Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH FITOKIMIA

METODE EKSTRAKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fitokimia

Disusun oleh:

Abdul Mukhlis (17020200001)


Alivia Nur Vidia (16020201009)
Iin Setiani (17020200037)
Candra Melati (17020201092)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
SIDOARJO
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kimia dan teknik kimia, proses
pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau
lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran
senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia
ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak
murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada
dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain.
Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa
kimia yang memerlukan bahan baku senyawa kimia
dalam keadaan murni atau proses produksi suatu
senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses
pemisahan perlu dilakukan.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat
diterangkan sebagai proses perpindahan massa.
Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi proses pemisahan secara mekanis atau
kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang
digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi.
Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun
memungkinkan karena biaya operasinya lebih
murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk
campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui
proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan
minyak bumi), proses pemisahan kimiawi harus
dilakukan.
Proses pemisahan suatu campuran dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Metode
pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa
komponen penyusun campuran. Suatu campuran
dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau
campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu
campuran heterogen dapat mengandung dua atau
lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-
cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas,
dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau
lebih proses pemisahan harus dikombinasikan
untuk mendapatkan hasil pemisahan yang
diinginkan.

B. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah
ini antara lain :
1. Mengetahui cara pembuatan ekstrak.
2. Mengetahui berbagai metode ekstraksi.

C. Tujuan
Adapun tujuan pada penulisan makalah ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui pengertian ekstraksi
2. Agar dapat mengetahui prinsip ekstraksi
secara umum
3. Agar dapat mengeyahui pelarut apa yang
sebaiknya digunakan dalam ekstraksi
4. Agar dapat mengetahui jenis-jenis ekstraksi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari
campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut
antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur
untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran
bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak
dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode
pemisahan mekanis atau termis yang telah
dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya
saling bercampur sangat erat, peka terhadap panas,
beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia
dalam konsentrasi yang terlalu rendah.
Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi
adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan
atau yang mungkin paling ekonomis. Ekstaksi /
penyarian adalah kegiatan penarikan zat aktif yang
dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan
pelarut cair. Hasil dari ekstraksi adalah ekstrak
yang merupakan sediaan kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dan simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan.
Jenis ekstraksi dan cairan mana yang sebaiknya
digunakan, sangat tergantung dari kelarutan bahan
kandungan serta stabilitasnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat
berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua
cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya pelarut organik. Jika kedua fasa
merupakan cairan yang tidak saling bercampur,
disebut ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair
suatu senyawa dipartisipasikan diantara dua pelarut
atau fasa.
B. Tahapan-tahapan Ekstraksi
Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan
tahap-tahap berikut ini :
1. Mencampur bahan-bahan ekstraksi dengan
pelarut dan dibiarkan saling. Dalam hal ini terjadi
perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang
antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut (terjadi
ekstraksi).
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat,
kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan
mendapatkan kembali pelarut,umumnya dilakukan
dengan menguapkan pelarut.

C. Pelarut Yang Digunakan Dalam Ekstraksi


Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut
yang digunakan sangatlah penting untuk
tercapainya keberhasilan proses ekstraksi
diantaranya :
a. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang
diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari
bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain
(misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-
sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal
itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus
dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi dengan
menggunakan pelarut kedua.
b. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan pelarut
lebih sedikit).
c. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh
(atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan
ekstraksi.
d. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat
mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini
dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda
kerapatannya kecil, seringkali pemisahan harus
dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal.
e. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh
menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-kornponen bahan ekstraksi. Sebaliknya,
dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi
kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali
Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam
hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus
berada dalam bentuk larutan.
f. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus
dipisahkan dengan cara penguapan, destilasi atau
rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak
boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk
ascotrop.Ditinjau dari segi ekonomi, akan
menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik
didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga
halnya dengan panas penguapan yang rendah).
g. Kriteria lain
Murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun, tidak dapat terbakar, tidak korosif, tidak
menyebabkan terbentukya emulsi, memiliki
viskositas yang rendah.

D. Prinsip Kerja Ekstraksi

 Prinsip maserasi
Penyaringan zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyaring yang sesuai selama tiga hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan
penyaring akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyaring dengan konsentrasi rendah ( proses
difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel
dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan.

 Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam,
kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori,
cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui
simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan
zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai
keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke
bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu
dipekatkan.

 Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang telah dilapisi kertas saring
sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam
labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke
dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler
hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak
tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.

 Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas
bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi
pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya
berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan
sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
 Prinsip Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan
penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat
oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari
dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih
pelarutnya disebabkan oleh karena adanya
penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa
vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan pelarut murni yang
ditampung dalam labu alas bulat penampung.

E. Jenis-Jenis Ekstraksi
Adapun jenis ekstraksi ada dua macam yaitu,
ekstraksi secara panas dan secara dingin:
1. Ekstraksi secara dingin
 Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian
sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung
komonen kimia yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin,
tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah
peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya
antara lain waktu yang diperlukan untuk
mengekstraksi sampel cukup lama, cairan
penyari yang digunakan lebih banyak, tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras seperti benzoin,
tiraks dan lilin.
 Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan
mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini
adalah tidak memerlukan langkah tambahan
yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan
pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan
komponen secara efisien.
Salah satu alat untuk metode perkolasi
yang sudah mengalami sedikit modifikasi
yang terdiri dari sebuah labu alas bulat yang
dilengkapi dengan suatu kolom kosong di
mana sampel ditempatkan.

Gambar 1 : Alat sederhana untuk


ekstraksi padat-cair berksinambungan

pelarut
sampel bahan tanaman
Di atas kolom diletakkan sebuah
pendingin. Dengan cara ini perkolasi menjadi
lebih sempurna karena proses ekstraksi
dilakukan dengan pemanasan/pendidihan.
Sejumlah pelarut (5-10 kali jumlah sampel)
dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
dipanaskan sampai mendidih. Pendingin akan
mengkondensasi uap pelarut yang selanjutnya
akan jatuh dan melewati sampel. Saat pelarut
kontak dengan sampel inilah proses ekstraksi
senyawa dalam sampel terjadi. Pelarut yang
telah mengadakan kontak dengan sampel dan
telah mengekstrak sampel akan jatuh kembali
ke dalam labu alas bulat. Demikian proses
berlangsung berulang-ulang sampai proses
ekstraksi selesai.

2. Ekstraksi secara panas


 Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah
digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel
yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume
total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi
dari operator.

Berdasarkan bentuk campurannya (yang


diekstraksi) suatu ekstraksi dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Ekstraksi Padat-Cair
Pada ekstraksi ini, zat yang diekstraksi didalam
campuran berbentuk padatan, contoh pada ekstraksi
ini adalah ekstraksi maserasi, perkolasi, dan
sokletasi.
2. Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi ini, zat yang diektraski didalam
campuran yang berbentuk cairan. Ekstraksi cair-
cair terbagi menjadi dua bagian yaitu ekstraksi cair-
cair tak kontinu dan ekstraksi cair-cair kontinu.

