SIRUP
LATAR BELAKANG
Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang dikenal luas oleh
masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di pasaran dari berbagai macam merk,
baik yang generic maupun yang paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena
disamping mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma yang harum
serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak dan orang
yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya.
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar
sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebiih dari 66%. Secara umum, sirup dibagi menjadi 2
macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup, cocoa syrup,
orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat, sirup isoniazid).
Non Medicated Syrup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung bahan obat, melainkan hanya
mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup Obat mengandung bahan
obat/Zat berkhasiat.
I. Definisi
1. Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%.
2. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
tinggi (Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah
obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair
kental yang minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).
3. Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (Anonim, 1979). Sirup adalah
sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa
(Voigt, 1984).
2. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan
tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
4. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam
sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari
sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat
konsisen dengan rasa
5. Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-
pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
A. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan
untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara
berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan
tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan
kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan
tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti
untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas idak lebi dari 0,1 C.
Metode Kerja
1. Melarutkan bahan- bahan dengan bantuan pemanasan
Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan dan dipanaskan sampai larut.
Contoh : sirup akasia, sirup cokelat
Metode ini dilakukan untuk menghindari panas yang merangsang inverse sukrosa.
Prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi mempunyai kestabilan yang maksimal. Bila
bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah dengan melarutkannya dalam
sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup. Contoh : sirup ferro
sulfat
3. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa (Colatura)
Ada kalanya cairan obat seperti tingtur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam
pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan yang larut dalam
alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen yang larut dalam
alcohol ibutuhkan sebagai bahan obat dalam pembuatan sirup, beberapa cara kimia umum dapat
dilakukan agar bahan-bahan tersebut larut dalam air, campuran dibiarkan sampai zat-zat yang tidak
larut dalam air terpisah sempurna dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan obat
yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila
tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung
ke sirup biasa atau sirup pemberi rasa sebagai obat. Contoh : Sirup sena
Penjernihan Sirup
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat
putih telur akan menggumpal karena panas.
2. Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan
melekat ke kertas saring.
V. Kestabilan Sirup dalam Penyimpan
Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya
awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada
pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai
penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya,
lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung
dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak
berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25% atau
pengawet lain yang cocok.
Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai :
1. Timbang seksama + 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air
dan sedikit larutan Aluminium hidroksida p. Tambahkan larutan timbal ( II ) sub asetat p tetes
demi tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
2. Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama.
Masukkan + 45,0 ml filtrat kedalam labu tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian
volume asam klorida p dan 21 bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml. Panaskan labu
dalam tangas air pada suhu antara 68 o dan 70 oC selama 10 menit, dinginkan dengan cepat
sehingga suhu lebih kurang 20 derajat celcius.
3. Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang
penyerap.
4. Ukur rotasi optik larutan yang belum di inversi dan sesudah inversi menggunakan
tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara 10 o dan 25 o C. Hitung kadar dalam
%, C12H22O11 dengan rumus :
2 )1 - C = 300 x (
( 144 - 0,5 t )
C = Kadar sacharosa dalam %
1 = rotasi optik larutan yang belum di inversi
2 = rotasi optik larutan yang sudah di inversi
t = suhu pengukuran
Cara pembuatan : 20 bagian ferrum pulveratum dicampur dengan 60 bagian air, tambahkan 41
bagian Iodium sedikit demi sedikit sambil digerus. Setelah warna coklat hilang maka larutan
disaring, dimasukkan kedalam larutan ½ bagian acidum citricum dan 600 bagian sakarosa dalam
200 bagian air panas.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro Iodida maka ujung corong masuk kedalam larutan
sakarosa. Sisa serbuk besi pada kertas saring dicuci dengan air sampai diperoleh 1000 bagian
sirup.
Guna acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi sakarosa, menjadi glukosa dan fruktosa
yang merupakan reduktor kuat yang berguna untuk mencegah oksidasi ferro lodidum.
Cara pembuatan : larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben 0,25 % secukupnya
hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong kecil-kecil dengan
20 bagian larutan metil paraben 0,25%. Biarkan dalam tempat tertutup selama 12 jam. Pindahkan ke
dalam perkolator, perkolasi dengan larutan metil paraben 0,25% secukupnya hingga diperoleh 37
bagian perkolat. Tambahkan 63 bagian gula pada suhu kamar atau pada pemanasan perlahan-
lahan dalam tempat tertutup hingga diperoleh 100 bagian sirup
Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas aromatik.
Dalam perdagangan dikenal “dry syrup” yaitu syrup berbentuk kering yang kalau akan dipakai
ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat yang tidak stabil
dalam suasana berair.
A. Keuntungan
1. Merupakan campuran yang homogeny
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
3. Oba lebih mudah diabsorbsi
4. Mempunyai rasa manis
5. Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak
6. Membantu paien yang mendapat kesulitan dalam menelan oba
B. Kerugian
1. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
2. Volume dan bentuk larutan lebih besar
3. Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup
KESIMPULAN:
Dalam pembuatan sirup harus diperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi hasil akhir
dari sediaan yang dihasilkan. Berbagai aspek itu antara lain pemahaman dasar mengenai sediaan
sirup, komponen dalam sirup, sifat kimia fisika, dan prinsip-prinsip dalam pengerjaan mulai dari
pemilihan metode kerja yang sesuai dengan bahan yang digunakan sampai pada uji mutu dan
kestabilan obat dalam penyimpanan.
SUMBER:
Ansel,H.C., 1989. “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, Edisi Keempat, Terjemahan oleh Farida
Ibrahim, UI Press; Jakarta
DepKes RI, 1979. “Farmakope Indonesia”, Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
; Jakarta
Filzahazny.wordpress.com/2009/03/18/sirup
http://etd.epints.ums.ac.id/12664/2/BAB_I.Pendahuluan/ ; diakses Rabu, 1 Juni 2011
http://global-4-lvs-usa.operamini.net/ ; diakses Rabu, 1 Juni 2011
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/ ; diakses Rabu, 1 Juni 2011
http://rmp.ums.ac.id/silabi/ ; diakses Rabu, 1 Juni 2011
Voight, R. 1991, “Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi”, Terjemahan Soendari Noerono, Gadjah
Mada University Press ; Yogyakarta