Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Karena dengan rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Maksud dan tujuan dibuat makalah ini adalah agar
lebih memahami materi mengenai sediaan galenika terutama mengenai sirup yang akan saya
bahas dalam makalah ini.
Makalah ini dibuat berdasarkan beberapa sumber yang bersangkutan dengan materi.
Dalam penyusunan makalah ini, tentulah saya banyak menemukan berbagai hambatan dan
kendala karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang saya punya. Saya menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna baik seara penyajian ataupun kelengkapannya. Oleh
karena itu, saya siap menerima segala kritik dan saran demi sempurnanya makalah-makalah yang
lainnya.
Tak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak di bidang farmasi dan bidang
kesehatan pada umumnya.

         Majalengka, Mei 2012

Penyusun 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang


Sirup merupakan salah satu produk olahan cair yang dikonsumsi sebagian besar orang
sebagai minuman pelepas dahaga. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti
gula dengan atau tanpa bahan tambahan, bahan pewangi, dan zat aktif sebagai obat (Ansel,
2005). Menurut Syamsuni, (2007) menyatakan, Sirup adalah larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi. Menurut Mun’im dan Endang (2012), menyatakan
bahwa sirup mengandung paling sedikit 50% sukrosa dan biasanya 60-65%.
Sirup dapat dibuat dari bahan dasar buah, daun, biji, akar dan bagian lain dari tumbuhan
(Margonoet. al ., 2000). Dari kemanfaatannya sirup dapat dijadikan sebagai minuman pelepas
dahaga sekaligus sebagai obat dengan bahan herbal yang dapat mencegah dan mengobati
penyakit (Rekomendasi WHO, 2006).
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan
lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebiih dari 66%. Secara umum, sirup dibagi
menjadi 2 macam yaitu Non Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup,
cocoa syrup, orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina sitrat,
sirup isoniazid).
Non Medicated Syrup adalah sediaan syrup yang tidak mengandung bahan obat,
melainkan hanya mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna sedangkan Sirup Obat
mengandung bahan obat/Zat berkhasiat. Sedangkan Medicated Syrup merupakan sirup yang
mengandung satu atau lebih bahan obat. Sirop obat berupa preparat yang sudah distandarisasi,
dapat diberikan berupa obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain.

1.2   Rumusan Masalah


a.   Apa pengertian sirup?
b.   Komponen apa saja yang terdapat dalam sirup?
c.   Bagaimana cara pembuatan sirup?
d.   Apa saja khasiat dari sirup?
e.   Apa keuntungan dan kerugian sirup?

1.3   Batasan Masalah


a.       Definisi
b.      Komponen Sirup
c.       Sifat Fisika Kimia sirup
d.      Pembuatan Sirup
e.       Kestabilan Sirup dalam Penyimpann
f.       Keuntungan dan Kerugian sediaan Sirup

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi
Menurut Farmakope Indonesia III, Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(Anonim, 1995). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau
zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang
minimal mengandung 50% sakarosa (Ansel et al., 2005).
Dalam perkembangannya, banyak sekali pengertian mengenai sirup. Sirup adalah sediaan
cair berupa larutan yang mengandung sakarosa (Anonim, 1979). Sirup adalah sediaan cairan
kental untuk pemakaian dalam, yang minimal mengandung 90% sakarosa (Voigt, 1984).

2.1.2 Komponen Sirup


a.  Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun
pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah
seperti laktosa.
b.  Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih
lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c.  Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang
berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan
cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma
ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi
aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen
lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan
keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.

2.1.3 Sifat Fisika Kimia Sirup


a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar
lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan
yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur
harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan
perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam
batas idak lebi dari 0,1 C.
b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan
erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin mudah dituang
dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama
penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup
untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar
dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai
minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu
0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama
waktu tertentu.

2.1.4 Pembuatan Sirup


Kecuali dinyatakan lain, Sirup dibuat dengan cara sebagai berikut :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga larut.
Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki, buang busa
yang terjadi, serkai.
Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon, di
tambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia.pada pembuatan sirop simplisia
untuk persediaan di tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok.sirop disimpan
dalam wadah tertutup rapar,dan di tempat yang sejuk.

