Anda di halaman 1dari 2

TUGAS

TEKNOLOGI OBAT HERBAL I


SIMPLISIA TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza)

Oleh kelompok 4
1
2
3
4
5
6
7
8

Cahya W.
Firman Dwi S.
Ayu Soraya A.
Kinia Tirta Ayu
Khoirun Nisa
Mardhatillah Q.
Findriyan Feryco S.
Ely Alfiyah

1100043
1110247
1110297
1110342
1120304
1120331
1120364
1130188

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA


SURABAYA
2015
1. Metode ekstraksi untuk tanaman temulawak termasuk metode ekstraksi exhaustive
atau kesetimbangan ? mengapa ?
Exhaustive atau perkolasi, biasanya digunakan untuk bagian Kulit dan akar. Perkolasi
adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru hingga semua pelarut tertarik
dengan sempurna (exhaustive extraction) , umumnya dilakukan pada suhu kamar. Tahapan
perkolasi penetesan pelarut serta penampungan perkolatnya hingga didapat volume 1 sampai
5 kali jumlah bahan obat. Proses keberhasilan ekstraksi dengan cara perkolasi dipengaruhi

selektivitas pelarut, kecepatan alir pelarut dan suhunya, ukuran simplisia tidak boleh terlalu
halus, karena dapat menyumbat pori-pori saringan percolator.
2. Bagaimana pengaruh variabel ekstraksi (suhu, solven, lama ekstraksi, dll) terhadap

hasil ekstraksi ?
Pengaruh suhu pada extraksi temulawak adalah semakin tinggi suhu ekstraksi maka nilai
kandungan kurkumid juga semakin tinggi namun juga dapat menyebabkan kerusakan
oleoresin yang tidak tahan pada suhu tinggi. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin
banyak pula hasil ekstraksi yang didapat, namun waktu yang terlalu lama menyebabkan biaya
semakin tinggi.
Penggunaan jumlah pelarut juga mempengaruhi hasil ekstraksi yakni semakin benyak
jumlah pelarut semakin banyak pula jumlah produk yang akan diperoleh, hal ini dikarenakan
o Distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas
permukaan kontak.
o Perbedaan konsentrasi solute dalam pelarut dan padatan semakin besar.
(Gamse,2002)
Beberapa komponen non polar dari temulawak adalah minyak atsiri dan terpenoid
(Mangunwardoyo dk., 2012). Kurkuminoid digolongkan dalam obat kelas 2, untuk
dikonsumsi (Custadio dkk.,2007). Jika ditinjau dari jumlah lemak yang paling sedikit, maka
pelarut yang tepat untuk penyediaan ekstrak dari temulawak adalah etanol.beberapa kriteria
pemilihan pelarut adalah: berdasarkan interaksi antara solute pelarut , selektivitas,
sekstabilan kimia dan panas, kecocokan dengan solute, viskositas, tidak beracun, ekonomis
dll. Pengaruh penentuan solven yang tepat dapat meningkatkan hasil ekstraksi pada
temulawak.

Anda mungkin juga menyukai