Anda di halaman 1dari 19

SOXHLETASI

PRAKTIKUM FITOKIMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikeanal luas baik di Negara

berkembang maupun negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih

tergantung pada obat tradisional sebagai pengobatan primer. Penggunaan obat

tradisional disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan

alami, lebih aman dan tidak menimbulkan efek samping.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang

berlimpah. Contoh dari kekayaan alam tersebut adalah banyaknya jenis spesies

tanaman di Indonesia. Kurang lebih terdapat 30.000 – 40.000 spesies tanaman

ada di Indonesia. Berbagai tanaman tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai

obat tradisional oleh masyarakat.

Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang

diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,

menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari

pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya.

Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian

tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa

senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif dapa

tanaman dan hewan terdapat didalam sel namun sel tanaman da hewan begitu

pula ketebalan masing masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan

pelarut tertentu dalam mengeksrtaknya. Proses terekstraknya zat aktif pada sel

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 1


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

tanaman adalah pelarut organik akan menembus dindidng sel dan masuk kadalam

rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut pada pelarut organik

tersebut hingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel

da pelarut organic diluar sel, maka larutan terpakat akan didistribusi keluar sel

dan prose ini terulang sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat

aktif dan diluar sel.

Metode dengan menggunakan soxhlet ini dijelaskan oleh Soxhlet pada

tahun 1879. Contoh metode yang paling umum digunakan metode semi-kontinyu

diterapkan untuk ekstraksi lipid dari makanan. Menurut prosedur Soxhlet

tersebut, minyak dan lemak dari bahan padat yang diambil dengan mencuci

berulang (perkolasi) dengan organik pelarut, biasanya heksana atau petroleum

eter, di bawah refluks dalam gelas khusus. Catatan William B. Jensen bahwa

contoh awal extractor kontinu adalah bukti arkeologi untuk Mesopotamia air

panas ekstraktor untuk bahan organik berasal dari sekitar 3500 SM.Sebelum

Soxhlet, kimiawan Perancis Anselme Payen juga memelopori dengan ekstraksi

terus menerus dalam tahun 1830-an.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut

dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat

fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula

tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan

jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi

berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.

Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 2


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

B. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan ekstraksi metode Sokhletasi

dengan sampel kulit buah Naga (Hylocereus polyrhizus) dan buah Anggur (Vitis

vinifera L.)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 3


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Buah Naga (Hylocereus polyrhizus)

Buah-buahan merupakan bahan pangan yang kaya akan antioksidan. Salah

satu tanaman buah yang saat ini sedang populer di masyarakat adalah buah naga.

Buah naga yang populer di Indonesia memiliki dua varian, yaitu buah naga

merah dengan daging buah berwarna merah (Hylocereus polyrhizus) dan buah

naga putih dengan daging buah berwarna putih (Hylocereus undatus). Buah naga

merah memiliki kemampuan anti radikal yang lebih tinggi dibandingkan buah

naga putih (Taufiq, 2014).

Kulit dari buah naga merah merupakan limbah yang masih sangat jarang

dimanfaatkan. Padahal, kulit buah naga masih mengandung senyawa antioksidan

yang cukup tinggi. senyawa antioksidan mampu melawan oksidasi dalam tubuh.

Jika tingkat oksidasi dalam tubuh meningkat akan menyebabkan kerusakan

DNA, sehingga risiko terjadinya kanker juga akan meningkat Pemanfaatan yang

dapat dilakukan pada kulit buah naga salah satunya adalah dengan

mengekstraknya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar beragam

pangan fungsional yang akan bermanfaat bagi kesehatan (Taufiq, 2014).

Buah naga merah memiliki warna merah yang sangat menarik yang disebut

antosianin. Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling

banyak tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut

dalam air ini adalah penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak,

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 4


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

merah senduduk, ungu, dan biru dalam bunga, daun, dan buah pada tumbuhan

tingggi (Lidya, 2014).