A . Metode Kerja :
1. Melarutkan bahan- bahan dengan bantuan pemanasan
Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila :
a. Dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin
b. Komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh pemanasan
Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan dan dipanaskan sampai
larut. Contoh : sirup akasia, sirup cokelat
2. Melarutkan bahan-bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan
Metode ini dilakukan untuk menghindari panas yang merangsang inverse sukrosa.
Prosesnya membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi mempunyai kestabilan yang maksimal.
Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah dengan melarutkannya
dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup. Contoh :
sirup ferro sulfat
3. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa (Colatura)
Ada kalanya cairan obat seperti tingtur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat
dalam pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan yang
larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol. Jika komponen
yang larut dalam alcohol ibutuhkan sebagai bahan obat dalam pembuatan sirup, beberapa cara
kimia umum dapat dilakukan agar bahan-bahan tersebut larut dalam air, campuran dibiarkan
sampai zat-zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna dan menyaringnya dari campuran.
Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan
sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan
berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atau sirup pemberi rasa sebagai obat.
Contoh : Sirup sena
4. Maserasi dan Perkolasi
a. Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam
cairan penyari pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Contoh : Sirupus Rhei, Althaeae
sirup
b. Perkolasi ialah suatu cara penarikan, memakai alat yang disebut perkolator, yang simplisianya
terendam dalam cairan penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes
secara beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Contoh :Sirupus
cinnamomi, sirup aurantii corticis.

B. Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup


1. pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan
Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
2. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil
paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
3. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan
terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
4. Bj sirup kira-kira 1,3
5. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan fruktosa )
dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
6. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.
7. Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar bidang
polarisasi kekiri.
8. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan
berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.
9. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur,
meskipun jamur tidak mati.
10. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup
diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
11. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya
nipagin.
12. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus Iodeti
ferrosi.Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk
ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan
larutan gula dengan asam sitrat.
13. Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa dilarutkan
dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada pembuatan Thymi sirupus
dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa
dilarutkan tanpa pemanasan.
14. Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.

C. Penjernihan Sirup
Ada beberapa cara menjernihkan sirup :
1. Menambahkan kocokan zat putih telur segar pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat putih
telur akan menggumpal karena panas.
2 Menambahkan bubur kertas saring lalu didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke
kertas saring.

2.1.5 Kestabilan Sirup dalam Penyimpan


A. Cara Memasukkan Sirup Dalam Botol
Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam
penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada
kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai penuh sekali
sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus
dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara
luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat
terjadinya gula invert.
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25%
atau pengawet lain yang cocok.

Dari ketiga cara memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai :
1. Obat, misalnya : chlorfeniramini maleatis sirupus.
2. Corigensia saporis, misalnya : sirupus simplex
Corigensia odoris, misalnya : sirupus aurantii
Corigensia coloris, misalnya : sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei
3. Pengawet, misalnya sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi
mencegah pertumbuhan bakteri.

B. Penetapan kadar sakarosa


1. Timbang seksama + 25 gram sirup dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan
sedikit larutan Aluminium hidroksida p. Tambahkan larutan timbal ( II ) sub asetat p tetes demi
tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
2. Tambahkan air secukupnya hingga 100,0 ml saring, buang 10 ml filtrat pertama. Masukkan +
45,0 ml filtrat kedalam labu tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam
klorida p dan 21 bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam tangas air
pada suhu antara 68 o dan 70 oC selama 10 menit, dinginkan dengan cepat sehingga suhu lebih
kurang 20 oC.
3. Jika perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
4. Ukur rotasi optik larutan yang belum di inversi dan sesudah inversi menggunakan tabung 22,0
cm pada suhu pengukur yang sama antara 10 o dan 25 o C. Hitung kadar dalam %, C12H22O11
dengan rumus :

C = 300 x ( 1 - 2 )
( 144 - 0,5 t )

C = Kadar sacharosa dalam %


1 = rotasi optik larutan yang belum di inversi
2 = rotasi optik larutan yang sudah di inversi
t = suhu pengukuran

2.2 Pembahasan Auranti Sirup (Sirup Jeruk Manis)


            Sirup adalah cairan berkadar gula tinggi. Untuk rasa dan flavor, gula sirup dilarutkan
dengan sari buah, atau larutan gula ditambah dengan sari buah.
Sirup jeruk dapat disimpan lama tanpa penambahan bahan pengawet dan tanpa proses sterilisasi
dalam pengemasnnya karena tingginya kadar gula (67,5%) dan rendahnya pH (di bawah 4,0).
            Pembuatan sirup jeruk cukup mudah, dan dapat dikerjakan dengan alat-alat sederhana.
Pada tulisan ini dijelaskan pengolahan sirup jeruk untuk industri kecil.

A.       Cara Pembuatan Sirup Jeruk Manis


Cara pembuatan : campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong kecil-kecil
dengan 20 bagian larutan metil paraben 0,25%. Biarkan dalam tempat tertutup selama 12 jam.
Pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan larutan metil paraben 0,25% secukupnya
hingga diperoleh 37 bagian perkolat. Tambahkan 63 bagian gula pada suhu kamar atau pada
pemanasan perlahan-lahan dalam tempat tertutup hingga diperoleh 100 bagian sirup.
Pemerian : cairan kental, jernih, warna coklat, bau khas aromatik.

B.        Nutrisi di Jeruk Manis


Jeruk manis kaya akan vitamin C dan kalium. Satu persediaan jeruk sekitar 116,2% dari
nilai harian untuk vitamin C kulit Its mengandung citral, aldehida bahwa kerumitan aksi vitamin
A. Selain mineral dan vitamin yang diberikan dalam tabel ini juga mengandung 86,0 g Moisture.

Vitamin (Per 100 g) Mineral (Per 100 g)


Karbohidrat 12,0 g - 12,67 g
Vitamin A 198 IU Kalsium 40 g-43 g
Kalium 190 mg - 201 mg
Vitamin B2
0,046 mg Besi 0,2 g - 0,8 g
(Riboflavin)
Vitamin B1 Kalori 48 - 52
0,113 mg
(Thiamin) Protein 0,8 g - 1,4 g
Vitamin C 65,69 mg Lemak 0,2 g - 0,4 g
Serat 0,8 g

C.           Kegunaan Jeruk Manis


1.      Pulp jeruk manis digunakan untuk membuat jus segar yang kaya akan kandungan protein.
2.      Dengan kulit buah digunakan untuk membuat parfum dan sabun.
3.      Minyak goreng diekstrak dari bijinya.
4.      Sari daun jeruk manis yang digunakan untuk mengontrol borok, luka dll

D.          Manfaat Jeruk Manis


1.      Kaya Vitamin C konten dalam jeruk manis membantu dalam perlindungan antioksidan dan
dukungan kekebalan.
2.      Segelas Orange Juice dikatakan lebih protektif dari asupan Vitamin C Alone.
3.      Long-Acting Liminoids dalam buah jeruk menambah kemampuan mereka untuk
mempromosikan kesehatan yang optimal.
4.      Senyawa dalam kulit jeruk menurunkan Kolesterol sebagai efektif sebagai Obat Statin.
5.      Serat kaya dalam buah membantu mencegah aterosklerosis.
6.      Perlindungan terhadap Rheumatoid Arthritis.
7.      Membantu dalam mencegah Luka lambung dan mengurangi risiko untuk Kanker Lambung.

2.3 Keuntungan Dan Kerugian sediaan Sirup


A. Keuntungan
1. Merupakan campuran yang homogeny
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
3. Oba lebih mudah diabsorbsi
4. Mempunyai rasa manis
5. Mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak
6. Membantu paien yang mendapat kesulitan dalam menelan obat

B. Kerugian
1. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
2. Volume dan bentuk larutan lebih besar
3. Ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dalam pembuatan sirup harus diperhatikan berbagai aspek yang dapat mempengaruhi
hasil akhir dari sediaan yang dihasilkan. Berbagai aspek itu antara lain pemahaman dasar
mengenai sediaan sirup, komponen dalam sirup, sifat kimia fisika, dan prinsip-prinsip dalam
pengerjaan mulai dari pemilihan metode kerja yang sesuai dengan bahan yang digunakan sampai
pada uji mutu dan kestabilan obat dalam penyimpanan. 

DAFTAR PUSTAKA

http://belongtomahsumi.blogspot.com/2011/06/sirup.html
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=6&doc=6d31
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http:

Anda mungkin juga menyukai