PRAKTIKUM FITOKIMA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkembang maupun negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih
berlimpah. Contoh dari kekayaan alam tersebut adalah banyaknya jenis spesies
diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,
menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari
pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya.
Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian
tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa
senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif dapa
tanaman dan hewan terdapat didalam sel namun sel tanaman da hewan begitu
pula ketebalan masing masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan
pelarut tertentu dalam mengeksrtaknya. Proses terekstraknya zat aktif pada sel
tanaman adalah pelarut organik akan menembus dindidng sel dan masuk kadalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut pada pelarut organik
tersebut hingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel
da pelarut organic diluar sel, maka larutan terpakat akan didistribusi keluar sel
dan prose ini terulang sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
tahun 1879. Contoh metode yang paling umum digunakan metode semi-kontinyu
tersebut, minyak dan lemak dari bahan padat yang diambil dengan mencuci
eter, di bawah refluks dalam gelas khusus. Catatan William B. Jensen bahwa
contoh awal extractor kontinu adalah bukti arkeologi untuk Mesopotamia air
panas ekstraktor untuk bahan organik berasal dari sekitar 3500 SM.Sebelum
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
B. Tujuan Praktikum
dengan sampel kulit buah Naga (Hylocereus polyrhizus) dan buah Anggur (Vitis
vinifera L.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
satu tanaman buah yang saat ini sedang populer di masyarakat adalah buah naga.
Buah naga yang populer di Indonesia memiliki dua varian, yaitu buah naga
merah dengan daging buah berwarna merah (Hylocereus polyrhizus) dan buah
naga putih dengan daging buah berwarna putih (Hylocereus undatus). Buah naga
merah memiliki kemampuan anti radikal yang lebih tinggi dibandingkan buah
Kulit dari buah naga merah merupakan limbah yang masih sangat jarang
yang cukup tinggi. senyawa antioksidan mampu melawan oksidasi dalam tubuh.
DNA, sehingga risiko terjadinya kanker juga akan meningkat Pemanfaatan yang
dapat dilakukan pada kulit buah naga salah satunya adalah dengan
Buah naga merah memiliki warna merah yang sangat menarik yang disebut
banyak tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut
dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak,
merah senduduk, ungu, dan biru dalam bunga, daun, dan buah pada tumbuhan
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermathophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Genus : Hylocereus
dikonsumsi sebagai buah segar, jus anggur, minuman (wine), kismis dan lain-lain
maupun tropis. Tanaman anggur tumbuh pertama kali di dataran Eropa, Amerika
Utara, Islandia, daerah dingin yang dekat dengan Kutub Utara, Greenland dan
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Vitales
Family : Vitaceae
Genus : Vitis
Anggur yang dikenal oleh masyarakat Indonesia ada 2 yaitu: Vitis vinifera
dan Vitis labrusca. Vitis vinifera mempunyai varietas seperti Gross colman dan
briliant, beacon, dan carman dan hanya varietas isabella yang dapat tumbuh baik
di Indonesia. Anggur Vitis vinifera dan Vitis labrusca kurang dikenal oleh
anggur berbentuk jantung yang mempunyai tepi bergerigi dan tepinya berlekuk
berbentuk bulat hingga lonjong. Jenis Vitis vinifera, daunnya tipis, berwarna
oksidasi plasma dan memperlambat penuaan. Selain itu anggur juga mempunyai
2010).
C. Metode Estraksi
1. Prinsip Maserasi
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel
melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan didalam sel. Selama
1995).
2. Prinsip Perkolasi
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan
dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan
zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh (Voight,
1995).
3. Prinsip Sokletasi
dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut
terisolasi dengan sempurna. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan
padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak
dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain di mana pelarut yang
mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut
dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan
adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet,
pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan
kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.
Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang
lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada
suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang
f. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan
terjadi penguraian.
menguap.
sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena
penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang
disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi (Voight,
1995).
4. Prinsip Refluks
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk
dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju
kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran
air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan
diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau
situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia
yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia
(TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok
dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat
mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih
tradisional.
4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika
tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak
organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,
maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Alat
a. Corong
b. Gunting
c. Lakban hitam
d. Kertas sating
e. Pisau stenlis
g. Selang air
h. Spidol
j. Talenan
k. Toples
2. Bahan
a. Aquadest
b. Batu didih
c. Etanol
B. Cara Kerja
hasil ekstraks.
BAB IV
A. Hasil Praktikum
No. Sampel Berat (g) Jumlah pelarut (mL) Jumlah siklus
1. Kulit buah naga 43,84 270 15
2. Anggur 36,87 270 9
B. Pembahasan
Pada praktikum Fitokimia kali ini dilakukan ekstraksi cara dingin dengan
pemisahan suatu pemisahan komponen yang terdapat dalam zat padat dengan
Pada praktikum kali ini hal pertama yang dilakukan pada adalah
membersihkan labu didih, kemudian merangkai alat sokletasi. Labu didih yang
telah dibersihkan ditambahkan dengan batu didih lalu ditimbang. Fungsi dari
batu didih ialah untuk mempercepat proses pendidihan, meratakan panas, dan
mencegah terjadinya bumping (letupan akibat panas yang tidak merata). Lalu
hal berikutnya yang dilakukan adalah menimbang kulit buah naga yang telah
dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring (selongsong telah dibuat
terlebih dahulu). Kuit buah naga dipotong kecil-kecil dengan maksud untuk
dengan labu didih yang dilakukan di atas mantel pemanas (terlebih dahulu
diolesi dengan vaseline pada ujung tepi tabung soklet), berikutnya pengisian
pelarut etanol pada tabung soklet sebanyak 100 ml lalu disambungkan dengan
sehingga uap tersebut mencair dan turun kembali ke dalam tabung soklet untuk
melarutkan minyak. Setelah semua alat sokletasi terpasang dengan benar, air
pemanas.
tinggi pelarut dalam tabung soklet (diselongsong) sama tinggi dengan pelarut
pada pipa sifon, lalu pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam labu
didih dan begitu seterusnya (efek sifon). Proses ini berlangsung selama kurang
lebih 3 jam, dengan siklus sebanyak 15 kali pada kulit buah naga, dan 9 kali
pada buah anggur . Setelah proses sokletasi dianggap selesai, lalu selongsong
dikeluarkan dari tabung soklet dan diperas untuk mengambil sisa pelarut yang
masih tertinggal dan mengetahui apakah masih ada kandungan minyak yang
belum terekstrak
pelarut sebanyak 135 mL pada kulit bush Naga dan 110 mL pada buah Anggur.
Jumlah pelarut yang diperoleh tidak sama dengan jumlah pelarut awal, hal ini
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam
dan di luar sel. Dengan demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam
B. Saran
pada saat perhitungan pengenceran etanol, praktikan harus teliti agar hasil
DAFTAR PUSTAKA
Anis, E, Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah (Hylocareus
costaricensis) Pada Beberapa Umur Simpan Dengan Perbedaan Jenis
Pelarut, Jurnal Gamma, Universitas Muhamadiyah, Malang Vol 6, 2002.
Berger & Williams. (1992). Fundamental of nursing: collaborating for optimal
health. USA: Apleton & Lange.
C.G.G.J. Van Steenis. 1975. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta Pusat : PT.
Pradnya Paramita.
Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Harborne, J. B, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan,
Diterjemahkan oleh Keokasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 1987.
Lidya Simanjuntak, 2014, Ekstraksi Pigmen Antosianin Dari Kulit Buah Naga
Merah (Hylocereus polyrhizus), Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara
Voight, R. 1995. Buku pelajaran teknologi farmasi, diterjemahkan oleh soendani
N.S., UGM Press ,Yogyakarta
Winarno, F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka