukan percobaan ini

yang pertama yaitu siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
dan mengkalibrasi botol 60 mL. Lalu timbang parasetamol, masukkan ke

dalam mortir,ukur etanol 70% sebanyak 5 mL - 10 mL, dimasukkan ke

dalam mortir untuk melarutkan parasetamol, diaduk sampai larut, lalu ukur

propilenglikol sebanyak 7 mL, dimasukkan ke dalam mortir,diaduk hingga

tercampur.Timbang asam benzoat, setelah itu dimasukkan ke dalam

mortir,aduk hingga tercampur dengan bahan lainnya. sirupus simplex

dimasukkan ke dalam mortir dan ditambahkan dengan pewarna dan

essence yang diinginkan diaduk sampai homogen, kemudiam asukkan

semua bahan yang ada di dalam mortir ke dalam corong yang sudah

dilapisi dengan kertas saring, masukkan hasil sirup yang disaring ke dalam

botol, menambahkan aquadest sampai tanda batas kalibrasi.

Langkah Langkah yang dilakukan untuk menguji pH, yang

pertama yaitu menyiapkan pH meter, stelah itu ukur pH menggunakan pH

meter dengan mencelupkan pH meter ke dalam larutan sirup. Untuk

melakukan Uji Bobot Jenis Langkah yang dilakukan yaitu siapkan alat

dan bahan dan siapkan piknometer kosong, ditimbang dan dicatat

hasilnya, lalu Piknometer diisi dengan air, kemudian dimasukkan kedalam

bak yang berisi air essetelah itu ukur hingga suhunya mencapai 20°C isi

kekurangan air pada piknometer, lalu Piknometer ditutup, kemudian

ditimbang dan dicatat hasilnya. Untuk Uji Viskositas yang dilakukan yaitu

menyiapkan Alat dan bahan lalu masukkan 10 ml air pada lubang yang

besar pada viscometer Ostwald, sedot dari lubang yang kecil, hingga air

naik sampai batas tanda atas Penyedot dilepaskan bersamaan dengan


menyalakan stopwatch catat waktu air turun dari batas atas hingga batas

bawah, umtuk uji kejernihan Menggunakan layar warna putih, untuk

mengetahui di dalam sirup ada kotoran yang berwarna hitam ,

Menggunakan layar warna hitam, untuk mengetahui di dalam sirup ada

kotoran yang berwarna putih.

 Dalam praktikum kali ini ada beberapa uji yang dilakukan untuk

mengevaluasi hasil dari sediaan yang telah dibuat, antara lain adalah :

1. Uji Organoleptis Merupakan cara pengujian dengan menggunakan

indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan

terhadap produk. Pengujian organoleptik, mempunyai peranan penting

dalam penerapan mutu, dalam hal ini yang dilihat adalah warna, bau,

dan konsistensi sediaan akhir yang telah dibuat (OOP Fisiologis,

2014) Dipantau dari warna, sediaan syrup memiliki warna putih

kekuningan, memiliki bau khas jeruk, dan rasanya manis.

2. Uji pH Dalam uji kali ini menggunkan bantuan alat pH meter untuk

mengukur sediaan dalam suhu kamar, dimana rentang pH yang

diharapkan yaitu 4- 5,1 (Syamsuni, 2010). Pengukuran pH ini untuk

mengetahui apakah pH obat sudah sesuai atau belum dengan apa yang

diinginkan, dalam evaluasi sedian ini diperoleh hasil yaitu dengan pH

4.

3. Uji Viskositas Dilakukan pada masing-masing botol sediaan yang

telah ditentukan, bertujuan agar mengetahui kekentalan (viskositas)

sediaan sirup. Nilai viskositas yang baik yaitu antara 10- 30 cp. Pada
percobaan ini, didapat hasil viskositas pada sediaan sirup yaitu 10 cP,

4. Pemeriksaan BJ Uji yang dilakukan yaitu uji bobot jenis. Uji bobot

jenis ini dilakukan menggunakan piknometer. Uji bobot jenis

dilakukan dengan cara menimbang bobot piknometer kosong,

kemudian piknometer diisi air dan ditimbang kembali. Untuk uji bobot

jenis hasil yang diharapkan sediaan memiliki bobot jenis sebesar

1,198 g/mL (Ansel, 2014). Sementara hasil uji bobot jenis yang

dilakukan pada saat praktikum menghasilkan nilai BJ 1,073 mg/mL.

Perbedaan ini kemungkinan disebabkan beberapa hal, seperti adanya

cairan yang tumpah yang membuat hasil bobot jenis dari sediaan lebih

kecil dari hasil pada literature yang di dapatkan.

5. Uji Kejernihan Selanjutnya dilakukan uji kejernihan sirup. Uji

dilakukan secara visual dengan mengamati sediaan. Hasil uji sediaan

sirup seharusnya jernih, dan tidak mengandung pengotor di dalamnya.

Berdasarkan pengamatan didapatkan hasil yaitu sediaan tidak jernih

tetapi masih bisa tembus cahaya dan tidak mengandung pengotor

didalamnya.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.

Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih

dari 66%.

2. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan

sediaan sirup dan untuk mengetahui evaluasi sediaan farmasi serta

untuk mengetahui fungsi dari masing masing bahan yang digunakan.

3. Dari uji orgnoleptik didapatkan hasil bentuk sediaan berwarna

putih kekuningan, bau jeruk dan rasa manis, pada uji PH

didapatkan hasil PH 4 yang berarti asam, dalam uji kerjernihan

sediaan tidak terlalu jernih tapi masih bisa tembus cahaya, untuk

uji viskositas didapatkan hasil 10 cp dan untuk uji bobot jenis

didapatkan haril 1, 073 g/ml.

4. Formula sediaan sirup parasetamol adalah parasetamol 120

mg/mL, eatnol 5mL, propilenglikol 7 mL, sirup simplex 20%,

asam benzoat 0,1%, pewarna, essence dan aquabidest ad 60 mL

B. Saran

1. Sebaiknya dalam melakukan dilakukan dengan hati hati agar

tidak terjadi kecelakaan dalam praktikum

2. Disarankan untuk selalu menggunakan APD.


3. Dalam melakukan penimbangan harus dilakukan dengan teliti.

DAFTAR PUSTAKA

 Anief, Moh . 1997 . Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas
Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia Edisi
III Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia Edisi
IV . Jakarta : Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978 . Formularium Nasional Edisi 2
Jakarta : Dekpes RI
Syamsuni . 2007 . Ilmu Resep . Jakarta : EGC
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai