Anda di halaman 1dari 5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Farmakokinetika
2.1.1 Definisi Farmakokinetik
Farmakokinetika adalah suatu ilmu yang mempelajari kuantitas obat dalam
tubuh sehubungan dengan waktu. Dengan kata lain, farmakokinetika
mempelajari bagaimana proses-proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi terjadi, berdasarkan kadar obat yang terukur dalam cairan tubuh vs
waktu setelah pemberian (Waldon, D.J. 2008).
Farmakokinetika dapat didefenisikan sebagai setiap proses yang dilakukan
tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajari perubahan-
perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan
jaringan sebagai fungsi dari waktu. Tubuh kita dapat dianggap sebagai suatu
ruangan besar, yang terdiri dari beberapa kompartemen yang terpisah oleh
membran-membran sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi
obat dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme
yang sama, karena proses ini tergantung pada lintasan obat melalui
membran tersebut (Tjay dan Rahardja, 2002).
2.1.2 Model Farmakokinetik
Model farmakokinetik merupakan model matematika yang
menggambarkan hubungan antara dosis dan konsentrasi obat dalam setiap
individu. Parameter dari model menggambarkan faktor-faktor yang dipercaya
penting dalam penentuan observasi dari konsentrasi atau efek obat. Parameter
tersebut antara lain terdiri dari beberapa parameter antara lain parameter
primer yang terdiri dari volume distribusi (Vd); klerens (Cl); dan kecepatan
absorbsi (Ka), parameter sekunder terdiri dari kecepatan eliminasi (K); dan
waktu paruh (T1/2), serta parameter-parameter turunan. Model farmakokinetik
tersebut mempunyai aplikasi langsung untuk terapi obat berkenaan dengan
menentukan aturan dosis yang sesuai (Aiache, 1993).
Kompartemen adalah suatu kesatuan yang dapat digambarkan dengan
suatu volume tertentu dan suatu konsentrasi. Perilaku obat dalam sistem
biologi dapat digambarkan dengan kompartemen satu atau kompartemen dua.
Kadang-kadang perlu untuk menggunakan multikompartemen, dimulai dengan
determinasi apakah data eksperimen cocok atau pas untuk model
kompartemen satu dan jika tidak pas coba dapat mencoba model yang
memuaskan. Sebenarnya tubuh manusia adalah model kompartemen
multimillion (multikompartemen), mengingat konsentrasi obat tiap organel
berbeda-beda. (Hakim, L., 2014).

Cairan mengisis kembali


secara otomatis untuk
menjaga volume yang tetap Cairan keluar

Model kompartemen yang sering digunakan adalah model kompartemen


satu terbuka, model ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat
dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat
dalam jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat
dalam tiap jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai waktu. Di samping
itu, obat di dalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat
ditentukan konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh
(Shargel, 1988).
Model Farmakokinetika untuk obat yang diberikan dengan injeksi
IV cepat. DB: obat dalam tubuh ; Vd : Volume distribusi ; K : tetapan laju
eliminasi. Setelah ditentukan nilai Cp dan k, berbagai parameter
farmakokinetik obat yang berkaitan dengan cara pemberian obat secara
bolus intravaskuler dapat dihitung, seperti:
 volume distribusi (Vd): volume dalam tubuh di mana obat
terlarut,
 klirens (Cl),
 waktu paruh eliminasi (t ½)
 Luas di bawah kurva dalam plasma (AUC)
 Bioavalaibilitas (ketersediaan hayati)

Vd = D/Cp
Cl = Vd.Ke
t ½ = 0,693/K
(𝐶₀+𝐶₁) . (𝑡₁−𝑡₀)
AUC0-1= (Hakim, L, 2011).
2

Jika tubuh diasumsikan sebagai satu kompartemen, tidak berarti bahwa


kadar obat sama di dalam setiap jaringan atau organ, namun asumsi yang
berlaku pada model tersebut ialah bahwa perubahan kadar obat di dalam darah
mencerminkan perubahan kadar obat di jaringan. Lalu eliminasi (metabolisme
dan ekskresi) obat dari tubuh setiap saat sebanding dengan jumlah atau kadar
obat yang tersisa di dalam tubuh pada saat itu (Ritschel, 1992).

2.2 Uraian Bahan


2.2.1 Rhodamin-B

Nama Kimia : N-[9-(carboxyphenil)-6-(diethylamino)-3H-xanten-3-


ylidene]-N-ethylethanaminium clorida
Nama Lazim : tetraethylrhodamine; D&C Red No. 19; Rhodamin B
clorida; C.I. Basic Violet 10; C.I. 45170
Rumus Kimia : C12H31ClN2O3
BM : 479
Pemerian : Hablur Hijau atau serbuk ungu kemerahan
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air menghasilkan larutan merah
kebiruan dan berfluoresensi kuat jika diencerkan. Sangat
mudah larut dalam alkohol; sukar larut dalam asam encer
dan dalam larutan alkali. Larutan dalam asam kuat
membentuk senyawa dengan kompleks antimon berwarna
merah muda yang larut dalam isopropil eter
(Budavari,1996).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sample

2.2.2 Aquades

Nama resmi : AQUA DESTILLATA


Nama lain : Aquades, air suling
Rumus molekul/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut (DepKes, 1979).
Aiache, J.M, 1993. Farmasetika 2 Biofarmasi Edisi ke-2. Surabaya: Penerbit
Airlangga University Press.
Budavari, S. Editor. 1996. The Merck Index Edisi 12. Whitehouse, USA : Merck
and Co.,Inc.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hakim, L., 2014. Farmakokinetik. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Ritschel, W.A. dan Kearns, G.L. 1992. Handbook of Basic Pharmacokinetics-
Including Clinical Aplications, 6th ed., Washington: AphA.
Shargel, Leon., Yu, Andrew B. C., 2005. Applied Biopharmaceutical and
Pharmacokinetics fifth edition. New York: the McGraw-Hill companies.
Zunilda, S.B, dan F.D. Suyatna. 1995. Pengantar Farmakologi. Dalam
Farmakologi dan Terapi Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Press.

Anda mungkin juga menyukai