Klasifikasi buah naga (Hylocereus polyrhizus) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermathophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus polyrhizus

B. Anggur (Vitis vinifera L.)

Anggur merupakan komoditi yang memberikan nilai tambah. Artinya, bisa

dikonsumsi sebagai buah segar, jus anggur, minuman (wine), kismis dan lain-lain

(Setiadi, 2005). Anggur merupakan tanaman yang tumbuh memanjat, yang

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 5


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

mempunyai keistimewaan yaitu rantingrantingnya dapat mengeluarkan buah

yang lebat (Nurcahyo, 1999).

Anggur dapat tumbuh dan dibudidayakan di daerah dingin, subtropis,

maupun tropis. Tanaman anggur tumbuh pertama kali di dataran Eropa, Amerika

Utara, Islandia, daerah dingin yang dekat dengan Kutub Utara, Greenland dan

menyebar ke Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, anggur lokal dipandang

sebagai tanaman yang bernilai komersial (Setiadi, 2005).

Klasifikasi anggur (Vitis vinifera L.) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Vitales

Family : Vitaceae

Genus : Vitis

Species :Vitis vinifera L.(Setiadi, 2005).

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 6


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

Anggur yang dikenal oleh masyarakat Indonesia ada 2 yaitu: Vitis vinifera

dan Vitis labrusca. Vitis vinifera mempunyai varietas seperti Gross colman dan

Muskaan d’alexandrie. Varietas di Indonesia yaitu anggur Bali, Probolinggo Biru

dan Probolinggo Putih. Vitis labrusca mempunyai varietas seperti isabella,

briliant, beacon, dan carman dan hanya varietas isabella yang dapat tumbuh baik

di Indonesia. Anggur Vitis vinifera dan Vitis labrusca kurang dikenal oleh

masyarakat karena masyarakat lebih mengenal adanya anggur merah, anggur

hitam, dan anggur putih (Setiadi, 2005).

Anggur dikelompokkan dalam kelas dikotil (biji berkeping dua). Daun

anggur berbentuk jantung yang mempunyai tepi bergerigi dan tepinya berlekuk

atau bercangap. Daunnya mempunyai tulang menjari, ujungnya runcing dan

berbentuk bulat hingga lonjong. Jenis Vitis vinifera, daunnya tipis, berwarna

hijau kemerahan dan tidak berbulu (Nurcahyo, 1999).

Anggur mempunyai nilai gizi yang baik seperti vitamin, mineral,

karbohidrat dan senyawa fitokimia. Polifenol merupakan komponen fitokimia

yang terkandung dalam anggur karena mempunyai aktivitas biologi dan

bermanfaat untuk kesehatan. Komponen polifenol diantaranya antosianin,

flavonoid, tannin, resveratrol dan asam fenolat (Xia et al., 2010).

Polifenol dari buah anggur mempunyai efek yang menguntungkan yaitu

dapat menghambat penyakit seperti penyakit jantung, kanker, mengurangi

oksidasi plasma dan memperlambat penuaan. Selain itu anggur juga mempunyai

efek antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antiaging dan antimikroba (Xia et al.,

2010).

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 7


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

C. Metode Estraksi

Metode – metode ekstraksi terdiri dari maserasi, sokletasi, perkolasi serta

refluks. Metoda-metoda ekstraksi sebagai berikut :

1. Prinsip Maserasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur

kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel

melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya

tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan

konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan didalam sel. Selama

proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap

hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Voight,

1995).

2. Prinsip Perkolasi

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia

dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana

silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan

dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan

zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh (Voight,

1995).

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 8


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat

cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.

Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan (Voight, 1995).

3. Prinsip Sokletasi

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat

dalam sampel padat dengan cara penyarian berulang – ulang dengan pelarut

yang sama, sehingga semua komponen yang diinginkan dalam sampel

terisolasi dengan sempurna. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan

padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak

dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain di mana pelarut yang

digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat

mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut

sokletasi. Proses pengambilan minyak dari ampas kelapa dapat dilakukan

dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi (Voight, 1995).

Proses sokletasi digunakan untuk ekstraksi lanjutan dari suatu senyawa

dari material atau bahan padat dengan pelarut panas. Alat yang digunakan

adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu didih, tabung soklet,

dan kondensor.Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih dahulu

untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan

dihaluskan untuk mempermudah pelarutan senyawa (Voight, 1995)

Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara

pemanasan, sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontunyu akan

membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 9


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

kedalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut.

Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada labu distilasi yang

diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat

lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada

suatu zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang

diinginkan. Syarat - syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi :

a. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksana, eter, petroleum eter,

metil klorida dan alkohol

b. Titik didih pelarut rendah.

c. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan.

d. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi.

e. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.

f. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.

Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut:

a. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.

b. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.

c. Proses sokletasi berlangsung cepat.

d. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.

e. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kelemahan sokletasi adalah sebagai berikut :

a. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang

mudah rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan

terjadi penguraian.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 10


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

b. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan

pereaksi meyer, Na, wagner, dan reagen-reagen lainnya.

c. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah

menguap.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan

yang sedang berlangsung.Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam

sokletasi harus dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena

sinar matahari, senyawa dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi

penguraian atau dekomposisi. Hal ini akan menimbulkan senyawa baru yang

disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel tidak alami lagi (Voight,

1995).

4. Prinsip Refluks

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel

dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari

lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola

menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju

labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas

bulat, demikian seterusnyaberlangsung secara berkesinambungan sampai

penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-

4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan(Voight,1995).

5. Prinsip Destilasi Uap Air

Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan

dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 11


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat

dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju

kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran

air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan

memisah antara air dan minyak (Voight, 1995).

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi :

1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari

organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat

diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau

menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai.

2. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu,

misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia

sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam

situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia

yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia

atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu

3. Organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional,

dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine

(TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok

dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat

mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih

lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat

tradisional.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 12


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

4. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara

apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika

tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak

atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya

senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut

organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel,

maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang

terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam

dan di luar sel (Voight, 1995).

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 13


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Alat

a. Corong

b. Gunting

c. Lakban hitam

d. Kertas sating

e. Pisau stenlis

f. Satu set alat sokhetasi

g. Selang air

h. Spidol

i. Statif dan klem

j. Talenan

k. Toples

2. Bahan

a. Aquadest

b. Batu didih

c. Etanol

d. Sampel : Anggur dan kulih buah Naga

B. Cara Kerja

1. Pasang alat soklet

2. Haluskan dan keringkan sampel

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 14


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

3. Bungkus sampel dengan kertas saring ( selongsong ), ikat dengan

benang,masukkan ke dalam alat soklet

4. Masukkan pelarut sebanyak 1,5 x volume ekstraktor soklet

5. Lakukan sokletasi sampai pelarut tidak berwarna

6. Keluarkan sampel, panaskan untuk memisahkan pelarut dari senyawa

hasil ekstraks.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 15


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
No. Sampel Berat (g) Jumlah pelarut (mL) Jumlah siklus
1. Kulit buah naga 43,84 270 15
2. Anggur 36,87 270 9

B. Pembahasan

Pada praktikum Fitokimia kali ini dilakukan ekstraksi cara dingin dengan

menggunakan metode soxhletasi. Metode Soxhletasi merupakan proses

pemisahan suatu pemisahan komponen yang terdapat dalam zat padat dengan

cara penyarian yang berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu,

sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.

Pada praktikum kali ini hal pertama yang dilakukan pada adalah

membersihkan labu didih, kemudian merangkai alat sokletasi. Labu didih yang

telah dibersihkan ditambahkan dengan batu didih lalu ditimbang. Fungsi dari

batu didih ialah untuk mempercepat proses pendidihan, meratakan panas, dan

mencegah terjadinya bumping (letupan akibat panas yang tidak merata). Lalu

hal berikutnya yang dilakukan adalah menimbang kulit buah naga yang telah

dihancurkan dan dikeringkan sebanyak gram, yang berikutnya dimasukkan ke

dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring (selongsong telah dibuat

terlebih dahulu). Kuit buah naga dipotong kecil-kecil dengan maksud untuk

memperbesar luas permukaan dan mempermudah pelepasan (penarikkan).

Selanjutnya selongsong dimasukkan ke dalam tabung soklet dan disambungkan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 16


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

dengan labu didih yang dilakukan di atas mantel pemanas (terlebih dahulu

diolesi dengan vaseline pada ujung tepi tabung soklet), berikutnya pengisian

pelarut etanol pada tabung soklet sebanyak 100 ml lalu disambungkan dengan

kondensor. Kondensor berfungsi untuk mendinginkan uap N-heksana yang naik

sehingga uap tersebut mencair dan turun kembali ke dalam tabung soklet untuk

melarutkan minyak. Setelah semua alat sokletasi terpasang dengan benar, air

dialirkan ke kondensor melalui selang dan diikuti dengan penghidupan mantel

pemanas.

Proses sokletasi berlangsung, dimana pelarut yang telah menguap ke

kondensor menetes kembali ke tabung soklet dan membasahi sampel sampai

tinggi pelarut dalam tabung soklet (diselongsong) sama tinggi dengan pelarut

pada pipa sifon, lalu pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam labu

didih dan begitu seterusnya (efek sifon). Proses ini berlangsung selama kurang

lebih 3 jam, dengan siklus sebanyak 15 kali pada kulit buah naga, dan 9 kali

pada buah anggur . Setelah proses sokletasi dianggap selesai, lalu selongsong

dikeluarkan dari tabung soklet dan diperas untuk mengambil sisa pelarut yang

masih tertinggal dan mengetahui apakah masih ada kandungan minyak yang

belum terekstrak

Kemudian dilakukan proses pengambilan pelarut (distilasi), dan diperoleh

pelarut sebanyak 135 mL pada kulit bush Naga dan 110 mL pada buah Anggur.

Jumlah pelarut yang diperoleh tidak sama dengan jumlah pelarut awal, hal ini

disebabkan karena etanol mudah menguap dan menguap ketika dilakukan

pemasangan dan pelepasan alat sokletasi.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 17


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip

pemanasan dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya

pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam

dan di luar sel. Dengan demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam

sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut. Dengan menggunakan sampel buah

naga dan anggur lalu ditambahkan etanol sebagai pelarut.

B. Saran

1. Sebaiknya praktikan lebih teliti pada saat praktikum berlangsung. Seperti

pada saat perhitungan pengenceran etanol, praktikan harus teliti agar hasil

pencarian sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian saat penimbangan

serbuk simplisia, sebaiknya praktikan harus jeli membaca angka pada

timbangan analitik agar tidak salah pada saat penimbangan

2. Diharapakan untuk praktikum selanjutnya dapat menggunakan hewan dan

tumbuhan yang lainnya, serta dapat menggunakan metode ekstraksi dan

identifikasi senyawa yang lainnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan

sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa..

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 18


SOXHLETASI
PRAKTIKUM FITOKIMA

DAFTAR PUSTAKA

Anis, E, Identifikasi Dan Uji Kualitas Pigmen Kulit Buah Naga Merah (Hylocareus
costaricensis) Pada Beberapa Umur Simpan Dengan Perbedaan Jenis
Pelarut, Jurnal Gamma, Universitas Muhamadiyah, Malang Vol 6, 2002.
Berger & Williams. (1992). Fundamental of nursing: collaborating for optimal
health. USA: Apleton & Lange.
C.G.G.J. Van Steenis. 1975. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta Pusat : PT.
Pradnya Paramita.
Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga
Harborne, J. B, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan,
Diterjemahkan oleh Keokasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 1987.
Lidya Simanjuntak, 2014, Ekstraksi Pigmen Antosianin Dari Kulit Buah Naga
Merah (Hylocereus polyrhizus), Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara
Voight, R. 1995. Buku pelajaran teknologi farmasi, diterjemahkan oleh soendani
N.S., UGM Press ,Yogyakarta
Winarno, F.G.1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

PROGRAM STUDI DIPLOMA III- AKFAR BINHUS Page 19

Anda mungkin juga menyukai