Ekstraktor cair-cair tak kontinu


Dalam hal yang paling sederhana, bahan
ekstraksi. Yang cair dicampur berulangkali dengan
pelarut segar dalam sebuah tangki pengaduk
(sebaiknya dengan saluran keluar di bagian bawah).
Larutan ekstrak yang dihasilkan setiap kali
dipisahkan dengan cara penjernihan (pengaruh
gaya berat). Yang konstruksinya lebih
menguntungkan bagi proses pencampuran dan
pernisahan adalah tangki yang bagian bawahnya
runcing (yang dilengkapi dengan perkakas
pengaduk, penyalur bawah, maupun kaca Intip
yang tersebar pada seluruh ketinggiannya). Alat tak
kontinu yang sederhana seperti itu digunakan
misalnya untuk mengolah bahan dalam jurnlah
kecil, atau bila hanya sekali-sekali dilakukan
ekstraksi. Untuk Pemisahan yang dapat dipercaya
antara fasa berat dan fasa ringan, sedikit-sedikitnya
diperlukan sebuah kaca intip pada saluran keluar di
bagian bawah tangki ekstraksi.
Selain itu penurunan lapisan antar fasa
seringkali dikontrol secara elektronik (dengan
perantara alat ukur konduktivitas), secara optik
(dengan bantuan detektor cahaya 289 hatas) atau
secara mekanik (dengan pelampung atau benda
apung). Peralatan ini mudah digabungkan dengan
komponen pemblokir dan perlengkapan alarm,
yang akan menghentikan aliran keluar dan/atau
memberikan alarm, segera setelah lapisan tersebut
melampaui kedudukan tertentu.Agar fasa ringan
(yang kebanyakan terdiri atas pelarut organik) tidak
masuk ke dalam saluran pembuangan
air,pencegahan yang lebih baik dapat dilakukan
dengan memasang bak penampung (bak
penyangga) dibelakang ekstraktor.
Ekstraktor cair-cair kontinu
Operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat
dilaksanakan dengan sederhana, karena tidak saja
pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara
mudah dapat dialirkan dengan bantuan pompa.
Dalam hal ini bahan ekstraksi berulang kali
dicampur dengan pelarut atau larutan ekstrak dalam
arah berlawanan yang konsentrasinya senantiasa
meningkat. Setiap kali kedua fasa dipisahkan
dengan cara penjernihan. Bahan ekstraksi dan
pelarut terus menerus diumpankan ke dalam alat,
sedangkan rafinat dan larutan ekstrak dikeluarkan
secara kontinu. Ekstraktor yang paling sering
digunakan adalah kolom-kolom ekstraksi,di
samping itu juga digunakan perangkat pencampur-
pemisah (mixer settler). Alat-alat ini terutama
digunakan bila bahan ekstraksi yang harus
dipisahkan berada dalam kuantitas yang besar, atau
bila bahan tersebut diperoleh dari proses-proses
sebelumnya secara terus menerus.
F. Aplikasi Ekstraksi
Pada proses pemisahan suatu campuran ada
yang memerlukan metode pemisahan, ada pula
yang dikombinasi lebih dari satu jenis metode.
Berikut ini beberapa contoh pemanfaatan metode
pemisahan dengan menggunakan metode
pemisahan tertentu.
Percobaan ekstraksi menggunakan iod yang
ditambahkan air dan kloroform sebagai pelarut.
Pencampuran antara iod, air dan kloroform
menghasilkan dua fasa/lapisan, dimana lapisan
bawah yang berwarna ungu merupakan lapisan iod
dalam kloroform sedangkan lapisan atas yang
berwarna kuning muda adalah iod dalam air.
Kloroform berada di lapisan bawah karena berat
jenis kloroform (1,49 gr/cm3) lebih besar daripada
berat jenis air (1,0 gr/cm3). Berdasarkan
pengamatan terlihat bahwa iodium lebih banyak
terlarut dalam kloroform dibanding dalam air. Hal
ini disebabkan oleh sifat kloroform yang hampir
sama dengan sifat Iod daripada sifat air dengan Iod.
Air bersifat polar sedangkan Iod dan kloroform
bersifat semipolar. Karena itu Iod lebih cenderung
terdistribusi dan terlarut ke dalam kloroform
dibanding ke dalam air. Dua lapisan tersebut
kemudian dipisahkan dan pada lapisan air
ditambahkan lagi kloroform agar iod yang tersisa
dalam air akan terlarut dalam kloroform (dilakukan
sebanyak 5 kali), sehingga lapisan air akan semakin
bening yang menunjukkan bahwa tidak ada lagi
kandungan iod dalam air.

Berikut merupakan contoh ekstraksi dalam


kehidupan sehari-hari:
1. Pemurnian Garam Dapur
Air laut banyak mengandung mineral terutama
garam dapur (NaCl). Petani garam dapur
memisahkan garam dapur dengan menjemur air
laut pada sebuah bangunan yang datar dan lapang.
Garam yang diperoleh, kemudian diolah di industri
untuk dicuci dan ditambah iodium.
2. Pemurnian Air Minum
Air adalah sumber kehidupan. Air selalu
diperlukan dalam setiap bidang kehidupan kita.bagi
penduduk Indonesia, tidak sulit untuk mendapatkan
air tawar, namun di daerah timur tengah sulit untuk
mendapatkan air tawar. Mereka melakukan
penyulingan (destilasi) untuk memperoleh air tawar
secara besar-besaran.
3. Pemurnian minyak kayu putih
Pada proses ini sampel yang akan disari
dimasukkan pada alat soxhlet, lalu setelah dielusi
dengan pelarut yang cocok sedemikian rupa
sehingga akan terjadi dua kali sirkulasi dalam
waktu 30 menit. Larutan yang diekstraksi
ditempatkan pada tabung panjang. Pelarut
ditempatkan di labu destilasi, seperti ditunjukkan
pada gambar. Adanya pemanasan menyebabkan
pelarut keatas lalu diembunkan oleh pendingin
udara menjadi tetesan-tetesan yang akan terkumpul
kembali dan bila melewati batas lubang pipa
samping soxhlet, maka akan terjadi sirkulasi yang
berulang-ulang akan menghasilkan penyarian yang
baik. Kemudian bahan yang akan diekstraksi
diletakkan dalam sebuah kantong ekstraksi (kertas,
karton dan sebagainya) di dalam sebuah alat
ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah
gelas yang berisi sampel diletakkan diantara labu
suling dan suatu pendingin aliran balik. Labu
tersebut berisi bahan pelarut yang menguap dan
mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui
pipa pipet, berkondensasi di dalamnya, menetes ke
atas bahan yang akan diekstraksi dan membawa
keluar bahan yang diekstraksi. Larutan yang
terkumpul dalam wadah gelas dan setelah mencapai
tinggi maksimal secara otomatis dipindahkan ke
dalam labu dengan demikian zat yang akan
terekstraksi terakumulasi melalui penguapan bahan
pelarut murni berikutnya. Pada cara ini bahan terus
diperbaharui artinya dimasukkan bahan pelarut
bebas bahan aktif. Cairan penyaring yang biasa
digunakan adalah air, eter atau campuran etanol
dan air. Air atau etanol menjadi acuan cairan
pengekstraksi karena banyak bahan tumbuhan larut
dengan air atau etanol.

G. Penguapan
Penguapan hasil ekstraksi yang masih
mengandung banyak pelarut, dimaksudkan untuk
memperoleh ekstrak yang lebih pekat dengan
tujuan agar konsentrasi senyawa lebih besar dan
memudahkan penyimpanan. Proses ini sering
disebut dengan pemekatan. Penguapan dapat
bersifat persial sehingga diproleh ekstrak cair atau
kental. Dalam proses pemekatan, suhu yang
digunakan sebaiknya tidak terlalu tinggi untuk
mencegah peruraian senyawa dalam ekstrak.
Penguapan sering dilakukan sebelum ekstrak
diproses lebih lanjut, seperti pemishan atau
fraksinasi. Proses pemekatan data dilakukan
dengan sederhana dengan menggunakan penangas
air. Cara ini amat mudah dan cocok untuk ekstrak
dengan pelarut yang memiliki titik didih tidak
terlalu tinggi. Ekstrak dalam wadah yang
diletakkan diatas penangas air memerlukan waktu
cukup lama sehingga kemungkinan ada senyawa
yang terurai. Penggunaan oven untuk penguapan
memiliki kelebihan karena suhu dapat diatur dan
disesuaikan dengan titik didih cairan penyari. Oven
lebih sering digunakan untuk penguapan yang
kadar cairannya tidak terlalu banyak . alat ini dapat
dilengkapi dengan alat vakum yang membuat ruang
dalam oven menjadi hampa udara sehingga
penguapan dapat lebih cepat daripada oven biasa.
Sekarang, penguapan banyak menggunakan
penguap putar (rotary evaporator), dilakukan pada
suhu rendah sekitar 40-50oC dan dibantu dengan
alat vakum udara sehingga titik didih pelarut lebih
rendah. Penguapan berlangsung cepat sehingga
kemungkinan terjadinya penguraian senyawa yang
termolabil dapat dihindari.

I. Pengeringan
Ekstrak kental yang diperoleh dari proses
penguapan dapat dilanjutkan dengan proses
pengeringan. Ekstrak kering dimaksdukan agar
stabilitas senyawa lebih terjamin. Pengeringan
dapat menggunakan alat yang sederhana yaitu
pengeing vakum, atau alat yang lebih modern yaitu
pengering baku (freeze dryer) pada suhu rendah
atau beku, pengering semprot (spray dryer) pada
suhu tinggi. Pengering beku membutuhkan waktu
yang relative lama, sedangkan pengering semprot
digunakan untuk senyawa yang stabil pada suhu
tinggi. Cara pengeringan yang sederhan dapat
menggunakan penangas air dan aliran uara panas,
tetapi cara ini sulit dilakukan apabila larutan
penyarinya adalah air.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:

1. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan


suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda, biasanya air dan yang lainnya
pelarut organik.
2. Prinsip kerja ekstraksi ada 5 yaitu prinsip
maserasi, prinsip perkolasi, prinsip soxhletasi,
prinsip refluks, dan prinsip rotavapor.
3. Jenis-jenis ekstraksi ada 2 yaitu ekstraksi
secara dingin dan ekstraksi secara panas.
4. Berdasarkan bentuk campurannya (yang
diekstraksi) suatu ekstraksi dibedakan menjadi
dua yaitu ekstraksi Padat-Cair, ekstraksi Cair-
Cair.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. [Online] diunduh pada 01


November 2015 pukul 22.08 WIB di
http://mafia.mafiaol.com/2012/12/pemisahan-
campuran-dengan-cara-ekstraksi.html

Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia


Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia


Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis


Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai